Seperti biasa, hari ini Arsen kembali mengawasi aktifitas yang dilakukan Mitha dari kejauhan.
Seolah menjadi kegiatan rutin bagi seorang Arsen ketika dirinya memiliki waktu senggang di tengah kesibukannya sebagai seorang tentara militer. Membuntuti kemana Mitha pergi untuk kemudian mencari cara agar dirinya dan Mitha memiliki timing yang pas untuk bicara.
Entah kenapa, semakin hari, daya tarik Mitha membuat Arsen semakin sulit melupakan wanita itu. Seolah ada sebuah magnet yang begitu kuat hingga mengalihkan seluruh pikiran dan perhatiannya hanya untuk Mitha.
Aktifitas yang dilaluinya tak pernah lepas dari bayang-bayang Mitha.
Bahkan hebatnya, Arsen kerap dilanda mimpi basah jika sebelum tidur dirinya terus saja memikirkan Mitha.
Hari ini dilihatnya Mitha pergi bersama seorang wanita yang usianya mungkin tak berbeda jauh dari Mitha. Mereka terlihat akrab.
Keduanya pergi menuju sebuah salon kecantikan di pusat Jakarta.
Arsen menunggu kegiatan dua wanita itu hingga mereka selesai di sore hari.
Entah, apa saja yang dilakukan para wanita di dalam sana, rasanya Arsen hampir mati bosan menunggu.
Hari sudah gelap, Arsen berpikir keduanya hendak pulang, namun ternyata tidak.
Mitha pergi menuju sebuah mall elit dikawasan Pondok Indah masih bersama orang yang sama.
Arsen masih terus membuntuti mereka.
Berjalan santai dengan menjaga jarak aman di belakang kedua wanita itu.
Ternyata Mitha bersama rekannya itu memasuki sebuah toko underwear khusus wanita, Arsen memilih untuk menunggu di luar.
Dia sempat menerima beberapa panggilan masuk dari Bagas, namun Arsen merijectnya karena tak mau lengah hingga harus kehilangan mangsa yang dia incar.
Setelah menunggu hampir satu jam, Mitha dan teman wanitanya itu terlihat keluar dengan menenteng dua kantong besar belanjaan.
Mereka memborong dalaman?
Sebanyak itu?
Pikir Arsen terheran-heran.
Hingga setelahnya, Arsen pun teringat akan profesi Mitha sebagai seorang pelacur, pastinya Mitha memang harus memiliki banyak koleksi dalamankan?
*****
"Aduh Mitha, maafkan Tante ya? Tante tidak bisa mengantarmu pulang. Tidak apa-apakan kamu pulang sendirian?" Ucap Tante Rina pada sang keponakan.
Kekasih Tante Rina yang selama ini bekerja di luar negeri baru saja mengabarkan bahwa dirinya sudah sampai di Indonesia.
Bodohnya Tante Rina, saking bersemangatnya mengantar Mitha ke Spa, dia sampai lupa kalau dia seharusnya menjemput sang kekasih di Bandara.
"Tidak apa-apa Tante, Mitha bisa pulang sendiri," ucap Mitha dengan senyuman manisnya.
"Ya sudah kalau begitu, kita berpisah di sini saja ya?"
"Apa perlu Mitha antar Tante ke Bandara?"
"Oh jangan! Ini sudah malam, kamu pulang saja. Nanti bisa-bisa Kakakku memarahiku lagi karena membuatmu pulang terlambat," tolak Tante Rina yang bahkan sudah sangat kenyang menjadi korban kemarahan sang Kakak lelakinya yang merupakan Ayah Mitha. "Aku naik taksi saja, Bye Mitha, jaga dirimu baik-baik dear..."
"Iya Tante juga,"
Setelah cipika-cipiki, keduanya berpisah di depan lift.
Mitha melanjutkan langkahnya menuju basement tempat dia memparkirkan kendaraannya.
Langkah Mitha terhenti seketika saat dia melihat seorang lelaki berpakaian casual tengah bersandar nyaman di atas kap mobil depannya.
Tatapan keduanya beradu beberapa detik, hingga setelahnya Mitha menoleh kesekeliling basement yang memang sangat sepi.
