Share

Di Sebuah Hotel (2)

Penulis: Asa Jannati
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-30 15:14:49

Jangan Paksa Aku Rujuk

Di Sebuah Hotel (2)

Aku mundur perlahan, berjingkat menuju kamar. Tubuhku bergetar hebat. Napasku tersengal. air mata mulai berjatuhan tak terkendali. Kubekap mulutku agar tak mengeluarkan suara dan segera pergi ke kamar mandi lalu menguncinya.

Jadi benar dugaanku. Di antara mereka ada hubungan terlarang yang tak pernah kusadari sebelumnya. Sangat keterlaluan apa yang mereka lakukan di rumah ini, bahkan ketika aku sedang berada di rumah.

Tak bisa kubayangkan apa yang sudah terjadi ketika aku sedang tidak ada di rumah. Mungkin sudah puluhan kondom yang dibuang tanpa aku pernah menyadarinya.

Baik Karin, cukup menangisnya. Berpura-pura tak tahu adalah jalan terbaik yang harus kupilih. setidaknya saat ini. Terlalu dini jika aku melabrak mereka berdua sekarang. Aku tak bodoh, lebih baik kukumpulkan semua bukti agar ketika aku siap membuka semuanya, mereka tak akan bisa mengelak lagi.

Percuma rasanya jika saat ini aku mencegah hubungan mereka. Toh mereka berdua sudah terlanjur berbuat sejauh itu, tak ada gunanya. Yang terpenting saat ini aku hanya perlu menguatkan diriku. Berpikir bahwa semuanya baik-baik saja dan tetap bisa tersenyum ceria seolah tak ada apa-apa di depan anak-anakku, juga mereka.

***Ajt

Senin siang, kumulai aksiku. kukenakan masker agar tak dikenali. Mengintai rumah dari kejauhan menanti Mas Hangga datang. Ya, setelah hari minggu libur, feelingku dia akan datang ke rumah siang ini. Benar, tak perlu menunggu lama, mobil Mas Hangga terparkir di depan rumah.

Lima menit aku segera menyelinap masuk ke halaman rumah, lalu bersembunyi di balik jendela kamarku sendiri.

“Adek, kakak, nonton kartun dulu, ya. Mbak Inem mau bersihin kamar mandi,” ucapnya.

Lalu terdengar pintu di tutup. Pintu kamarku.

“Gimana?”

“Aman, Mas. Anak-anak kalo lagi nonton kartun anteng,” jawab Inem.

Apa? Mas? Jadi dia bahkan sudah memanggil Mas Hangga dengan sebutan ‘Mas.’ Kubayangkan mungkin sudah puluhan bahkan ratusan kali kebersamaan mereka dalam buai cinta terlarang, sehingga sudah tanpa canggung-canggung lagi Inem menyebut suamiku dengan panggilan, 'Mas.' Naudzubillah.

“Ayok sayang, kita nggak punya waktu banyak.”

‘Sayang?’ itu suara Mas Hangga. Ternyata semudah itu ia menyebut sayang kepada wanita lain. Kupikir selama ini cuma aku satu-satunya wanita yang mendapat sebutan spesial itu. Dibohongi habis-habisan ternyata aku.

Terdengar Inem tertawa-tawa kecil, mungkin sedang digoda oleh suamiku.

Hanya perlu menunggu tiga menit sampai kemudian aku sudah mendengar suara desahan demi desahan yang menjijikkan itu. Suara Inem terdengar begitu menggoda. Sudah lihai dan tahu gimana membuat lelaki terbuai rupanya gadis belia itu.

Darahku mendidih, emosiku menggelegak menyaksikan sendiri permainan ranjang suami yang awalnya begitu kucintai dengan seorang wanita kampung tak tahu diri.

Tujuh tahun menikah, aku baru mengenali siapa orang yang kunikahi. Dan Inem, ART yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri itu, ternyata dia lebih memilih menjadi perusak rumah tanggaku.

Tapi tenang saja, aku tidak menyia-nyiakan apa yang sudah kusaksikan! Semua sudah terekam dalam kamera yang kupasang di dalam kamarku!

