Flash Back On...
Hari itu, Reno baru saja kembali dari kantor firma hukumnya. Hujan deras membuat tubuh Reno basah kuyup karena kebetulan dia sedang tidak membawa mobil. Reno menepikan motornya di teras rumah dan beranjak masuk ke dalam rumah pribadinya.
Kening lelaki itu berkerut samar saat mendapati sebuah motor matic lain terparkir di teras yang sama.
Apa iya Mirella sedang menerima tamu?
Tapi siapa?
Reno tampak berpikir hingga akhirnya dia memutuskan untuk segera masuk ke dalam rumah karena takut terjadi hal buruk menimpa Mirella.
Anehnya, saat Reno memasuki rumah itu dia tak mendapati keberadaan Mirella di dalam kamar wanita itu.
Beberapa kali Reno memanggil-manggil Mirella namun tak terdengar suara sahutan. Reno semakin dilanda perasaan cema
"Kamu ingin aku melakukan apa?" tanya Reno pada Mirella."Aku ingin kamu menuntut Freddy dengan hukuman mati! Sebab jika Freddy mati, aku bisa bebas melakukan apapun sesuka hatiku!" jawab Mirella."Lalu setelah itu, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Reno lagi."Aku ingin hidup bahagia bersama Gibran, hanya aku dan Gibran!"Ke dua alis Reno bertaut. "Apa kamu akan membunuh Gaby?" tanya Reno selanjutnya.Mirella tertawa. "Kalau perempuan itu berulah, aku tak punya pilihan lain. Tapi sepertinya, Gaby bukan saingan beratku. Sebab pernikahan Gaby dan Gibran hanya pernikahan palsu! Gaby akan menceraikan Gibran selepas satu tahun pernikahan mereka nanti," beritahu Mirella.Reno pura-pura terkejut. "Maksudmu, mereka tidak benar-benar saling mencintai?" tanya Reno memastikan.Mirella menge
"Boleh Papah mengajukan satu pertanyaan padamu Gaby?" Ucap Hardin.Gaby mengangguk dengan kepala yang menunduk dalam, dada wanita itu naik turun karena sesenggukan."Apa kamu mencintai Gibran?" Tanya Hardin kemudian.Gaby terdiam cukup lama sebelum akhirnya dia pun menjawab dengan sebuah anggukan kepala."Ya, Gaby mencintai Gibran. Dan Gaby akan mengikhlaskan Gibran menikahi Mirella dengan catatan, Gibran tidak menceraikan Gaby..."Gibran terperangah hebat.Hardin dan Yura saling berpandangan, merasa bersalah pada Gaby atas sikap anak lelaki mereka.Luna tampak geleng-geleng kepala, sedikit terkejut dengan apa yang diucapkan Gaby. Sebab, jika Luna ada di posisi Gaby, sudah Luna pastikan lebih baik dia mundur daripada harus bertahan bersama lelaki brengsek macam kakaknya itu.Luna memang sudah mengetahui semuanya dari Mbok Sumi, termasuk te
Hari itu sepulang Gibran mengantar Mirella kembali kekediaman Reno, dia mendapati beberapa orang polisi datang kekediamannya untuk menanyakan perihal kejadian yang menimpa Revan karena pasca sadar dari pingsannya, lelaki itu mengatakan bahwa dirinya sedang berada di apartemen Gaby kemarin malam.Hingga setelahnya, sesuai cerita karangan yang sudah dirancang oleh Gibran dan Frans dkk, Gibran pun membantu Gaby menjelaskan duduk perkaranya dengan menitikberatkan Revan sebagai terduga bersalah karena sudah hampir memperkosa Gaby.Pengakuan Gibran tersebut diperkuat dengan adanya bukti cakaran di tubuh Gaby yang mereka percaya itu adalah perbuatan Revan.Untungnya, Xavier adalah salah satu pengusaha besar yang memiliki relasi orang dalam di apartemen yang dihuni Gaby sehingga dia bisa menghapus bukti dan jejak berupa rekaman CCTV ketika mereka mendatangi apartemen Gaby beramai-ramai.Hal itu jelas memuluskan re
Flash back on...Gibran baru saja terbangun dari tidur ketika dia mendapati ponselnya berdering.Masih dengan mata yang memicing dan sesekali menguap Gibran meraih ponsel dengan ujung jarinya dan mengintip siapa nama yang tertera di layar ponsel miliknya.Nama Reno tertera di sana.Gibran segera mengangkat."Apa? Theo melukai Mirella lagi?" Pekiknya setelah mendengar suara Reno di seberang.Gibran sontak merubah posisinya yang semula masih berbaring nyaman di ranjang menjadi duduk. Sepertinya dia benar-benar terkejut hingga membuatnya sempat terbengong. Seolah apa yang baru saja di dengarnya itu hanyalah mimpi.Dia baru terbangun dan langsung mendapat kabar buruk tentang Mirella. Hal itu sangat membuat Gibran khawatir hingga lelaki itu tak ingin menunggu untuk langsung berangkat menuju kediaman Reno.Bahkan tanpa
