Ketuk Palu Pengadilan (37)Oh, jadi tadi dia cari-cari aku cuma buat anterin handphone-ku yang tertinggal di rumah. Ya, Rabb, dia masih sebegitu pedulinya denganku dan anak-anak. Demi bisa ngasih handphone itu sampai mengikuti kemana mobil pergi.“Jadi?” Aku tetap berusaha dingin walau dalam hati ada sedikit iba padanya.“Ya jadi Mas kecewa. Mas cuma ingin kamu nggak gelisah karena nggak bawa hape, tadinya cuma itu.”“Terus kamu kecewa dan kamu nabrakin mobil orang. Iya? Kamu nggak khawatir gitu kalau misalnya aku kenapa-kenapa di mobil itu? Kamu nggak khawatir gitu kalau misalnya mobilnya dapet benturan keras, tangki bensin bocor terus kebakaran gitu? Kamu nggak kepikiran kalau tadi mobil itu lepas gitu aja dia jadi goyang terus jadi tabrakan beruntun? Aku ini ibunya anak-anak kamu loch, Mas.”“Ya, maaf. Maafin banget. Tadi nggak ada niat nabrak. Cuma kok selintas emosi muncul dari dalam dada Mas, Mas kayak ngegas nggak kerasa gitu. Mas baru ngerti sekarang begini toh rasanya terbaka
-Mereka Semakin Mesra- (38)Kenapa dia ada di sini? Kenapa dia tergesa-gesa.Aku memilih tak terburu-buru masuk ke dalam. Ingin melihat apa yang sebenarnya Mas Hangga lakukan di sini. kulirik jaket parasut yang teronggok di jok kiri obil, lekas kupakai, lalu kupasang masker pada wajah.Pelan aku melangkah masuk ke dalam rumah sakit.Kali ini aku sudah melihatnya berdiri di bagian administrasi rumah sakit, kelihatannya dia sedang mengurus sesuatu, mungkin pembayaran, atau obat. Kucoba duduk di sudut ruangan. Mengamatinya lebih jauh. Setelah itu ia pergi lagi ke belakang rumah sakit. Aku tidak ingin bertanya pada siapapun dimana ruangan Inem. Memilih mencari sendiri, berjalan dari kamar ke kamar, lantai satu sampai lantai tiga. Dan, Yap! aku melihat seorang pria yang duduk memunggungiku, sedang bercakap dengan salah seorang pasien yang terbujur rebah. Wajahnya sangat cantik meski sedikit pucat. Inem dan Mas Hangga! siapa lagi.Selamat, Nem. Usahamu dalam percobaan bunuh diri yang kesek
-Membuka Lembaran Baru-Diletakkannya garpu itu pada meja.“Nggak apa-apa lagi, Mas. Kenapa nggak jadi suapin pasien? Pasien memang perlu dibantu untuk makan, ‘kan?”Mas Hangga diam, mungkin kikuk. Kenapa harus kikuk dan nggak percaya diri, ‘kan sudah bercerai.“Halo, Nem, apa kabar kamu? Sakit? Semoga lekas sembuh, ya.”Wanita dengan hidung bangir itu melengos. Mungkin masih kesal karena aku yang memenjarakannya.“Nem, kok buang muka begitu?”“Mas, aku nggak suka ada dia.”Deg! Makin angkuh aja nich mantan ART!“Nem, mungkin kamu benci sama saya. Tapi saya datang ke sini karena prihatin denger keadaan kamu, Simbok nangis-nangis cerita soal kamu.”Ia masih diam. Mas Hangga masih menunduk.Aku geleng-geleng melihat kelakuan mereka berdua.“Jadi saranku, Nem, ikhlas jalani masa tahanan dengan baik. Jangan buat ulah apalagi cari perhatian seperti ini. Supaya apa, supaya kamu dapat keringanan hukuman. Supaya Bapak Smbok kamu nggak kepikiran. Kamu mungkin sekarang nggak perdulu mereka. Tap
