Akhirnya, liburan yang dinanti-nantikan Gaby pun terwujud.
Tapi sepertinya, Seoul cukup menawarkan destinasi liburan menarik dengan pemandangan kotanya yang eksotik.
Sesampainya Gaby di Bandara Internasional Incheon, Gaby dijemput oleh kendaraan pribadi yang merupakan falisitas dari hotel yang sudah dia booking.
Yakni hotel elit berbintang lima di pusat kota Seoul.
Terletak di kawasan pusat Seoul, The Shilla Seoul dinominasikan sebagai Hotel bintang 5 Forbes tahun 2019. Hotel ini memiliki 6 pilihan tempat makan dan spa berlayanan lengkap. Hotel ini menawarkan antar-jemput gratis ke Toko Shilla Duty Free dan Stasiun Universitas Dongguk.
Semua kamar menampilkan dekorasi dengan warna-warna hangat serta menyediakan AC dan pemanas ruangan. Setiap kamar memiliki TV, brankas, fasilitas membuat teh atau kopi dan minibar. Beberapa kamar memiliki bathtub dan shower terpisah. Akses Wi-Fi tersedia gratis diseluruh areanya.
Gaby baru saja memasuki kamar hotel yang disewanya hari itu.
Dia mandi dan bersih-bersih untuk segera mengistirahatkan tubuhnya yang pegal setelah melakukan perjalanan jauh sepanjang hari ini.
Gaby keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang jauh lebih segar.
Dia hanya mengenakan jubah mandi dengan pakaian dalam dibaliknya. Gaby berjalan ke arah lemari es kecil di dalam kamar hotel dan mengambil sekaleng minuman dingin di sana.
Dia meneguknya perlahan. Lalu beranjak ke arah balkon kamar hotelnya.
Rambut panjangnya yang basah dia biarkan tergerai begitu saja. Dan sedikit acak-acakan karena belum di sisir. Meskipun begitu, Gaby justru terlihat semakin sexy.
Untungnya kedatangan Gaby ke Korea di saat musim semi hampir usai. Jadi, cuaca dingin tidak terlalu mendominasi seperti biasanya.
Seoul sangat menarik untuk dikunjungi saat musim semi. Dengan udara bulan Maret yang cukup dingin.
Awal musim semi ini adalah waktu yang tepat untuk menjelajahi kota dengan balutan jaket musim semi. Udara akan mulai menghangat pada awal April dengan suhu rata-rata harian sekitar 12°C hingga 17°C. Tapi semua wisatawan masih disarankan untuk memakai jaket pada malam hari, untuk menghindari cuaca dingin meski udara pada siang hari cukup sejuk.
April merupakan puncak kunjungan wisata sehingga keramaian tidak dapat dihindari. Alasan utama adalah bunga sakura umumnya mulai bermekaran pada awal April, menghiasi penjuru kota dengan nuansa merah muda, khususnya di taman-taman kota.
Gaby merasa sangat beruntung bisa liburan ke Seoul di waktu yang tepat dengan waktu bunga Sakura mulai bermekaran. Rasanya, dia sudah sangat tidak sabar untuk menikmati keindahan bunga sakura itu besok.
Gaby masih berdiri di balkon kamar hotelnya dengan tatapan lurus ke bawah.
Sebuah senyuman terukir di sudut bibirnya yang berlekuk indah.
Panorama kota Seoul di malam hari sangat indah dan memanjakan mata. Apalagi jika dinikmati dari atas sini. Untungnya Gaby berkunjung di musim yang tepat. Sebab jika tidak, Gaby sudah pastikan dia akan mati membeku di luar sini karena hanya mengenakan jubah mandi saja.
Gemerlapnya lampu-lampu jalanan dan hiruk pikuk keramaian kota Seoul tampak memanjakan mata.
Gaby masih asik menikmati keindahan kota Seoul di balkon kamar hotelnya ketika dia melihat seseorang keluar dari arah samping balkon kamar lain yang bersebelahan dengan kamar hotelnya.
Gaby melihat seorang lelaki bersetelan sama dengannya tengah asik menikmati soju di tangan. Dia tersenyum ke arah Gaby.
