Home / Romansa / THE DEVIL WIFE / 12. KISSMARK

Share

12. KISSMARK

Author: Herofah
last update Last Updated: 2021-09-04 13:45:16

Seorang lelaki turun dari mobil sambil memapah seorang wanita mabuk.

Susah payah dia membawa wanita itu kembali ke kamar hotelnya setelah mereka cukup bersenang-senang sepanjang hari ini.

"Kita mau kemana sih? Gue ngantuk... Gue haus..." gumam si wanita dalam keadaannya yang setengah sadar.

"Ya, sesampainya di kamar kamu bisa langsung tidur, oke?" ucap si lelaki.

Si lelaki memasuki lift menuju lantai 10 hotel tempat dia menyewa kamar.

Sekelebat bayangan adegan panas yang sempat terjadi antara dirinya dengan si wanita di mobil tadi membuatnya kembali dilanda gairah. Dia benar-benar harus menuntaskan semuanya dengan wanita di pelukannya itu malam ini.

Tak cukup baginya hanya sekedar cumbuan bibir biasa. Dia menginginkan lebih.

Pintu lift terbuka di lantai 10, si pria hendak melangkah keluar, tapi seorang pria lain yang berdiri di balik lift hendak memasuki lift tampak mengurungkan niatnya begitu melihat si lelaki yang memapah wanita tadi.

Wanita yang tak lain adalah istrinya.

Dia Gaby.

Gibran yang saat itu hendak menuju lobi untuk menanyakan kepergian Gaby jadi urung melakukan niatnya.

Gaby sudah ada di depan mata kepalanya, meski bersama lelaki lain.

"Excuse me Sir," sapa Gibran seraya menyentuh bahu Jerry, lelaki yang kini tengah memapah Gaby.

Jerry menghentikan langkahnya, dia menoleh.

"Ya, ada apa?" tanyanya dengan nada tidak suka karena merasa terganggu, padahal dia sedang buru-buru.

"Wanita yang sedang bersama anda sekarang, dia istri saya," jelas Gibran dengan santainya.

Wajah Jerry kian melunak. Percaya tidak percaya, namun Jerry berusaha menampakkan wajah bersahabat.

"Oh, maaf. Aku tidak tahu. Aku pikir..." kalimat Jerry menggantung saat tiba-tiba Gibran memotongnya.

"Ya tidak apa-apa. Ini memang sudah sering terjadi jika kami sedang bertengkar," jawab Gibran lagi, di sertai dengan sebuah senyuman tipis.

Jerry pun memberikan Gaby pada Gibran setelah lelaki itu kembali meminta maaf. Terbersit rasa kecewa dalam benak Jerry. Seharusnya tadi dia menuntaskan semuanya di mobil. Jadi dia tidak perlu menahan rasa penasarannya pada Gaby. Sial! Jerry terus mengutuk dalam hati.

Sementara itu, Gibran memapah Gaby ke dalam kamar hotel mereka dan membaringkan Gaby di ranjang.

"Haus..." gumam Gaby dengan matanya yang terpejam.

Gibran menghela napas kasar. Beberapa kissmark di bagian leher dan bagian atas payudara Gaby menjadi perhatian Gibran saat itu.

Pastinya itu ulah lelaki yang tadi memapah Gaby di lift.

Gibran bahkan sudah bisa menebaknya.

Lelaki itu mengambilkan segelas air bening hangat untuk Gaby dan membantu Gaby meminumnya. Setelah selesai dia menaruh gelas itu di nakas dan kembali membaringkan Gaby. Di tariknya selimut untuk menutupi tubuh Gaby yang terbuka.

Entah apa yang sudah Gaby lakukan dengan lelaki tadi, Gibran tak ingin menebak lebih jauh.

Itu bukan urusannya.

Meski, dia tidak memungkiri bahwa dia marah melihat Gaby kembali padanya dalam keadaan seperti ini, tanpa dia bisa meluapkannya secara langsung karena hubungan mereka bukan hubungan layaknya suami istri sungguhan. Bahkan Gibran tak punya hak untuk sekedar melampiaskan amarah yang membakar hatinya saat ini pada Gaby.

Gibran masih berjongkok di tepi ranjang, menatap lurus wajah Gaby yang tertidur. Dia merapikan sejenak anak rambut yang menghalangi wajah Gaby sebelum akhirnya dia pun berdiri, hendak pergi.

Tapi sebuah tangan sudah lebih dulu menahannya.

Gaby menggenggam jemari Gibran.