***

Sepekan berlalu. Hari minggu, aku dan Mas Hangga biasanya mengajak anak-anak jalan ke Mall. Tapi kali ini aku tak berniat mengajak mereka jalan-jalan.

“Ma, keliatannya Mama capek, kalau gitu biar Papa sama anak-anak yang pergi, kasihan mereka bosan di rumah,” Mas Hangga berinisiatif.

“Hem.” Aku hanya bergumam.

“Oh, tapi Papa ajak Inem, Ma. Nanti di arena bermain takut anak-anak jatuh kalau nggak ada yang jaga. Soalnya Papa disana sambil meeting sama rekan bisnis, nggak bisa fokus jagain anak-anak,” ucapnya.

Deg! perasaanku tiba-tiba tak enak. Kalau dulu aku tak akan curiga dengan perkataan Mas Hangga seperti ini. Sekarang aku tak bisa mengabaikan semudah itu, Mas.

Baiklah Kutelepon salah seorang rekan yang bisa kupercaya setelah mobil melaju meninggalkan rumah.

“Tolong mata-matai mereka, Za. Aku percaya kamu,” ucapku.

Suara diseberang sana paham dan menyanggupi permintaanku.

Di rumah sendiri, kumanfaatkan untuk meminta petugas CCTV datang. Beruntung mereka bersedia gerak cepat, dipastikan hanya dalam hitungan kurang dari satu jam. CCTC terpasang sempurna di titik-titik strategis. Aku rela membayar mahal memasang CCTV yang sangat kecil dan tersembunyi sehingga tak akan pernah ada yang curiga bahwa di rumah ini terpasang beberapa kamera CCTV.

Lima belas menit mobil di dalam mall, aku dapat kiriman video berdurasi sepuluh detik, mobil Mas Hangga pergi meninggalkan mall.

[Mereka pergi berdua. Anak-anak tidak ikut, Bu. Anak-anak ada di arena bermain tapi dijaga seseorang. Dia seorang wanita berusia empat puluhan. Mungkin sudah terbiasa dibayar oleh Pak Hangga. Kelihatannya anak-anak sudah kenal dekat, mereka enjoy dan tidak merasa kehilangan Inem dan Ayahnya.]

[Lalu kamu dimana sekarang, Za?]

[Sedang terus mengikuti mereka, Bu.]

[Pastikan kamu jaga jarak dan jangan sampai terlihat mencurigakan] pesanku.

[Tenang Bu, aku pakai motor, temanku yang nyetir, kami pakai masker, jaga jarak, Mereka tidak akan curiga.] balas Reza.

[Good, Thanks, Za.]

Aku menanti detik-detik selanjutnya dengan hati yang teriris, menyadari mereka sudah begitu dekat dan sejauh ini membohongiku. Mas Hangga yang kukenal, lelaki tampan, mapan, humoris, penuh kasih sayang dan romantis. aku tak menyadari satu hal, bahwa dia juga liar.

Selama ini aku meyakinkan diri bahwa Mas Hangga hanya lelaki yang pintar menyenangkan lawan bicaranya. Sehingga chat-chat yang kubaca atau dalam pembicaraan-pembicaraan yang kudengar dengan lawan jenisnya, ia sering memuji sekedar untuk menjadi sosok yang menyenangkan. Tapi aku tak pernah melihat ia berbuat lebih. Atau akunya saja yang bodoh!

Baru dengan Inem aku menyadari bahwa ia ternyata sudah sejauh ini. Seleramu rendah, Mas! Seorang Pembantu kamu makan juga!

Membayangkan ia pernah bermain dengan wanita lain, lalu juga meminta jatah kepadaku, membuatku benar-benar mual!

Reza mengirim sebuah video lagi, kulihat mobil silver bernopol jelas milik Mas Hangga memasuki pekarangan sebuah hotel melati! Ya, Rabb, jadi mereka pergi ke hotel! Dadaku bergemuruh hebat, hingga gawai yang kupegang ikut bergetar lalu terjatuh.