Hanya ada dirinya dengan lelaki itu saja di sana.
Mitha menelan salivanya yang terasa pahit.
Rasa takut mulai kembali menjalari benaknya.
Lelaki itu tersenyum, dia mulai melangkah mendekat ke arah Mitha.
"Berhenti! Jangan mendekat!" Teriak Mitha spontan. Kakinya mundur beberapa langkah.
Arsen pun langsung menghentikan langkahnya. Menatap bingung ke arah Mitha yang seperti melihat hantu.
"Hei, aku ini manusia. Bukan hantu. Apa aku terlihat begitu menyeramkan di matamu?" Ucap Arsen seraya tertawa pelan. "Aku juga tidak berniat jahat padamu. Aku hanya ingin kita bicara sebentar..."
"Aku tidak mengenalmu! Jadi kupikir tidak ada yang perlu kita bicarakan!" Potong Mitha cepat. Dengan segenap keberanian Mitha melangkah tergesa melewati Arsen hendak menuju mobilnya, namun langkahnya sudah lebih dulu dihadang Arsen, bahkan lelaki itu terlihat menarik lengan Mitha dan membawa Mitha ke balik dinding basement dengan lokasi yang cukup tersembunyi karena diapit dua dinding.
"Lepaskan aku!" Mitha terus meronta namun tubuh mungil dan tenaganya jelas tak sebanding dengan Arsen. Dua kantong belanjaan yang dibawanya terjatuh entah di mana.
Arsen mengunci tubuh Mitha ke dinding.
Menatap lekat wajah Mitha dengan tatapan haus.
"Kudengar, dua hari lagi adalah hari pernikahanmu dengan Handaru? Benar begitu?" Tanya Arsen kemudian.
"Itu bukan urusanmu! Biarkan aku pergi! Aku harus pulang!" Mitha kembali meronta namun Arsen malah meraih tengkuk Mitha dan mencium bibir wanita itu tanpa permisi.
Mitha memukul dada Arsen berusaha melepaskan diri.
Hingga akhirnya sebuah tamparan keras mendarat di pipi Arsen begitu lelaki itu selesai dengan kegiatannya.
"BRENGSEK!" maki Mitha menumpahkan amarahnya.
Arsen masih tetap mengunci tubuh Mitha dan sama sekali tak memberikan secuil pun akses untuk Mitha bisa berkutik.
"Ternyata, kau tidak hanya cantik, tapi ternyata pintar. Aku kenal Handaru, dia adalah seorang lelaki baik-baik dari keluarga terhormat. Dia kakak kelasku sewaktu aku di SMA dulu. Seandainya dia tahu siapa kamu sebenarnya, aku pikir semua rencana jahatmu pasti akan hancur. Untuk itu, aku menawarkan sesuatu yang lebih menggiurkan daripada kau harus berpura-pura menjadi wanita baik-baik dihadapan banyak orang," ungkap Arsen to the point.
Arsen tak ingin membuang-buang waktu lagi.
Sejatinya Arsen cemburu melihat Mitha bersama Handaru, hanya saja dia tak mau menjadi bodoh seperti Handaru. Arsen hanya ingin menyelediki lebih jauh seberapa liciknya wanita bernama Mitha itu yang mampu sedemikian rupa menutupi profesi hitamnya dari Handaru.
Bahkan yang membuat Arsen tak habis pikir, bagaimana bisa seorang anak yang terlahir dari keluarga terpandang dan terhormat macam Mitha justru memilih menggeluti profesi menjadi seorang pelacur?
"Jadilah milikku, aku bisa memberikan semua hal yang Handaru berikan tanpa kau harus berpura-pura karena aku sudah tau siapa kau sebenarnya," ucap Arsen memperjelas maksudnya.
"Aku tidak mengerti semua perkataanmu! Lepaskan aku kalau tidak aku akan berteriak!" Ancam Mitha saat tubuhnya semakin dihimpit ke dinding oleh Arsen.
Arsen tertawa. "Tidak usah berpura-pura polos, kau bahkan sudah berhasil membuatku tidak bisa melupakanmu setelah kejadian malam itu. Aku membutuhkanmu. Jadilah milikku," pinta Arsen lagi. Persetan dengan harga dirinya, Arsen sudah terlalu tergila-gila akan pesona Mitha hingga dia rela mengemis pada seorang pelacur.