Gaby membalas senyuman lelaki bermata sipit itu.
Setelah puas memanjakan mata di luar sana, Gaby kembali memasuki kamar hotelnya untuk berganti pakaian.
Dia membuka jubah mandinya hingga tubuhnya yang aduhai itu terpampang jelas terhalang bikini merah menyala.
Gaby berdiri menghadap cermin lemari yang mengarah ke tempat tidur.
Dari balik cermin itu Gaby bisa menatap pantulan dirinya yang berbikini ria, namun ada sesuatu yang janggal di sana.
Tepatnya ketika tatapan Gaby tertuju ke arah tempat tidur di belakangnya.
Tampak seorang lelaki sedang berbaring nyaman di atas tempat tidur di kamar hotel yang dia pesan. Lelaki itu sedang asik membaca buku.
Gaby berbalik cepat dan kembali meraih jubah mandinya.
Wajahnya yang bingung berangsur marah begitu dia tahu siapa lelaki kurang ajar yang sudah menerobos masuk ke dalam kamar hotelnya saat itu.
Damn it!
Wanita berjubah mandi itu berjalan cepat ke arah ranjang tempat dimana seorang lelaki yang tampak santai menikmati bacaannya. Seorang lelaki bernama Gibran yang kini resmi menyandang status sebagai suami sahnya.
Wajah Gaby merah padam dengan tatapan nyalang sarat emosi.
"LO NGAPAIN DI SINI?" tanya Gaby pada Gibran dengan intonasi suara yang meninggi. Dia berdiri di sisi ranjang tempat di mana Gibran berada.
Ini seperti mimpi, Gaby benar-benar tak percaya jika kini Gibran ada dihadapannya.
Di sini! Di Seoul!
Bagaimana bisa?
Gibran menutup buku bacaannya dan mendongak menatap wajah Gaby. Dia tersenyum miring.
Gibran bahkan sudah bisa menebak dengan apa yang akan terjadi setelah ini.
Awalnya Gibran tenang-tenang saja ketika Gaby tetap bersikekeuh untuk berangkat ke Maldives meski tanpa dirinya dikarenakan dia sudah membatalkan perjalanan itu. Gibran pikir, Gaby akan pulang ke rumah yang memang akan mereka huni berdua. Rumah peninggalan Kakek dan Nenek Gibran di Raffles.
Sayangnya, perkiraan Gibran meleset. Dia sudah menunggu kepulangan Gaby di rumahnya, tapi sampai sore Gaby tak juga pulang. Makanya dia langsung menghubungi Gaby.
Dan betapa terkejutnya Gibran ketika dia mendapat kabar kalau Gaby hendak berangkat ke Korea.
Gaby memang nekat.
Sore itu, begitu tahu kalau Gaby hendak pergi ke Seoul, Gibran pun ambil langkah seribu. Dia langsung mengemas cepat barang-barangnya. Meminta Edward memesankan tiket ke Seoul saat itu juga.
Dan menjadi kebetulan yang sangat menguntungkan ketika ternyata keberangkatan pesawat Gibran sama persis dengan pesawat yang ditumpangi oleh Gaby.
Edward bilang, tersisa satu kursi kosong di pesawat itu.
Atau memang, semesta tengah berkonspirasi untuk membuat Gibran dan Gaby tetap melangsungkan bulan madu mereka yang sempat terancam gagal.
Meski harus dengan lokasi yang berbeda dan semuanya benar-benar di luar rencana semula.
Kini, mau tidak mau, suka tidak suka, Gibran terpaksa harus menghabiskan waktunya bersama Gaby di Seoul selama satu minggu ke depan.
Sungguh, Gibran benar-benar menyesali keputusannya membatalkan kepergian mereka ke Maldives. Mungkin, seandainya Gibran tidak membatalkan rencana bulan madunya ke Maldives, dia tidak perlu terjebak di Korea bersama Gaby, saat ini.
"Kenapa? Ini kamar istri gue dan nggak ada yang aneh kalo gue ada di sinikan?" Ucap Gibran dengan santainya. Gibran menurunkan kakinya yang tadi selonjoran di ranjang. Dia duduk menghadap Gaby. Tatapannya saat itu sempat tertuju ke belahan dada Gaby yang sedikit terbuka.