Gibran kembali menoleh dan melihat Gaby tersenyum kepadanya. Ke dua mata perempuan itu terbuka sayup sayup, di selimuti kabut gairah.

"Mau kemana? Aku ingin di peluk... Peluk aku..." gumam Gaby saat itu dia menarik tangan Gibran supaya mendekat.

Gibran tidak menolak. Dia duduk di tepi ranjang dan membiarkan Gaby memeluknya.

Gaby memalingkan wajah Gibran agar berhadapan dengan wajahnya.

Mereka duduk berhadapan di tepi ranjang itu.

Gaby mencium bibir Gibran.

Meski, Gibran hanya diam tanpa membalas.

Merasa tak puas, karena Gibran tak kunjung membalas ciumannya, Gaby pun beringsut dari ranjang. Dengan tubuh sempoyongan dia berdiri dihadapan Gibran dan melepas satu persatu pakaiannya hingga menyisakan g-string mungil yang menutupi tubuh indahnya.

Gibran melihat semua itu di depan mata kepalanya.

Dan sejauh ini, Gibran masih tetap diam.

Bahkan di saat Gaby melebarkan ke dua pahanya, lalu duduk di atas pangkuan Gibran hingga posisi mereka berhadapan. Ke dua tangan Gaby menuntun tangan Gibran untuk melingkari pinggangnya. Gibran memang menuruti keinginan Gaby tanpa berniat untuk menghindar, meski masih tetap saja pasif.

Dalam keintiman mereka, Gibran bisa mendengar deru nafas Gaby yang memburu begitu Gaby memulai aksinya dengan mencumbu bibir Gibran kembali.

Sayangnya, lagi dan lagi aksi Gaby tak mendapat sambutan.

Gaby melepas ciumannya dan beralih ke leher Gibran, menyesapnya sedikit dan mengecupnya berulang-ulang di lokasi yang berbeda.

Gibran masih berjibaku dengan ego dan nafsunya. Cumbuan Gaby yang begitu panas jelas membuatnya terbakar. Hanya saja, harga dirinya sebagai lelaki harus tetap dia pertahankan.

Gibran menahan ke dua tangan Gaby saat wanita itu mulai melepas satu persatu kancing kemeja yang dikenakan Gibran.

Gaby menatapnya kecewa.

"Sudah malam, tidurlah," bisik Gibran saat itu.

Gaby terdiam saat Gibran kini menuntunnya kembali ke tempat tidur dan menyuruhnya untuk berbaring.

Gibran kembali menutup tubuh Gaby dengan selimut.

"Jangan pergi..." pinta Gaby memohon.

Gibran tahu, Gaby masih dalam posisi tidak sadar akibat mabuk. Itulah sebabnya dia bersikap seperti ini.

Seandainya saja Gibran tidak menemukan Gaby di lift tadi, entah apa yang akan terjadi antara Gaby dengan lelaki itu.

Membayangkan hal itu membuat amarah Gibran yang kian surut kembali naik ke permukaan.

Dia menepis tangan Gaby, lalu pergi.

Gibran hanya butuh udara segar.

*****

Pagi harinya Gaby terbangun dengan perut mual dan kepalanya yang berat.

Dan menjadi begitu kaget begitu dia menemukan tubuhnya berbaring dalam keadaan yang hampir polos.

Gaby merapatkan selimutnya, bola matanya bergerak mencoba mengais ingatan-ingatan tentang apa yang sudah terjadi malam tadi.

Seingat Gaby kemarin itu dia pergi dengan Jerry dan mengunjungi beberapa tempat wisata di Seoul. Menjelang malam, Jerry mengajaknya ke sebuah Club malam. Mereka sempat Clubbing bersama, minum dan berdisco ria.

Hingga setelahnya, Jerry mengajaknya pulang.

Dan di sebelum itu, di mobil Jerry...

Astaga...

Gaby memekik dalam hati ketika sisa ingatannya mengingatkan dia pada adegan demi adegan yang tengah terjadi antara dirinya dengan Jerry di mobil tadi malam.

Mereka bercumbu dengan liar dan panas.

Apa iya tadi malam gue sama Jerry melakukan itu di mobil?

Tapi, kenapa sekarang gue bisa ada di sini?

Apa Gibran yang udah nemuin gue lagi sama Jerry, terus dia bawa gue ke sini?

Dalam keadaan seperti ini?

Nggak! Nggak!

Itu nggak mungkin!

Udah pasti ini ulah Gibran sendiri!

Pasti dia yang udah mencoba mencari kesempatan dalam kesempitan sewaktu gue mabuk, terus dengan kurang ajar dia telanjangin gue!