Untuk apa mereka masuk hotel itu kalau bukan untuk memuaskan nafsu binatang mereka. Ya binatang, karena mereka layaknya hewan yang begitu mudahnya menumpahkan birahi kepada yang bukan pasangan halal.

Satu video masuk lagi. Kali ini menampilkan Inem yang bergelayut manja di bahu Mas Hangga yang berjalan menuju lobi hotel. Mereka berdua memakai masker, jelas Mas Hangga tidak ingin gegabah diketahui orang yang bisa saja mengenalinya. Tapi kalian nggak akan bisa bersembunyi dariku. Benar-benar tak tahu malu!

Inem, dua tahun setengah dia di rumah ini, selama itu pula aku masih menganggapnya gadis lugu. Meski dia terlihat sedikit kemayu dan manja, aku maklum karena kupikir dia masih muda, seperti anak remaja pada umumnya yang energik.

Kerjanya menjaga anak-anak sebenarnya bagus. sehingga aku tak segan membelikannya pakaian atau apapun ketika aku sedang berbelanja untuk anak-anak. Terlalu sayangnya aku sama dia, sampai rumah orang tuanya di kampung jadi sedikit lebih layak karena direnovasi menggunakan uangku. Ternyata begini balasannya. Ribuan rutukan keluar dari mulutku.

‘Nggak apa-apa kamu merutuk dalam diam, bersabar sedikit, jangan buru-buru dan gegabah, semua akan terbongkar sangat indah, nanti,’ bisik hatiku.

Video selanjutnya sudah jelas, mereka keluar hotel dengan sedikit terburu, lalu kembali menuju Mall dimana anak-anak bermain. Dan pulang ke rumah berakting seperti tak pernah terjadi apa-apa dengan mereka. luar biasa, kuacungi empat jempol kepada mereka.

“Mamaa ….” Anak-anakku berlarian keluar mobil memelukku.

“Gimana tadi mainnya? seneng, Nak?” kukecup pipi si kecil.

“Seneng, Ma, aku belum bosen, masih ingin main lagi.”

“Wah, seru berarti, ya mainnya, diajakin Mbak Inem naik arena apa aja?”

Inem yang sedang mengeluarkan perbekalan dari dalam mobil, terkesiap, gerakannya terhenti.

“Sama Mbak Asih, Ma. Yang ajakin main namanya Mbak Asih,” jawab Sefina.

Inem langsung berpaling ke arahku, aku pura-pura tak melihat reaksinya.

“Ouwh, Mbak Asih, siapa, tu, Nak?” tanyaku lagi.

“Ee, itu, Bu, teman saya. Ee, pas ketemu di sana tadi. Jadi dia nemenin saya jaga Kak Fina dan Dek Nifa.” Inem langsung menyambar jawaban.

“Oh, gitu.” Aku tetap menjawab seperti tak mengerti apa-apa. Mas Hangga yang sedang menutup pintu mobil sekilas melirikku.

“Iya, Ma, tadi Mbak Inem ‘kan katanya mau ke toilet, jadi kita main lamaaa banget sama Mbak Asih,” ujar si Sulung. Kena kamu, Nem!

Inem tercekat, nampak berpikir. Pupil mata itu berayun ke kiri.

“He he he, maaf, Kak Fina, Mbak tadi sakit perut, jadi lama, dech, karena pup dulu.” Ia lantas berekspresi lucu.

Sontak membuat dua buah hatiku tertawa terkekeh-kekeh. Kedua anak ini memang suka sekali kalau dihibur dengan gaya-gaya badut.

Hmm, oke Inem, kali ini kamu selamat. Karena tak mungkin aku mengorek durasi pada anak kecil. Tapi semua bukti perselingkuhanmu dengan Mas Hangga sudah ada dalam genggamanku.

Aku lantas masuk ke mobil, dari belakang Inem tiba-tiba berlari menyerobotku. Mengambil sebuah plastik kecil dengan terburu-buru. Isi dari plastik itu akhirnya berjatuhan ke lantai. Sabun, odol, dan sikat gigi berwarna putih terbungkus!