"Brengsek! Siapa kau berani-beraninya berkata begitu padaku? Kau tidak tahu apa-apa tentang aku, jadi jangan sok tahu!"
Arsen merenggangkan cekalan tubuhnya pada tubuh Mitha dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
Mitha hendak kabur namun sebuah video yang diperlihatkan Arsen pada Mitha membuat Mitha sontak mengurungkan niatnya untuk pergi.
"Lihatlah, betapa liarnya dirimu di ranjang, sayang..." Bisik Arsen tepat di telinga Mitha.
Kelopak mata Mitha memanas saat dia melihat adegan demi adegan tak senonoh yang terputar dalam video itu.
Hebatnya, adegan demi adegan itu justru memperlihatkan dirinya yang sedang melayani Arsen dengan begitu bernafsu dan agresif.
Mitha benar-benar tidak menyangka. Dia sungguh syok mendapati dirinya yang bagaikan seorang jalang menjijikan dalam video itu.
Lelehan air matanya tak mampu lagi dia tahan.
Melihat mangsanya tak berdaya, Arsen menyeringai senang.
"Bagaimana, cantik? Maukan menjadi milikku? Katakan, berapa harga yang harus aku bayar untuk menyewamu seumur hidup?"
PLAK!
Bukannya mendapat jawaban yang dia inginkan Arsen justru mendapatkan kembali satu buah tamparan keras dari Mitha.
Arsen pun tak tinggal diam.
Dia kembali mencium bibir Mitha dengan paksa.
"Lepas! Jangan kurang ajar! Sekali lagi kau bersikap kurang ajar padaku, aku tak akan segan-segan melaporkanmu ke polisi," ancam Mitha yang dengan cepat menyeka bibirnya yang basah akibat perbuatan Arsen.
"Atas tuduhan?" Balas Arsen cepat. Wajahnya terlihat begitu santai.
"Karena kau telah memperkosaku malam itu!"
Arsen tertawa.
Tawa yang terdengar sangat geli.
"Apa dalam video ini aku terlihat seperti sedang memperkosamu? Come on, Mitha. Tidak perlulah kau terus berakting dihadapanku. Karena aku sudah tau siapa kau sebenarnya. Untuk itu, sekali lagi aku minta, jadilah milikku. Aku akan memberikan segalanya untukmu. Harta, uang, popularitas, kekuasaan? Apalagi yang kau inginkan? Coba sebutkan!"
Mitha menatap nyalang ke arah Arsen. "Dengarkan ucapanku baik baik! Sampai mati pun, aku tidak akan pernah Sudi menjalin hubungan dengan lelaki sepertimu!" Ungkapnya disertai satu titik air matanya yang kembali menetes. Mitha benar-benar frustasi ketika dia harus kembali teringat akan adegan dalam video yang diperlihatkan Arsen kepadanya. Bagaimana bisa dia menjadi serendah itu? Apa yang sebenarnya sudah terjadi padanya malam itu?
Lagi dan lagi Mitha hanya bisa bertanya-tanya sendiri.
"Cepat atau lambat Handaru akan tau siapa dirimu sebenarnya!" Arsen kembali mengancam Mitha.
"Aku tidak takut dengan ancamanmu!" Balas Mitha lantang.
"Oh, benar begitu? Jadi kau menantangku? Kalau sampai Handaru tau siapa dirimu, aku tidak yakin dia akan tetap menerimamu apa adanya,"
"Mas Handaru lelaki baik-baik. Dia mencintaiku dan aku pun mencintainya! Tidak ada secuil pun celah untukmu di antara kami!" Tegas Mitha lagi.
Arsen masih saja tenang dengan gayanya yang super santai.
"Oke kalau begitu. Kita lihat saja nanti. Pegang ucapanku! Handaru pasti akan membuangmu layaknya sampah yang tak berharga, jika dia smpai tau bahwa kau adalah seorng pelacur!"
PLAK!
Untuk ketiga kalinya, Mitha kembali menampar Arsen. Bahkan kali ini, saking kuatnya tamparan itu, Arsen bisa mencecap asin darah di sudut bibirnya.