Gaby yang memakai asal jubah mandinya tanpa menyadari bahwa belahan buah dadanya kini terekspos jelas dihadapan Gibran langsung merapikan pakaiannya. Dia berdehem sambil bersidekap. Wajahnya merona setelah dia mengingat kalau tadi dia sempat membuka pakaiannya dan hanya berbikini ria di dalam kamar hotel ini.
Pasti Gibran sudah melihat tubuhnya! Dasar brengsek!
Maki Gaby dalam hati, tidak ikhlas!
"Lo nguntit gue?" tanya Gaby saat itu. Masih dengan tatapannya yang tertuju lurus ke wajah Gibran yang menurutnya sangat menyebalkan itu.
Gibran tertawa renyah. "Nggak usah kegeeran lo!" Balas lelaki itu sambil berdiri. Dia memasukkan ke dua tangannya ke dalam saku celana.
Gaby langsung menjaga jarak ketika Gibran mulai melangkah mendekatinya. Pikirannya langsung dipenuhi oleh hal yang tidak-tidak. Padahal saat itu, Gibran hanya ingin mengambil ponsel miliknya di meja yang berada di belakang Gaby.
"Gue cuma mau memastikan lo nggak buat masalah di sini," ucap Gibran lagi.
"Lo pikir gue anak kecil!" sewot Gaby tidak terima.
Gibran hanya mengedikkan bahu. Wajahnya masih terlihat santai dan super tenang. "Seenggaknya gue nggak perlu pusing ngejawab pertanyaan Tante lo yang bawel itu kalau sampai dia tahu keponakan tersayangnya kini terdampar di Seoul sendirian," Gibran kembali duduk di tepi ranjang. Tatapannya beralih ke ponsel di tangannya.
"Heh, semua ini juga nggak bakalan terjadi kalau bukan gara-gara lo!" balas Gaby tak mau kalah dengan telunjuknya yang terangkat dan tertuju ke wajah Gibran. "Harusnya sekarang ini gue bisa asik berenang di pantai Maldives tau nggak! Gue udah bawa bikini banyak-banyak, sayangkan nggak bisa gue pake!"
Gibran mengalihkan pandangannya ke arah Gaby. Dia tersenyum nakal.
Ditatap seperti itu oleh Gibran, Gaby jadi salah tingkah.
"Apa? Kenapa lo liatin gue begitu?" wajah Gaby semakin merona meski kejudesannya terus saja dia pertahankan.
"Nggak kenapa-napa. Btw, bikini merah lo tadi bagus juga," goda Gibran dengan senyumnya yang semakin lebar.
Menahan malu dan kesal, akhirnya Gaby memilih hengkang dari hadapan Gibran saat itu.
Gaby mengambil pakaian tidur di lemari dan membawanya ke kamar mandi.
Dibalik pintu kamar mandi, Gaby meraba dadanya yang kian berdebar kencang.
Kenapa selalu begini?
Kenapa dia selalu saja lemah jika sudah berhadapan dengan Gibran?
Pikirnya, menyesali kebodohannya.
Meski tak Gaby pungkiri, di sudut hatinya yang terdalam, Gaby merasakan kebahagiaan di sana.
Kebahagiaan akan keberadaan Gibran di sini, bersamanya.
*****
Masih penasaran?
Vote dan koment yang banyak ya....
Salam herofah...