Aku ingat betul nama hotel yang tertera pada bungkus itu, sama persis seperti yang terbaca dalam video yang Reza kirim tadi.

“Dapat dari mana itu, Nem?” tanyaku dengan mata memicing.

Inem terkesiap, wajahnya langsung terlihat pias!

To Be Continued.

Terima kasih sudah menyimak, tinggalkan jejak love dan komen sblm menuju bab selanjutnya. Terima kasih sudah membantu penulis bertumbuh.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sitie S Harja
siip .....moga semakin lancar nulis nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Bukti (3)

    -Bukti-‘Kalau belum bisa bersandiwara dengan sempurna, jangan coba-coba mengganggu rumah tanggaku, Nem,’ bisik hatiku. Tentu aku tak akan melontarkan kata-kata itu sekarang. Belum waktunya!“Ee, anu, Bu. Sa-saya dapet dari nemu,” ucap gadis berhidung bangir itu, gugup.“Nemu?” Aku menatap matanya tajam.“I-iya, Bu.” Ia sedikit membuang muka merasa terintimidasi. Nem-Inem, harusnya kamu tenang saja, bukankah anggapanmu aku tak tahu affairmu.“Nemu dimana?”“Eee….” Inem berpikir lama.“Kamu kenapa, Nem?” tanyaku datar tapi dengan tatapan curiga.“Apa, Nem?” Mas Hangga yang sudah di dalam rumah datang menghampiri.“Oh, itu, itu punya temanku, Ma. Ketinggalan di mobil, kali,” ucapnya santai.“Eh, oh, iya, maksud Inem, nemu di mobil. Inem pikir ‘kan nggak dipake Bapak. Jadi Inem mau pake buat di kamar mandi Inem.” jawabnya. Ia melepas napas terlihat lega.“Waduh, kayak kurang sabun aja kamu, pake barang ginian. Stock sabun, odol di lemari juga ‘kan banyak, tinggal ambil saja lho, Nem.” Aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Di Ruangan Itu (4)

    -Di Ruangan Itu-Kali ini otakku benar-benar mendidih. Seperti sebuah magma yang siap diledakkan kuat-kuat ke angkasa. aku bahkan tak mampu lagi mencerna kata demi kata yang sedang mereka bicarakan saat ini. Yang kupahami, mereka berdua ternyata tidak hanya menjalin sebuah affair. Tapi sudah menikah! Aku berbalik, berlari menuju kamar tamu paling ujung. Lalu menguncinya dan meluapkan semua emosi agar bisa meredamnya lebih cepat. Aku benar-benar dibohongi oleh suamiku sendiri. Entah sudah sejak kapan hubungan itu dimulai dan sejak kapan mereka menikah. Aku benar-benar tak tahu. Canggih sekali akting mereka, sampai aku mengetahui keberadaan test pack itu dan baru menyadari ada yang tak beres di rumah ini. Kupikir kecurigaanku kepada Inem tak akan mengantarkanku pada sebuah fakta sejauh ini. Gila, suamiku sendiri berselingkuh di dalam rumahnya dimana ada anak dan istrinya berada. Seleranya begitu rendah, hanya berani berselingkuh dengan seorang pembantu cantik.Kuusap air mataku dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Panggil Aku Bunda (5)

    klik follow akun penulis dulu, yuk sebelum lanjut baca Test Pack ART-ku (5) .~Panggil Aku Bunda (Kata Inem)~.“Kamu kenapa, Mas? Kok kaget begitu?”“Ya, ya, ya Mas kaget, dia manggil siapa, sich?”Mas Hangga membentangkan kedua telapak tangannya dengan ekspresi tak paham.“Dah, Dek. Mas berangkat ke kantor, dulu.”Secepat kilat ia meninggalkan meja makan menuju garasi. Terdengar mobil dipacu dengan sangat kencang meninggalkan rumah.Aku menghela napas.Ternyata kamu belum siap memperkenalkan Inem kepadaku, Mas. Itulah kenapa kamu hanya berani menjalin hubungan dengan seorang ART. Keinginan kamu punya istri lebih dari satu besar, libido kamu juga besar, sayang nyali kamu ciut, Mas. Meski kini kamu sudah punya bisnis yang menghasilkan pundi-pundi uang besar, tapi aku juga bukan wanita sembarangan yang kamu nikahi. Lalu seenaknya rumah tangga ini kamu bikin main-main demi memuaskan kebutuhanmu yang tak berkesudahan bila dituruti itu. Kamu memang romantis, kamu baik, tapi kamu juga beg