Brengsek!

Gaby masih berjibaku dengan kekalutannya ketika seorang lelaki tiba-tiba keluar dari kamar mandi.

Lelaki itu tampak rapi dengan balutan busana casualnya.

Dia Gibran.

Tatapan Gibran sempat tertuju ke arah tempat tidur, dilihatnya Gaby sudah bangun.

Gibran tak berkomentar atau pun sekedar menyapa. Lelaki itu hanya melirik sinis lalu mematut dirinya di depan cermin. Dia membenahi rambutnya dengan pomade.

"Lo apain gue semalem? Kenapa gue bisa kayak gini?" tanya Gaby masih dalam posisinya yang terduduk di atas tempat tidur. Dia melilitkan selimut ke tubuhnya dan berdiri mendekati Gibran.

Gibran masih diam. Masih asik dengan kegiatannya sendiri.

"Gibran! Lo budek ya?" bentak Gaby yang kini sudah berdiri di belakang Gibran.

Gibran berbalik dan menatap sinis ke wajah Gaby yang pucat dan terlihat semakin menggemaskan di matanya.

Sayangnya Gibran sedang tak ingin bercanda atau pun berbicara secara manis dengan Gaby saat ini.

Moodnya sedang tidak baik.

"Lo tuduh gue yang udah nelanjangin lo?" tanya Gibran balik.

"Yaiyalah, kalau bukan lo siapa lagi? Jelas-jelas di kamar ini cuma ada lo sama gue," Gaby melipat ke dua tangannya di depan dada.

Gibran tertawa remeh. "Lo itu lucu banget ya, sumpah!" sindirnya sinis.

"Gue lagi nggak bercanda ya! Lo ingetkan sama isi perjanjian pernikahan kita? Lo nggak amnesiakan? Gue tau gue itu mabuk semalam, tapi bukan berarti lo seenaknya curi-curi kesempatan buat grepe-grepe gue," cecar Gaby tidak terima.

Tawa Gibran surut dalam hitungan detik. Lelaki itu menatap dingin ke arah Gaby. Tatapannya tajam dan menusuk.

"Lo inget, kemarin lo pergi sama siapa?" tanya Gibran saat itu dengan suaranya yang terdengar sinis.

Gaby tercekat melihat ekspresi Gibran yang menyeramkan. Dia sampai mundur satu langkah ketika Gibran mendekatkan wajahnya saat bicara.

"Gue pergi sama Jerry," jawab Gaby menantang dengan dagu yang terangkat. Gengsinya yang selangit mampu menutupi rasa takutnya atas ekspresi wajah Gibran yang super dingin.

"Oh, jadi nama lelaki itu Jerry," ucap Gibran. Wajahnya mulai terlihat santai. Dia menarik bahu Gaby dan memposisikan Gaby di depan cermin.

"Lo bisa liat apa yang udah dilakuin Jerry ke lo semalam. INI!" Telunjuk Gibran mengarah pada satu tanda Kissmark di leher bagian atas Gaby.

"INI LAGI!" Kali ini telunjuknya mengarah ke kissmark lain di bagian leher bawah Gaby.

"Dan ada satu lagi di..." Gibran menggantung kalimatnya, dia menunjuk ke arah buah dada bagian atas Gaby tanpa menyentuhnya. "Sini..."

Gaby menurunkan sedikit selimut yang menutupi tubuhnya dan benar saja apa yang dikatakan Gibran.

Tanda merah itu memang ada di sana.

Dengan wajah merah padam, Gaby menjauh dari Gibran. Dia malu.

Tapi bukan Gaby namanya jika dia tidak bisa mengatasi perasaannya itu terutama dihadapan Gibran.

"Terus kenapa gue bisa sampai begini? Apa ini juga perbuatan Jerry?" tanya Gaby dengan nada suara yang merendah. Meski tidak membuang nada jutek dalam bicaranya.

"May be yes, seandainya aja gue terlambat menemukan lo semalam, bisa jadi, keadaan lo mungkin akan lebih parah dari ini. Ya... Lo bisa menebak sendirilah, secara lo itukan ratunya Clubbing. Pasti lo seringlah berakhir dalam keadaan begini sehabis lo mabok," jawab Gibran acuh tak acuh.

"Lo itu terlalu sok tahu Gib!" balas Gaby.

"What ever! I don't care. Tapi yang jelas, gue cuma mau bilang sama lo, supaya lo lebih hati-hati sama lelaki," ucap Gibran mengingatkan. Dia tersenyum sinis.