Setelah puas beristirahat di kamar hotel, Gaby bangun ketika hari menjelang siang.Dia tak menemukan keberadaan Gibran di dalam kamar hotel. Selimut yang dipakai lelaki itu untuk tidur masih tergeletak rapi di atas sofa.Ya, Gaby yang menyuruh Gibran untuk tidur di sofa karena Gaby tidak mau tidur satu ranjang dengan Gibran.Gaby meraih ponselnya di ranjang dan mendapati satu pesan masuk dari Gibran.GibranGue keluar sebentar, nggak usah nyariin!Gaby berdecih jengkel.Siapa juga yang mau nyariin lo! Kepedean banget!Gumamnya dalam hati.Dia melempar asal ponselnya tanpa berniat membalas pesan Gibran.Gaby bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi.Dia hendak mandi.Rencananya, Gab
Seorang lelaki turun dari mobil sambil memapah seorang wanita mabuk.Susah payah dia membawa wanita itu kembali ke kamar hotelnya setelah mereka cukup bersenang-senang sepanjang hari ini."Kita mau kemana sih? Gue ngantuk... Gue haus..." gumam si wanita dalam keadaannya yang setengah sadar."Ya, sesampainya di kamar kamu bisa langsung tidur, oke?" ucap si lelaki.Si lelaki memasuki lift menuju lantai 10 hotel tempat dia menyewa kamar.Sekelebat bayangan adegan panas yang sempat terjadi antara dirinya dengan si wanita di mobil tadi membuatnya kembali dilanda gairah. Dia benar-benar harus menuntaskan semuanya dengan wanita di pelukannya itu malam ini.Tak cukup baginya hanya sekedar cumbuan bibir biasa. Dia menginginkan lebih.Pintu lift terbuka di lantai 10, si pria hendak melangkah keluar, tapi seorang pria lain yang berdiri di balik lift hendak memasuki l
Freed Cafe & Bar, itulah nama Kafe yang kini didatangi oleh Gibran. Salah satu Kafe elit ternama di kawasan Jakarta.Edward bilang, Kafe ini milik Freddy.Sesampainya di sana, Gibran mendapati keadaan Kafe sore itu cukup ramai.Dia sudah berjalan berkeliling tapi tak ditemukannya sosok yang dia cari.Sampai akhirnya, sebuah tepuk tangan riuh pengunjung kafe mengalihkan perhatian Gibran saat berpuluh-puluh pasang mata di sana menatap terkesima pada seorang wanita yang baru saja keluar dari backstage dan kini dia berdiri anggun di atas panggung kecil di ujung kafe dengan pakaiannya yang bisa dibilang, sangat sexy.Dan wanita itulah yang sedari tadi Gibran cari-cari.Dia Mirella.
Seorang anak perempuan berumur delapan tahun sedang menangis terisak di pinggir jalan tepat di depan sebuah rumah kontrakan sederhana di seberang jalan rumahnya di kawasan Cicadas, Bandung.Dia terus memegangi lehernya yang terasa begitu sakit dan perih akibat sundutan puntung rokok yang di tekan begitu kuat di kulitnya hingga kulit itu mengalami luka bakar yang cukup serius.Dia terus menerus menatap ke arah rumah kontrakan di depannya. Berharap penghuni rumah itu keluar dan memberinya pertolongan seperti biasa. Sebab hanya mereka yang bersedia menolongnya dibanding dengan tetangga-tetangganya yang lain. Mungkin mereka bukannya tidak perduli, tapi mereka hanya tak ingin terlibat masalah dengan ke dua orang tua bocah perempuan itu, terlebih dengan ayahnya."Mimi?" panggil suara seorang bocah laki-
Gibran pulang ke rumah dengan wajah kusut.Setelah memarkirkan lamborghininya di garasi, Gibran masuk ke dalam rumahnya.Kedatangannya disambut oleh Mbok Sumi, pembantu yang selama ini dipercaya keluarganya untuk mengurus rumah peninggalan Kakek dan Nenek Gibran di Raffles.Rumah ini dulu pernah ditempati oleh sang Papah, Hardin dengan istri pertamanya, tapi tidak lama, sebab setelah mereka bercerai dan sang Papah menikahi almarhumah Ibunya, ke dua orang tua Gibran memilih tinggal di Bandung.Dan sejak itulah rumah ini kosong."Den Gibran, mau makan? Biar Mbok siapkan," ucap Mbok Sumi saat itu."Nggak usah Mbok, saya nggak laper. Saya mau langsung istirahat aja. Besok pagi-pagi saya ada urusan," jelas Gibran.Mbok Sumi cuma manggut-manggut sementara Gibran langsung berlalu menuju kamarnya di lantai dua.Saat Gibran memasuki kamar, dia tida