"AKU BUKAN PELACUR!"
"Tidak mungkin! Jelas-jelas servismu sangat mengagumkan sayang dan Agnes juga mengatakan bahwa kau adalah pelacur terbaiknya. Sudahlah tidak usah terus menerus mengelak dan berpura-pura layaknya kau wanita terhormat! Serendah-rendahnya seorang wanita adalah wanita yang rela menjual tubuhnya pada pria hidung belang! Dan aku akan memberikan berapa pun nilai yang kau inginkan! Bahkan aku akan memberikanmu seisi dunia, jika kau bersedia menjadi milikku Mitha!"
"Dasar lelaki gila! Kau tidak waras! Agnes? Siapa Agnes? Sepertinya kau memang perlu memeriksakan dirimu pada psikiater!"
"Brengsek! Berhenti memakiku jalang!" Arsen mulai kehabisan kesabaran.
"Aku sudah berusaha menggunakan cara lembut, tapi jika kau tetap bersihkeras mempertahankan harga dirimu, aku tak akan segan-segan untuk berbuat kasar terhadapmu! Agnes itu mucikarimu di dragon's Club, mana mungkin kau tidak mengenalnya?"
"Aku tidak kenal Agnes! Dan bahkan seumur hidupku, aku baru pertama kalinya menginjakkan kakiku di Club malam hari itu! Kau tau apa yang aku rasakan setelahnya? AKU MENYESAL! Lebih baik aku tidak tahu apapun tentang gemerlapnya dunia malam jika pada akhirnya aku tahu, aku akan berurusan dengan lelaki gila seperti dirimu!"
Dengan sekuat tenaga Mitha mendorong tubuh Arsen dan berlari pergi.
Arsen yang termangu saat mendengar kalimat terakhir Mitha hingga membuatnya kebingungan.
Saat kendaraan milik Mitha sudah pergi dari lokasi itu, ponsel Arsen kembali berdering.
Panggilan dari Bagas.
Arsen pun mengangkat panggilan itu setelah dirinya sudah berada di dalam mobil pribadinya.
"Halo, Gas? Ada apa?" Ucapnya dengan suara pelan.
"Kau kemana saja sih? Aku telpo daritadi tidak diangkat-angkat. Kau sudah baca pesanku belum?" Jawab Bagas diseberang.
"Belum," jawab Arsen lemah. Pikirannya masih kacau. Penuh oleh Mitha.
"Pantas kalau begitu!" Bagas terdengar mengesah.
"Memangnya ada apa?" Tanya Arsen lagi.
"Aku baru saja mengunjungi Dragon's Club dan bertemu langsung dengan gremo di sana. Ternyata, wanita bernama Agnes itu bukan gremo, bahkan Mami Grace tidak mengenal siapa itu Agnes. Benar apa yang dikatakan Tio, kalau Mitha sebenarnya bukan seorang pelacur! Karena dari keterangan yang aku dapatkan dari Mami Grace, dia tidak memiliki anak buah bernama Paramitha..."
Arsen tercenung.
Penjelasan Bagas selanjutnya terdengar bagaikan dengung samar yang menyakitkan baginya.