"Ya, termasuk sama lo!" Gaby menekankan kalimatnya. "Lo nggak tau apa-apa tentang gue, jangan karena cuma menduga-duga, lo bisa berpikiran buruk tentang gue!" kali ini Gaby yang memperingatkan. Kelopak mata bening milik Gaby tampak berkaca-kaca.

Mendengar kalimat Gaby, Gibran malah tertawa. Lelaki itu menarik napas panjang dan menghembuskannya cepat.

"Gue nggak pernah berpikiran buruk tentang lo! Tapi lo sendiri yang membuat image lo buruk di mata lelaki!" ucap Gibran saat itu tanpa memperdulikan wajah Gaby yang nelangsa. Susah payah Gibran menahan emosinya yang hendak meledak.

"Buruk apanya? Lelakinya aja yang otaknya kotor!"

"Otak manusia itu merespons dengan cepat apa yang dilihat sama ke dua matanya. Termasuk para lelaki. Seharusnya perempuan yang bisa menjaga diri!" balas Gibran tak mau kalah.

Saat itu Gaby hanya diam. Dia memalingkan wajahnya dari pandangan Gibran.

Gibran mendekatkan wajahnya ke telinga Gaby, lalu dia berbisik.

"Makanya pasang harga sedikitlah jadi cewek, biar nggak terkesan murahan banget,"

Kalimat itu jelas menikam hati Gaby dengan sangat keras. Menohoknya hingga ke relung hatinya yang terdalam.

Saat itu Gibran sudah selesai dengan kegiatannya.

Lelaki itu berjalan ke arah pintu keluar dan berhenti di ambang pintu kamar hotel.

Tanpa berbalik, lelaki itu berkata.

"Gue mau pulang ke Indonesia hari ini juga! Ada hal penting yang harus gue urus di Indonesia. Kalau lo mau ikut, gue tunggu di lobi. SETENGAH JAM!"

Ucap Gibran sampai akhirnya bayangan lelaki itu menghilang di balik pintu.

*****

Sepanjang perjalanan pulang ke Indonesia, Gaby terus saja mengoceh.

Dia tidak terima jika liburannya harus berakhir begitu saja.

Padahal jelas-jelas Gibran sama sekali tak memaksanya untuk ikut pulang ke Indonesia.

Gaby yang memutuskan untuk ikut karena dia merasa tak aman jika harus tinggal sendiri di Korea setelah pertemuannya dengan lelaki bernama Jerry.

Gaby takut jika tak ada Gibran, dirinya akan diperkosa Jerry.

"Bukannya enak ya diperkosa? Itukan yang lo mau?" tawa Gibran pecah ketika mendengar alasan Gaby ikut pulang bersamanya. Saat itu mereka sudah di perjalanan menuju kediaman pribadi Gibran di perumahan Raffles.

Gaby cemberut. Lagi-lagi dia hanya jadi bulan-bulanan Gibran.

Sesampainya di rumah, usai menurunkan Gaby, Gibran tidak ikut turun dari mobil. Dia hendak pergi ke suatu tempat.

"Gue masih ada urusan, kemungkinan bakal pulang malem. Kalo lo mau tidur, tidur aja duluan. Nggak usah nungguin gue pulang," ucap Gibran saat itu. Dia hanya berniat menggoda Gaby.

"Idih, rajin amat pake nunggu-nunggu lo pulang segala!" balas Gaby yang langsung hengkang dari hadapan Gibran.

Wanita itu melangkah lebar memasuki rumah baru yang akan menjadi tempat tinggalnya bersama sang suami palsu.

Gibran hanya menyunggingkan senyum tipis sambil memperhatikan punggung Gaby yang menjauh sebelum akhirnya dia memutar balik kemudi.

Edward baru saja memberitahunya bahwa saat ini, Mirella sedang berada di sebuah tempat di mana Gibran bisa leluasa menemui perempuan itu tanpa harus meminta izin pada ke dua cecunguk berkepala botak alias para bodyguard Mirella.

Jadilah Gibran melajukan kendaraannya menuju lokasi di mana Mirella berada saat ini.

Dia pastikan kali ini, Mirella tidak bisa menghindar lagi darinya!

*****

Penasaran?

Mau lanjut nggak?

Vote dan komentnya ya jangan lupa...

Salam herofah...

Related chapters

  • THE DEVIL WIFE   13. WHO ARE YOU MIRELLA?