"Jangan! Jangan! Jangan sakiti Gaby Ayah... Gaby mohon... Apa salah Gaby? Jangan Ayah... Jangaaaaan!"Gaby terbangun dari tidurnya pasca mimpi buruk yang kembali dia alami.Ini mimpi buruk ke dua yang dia alami akhir-akhir ini.Parahnya, dalam mimpinya kali ini, Gaby harus kembali dihadapkan dengan kenangan terburuk yang pernah dia alami sepanjang hidupnya.Kenangan mengerikan di saat dirinya hampir saja kehilangan kehormatannya. Kehilangan satu-satunya harta berharga yang dia miliki sebagai seorang wanita.Sepertinya Gaby harus kembali mendatangi Dokter Milan. Dokter Milan adalah seorang psikolog yang merangkap sebagai psikiater. Berkat bantuan Dokter Milanlah, Gaby bisa terbebas dari rasa trauma masa lalu sebelumnya. Dan Gaby sendiri bingung kenapa sekarang mimpi-mimpi itu kembali mengusik ketenangan hidupnya lagi.Gaby meraih ponselnya di nakas dan mulai mengirim pesan
Sejak hari di mana Gaby dengan begitu tega membiarkan Gibran berjibaku dengan rasa sakit akibat kehabisan stok obat, hubungan antara Gaby dan Gibran semakin renggang. Ke duanya memang tinggal dalam satu atap namun seperti orang yang tidak saling kenal. Gaby dengan segala ego dan gengsinya yang lebih memilih diam dari pada meminta maaf atas kesalahannya, sementara Gibran yang memang sudah tak lagi perduli apapun mengenai Gaby. Kekecewaannya pada Gaby sudah mencapai titik klimaks dan Gibran tak ingin hal itu justru membuat kondisi kesehatannya menjadi down, itulah sebabnya lelaki itu lebih memilih untuk diam. "Hari ini gue mau ke Bandung, Rayyan baru balik dari London, gue mau nengok dia sekalian ziarah ke makam Mamah," beritahu Gibran saat dirinya kini sarapan bersama
Malam ini, Gibran dan Gaby terpaksa menginap di Bandung, di kediaman orang tua Gibran karena ulah Dinzia.Dinzia yang menahan kepulangan Gibran saat itu dengan alasan remaja itu sangat merindukan sosok Kakak lelaki satu-satunya itu.Sementara Gibran sendiri memang paling tidak bisa menolak permintaan Dinzia, adik kesayangannya.Malam itu Dinzia menangis dipelukan Gibran.Akibat percakapan di meja makan tadi yang membahas tentang Luwi, Dinzia jadi terbawa suasana. Mendadak dia rindu Luwi. Almarhumah ibunya..."Zia kangen Mamah, Kak..." bisik Zia dipelukan Gibran.Saat itu mereka sedang bercakap di tepi kolam renang.Mereka duduk di tepi kolam renang dengan kak
Hari ini adalah hari ulang tahun Jasmine yang ke enam.Dan seperti janjinya pada Jasmine sebelumnya, bahwa Gaby akan memberikan Jasmine seorang adik laki-laki.Itulah sebabnya, usai acara perayaan ulang tahun Jasmine yang diadakan dikediaman pribadi Gibran dan Gaby di Jakarta, malam harinya keluarga kecil nan berbahagia itu berangkat menuju sebuah panti asuhan yang lokasinya berada di pusat kota.Sebuah panti asuhan yang memang cukup terkenal bernama Panti Asuhan Pelangi. Anak-anak yatim piatu di panti asuhan pelangi yang tidak beruntung karena tak mendapatkan kesempatan di adopsi oleh sebuah keluarga akan dibina dan dididik hingga anak tersebut memiliki keahlian dan mampu hidup serba mandiri. Nanti, jika mereka sudah besar, pihak panti akan membebaskan mereka untuk menentukan pilihan hidup mereka masing-masing.Total anak yatim piatu ples anak jalanan yang berada di bawah naungan panti asuhan pelangi menc