"Aku baru saja mengunjungi Dragon's Club dan bertemu langsung dengan gremo di sana. Ternyata, wanita bernama Agnes itu bukan gremo, bahkan Mami Grace tidak mengenal siapa itu Agnes. Benar apa yang dikatakan Tio, kalau Mitha sebenarnya bukan seorang pelacur! Karena dari keterangan yang aku dapatkan dari Mami Grace, dia tidak memiliki anak buah bernama Paramitha..."Malam itu di sepanjang perjalanan menuju kediamannya, suara Bagas di telepon terus menerus terngiang dalam benak Arsen.Dia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang sudah terjadi.Apa yang harus dia lakukan jika memang kenyataannya Mitha bukanlah seorang pelacur?Ahk! Sial!Arsen hanya bisa mengutuk dirinya sendiri.Berkali-kali mengumpat dalam hati dan melampiaskan kegundahan hatinya pada dashboard mobil yang sedang dikemudikannya.Arsen hendak berbelok ketika tanpa sengaj
"Kamu itu anak laki-laki Mama satu-satunya. Kamu Kakak dari tiga adik perempuanmu. Itulah sebabnya, kamu tidak boleh mempermainkan perasaan wanita apalagi sampai merendahkan martabat dan harga dirinya. Ingat Arsen, sejak kecil Arsen hidup bersama Mama, pahit manis getir kehidupan sudah kita lalui bersama, Mama sangat berharap Arsen bisa tumbuh menjadi seorang lelaki sejati yang bisa menghormati wanita. Siapapun dia, apapun keadaannya, profesinya, jangan sekali-kali kamu menyakiti hatinya dengan lisan apalagi perbuatanmu. Arsen mengertikan? Sekarang, minta maaf ya sama Kiki?"*Itulah sekelebat ingatan tentang bagaimana dahulu Mischa, selaku Ibunda Arsen selalu mengajari sang anak untuk tidak berbuat kurang ajar terhadap perempuan.Seperti yang dahulu pernah Arsen lakukan pada Kiki sahabatnya sejak kecil. Arsen yang tidak sengaja menyakiti Kiki dengan lisannya, meski han
Acara pernikahan mewah itu baru saja selesai.Para tamu undangan sudah kembali pulang ke kediaman masing-masing dan para keluarga pun sudah terlampau lelah hingga lebih memilih untuk beristirahat di hotel tempat acara pernikahan itu berlangsung.Sama halnya dengan kedua mempelai yang kini sudah berada di dalam kamar pengantin mereka.Sebuah kamar yang telah dihias sedemikian rupa hingga menghadirkan kesan romantis dan manis.Selesai melepas sepatu dan kaus kakinya, Handaru menghampiri Mitha yang tampak kesulitan membuka gaun pengantinnya."Sini, aku bantu," ucap Handaru dengan senyuman ramahnya. Lelaki berparas tampan dengan wajah yang ditumbuhi brewok tipis itu membantu sang istri melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Mitha.Merasa malu karena ini pertama kalinya Mitha berada satu kamar dengan lelaki sebayanya, Mitha buru-buru mengambil jubah mandi dan mengen
Malam semakin larut.Keadaan sekeliling area kafe yang terletak di lobby hotel terlihat mulai sepi pengunjung.Lantunan musik mellow terdengar merdu, mengalun syahdu dan mendayu-dayu.Sudah satu jam berlalu pasca pertengkarannya dengan Mitha, Handaru bahkan masih bergeming di tempatnya duduk, di salah satu meja kafe yang terletak di ujung ruangan.Handaru sengaja mencari lokasi yang tersembunyi karena dirinya memang sedang ingin menyendiri.Pengakuan Mitha yang diucapkan wanita itu di malam pertama mereka layaknya sebuah bom dahsyat yang menghancur leburkan hati Handaru hingga menjadi serpihan-serpihan kecil. Harapannya melewati malam pertama yang indah dan menyenangkan kini berubah menjadi mimpi buruk.Handaru benar-benar tidak menyangka jika Mitha bisa tega membodohinya, menipunya, membohonginya!Kenapa Mitha?Kenapa kamu me