    Freed Cafe & Bar, itulah nama Kafe yang kini didatangi oleh Gibran. Salah satu Kafe elit ternama di kawasan Jakarta.Edward bilang, Kafe ini milik Freddy.Sesampainya di sana, Gibran mendapati keadaan Kafe sore itu cukup ramai.Dia sudah berjalan berkeliling tapi tak ditemukannya sosok yang dia cari.Sampai akhirnya, sebuah tepuk tangan riuh pengunjung kafe mengalihkan perhatian Gibran saat berpuluh-puluh pasang mata di sana menatap terkesima pada seorang wanita yang baru saja keluar dari backstage dan kini dia berdiri anggun di atas panggung kecil di ujung kafe dengan pakaiannya yang bisa dibilang, sangat sexy.Dan wanita itulah yang sedari tadi Gibran cari-cari.Dia Mirella.

    Last Updated : 2021-09-05
  • THE DEVIL WIFE   14. TERBAYANG MASA LALU

    Seorang anak perempuan berumur delapan tahun sedang menangis terisak di pinggir jalan tepat di depan sebuah rumah kontrakan sederhana di seberang jalan rumahnya di kawasan Cicadas, Bandung.Dia terus memegangi lehernya yang terasa begitu sakit dan perih akibat sundutan puntung rokok yang di tekan begitu kuat di kulitnya hingga kulit itu mengalami luka bakar yang cukup serius.Dia terus menerus menatap ke arah rumah kontrakan di depannya. Berharap penghuni rumah itu keluar dan memberinya pertolongan seperti biasa. Sebab hanya mereka yang bersedia menolongnya dibanding dengan tetangga-tetangganya yang lain. Mungkin mereka bukannya tidak perduli, tapi mereka hanya tak ingin terlibat masalah dengan ke dua orang tua bocah perempuan itu, terlebih dengan ayahnya."Mimi?" panggil suara seorang bocah laki-

    Last Updated : 2021-09-05
  • THE DEVIL WIFE   15. DUA ORANG ASING YANG TINGGAL SATU ATAP

    Gibran pulang ke rumah dengan wajah kusut.Setelah memarkirkan lamborghininya di garasi, Gibran masuk ke dalam rumahnya.Kedatangannya disambut oleh Mbok Sumi, pembantu yang selama ini dipercaya keluarganya untuk mengurus rumah peninggalan Kakek dan Nenek Gibran di Raffles.Rumah ini dulu pernah ditempati oleh sang Papah, Hardin dengan istri pertamanya, tapi tidak lama, sebab setelah mereka bercerai dan sang Papah menikahi almarhumah Ibunya, ke dua orang tua Gibran memilih tinggal di Bandung.Dan sejak itulah rumah ini kosong."Den Gibran, mau makan? Biar Mbok siapkan," ucap Mbok Sumi saat itu."Nggak usah Mbok, saya nggak laper. Saya mau langsung istirahat aja. Besok pagi-pagi saya ada urusan," jelas Gibran.Mbok Sumi cuma manggut-manggut sementara Gibran langsung berlalu menuju kamarnya di lantai dua.Saat Gibran memasuki kamar, dia tida

    Last Updated : 2021-09-05
  • THE DEVIL WIFE   16. KUMAT

    "Jangan! Jangan! Jangan sakiti Gaby Ayah... Gaby mohon... Apa salah Gaby? Jangan Ayah... Jangaaaaan!"Gaby terbangun dari tidurnya pasca mimpi buruk yang kembali dia alami.Ini mimpi buruk ke dua yang dia alami akhir-akhir ini.Parahnya, dalam mimpinya kali ini, Gaby harus kembali dihadapkan dengan kenangan terburuk yang pernah dia alami sepanjang hidupnya.Kenangan mengerikan di saat dirinya hampir saja kehilangan kehormatannya. Kehilangan satu-satunya harta berharga yang dia miliki sebagai seorang wanita.Sepertinya Gaby harus kembali mendatangi Dokter Milan. Dokter Milan adalah seorang psikolog yang merangkap sebagai psikiater. Berkat bantuan Dokter Milanlah, Gaby bisa terbebas dari rasa trauma masa lalu sebelumnya. Dan Gaby sendiri bingung kenapa sekarang mimpi-mimpi itu kembali mengusik ketenangan hidupnya lagi.Gaby meraih ponselnya di nakas dan mulai mengirim pesan