"Indah banget ya, Gib," ujar Gaby dengan tangannya yang terus dia lipat dan semakin rapat mendekap tubuhnya sendiri. Matanya tertuju pada charles bridge, deretan jembatan romantis yang sangat terkenal di Praha.Saat itu mereka sedang berada di balkon kamar hotel mereka sambil menikmati waktu senja berakhir.Langit yang tampak gelap temaram menjadi latar prague castle dan Sungai Vlatava yang tampak seperti lukisan di dalam dongeng. Keindahan yang menghipnotis banyak pasang mata yang tampak puas memanjakan mata mereka. Charles Bridge memang indah dan layak dikunjungi saat sepi atau ramai terlebih lagi di malam hari. Pasti akan sangat romantis dan menyenangkan. Pikir Gaby membatin.Romantisme perjalanan honeymoonnya kali bersama Gibran pasca mereka kembali resmi menjadi sepasang suami istri terasa begitu berbeda dengan apa yang mereka alami saat honeymoon di Seoul waktu itu.Gaby dan Gibran puas berkeliling Eropa menikmati hari-hari bulan madu mereka yang ma
Sebuah mobil sport hitam tampak melaju kencang, meliuk-liuk di sepanjang jalanan ibukota yang ramai lancar.Gibran mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan penuh ketika dia meyakini bahwa suara yang didengarnya di telepon tadi adalah suara Gaby, mantan istrinya.Itu artinya, model cantik bernama Gabriella itu kemungkinan adalah Gaby.Detik itu juga Gibran langsung meminta Edward untuk menggantikannya pergi keluar kota. Hal itu jelas membuat Edwar mencak-mencak.Sesampainya di kantor, Gibran melangkah panjang menuju ruangannya, lelaki itu tertegun sesaat ketika sepasang netranya kini beradu dengan sepasang netra boneka milik seorang wanita cantik yang sangat-sangat cantik di dalam ruangan itu.Wanita itu mengenakan pakaian sopan berupa dress hitam sebatas lutut yang dipadupadankan dengan blazzer merah menyala."Mamah, mana Papah? Katanya kita mau ketemu Papah?" Tanya seor
Tiga Tahun Kemudian...Hari ini, Gibran dan Edward baru saja mengadakan rapat penting dengan klien asal luar negeri. Rapat ditutup setelah keduanya sepakat untuk menjalin hubungan kerjasama dalam kurun waktu lima tahun ke depan.Gibran baru saja keluar dari ruangan rapat hendak memasuki ruang kerjanya ketika seseorang tiba-tiba menghadang langkahnya di kantor."Pak, ini nama-nama model yang masuk daftar kriteria untuk iklan produk terbaru kita, salah satu di antara mereka adalah model asal luar negeri,"Gibran menerima berkas itu dari sekretarisnya dan masuk ke dalam ruangannya setelah mengucapkan terima kasih.Dia melempar berkas di tangannya ke atas meja kerjanya, mengendurkan dasi yang terasa mencekik lehernya dan menjatuhkan tubuh di sofa panjang yang terletak di pojok ruangan. Lelaki itu tampak memejamkan mata."Jiah
Setelah mengganti pakaian dan merapikan penampilannya di salah satu pom bensin yang dia lewati dalam perjalanan kembali menuju rumah sakit, Gibran tidak bisa fokus menyetir.Tangan lelaki itu terus gemetaran.Pikirannya bercabang dan penuh.Tatapannya berkabut akibat air mata yang membendung di kelopak matanya.Bayangan terakhir saat dirinya berhasil melenyapkan nyawa seseorang kian membuatnya frustasi. Di satu sisi dia merasa bersalah, namun di sisi lain dia juga tak akan membiarkan Mirella terus menerus mengganggu ketentraman hidup rumah tangganya bersama Gaby.Lantas, apakah yang dilakukannya ini benar?Apakah ini adil untuk Mirella?Apakah ini adil untuk Gaby?Mungkinkah dirinya mampu melewati hari-harinya di depan setelah apa yang dia lakukan malam tadi di atas bukit itu?Setelah dirinya membunuh Mirella...