"Assalamualaikum, Halo Bu?" Sapa Mitha ditelepon saat panggilannya berhasil dijawab oleh sang Ibunda.Susah payah Mitha menahan suaranya agar tidak terdengar bahwa kini dia sedang menangis.Saat itu, Mitha sengaja mengasingkan diri ke toilet umum Bandara untuk bercakap sejenak dengan Ibunya sebelum dia pergi meninggalkan Indonesia."Waalaikum salam, Mitha? Ada apa sayang? Kamu masih di hotel bersama Handaru?" Tanya sang Ibu dari seberang.Satu tetes air mata Mitha meleleh lagi tanpa mampu dia tahan. Nyatanya, sang Ibu tidak tahu perihal rencana Handaru yang mengajaknya pergi meninggalkan Indonesia hari ini. Semua halnya diputuskan Handaru secara sepihak bahkan tanpa lelaki itu memperdulikan perasaan keluarga Mitha.Kenapa Mas Handaru jahat sekali?Ucap Mitha membatin."Hm, i-iya Bu. Ibu sedang apa?" Tanya Mitha kemudian setelah berhasil menyeka ai
Selesai menelepon sang Ibunda, Mitha membenahi sedikit penampilannya sebelum dia keluar dari toilet umum Bandara.Saat dia kembali ke lokasi di mana Handaru berada, Mitha sudah tak melihat keberadaan wanita berpakaian seksi yang tadi menjadi teman mengobrol suaminya.Mitha mengambil posisi duduk di sisi Handaru yang saat itu sibuk dengan ponselnya.Lelaki itu mulai bergeming dan tampak memasukkan ponselnya ke saku celana bahannya. Dia menoleh ke arah Mitha. "Sudah selesai? Apa saja yang kau bicarakan dengan Ibumu?" Tanya Handaru dengan suara dan sikapnya yang sedingin es.Mitha menelan salivanya satu kali sebelum akhirnya dia menjawab pertanyaan suaminya. "Aku hanya berpamitan saja," jawabnya singkat."Apa kau memberitahu ibumu tentang kejadian semalam?" Tanya Handaru lagi.Mitha menggeleng lemah, kepalanya menunduk saat tatapan tajam Handaru sama sekali tak beralih sediki
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, akhirnya Mitha dan Handaru pun sampai di lokasi yang akan menjadi tempat tinggal mereka untuk waktu yang belum bisa ditentukan.Sebuah rumah di Cambridge Place yang terletak di kawasan Victoria Road adalah sebuah jalan di Kensington, London, yang pada tahun 2015 dianggap sebagai jalan termahal di Inggris. Jalan ini membentang dari utara ke selatan dari mulai Kensington Road, Kensington High Street di dekat Istana Kensington dan Royal Albert Hall.Rumah mewah dengan dinding berplesteran putih megah itu terlihat lebih indah dari dalam.Rumah ini di desain dengan sangat baik, dengan ruang hiburan yang sangat bagus termasuk ruang tamu yang indah di lantai dasar yang ditinggikan dengan pintu Prancis yang mengarah ke teras.Mitha masih terkagum-kagum dengan keindahan da
Sudah hampir sembilan bulan berlalu, sikap dingin Handaru tak juga berubah.Seperti hidup sendirian, bahkan intensitas percakapan yang mereka lakukan di dalam rumah itu bisa terhitung jari.Semenjak usia kehamilannya yang semakin menua, Mitha memang memutuskan untuk pindah kamar tidur di lantai bawah karena dia merasa lelah jika harus bulak-balik naik turun tangga jika tetap memilih kamar di lantai atas.Sejak itu pula, intensitas pertemuan Mitha dengan Handaru semakin jarang.Hanya saat sarapan pagi meski tak pernah sarapan bersama, karena pada malam hari, Handaru lebih sering pulang larut malam sementara Mitha sudah tidur lebih dulu.
THE BRIDAL SHOWER AKAN BERLANJUT DI BUKU BARU DENGAN JUDUL BERBEDA DIMANA KITA AKAN KEMBALI FLASH BACK PADA KISAH MASA LALU KIKI DAN ARSEN.BAGI KALIAN YANG UDAH GA SABAR KEPINGIN TAU GIMANA ROMANTISNYA PASANGAN ARSEN DAN MITHA PASCA MENIKAH, KITA AKAN KUPAS TUNTAS DI BUKU BERIKUTNYA YANG BERJUDUL "DI UJUNG PENANTIAN"DI BUKU BARU ITU, KIKI YANG AKAN MENJADI PEMERAN UTAMA YA...INI BLURBNYA BIAR KALIAN TAMBAH PENASARAN : "Arsen, aku hamil!" Ucap seorang gadis berseragam SMA pada sahabatnya yang bernama Arsen.Gadis itu memeluk Arsen dengan erat lalu menjadikan dada Arsen sebagai sandaran tangisnya."Siapa yang melakukan ini padamu?" Tanya Arsen dengan gelegar amarah yang berusaha dia tahan di dalam dadanya.Tangisan sang gadis semakin pecah. Suaranya serak saat dia kembali berbicara. "Papaku," jawabnya dengan bahu yang terguncang hebat.Arsen membalas pelukan Kiki seraya mengelus lembut rambut Kiki yang halus."Aku akan bertanggung jawab, Ki! Setelah kita lulus SMA nanti, aku akan dat