    Last Updated : 2021-09-05
  • THE DEVIL WIFE   17. BUNGA TULIP

    Sejak hari di mana Gaby dengan begitu tega membiarkan Gibran berjibaku dengan rasa sakit akibat kehabisan stok obat, hubungan antara Gaby dan Gibran semakin renggang. Ke duanya memang tinggal dalam satu atap namun seperti orang yang tidak saling kenal. Gaby dengan segala ego dan gengsinya yang lebih memilih diam dari pada meminta maaf atas kesalahannya, sementara Gibran yang memang sudah tak lagi perduli apapun mengenai Gaby. Kekecewaannya pada Gaby sudah mencapai titik klimaks dan Gibran tak ingin hal itu justru membuat kondisi kesehatannya menjadi down, itulah sebabnya lelaki itu lebih memilih untuk diam. "Hari ini gue mau ke Bandung, Rayyan baru balik dari London, gue mau nengok dia sekalian ziarah ke makam Mamah," beritahu Gibran saat dirinya kini sarapan bersama

    Last Updated : 2021-09-09
  • THE DEVIL WIFE   18. MENGERJAI GABY

    Malam ini, Gibran dan Gaby terpaksa menginap di Bandung, di kediaman orang tua Gibran karena ulah Dinzia.Dinzia yang menahan kepulangan Gibran saat itu dengan alasan remaja itu sangat merindukan sosok Kakak lelaki satu-satunya itu.Sementara Gibran sendiri memang paling tidak bisa menolak permintaan Dinzia, adik kesayangannya.Malam itu Dinzia menangis dipelukan Gibran.Akibat percakapan di meja makan tadi yang membahas tentang Luwi, Dinzia jadi terbawa suasana. Mendadak dia rindu Luwi. Almarhumah ibunya..."Zia kangen Mamah, Kak..." bisik Zia dipelukan Gibran.Saat itu mereka sedang bercakap di tepi kolam renang.Mereka duduk di tepi kolam renang dengan kak

    Last Updated : 2021-09-11
  • THE DEVIL WIFE   19. MENJEMPUT GABY

    Hampir dua minggu berlalu. Gibran belum juga mendapati titik terang dalam penyelidikannya mengenai Mirella. Wanita itu terus saja berkelit dengan beribu alasan yang dimilikinya setiap kali Gibran mencoba untuk menemuinya. Mirella tetap bersihkeras mengatakan bahwa dia tidak mengenal Gibran dan dia bukan Mimi. Padahal, Gibran sudah berhasil mengumpulkan beberapa fakta akurat yang membuatnya semakin meyakini bahwa Mirella adalah Mimi. Pertama, tanda luka bakar di sekitar tengkuk Mirella. Ke dua, ketika tanpa sengaja Mirella mengucapkan kata 'Ib' sewaktu memanggil namanya dan ke tiga, Gibran menemukan sebuah buket bunga tulip baru di makam sang Ibunda ketika kemarin Gibran berziarah ke sana bersama Gaby. Saat Gibran mengkonfirmasi hal itu pada keluarga besarnya di Bandun

    Last Updated : 2021-09-12
  • THE DEVIL WIFE   20. PERTENGKARAN

    Sesampainya di rumah, hari sudah larut.Gibran sangat lelah.Berkendara jarak jauh pulang pergi dalam satu hari cukup menguras energinya.Tapi satu hal yang ada di dalam benak seorang Gibran saat itu adalah tentang bagaimana dia meluapkan kemarahannya pada Gaby.Gibran benar-benar tidak terima, Gaby memperlakukannya seperti ini.BRAK!!!Gaby terperanjat hebat saat pintu kamarnya di buka paksa oleh Gibran.Dia buru-buru menyudahi teleponnya dengan seorang lelaki yang tadi mengantarnya pulang."Lo kenapa sih? Kebiasaan masuk kamar orang seenaknya!" maki Gaby sewot.Gertakan ke

    Last Updated : 2021-09-12

Latest chapter

  • THE DEVIL WIFE   97. EXTRA PART

    Hari ini adalah hari ulang tahun Jasmine yang ke enam.Dan seperti janjinya pada Jasmine sebelumnya, bahwa Gaby akan memberikan Jasmine seorang adik laki-laki.Itulah sebabnya, usai acara perayaan ulang tahun Jasmine yang diadakan dikediaman pribadi Gibran dan Gaby di Jakarta, malam harinya keluarga kecil nan berbahagia itu berangkat menuju sebuah panti asuhan yang lokasinya berada di pusat kota.Sebuah panti asuhan yang memang cukup terkenal bernama Panti Asuhan Pelangi. Anak-anak yatim piatu di panti asuhan pelangi yang tidak beruntung karena tak mendapatkan kesempatan di adopsi oleh sebuah keluarga akan dibina dan dididik hingga anak tersebut memiliki keahlian dan mampu hidup serba mandiri. Nanti, jika mereka sudah besar, pihak panti akan membebaskan mereka untuk menentukan pilihan hidup mereka masing-masing.Total anak yatim piatu ples anak jalanan yang berada di bawah naungan panti asuhan pelangi menc