Lelaki Santun Hadir Menyapa Hati (40)“Ehhmm, Ja-jangan, deh, Ma. Iya, nanti Karin ke tempat Mama. Mama mau pesen buah apa aja, WA aja, nanti Karin bawain.”“Ehh, jangan Rin, kamu kan kerja, repot nanti. Biar Mama aja. udah tenang, pokoknya Mama jemput. Oke.”Panggilan masuk dari Aksa masih kuabaikan.“Ya, okedeh, Ma.”“Oke, bye, selamat bekerja, Nakku.”“Bye, Ma. Assalamualaikum.”Kutekan tombol hijau pada layar.“Hallo, Rin, Assalamualaikum. Sibuk, ya?”“Hai, Aksa. Waalaikumussalam. Biasa, mau berangkat gawe. Apa kabar kamu?”“Baik, Rin. Kamu juga, ya. Emmm ….”Aksa menjeda katanya.“Emmm, apa, nich?” Dapat pertanyaan seperti itu terdengar nada gugup dari suaranya.“Ehh, kamu … nanti siang sibuk, nggak, sich?”“Maksudnya siang kapan, nich, Sa?”“Makan siang, Rin. aku mau sampaikan sesuatu.”Sampaikan sesuatu? Aksa kenapa jadi sama dengan Mama? Sama-sama ngajak main tebak-tebakan, timingnya sama lagi. Masak iya, sich, kejutan Mama itu Aksa. Dan yang mau Aksa sampaikan itu, makan sia
Test Pack ART-ku (41) #Testpack_Inem#Testpack~Dilema Dua Hati~“Oh, ya, Pak, silahkan.” Aku tersenyum kikuk. Namun mencoba sebiasa dan setenang mungkin. Ia melanjutkan mencamil makanan dalam piring kecilnya. Mengunyahnya dengan perlahan sembari sesekali melihat rekan-rekan yang berlalu lalang di ruangan ini.“Sudah lama bekerja di sini?” tanyanya, sepintas ia melirikku lalu beralih menatap ke arah lain sembari tetap mengunyah. Pembawaannya yang tenang membuat kharismanya begitu terpancar ketika berucap pertanyaan itu.Aku tersenyum kecil, berusaha menunjukkan keramahan, ya sebaiknya begitu, karena aku sedang berlaku sebagai tuan rumah yang sedang menjamu tamu.“Emm, sudah lima tahun kurang lebih, Pak.” Ya, kelihatannya aku harus memanggilnya, Pak. Sebagai bentuk rasa hormatku.“Nyaman, ya di sini.” Ia berucap seolah ingin mengatakan bahwa suasana di sini ya memang nyaman.“Ya, Insya Allah nyaman, Pak. Kita buat suasana kantor yang se-hommy mungkin untuk karyawan.”Ia manggut-mangg
-Inem Kabur Dari Penjara-“Iya, Mas akan pulang. Meski tetap kemanapun Mas pergi, hati Mas akan selalu tertinggal di sini, denganmu, dengan anak-anak. Karena tempat pulang yang ternyaman yang sesungguhnya bagi Mas hanya di sini. Entah kapan Mas bisa meraih hati-hati yang pernah termiliki. Semoga ada keajaiban yang bisa mengantarkan Mas untuk diterima lagi di sini.”“Semua sudah diputuskan, Mas. Biarlah semuanya begini. Ini yang terbaik untuk kita. Mungkin cinta kita sama-sama besar, tapi sebesar apapun cinta, Mas sendiri yang telah menodainya. Sebuah hubungan ternyata tidak cukup hanya dengan dilandasi cinta yang besar, tapi masing-masing pemilik cinta itu juga perlu menjaga kesuciannya. Sebab jika tidak, kapal bernama rumah tangga itu akan dengan sangat mudah karam diterjang badai.”“Mas menyesal kalau pada akhirnya harus jadi seperti ini, sangat menyesal, Dek. Tapi mas tahu, memang tak satupun penyesalan itu akan bisa membuat Mas kembali. Benar, semua sudah diputuskan. Tapi yang pe
-Terror Itu Datang Lagi (43)-Apa? Inem kabur? Inem kabur dari penjara. Luar Biasa!Dia kabur subuh hari dikala beberapa Sipir lapas yang sedang berjaga tertidur. Namun bagaimana cara dia kabur belum diketahui dengan pasti meski ada CCTV. Tiidak ada jejak yang dapat ditelusuri. Penjara itupun adalah penjara yang kokoh dan baru dibangun. Mustahil ia melarikan diri dengan memanjat atau membobol dinding. Namun beberapa hari sebelum kabur, Inem memang nampak ngobrol dengan beberapa sipir penjara. Apakah Inem kabur karena bantuan sipir? belum diketahui secara pasti. Tapi jika hanya bantuan sipir itu mustahil, apalagi ia kabur tanpa meninggalkan jejak.Aku sedikit tertarik dan penasaran dengan Informan satu ini. Siapa dia? Bahasa penyampaiannya terlihat berkelas, susunan kata yang ia pakai runut dan jelas. Kurasa dia bukan orang sembarangan. Dia pasti orang berpendidikan, namun dia mengaku sebagai salah seorang yang pernah dekat dengan Inem dan kerabat Inem?Siapa sebenarnya dia? Kenapa di