Gaby sudah menunggu kurang lebih dua jam di lokasi yang dijanjikan Theo namun sosok yang dia tunggu tak juga menunjukkan batang hidungnya.Jemari Gaby dengan kukunya yang bercat merah terus mengetuk meja tanda dia mulai bosan. Kepala wanita itu celingukan mengamati kesekeliling kafe yang dia datangi malam itu.Suasana kafe tampak sepi.Lokasi yang memang sangat cocok untuk dijadikan tempat pertemuan rahasia. Selain tempatnya yang terpencil, kafe ini jauh dari keramaian.Seorang lelaki berjaket kupluk dengan wajahnya yang tertutup masker terlihat memasuki kafe dan berjalan ke arah Gaby. Karena memang hanya ada dirinya di kafe itu, Gaby langsung berpikir bahwa lelaki itu adalah Theo.Dari postur tubuhnya yang tinggi besar dan model rambut gondrong yang terikat asal di atas kepalanya, seolah memberi kesan bahwa lelaki itu tak pandai merawat diri. Bahkan penampilannya sangat berantakan.
Kedatangan Gaby disambut baik oleh security yang berjaga di rumah mewah bernomor 103 itu. Gaby diantar masuk ke dalam dan diarahkan menuju sebuah ruangan besar yang terletak di lantai dua. Tok-tok-tok! Sang security mengetuk pintu ruangan dan memberitahu. "Bos, Non Gaby sudah datang," katanya setengah berteriak. Tak lama pintu itu dibuka dari dalam oleh seorang lelaki berseragam hitam. Garis rahang yang tegas dan rambut hitam legam yang tersisir rapi. Lelaki itu tersenyum pada Gaby. Untuk sejenak, Gaby sempat terpana melihat senyuman mempesona milik lelaki yang Gaby tebak berumur di kisaran angka 30 tahunan itu. Meski hal itu tidak berlangsung lama karena setelahnya perasaan takut kembali mendominasi benak Gaby. "Silahkan masuk Nona Gaby, Bos kami sudah menunggu anda," ucap lelaki tampan berseragam hitam itu. Dia mempersilahkan Gaby masuk. Gaby tahu
POV Sean AndreasHari ini adalah hari penting dalam hidupku.Di mana akhirnya aku bisa bertatap muka langsung dengan satu-satunya saudara kandung yang aku miliki.Hidup dalam pengasingan selama belasan tahun cukup membuatku mengerti betapa pentingnya arti sebuah keluarga dalam kehidupan.Ibuku, satu-satunya keluarga yang aku kenal dan aku miliki telah pergi untuk selama-lamanya saat usiaku baru mencapai belasan tahun.Selama itu juga, beliau telah menitipkan aku ke sebuah panti asuhan di Amerika. Setiap satu Minggu sekali beliau mengunjungiku dan membawakan aku banyak mainan.Beliau mengatakan bahwa banyak sekali orang jahat di luar sana yang ingin mencelakakan aku itulah sebabnya beliau menyembunyikan aku dari dunia.Waktu berjalan membawaku pada fase di mana aku mulai ingin tahu bagaimana sebenarnya sosok ayah dalam hidupku hingga suatu
"Maafkan Ayah Gaby... Maafkan Ayah..." Tangis Freddy semakin pecah. Lelaki paruh baya itu berlutut di hadapan Gaby dan Theo."Tuan, bangunlah. Jangan seperti ini," Theo buru-buru membantu Freddy untuk bangkit. Dia memapah Freddy ke sofa. Freddy tampak memegangi dadanya. Napas lelaki itu tersengal dan mulai terputus-putus."Sepertinya anda perlu minum obat, Tuan," ucap Theo yang lekas mengambil sebuah kotak obat, lalu mengeluarkan sebutir obat dari sana dan memberikannya pada Freddy.Saat itu Gaby masih di sana. Kelopak mata wanita itu membelalak saat melihat kotak obat yang dipegang Theo, bukankah itu obat yang sama dengan obat yang selama ini selalu di minum oleh Gibran?Gumam batin Gaby.Apa itu artinya...Gaby kembali berpikir."Apa Om menderita penyakit jantung?" Tanya Gaby dengan intonasi suaranya yang menurun drastis."Ya, T