  • THE DEVIL WIFE   96. EPILOG

    "Indah banget ya, Gib," ujar Gaby dengan tangannya yang terus dia lipat dan semakin rapat mendekap tubuhnya sendiri. Matanya tertuju pada charles bridge, deretan jembatan romantis yang sangat terkenal di Praha.Saat itu mereka sedang berada di balkon kamar hotel mereka sambil menikmati waktu senja berakhir.Langit yang tampak gelap temaram menjadi latar prague castle dan Sungai Vlatava yang tampak seperti lukisan di dalam dongeng. Keindahan yang menghipnotis banyak pasang mata yang tampak puas memanjakan mata mereka. Charles Bridge memang indah dan layak dikunjungi saat sepi atau ramai terlebih lagi di malam hari. Pasti akan sangat romantis dan menyenangkan. Pikir Gaby membatin.Romantisme perjalanan honeymoonnya kali bersama Gibran pasca mereka kembali resmi menjadi sepasang suami istri terasa begitu berbeda dengan apa yang mereka alami saat honeymoon di Seoul waktu itu.Gaby dan Gibran puas berkeliling Eropa menikmati hari-hari bulan madu mereka yang ma

  • THE DEVIL WIFE   95. DOA DAN HARAPAN

    Sebuah mobil sport hitam tampak melaju kencang, meliuk-liuk di sepanjang jalanan ibukota yang ramai lancar.Gibran mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan penuh ketika dia meyakini bahwa suara yang didengarnya di telepon tadi adalah suara Gaby, mantan istrinya.Itu artinya, model cantik bernama Gabriella itu kemungkinan adalah Gaby.Detik itu juga Gibran langsung meminta Edward untuk menggantikannya pergi keluar kota. Hal itu jelas membuat Edwar mencak-mencak.Sesampainya di kantor, Gibran melangkah panjang menuju ruangannya, lelaki itu tertegun sesaat ketika sepasang netranya kini beradu dengan sepasang netra boneka milik seorang wanita cantik yang sangat-sangat cantik di dalam ruangan itu.Wanita itu mengenakan pakaian sopan berupa dress hitam sebatas lutut yang dipadupadankan dengan blazzer merah menyala."Mamah, mana Papah? Katanya kita mau ketemu Papah?" Tanya seor

  • THE DEVIL WIFE   94. THREE YEARS LATER

    Tiga Tahun Kemudian...Hari ini, Gibran dan Edward baru saja mengadakan rapat penting dengan klien asal luar negeri. Rapat ditutup setelah keduanya sepakat untuk menjalin hubungan kerjasama dalam kurun waktu lima tahun ke depan.Gibran baru saja keluar dari ruangan rapat hendak memasuki ruang kerjanya ketika seseorang tiba-tiba menghadang langkahnya di kantor."Pak, ini nama-nama model yang masuk daftar kriteria untuk iklan produk terbaru kita, salah satu di antara mereka adalah model asal luar negeri,"Gibran menerima berkas itu dari sekretarisnya dan masuk ke dalam ruangannya setelah mengucapkan terima kasih.Dia melempar berkas di tangannya ke atas meja kerjanya, mengendurkan dasi yang terasa mencekik lehernya dan menjatuhkan tubuh di sofa panjang yang terletak di pojok ruangan. Lelaki itu tampak memejamkan mata."Jiah

  • THE DEVIL WIFE   93. DAN MUSIM PUN BERGANTI

    Setelah mengganti pakaian dan merapikan penampilannya di salah satu pom bensin yang dia lewati dalam perjalanan kembali menuju rumah sakit, Gibran tidak bisa fokus menyetir.Tangan lelaki itu terus gemetaran.Pikirannya bercabang dan penuh.Tatapannya berkabut akibat air mata yang membendung di kelopak matanya.Bayangan terakhir saat dirinya berhasil melenyapkan nyawa seseorang kian membuatnya frustasi. Di satu sisi dia merasa bersalah, namun di sisi lain dia juga tak akan membiarkan Mirella terus menerus mengganggu ketentraman hidup rumah tangganya bersama Gaby.Lantas, apakah yang dilakukannya ini benar?Apakah ini adil untuk Mirella?Apakah ini adil untuk Gaby?Mungkinkah dirinya mampu melewati hari-harinya di depan setelah apa yang dia lakukan malam tadi di atas bukit itu?Setelah dirinya membunuh Mirella...