Test Pack ART-ku (44) #Testpack_Inem#Testpack-Dilawan Ustadz Karim -Dan jika pelakunya adalah Inem, terniat banget dia keluar penjara cuma buat datang ke dukun dan mengirim benda guna-guna ini. Percaya sekali ia dengan Dukun dan guna-guna. Padahal syirik adalah dosa besar yang paling besar, kezhaliman yang paling zhalim, dan kemungkaran yang paling mungkar. Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (An-Nisaa: 48.) Allah haramkan surga bagi pelakunya (Al-Maa’idah: 72)Inem tahu, aku sudah cerai dengan Mas Hangga, kenapa dia nggak langsung membina hubungan dengan Mas Hangga saja? Malah menggangguku. Apakah dia takut Mas Hangga rujuk denganku kembali selama dia di penjara? Insya Allah aku akan lebih memperbaiki lagi ibadah, Kalau aku nggak semakin kuat ibadah dan keimanannya, benda-benda kiriman ini akan ngaruh mengenaiku. Efeknya aku menjadi terlihat buruk dan menyeramkan di mata orang-orang yang tadinya mencintaiku. Maksud Inem adalah agar aku dibenci Mas Hangga. Agar aku dimusuhi,
TEST PACK 174Test Pack ART-ku-Bahagia Tak Berujung-“Nggak bisa apa, Mas ...?”Dia merebahkan tubuhku ke bantal perlahan. Lelaki bermata bening dengan sepaket wajah yang selalu memabukkanku itu, mendekati wajahku.---“Nggak bisa jauh-jauh dari perempuan cantik di hadapan, Mas ini pastinya.” Kali ini wajahnya serius menatapku.“Mas, liatin akunya harus gitu, ya?”“Emm, memang Mas lihatnya gimana, si?”“Kayak, em … apa, yaa …?”“Mas juga nggak tahu, Dek. Mungkin karena kemarin-kemarin, Mas selalu buang jauh-jauh tatapan Mas ke tempat lain saat lihat kamu.”“Terus sekarang.” “Sekarang sayang dong, sudah halal nggak dilihatin. Mubajir. Heheheh.”“Oh, gitu, Mas …”“Iya, jadi ya Mas lihatinnya sepenuh hati. Biar masuk ke hati juga.”“Kelihatannya sudah bukan masuk ke hati saja. Sudah meresap ke jiwa sampai ke sum-sum tulang juga, Mas. Aku ‘kan sayang banget sama, Mas.”Ia membelai rambut lurus tergeraiku yang kini sudah panjang sepinggang.“Mas ….”“Hmmm …”“Jadi, Mas tadi mau minta apa?
#Testpack (173)Test Pack ART-ku-Dua Hati Mencecap Rasa-“Adududu … sakit, Dek.”Mas Hangga menghindar ke ujung kasur.“Coba jawab, apa dia itu kamu, Mas?” Aku mengejarnya dan mulai memegang kupingnya. Wajahku kini di atasnya dengan mata melotot.“Yang mana, sih?” Kini ia mulai sok cool.“Ish, emangnya Mas mau jelasin yang mana lagi? Dia yang selama ini mengganjal pikiranku. Belakangan dia bukan memberi informasi, malah jadi orang sok bijak yang banyak menasehatiku.”“Ya mungkin dia termasuk orang-orang yang sangat sayang sama kamu, Dek.”“Tapi kok Mas nggak kaget aku cerita begini? Nggak curiga. Kalau bukan Mas, pasti Mas akan langsung penasaran dan cari tahu siapa pengganggu itu?”Ia tergelak. Lalu memegang kedua bahuku dan membalik tubuhku, sehingga kami berguling-guling.Kini tubuhnya ada di atasku. Kedua netra ini hanya berjarak sekian inci saja. Napasnya memburu.“Kamu gemesin, Sayang, kalau marah-marah seperti ini.”“Ih, malah ngegombal!”“Beneran. Makanya Mas nggak kuat liat