Dear Arsen... Hai, apa kabar? Semoga kau dan keluargamu sehat-sehat selalu dan berbahagia ya. Aku dengar dari Mama, istrimu baru saja melahirkan? Benar begitu? Wah, semakin lengkap saja pastinya keluarga kecil kalian ya? Selamat ya Arsen... Aku turut berbahagia mendengar kini kau dan keluargamu bahagia. Sebelumnya, aku ingin meminta maaf atas surat yang pernah kukirim padamu sehari sebelum kau menikah Arsen. Jujur sebenarnya, aku sama sekali tidak ingin membebanimu akan masalah yang sedang aku hadapi saat itu. Hanya saja, aku merasa begitu buntu dan memerlukan pendapat seseorang untuk memban
Maldives, semua orang pasti bermimpi untuk berkunjung ke sana.Negara Maladewa yang terkenal dengan resort-resort mewah nan romantis menyihir siapa saja yang melihatnya.Negara Republik Maladewa ini merupakan Negara kepulauan yang terdiri atas kumpulan koral yang melengkapi sebuah laguna. Ada banyak pulau-pulau koral nan indah yang memanjakan mata, suasana pantai yang tenang dengan pemandangan yang memikat. Pantainya yang eksotik, mempunyai pasir putih yang membentang luas, disertai suara deburan ombak yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan asing, terlebih bagi mereka pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu.Surga tersembunyi Maldives memang tempat yang cocok untuk dijadikan saksi romansa kasih dan cinta setiap pasangan di dunia.Termasuk dengan pasangan pengantin baru Arsen dan Mitha.Keduanya yang kini sedang asik menikmati panorama pantai Maldives yang benar-benar memanjakan mata.Pantainya bersih tanpa satu pun sampah yang berserakan. Pasir putihnya halus
Mentari pagi tersenyum menyambut hari. Sinarnya menghangatkan bumi. Berlokasi di sebuah Masjid Raya besar di pusat Jakarta, sebuah akad nikah hendak dilangsungkan. Karpet merah sudah digelar. Hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Hari di mana seorang Paramitha Azkia Sudiro akan resmi menyandang status sebagai istri dari seorang pengusaha sukses penerus malik grup, yakni Tuan Arsenio Malik Akbar. Masjid Agung itu kini berubah menjadi lautan manusia. Saking banyaknya tamu undangan yang ingin menyaksikan prosesi Ijab dan Kabul yang akan dilalui Arsen dan Mitha. "Mitha... Kau cantik sekali?" Pekik Eren begitu dirinya melihat Mitha turun dari mobil yang mengantarnya menuju acara akad nikah. Eren membantu Mitha yang kepayahan berjalan akibat high heels yang begitu tinggi serta kebayanya yang panjang. "Pengantin lelaki sudah siap sejak tadi," bisik Eren kali ini. Wajah Mitha nampak merona. Sungguh, dia m
Ketukan palu hakim ketua dalam persidangan kasus KDRT yang dilakukan Handaru Pratama terhadap istri sirinya yang bernama Angelina Putri menjadi tanda berakhirnya persidangan sekaligus keluarnya putusan mengenai hukuman pidana yang harus diterima oleh Handaru sebagai tersangka.Bukan hanya Handaru yang harus mengecap dinginnya dinding jeruji besi, namun Angel sendiri pun sudah menerima hasil putusan peradilan untuk dirinya yang telah melakukan kejahatan terhadap Mitha.Kedua manusia itu kini harus menerima buah pahit hasil perbuatan mereka terdahulu.Arsen dan Mitha yang menghadiri acara persidangan sangat lega begitu mengetahui bahwa kini Handaru dan Angel sudah dijebloskan ke dalam penjara."Apa kau sibuk hari ini Mitha?" Tanya Arsen pada Mitha saat mereka sudah di dalam mobil Arsen hendak pulang.Mitha tampak berpikir. "Hm, sepertinya tidak, memang kenapa?" Tanya Mitha yang melihat adanya gelagat aneh dari Arsen.Sejak mereka resmi saling