  • THE DEVIL WIFE   92. KETIKA MATAHARI TERBIT

    Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya kendaraan Gibran pun berhenti di sebuah tempat yang jauh dari hiruk pikuk manusia.Sebuah tempat yang sepi, gelap dan dingin.Dulu sekali, Gibran pernah menyambangi lokasi ini bersama kawan-kawan satu kantornya untuk sekedar refreshing di tengah nuansa alam liar dengan berkemah dan mendaki.Jika dulu dirinya mendaki dengan peralatan lengkap, bedanya, kini dia mendaki tanpa membawa apapun selain senter di tangan dan pakaian yang melekat di tubuhnya.Lelaki itu terus menggenggam tangan Mirella di sepanjang jalan setapak nan licin yang mereka lalui."Mau apa kita ke sini, Ib? Aku takut," ucap Mirella di tengah perjalanan saat Medan yang harus mereka daki kian curam."Aku sudah bilangkan, kamu harus bersembunyi. Aku tidak mau polisi-polisi itu menangkapmu," ujar Gibran yang susah payah melangkah.Rintik gerimis yang masih setia mengguyur membuat tubuh keduanya sama-sama lepek."

  • THE DEVIL WIFE   91. KETIKA SEMESTA BERKONSPIRASI

    Seorang supir truk lintas propinsi yang baru saja melewati jalan raya hutan belantara di tenggara pulau Jawa tampak memparkirkan kendaraannya di sebuah rumah makan."Celana lu kancingin dulu tuh," ucap si kenek truk.Sang supir pun langsung menarik retsleting celananya yang lupa dia betulkan setelah di tengah perjalanan tadi dirinya dan rekan satu perjalanannya baru saja mendapat durian runtuh.Hidup sebagai seorang supir truk lintas propinsi membuat mereka harus rela hidup berjauhan dengan istri di kampung. Menjadi hal yang sangat membahagiakan tatkala mereka diberi kesempatan menuntaskan hasrat terpendam mereka secara gratis pada seorang wanita yang rela menukar tubuhnya dengan makanan yang tak seberapa."Kenapa tadi nggak lu ajak nikah aja sekalian tuh cewek. Lumayankan buat simpenan kalau lu lagi singgah di pulau Jawa," ujar si kenek lagi yang masih terus terbayang-bayang setelah berhasil merasakan nik

  • THE DEVIL WIFE   90. AKU BENCI SEMUA ORANG!

    Warning : Terdapat adegan kekerasan, harap bijak dalam membaca!*****Gibran sampai di kediamannya dan tak mendapati Gaby di sana.Saat lelaki itu mengkonfirmasikan hal itu pada sang Ibu, Yura justru mengatakan bahwa dirinya juga kecolongan karena ternyata Gaby pergi bersama Luna tanpa ada sesiapapun yang mengetahuinya."Ibu sudah berulang kali menghubungi Luna tapi tak ada jawaban, Gibran," ucap Yura panik.Gibran dan Sean saling berpandangan. Hingga lelaki itu pun mengingat bahwa belum lama Gaby sempat membalas pesannya, jadi masih ada kemungkinan Gaby masih berada di area Bandung.Setelah menghubungi pihak kepolisian dan melacak kepergian Gaby dan Luna hari itu, akhirnya setelah seharian penuh melalui proses pencarian yang panjang, dan menampung semua kesaksian dari Luna dan seorang Cleaning Service di mall yang ditemukan dalam keadaan

  • THE DEVIL WIFE   89. MENUJU TEMPAT YANG JAUH

    Flashback On...Gaby bersorak girang saat dirinya akhirnya bisa keluar dari istana milik Ayah mertuanya.Tentunya berkat bantuan Luna, setelah drama panjang yang harus Gaby lewati untuk membujuk Luna agar bersedia menemaninya keluar.Luna sudah tahu tentang semua kejadian yang menimpa Gaby akibat Mirella. Dan Luna pun sudah tahu tentang apa yang pernah dilakukan Mirella semasa wanita itu tinggal di Shanghai.Awalnya Luna berpikir maju mundur untuk menuruti ajakan Gaby, namun saat Gaby mengatakan bahwa dirinya sedang hamil dan ingin sekali jalan-jalan, Luna jadi kasihan."Gue lagi ngidam Lun, pengen banget makan Asinan khas Bandung yang di jalan merdeka itu," bujuk Gaby saat itu."Yaudah gue pesenin ya, kalo nggak tinggal suruh supir buat beli," balas Luna memberi saran."Ishh, Lo mah gitu! Gue mau makan ditempatnya langsung. Nggak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status