#Testpack (172)Test Pack ART-ku-Jadi Siapa Sosok Misterius Itu?-Perlahan tubuh kokoh itu meletakkan tubuhku ke atas springbed. Tubuhnya kini menjadi tepat ada di hadapanku.Bulu-bulu lentik itu bergerak, mengerjap. Bola mata cokelat itu menatapku lekat.“Tak pernah berubah dan tak ada yang berubah. Yang ada, rasa rindu yang terpendam lama dan kini mulai terobati.” Lirih suara itu, namun helaan napas itu hangat menyentuh wajahku.Seketika aku menjadi teramat kasihan kepada lelakiku ini. Bertahun-tahun ternyata aku mengabaikannya dalam kesendirian. Mungkin aku akan lega ketika dia sempat melupakanku. Tapi nyatanya dia justru tak pernah berhenti untuk terus berusaha membuat agar aku kembali padanya.Kubelai wajah putih dengan cambang tipis yang terlihat baru di cukur itu. Kubelai kumis tipis di atas bibirnya. Aku menikmati keadaan ini. dia sudah sah kembali menjadi suamiku. Dari dulu, aku sangat menyukai keadaan ini. Berdua-dua, dan menyentuh seluruh area wajahnya. Saat ini seakan mey
#Testpack (171)Test Pack ART-ku-Honeymoon ke Norwegia-Mas Hangga membuktikan semuanya. Saat aku datang ke KJRI semua surat-surat telah secepat kilat ia urus. Kugunakan pakaian serba putih yang telah ia persiapkan untukku sekeluarga. Di sini prosesi ijab kabul akan berlangsung. Tentunya resepsi nanti akan dilaksanakan di Indonesia. Aku duduk di sebuah ruangan serba putih.“Bismillah, Nak. Ternyata benar, kalau kita berbuat baik, sama Allah ditambah nikmatnya. Siapa yang mengira, pada akhirnya kamu justru menikah dengan Hangga saat umroh, Nak.”Mama mengelus bahuku lembut. Dirapikannya jilbabku itu. Mama menatapku dengan senyuman paling menyejukkan seakan menenangkan dan menyemangatiku bahwa ijab kabulku akan berjalan lancar. Mama paling tahu apa yang ada dalam benakku. Kupeluk Mama erat, lalu aku dan Mas Hangga mencium tangannya khidmat.Mama kemudian mengelus pipiku juga Mas Hangga, dan mengangguk-angguk seakan ingin bicara bahwa ia memberi restu.“Selamat Hangga. Papa salut sama u
#Testpack (170)Test Pack ART-ku-Aku Mau, Mas-Seketika aku merasakan duniaku hening!Sedang bercandakah dia? Rasa-rasanya dia sedang men-chat prank-ku. [Jangan meragukan Mas, Dek. Mas tidak sedang bercanda.]Ah, kenapa dia bisa membaca pikiranku.Aku masih diam mematung. Memandangi sebaris tulisan yang baru masuk ini. [Turunlah, Mas ingin bicara lebih serius lagi. Mas tunggu di lobi.][Jangan ragu lagi. Semuanya sudah Mas putuskan. Mas ingin kembali denganmu. Masih bolehkan, Dek?][ Boleh juga ‘kan Mas kali ini GR, meyakini bahwa kamu dan anak-anak berharap Mas kembali?”]Aku hanya mampu membaca pesan demi pesannya yang terus masuk satu demi satu.[Mas akan terus berada di lobi ini sampai kamu turun. Tak perduli kalau security sampai mengusir Mas pun. Mas akan tunggu!]Kupegang dadaku yang berdebar. Kugigit bibirku berkali-kali, memastikan bahwa ini bukan mimpi.Kuusap aku air mata yang dengan kurang ajarnya menerobos begitu saja melewati pipiku. Aku tak ingin menangis di hadapan
#Testpack (169)Test Pack ART-ku-Kita Menikah Sekarang-“Sudahlah, Mas. Kenapa kamu sekarang jadi kolokan begini. Kamu lagi akting, ya?”“Akting?”“Ya kamu berminggu-minggu nggak datang ke rumah kemarin-kemarin biasa saja. Kenapa sekarang kok jadi aneh merasa bersalah, mohon-mohon begini?”“Ya … Karena ….” Ia menjeda kata … bukan terlihat berpikir, tapi terlihat menahan kata. Wajahnya tampak malu-malu. Jujur itu menggemaskan di mataku. Seandainya dia suamiku, seandainya aku tak marah padanya. Seperti yang dulu biasa kulakukan, akan kucubit hidung atau pipinya lalu mengoyak-ngoyak rambutnya. Tapi rasa kesalku saat ini masih jauh lebih besar. Rasa emosiku muncul kala mengingat dia berkelahi membabi buta menghajar Bang Saga. Begitu sulit kuhentikan."Ah sudahlah, cepat pergi saja dari sini. Hidup menjauh dariku dan anak-anak. Kamu kelihatannya sudah cukup berbahagia hidup berdua saja dengan Zayyan, putra mahkota kamu itu!" Aku mendengkus kesal.“Loh, kok gitu, Dek. Zayyan kan anak kes