Mitha terus menangis di depan ruangan operasi. Eren terus menemaninya. Memberinya semangat dan bahu untuk bersandar.Sementara tak jauh dari Mitha, seorang lelaki berperawakan jangkung dengan kulitnya yang putih bersih duduk dengan gelisah. Berharap pihak medis bisa menyelamatkan nyawa Arya, ayah dari wanita yang begitu dia cintai.Ayah Mitha kembali kritis dan kini sedang ditangani oleh pihak medis pasca terjadinya keributan di dalam ruangan rawat Arya beberapa jam tadi.Frida ditemani Tante Rina tampak menangis tiada henti. Khawatir akan terjadi hal buruk menimpa sang suami.Operasi itu berlangsung terasa begitu lama dan menyiksa batin tiap-tiap orang terdekat Arya.Hingga akhirnya, saat tim medis selesai dengan tugasnya dan keluar dari ruangan itu, seluruh keluarga langsung berhambur dan menunggu dengan perasaan harap-harap cemas.E
Mitha terus saja menangis dipelukan Eren.Kejadian hari ini begitu mengejutkan hingga membuatnya syok, kalut dan marah.Tepat saat kedua orang tuanya membahas tentang masalah video syur itu.Sebuah video yang memperlihatkan dirinya dan Arsen tengah berhubungan intim. Sialnya dalam video itu hanya Mitha yang terlihat wajahnya.Sejatinya inilah yang selalu Mitha takuti selama ini. Tentang keberadaan video itu.Dan pada akhirnya, Video itu pun sampai juga ke tangan kedua orang tuanya.*"Ibu ingin kamu menjelaskan bagaimana Video ini bisa terjadi Mitha! Katakan siapa lelaki yang tidur denganmu dalam video ini! Apa benar lelaki ini adalah Arsen, seperti yang Handaru katakan pada kami," Sentak Frida saat Mitha baru memasuki ruangan rawat sang Ayah beberapa menit.*Sepanj
Seorang lelaki tampak membuka kasar pintu rumahhya.Wajahnya memanas terbakar amarah.Langkahnya lebar dan tergesa-gesa.Kedua tangannya mengepal kuat di sisi tubuhnya sementara kedua rahangnya mengeras menahan lahar panas yang bergemuruh di dadanya.BRAK!Sebuah pintu dibanting keras olehnya, mengagetkan seorang wanita yang sedang terduduk lunglai di lantai tak beralas dengan tubuh nyaris telanjang. Leher wanita itu dirantai menggunakan kalung anjing sementara kedua tangannya diikat merentang ke samping.Melihat keberadaan si lelaki yang memasuki ruangan itu, si wanita langsung ketakutan."Ja-jangan Ndaru... Tolong jangan siksa aku lagi... Lepaskan aku Ndaru... Aku mohon..." Mohon si wanita dengan isak tangis yang menyayat hati.Tubuhnya yang sudah penuh dengan luka kian memepet ke dinding saat lelaki bernama Handaru yang telah resmi menjadi suaminya sejak dua tahun yang lalu itu mulai berjalan mendekatinya.Handaru ber
Hari ini Arsen dimintai tolong oleh Mitha untuk mengantar si kembar ke sekolah karena supir pribadi yang biasa bertugas mengantar jemput si kembar ke sekolah sedang sakit.Sebenarnya bisa saja, Mitha mengantar Alan dan Alice sendiri, tapi karena ada sesuatu hal yang menurutnya penting hingga pada akhirnya membuat Mitha memutuskan untuk menghubungi Arsen dan meminta lelaki itu datang ke kediamannya pagi ini.Pagi-pagi sekali Arsen sudah berada di kediaman Mitha, dia ikut sarapan bersama dengan Mitha dan si kembar sebelum mereka berangkat bersama ke sekolah.Pagi ini Mitha memasak nasi goreng yang rasanya memang sangat enak."Naci goleng buatan Bunda celalu yang telbaik," celoteh si bungsu Alice.Mitha hanya tersenyum menanggapi pujian sang anak, dia mengambilkan Alan dan Alice masing-masing satu piring nasi goreng ples telur ceplok."Om Alcen nggak diambilin cekalian Mah?" Tanya Alice yang memang duduk tepat di sebelah Arsen.Mitha men