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya kendaraan Gibran pun berhenti di sebuah tempat yang jauh dari hiruk pikuk manusia.Sebuah tempat yang sepi, gelap dan dingin.Dulu sekali, Gibran pernah menyambangi lokasi ini bersama kawan-kawan satu kantornya untuk sekedar refreshing di tengah nuansa alam liar dengan berkemah dan mendaki.Jika dulu dirinya mendaki dengan peralatan lengkap, bedanya, kini dia mendaki tanpa membawa apapun selain senter di tangan dan pakaian yang melekat di tubuhnya.Lelaki itu terus menggenggam tangan Mirella di sepanjang jalan setapak nan licin yang mereka lalui."Mau apa kita ke sini, Ib? Aku takut," ucap Mirella di tengah perjalanan saat Medan yang harus mereka daki kian curam."Aku sudah bilangkan, kamu harus bersembunyi. Aku tidak mau polisi-polisi itu menangkapmu," ujar Gibran yang susah payah melangkah.Rintik gerimis yang masih setia mengguyur membuat tubuh keduanya sama-sama lepek."
Seorang supir truk lintas propinsi yang baru saja melewati jalan raya hutan belantara di tenggara pulau Jawa tampak memparkirkan kendaraannya di sebuah rumah makan."Celana lu kancingin dulu tuh," ucap si kenek truk.Sang supir pun langsung menarik retsleting celananya yang lupa dia betulkan setelah di tengah perjalanan tadi dirinya dan rekan satu perjalanannya baru saja mendapat durian runtuh.Hidup sebagai seorang supir truk lintas propinsi membuat mereka harus rela hidup berjauhan dengan istri di kampung. Menjadi hal yang sangat membahagiakan tatkala mereka diberi kesempatan menuntaskan hasrat terpendam mereka secara gratis pada seorang wanita yang rela menukar tubuhnya dengan makanan yang tak seberapa."Kenapa tadi nggak lu ajak nikah aja sekalian tuh cewek. Lumayankan buat simpenan kalau lu lagi singgah di pulau Jawa," ujar si kenek lagi yang masih terus terbayang-bayang setelah berhasil merasakan nik
Warning : Terdapat adegan kekerasan, harap bijak dalam membaca!*****Gibran sampai di kediamannya dan tak mendapati Gaby di sana.Saat lelaki itu mengkonfirmasikan hal itu pada sang Ibu, Yura justru mengatakan bahwa dirinya juga kecolongan karena ternyata Gaby pergi bersama Luna tanpa ada sesiapapun yang mengetahuinya."Ibu sudah berulang kali menghubungi Luna tapi tak ada jawaban, Gibran," ucap Yura panik.Gibran dan Sean saling berpandangan. Hingga lelaki itu pun mengingat bahwa belum lama Gaby sempat membalas pesannya, jadi masih ada kemungkinan Gaby masih berada di area Bandung.Setelah menghubungi pihak kepolisian dan melacak kepergian Gaby dan Luna hari itu, akhirnya setelah seharian penuh melalui proses pencarian yang panjang, dan menampung semua kesaksian dari Luna dan seorang Cleaning Service di mall yang ditemukan dalam keadaan
Flashback On...Gaby bersorak girang saat dirinya akhirnya bisa keluar dari istana milik Ayah mertuanya.Tentunya berkat bantuan Luna, setelah drama panjang yang harus Gaby lewati untuk membujuk Luna agar bersedia menemaninya keluar.Luna sudah tahu tentang semua kejadian yang menimpa Gaby akibat Mirella. Dan Luna pun sudah tahu tentang apa yang pernah dilakukan Mirella semasa wanita itu tinggal di Shanghai.Awalnya Luna berpikir maju mundur untuk menuruti ajakan Gaby, namun saat Gaby mengatakan bahwa dirinya sedang hamil dan ingin sekali jalan-jalan, Luna jadi kasihan."Gue lagi ngidam Lun, pengen banget makan Asinan khas Bandung yang di jalan merdeka itu," bujuk Gaby saat itu."Yaudah gue pesenin ya, kalo nggak tinggal suruh supir buat beli," balas Luna memberi saran."Ishh, Lo mah gitu! Gue mau makan ditempatnya langsung. Nggak