-Dua Hati yang Tak Bisa Saling Membohongi-Mas Hangga, seemosional itu dia. Dia mungkin bahkan sudah mengira hubunganku dengan Bang Saga semakin rekat, karena semakin dekat dengan tanggal pernikahan. Maka dari itu dia semakin menjauh dariku, dan jadi sangat kecewa melihat keadaan ini.Kalau begitu, kondisi Bang Saga benar-benar berbahaya. Tak akan ada yang bisa melerainya kecuali aku.“Clarissa, kamu bisa pulang sendiri ‘kan? Rasanya aku tak bisa membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalah ini tanpa ada pihak lain. aku khawatir sesuatu terjadi.”“Aku bisa pulang sendiri, tapi aku merasa perlu ikut kamu, Rin. Karena ada aku masalah ini timbul. Ada andil aku dalam masalah kalian. Aku merasa perlu meminta maaf dan menjelaskan ke Mas Hangga.”“Please Clarissa. Cukup aku.”“Kamu percaya aku, kan Karin, aku janji kehadiranku tak akan memperkeruh apapun. Aku hanya berusaha bertanggung jawab atas ini semua.”Kedua tangannya ditelangkupkannya di hadapanku, memohon. “Nggak Clarissa! Kamu te
#Testpac k (167)Test Pack ART-ku-Mas Hangga Begitu Sayang Kamu, Rin-“Benar, Rin. Sebaiknya memang begitu. Jangan terlalu memikirkan Mas Hangga dulu. Fokus saja mendekat pada Allah. Jika dia jodohmu. Allah akan bukakan hati Mas Hangga.”“Ya. Yasudah, yuk bahas kapan persiapan kalian akan menikah ulang?”“Aku ingin kamu yang menentukan tanggalnya, Rin.”“Dua bulan lagi terlalu lama tidak?”“Emm, berapapun tanggal yang kamu kasih. Aku akan siapin.”“Tunggu, sepertinya aku harus lihat tanggalan. Nanti aku kabari lagi, ya?“Oke, nggak apa-apa, kabari saja kalau sudah nemu.”“Ya udah sekarang Abang Istirahatlah. Kan masih harus jaga tubuh biar kankernya nggak tumbuh-tumbuh lagi. Semangat selalu Abang dan Clarissa, ya. Aku mau urusin si duo kembarku.”“Ya, Insyaa Allah. Titip sun ya buat duo kembar.” Suaranya sedih. "Iya, Abang bisa kapan saja datang atau video call mereka, ya. Anak-anakku, anak Abang juga. Mereka tetap menganggapmu Papa mereka."Setelah mengucap salam, kututup panggilan
#Testpac k (166)Test Pack ART-ku-Biarkan Semesta Yang Membuka Hati-Aku paham, Bang Saga mengumbar kata manis untuk Clarissa di hadapanku, sebagai penanda, bahwa semuanya sudah berakhir. Bahwa dia sudah benar-benar memutuskan melepas tali kasih yang pernah terjalin. Ini bukan suatu keburukan. Ini suatu tindakan tegas darinya. Bang Saga Mengingatkanku pada momen yang tepat, pada saat Clarissa sedang bersamaku. Bahwa kini, Bang Saga sudah menjadi milik Clarissa.“Clarissa, kamu dengar sendiri ‘kan? Bang Saga meletakkan hatinya untukmu. Bukan karena aku. Tapi karena cintamu memang layak diperjuangkan. Aku dan Bang Saga sudah tak ada hubungan apa-apa. Kami baik-baik saja. Kamu jangan lagi merasa bersalah seolah kahadiranmu mengacaukan segalanya. Kamu wanita yang sangat berarti, sangat dibutuhkan Bang Saga.” Kugenggam erat tangannya, mengangguk menatap netranya. tersenyum memberi peyakinan bahwa tak ada masalah yang berat antara aku dan Bang Saga.Aku bangkit, melangkah, kutinggalkan me