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-02
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Perawan Palsu (6)

    Perawan Palsu (6)“Ibu, kaget saya, Bu. Ibu kok tumben pulang?” Ia bertanya sembari lekas berdiri menghormatiku.“Kamu apa-apaan, Nem ngajarin anak-anak manggil kamu Bunda?”“Eh, uhm, anu. Kita main boneka-bonekaan aja, Bu. Becanda aja. Ya ‘kan, Dek, Kak ….”Suaranya bergetar.“Yang bener? Tadi kamu ngomong serius, loch. Kamu beneran hamil?”Ia diam.“Iya, Ma. Bunda Inem tuh lagi ada dedeknya dalam perut. Sebentar lagi keluar, terus kita punya adek.” Si sulung menimpali.“Nem? Kok kamu diem aja? Apa kamu beneran hamil? Hamil sama siapa? Jawab jujur, Nem.”Masih tak menjawab. Tapi hanya dalam hitungan tiga detik dia sudah berlari ke kamarnya.Aku menghentak napas. Cemen sekali. Berani merebut suamiku, tapi menatapku pun tak sanggup. Andai kamu tahu, Nem. Perih dan kecewaku luar biasa sama kamu. Andai kamu tahu hancur hatiku tak terbilang gimana rasanya. Orang lain yang tak kukenal saja, bila dia merebut suamiku, jelas menyakitkan. Dan ini kamu yang ngelakuin, Nem. Kamu yang bahkan orang

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Foto Mesra di F******k Rahasia (7)

    ~Foto Mesra di F******k Rahasia~ (7)Seketika suaranya hilang, tak ada lagi pembicaraan.“Nem, Buka!”Tak ada gerakan.Gemes, kutendang pintunya.Dubrak!“Buka, Nem!”“Iya, Bu, sebentar ….!Pintu dibuka.“Apa, kamu ngomong apa barusan?”“Ngomong apa gimana sich, Bu, yang ibu maksud?”“Kamu tadi ngobrol sama seseorang kan di telepon? Jangan kira saya nggak dengar. Apa obrolan yang kamu maksud tadi, Hah?”“Ehhm, ma-ma-maksud Ibu yang mana? Aduh, saya jadi takut. Ibu nich, tumben marah-marah.”“Yang soal beli darah keperawanan! Paham?!” Aku berkata penuh penekanan tiap katanya.Ia menatapku dua detik. Lalu tertawa.“Owh itu. Ibu, nich, kirain apaan …. Itu kan dialog cerita, Bu. Inem tadi nemu cerita di internet, ceritanya seru. Inem ngomong ngikutin dialog yang ditulis. Duh sampe jantungan Inem. Kirain apaan Ibu sampe dobrak pintu. Cuma salah paham, Bu ….” ia menunjukkan jari tengah dan telunjuk membentuk huruf V.“Kamu nggak usah ngaco, Nem!”“Ya Allah, Bu. Beneran, suerrr, Inem jujur. I

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Anak-anakku Mengetahuinya (8)

    -Anak-anakku Mengetahuinya-“Eh, Mama. Entahlah, Mas juga baru datang. Kelihatannya Inem sedang putus cinta sama pacarnya, sampai nangis-nangis gitu. Mas cuma berusaha menenangkan. Biasalah anak remaja lagi jatuh cinta, diputusin kali.”Lantas lelaki jangkung iru menggaruk kepalanya yang tak gatal.Inem yang tiba-tiba dilepaskan pelukannya begitu saja, merasa kesal. Mungkin ia berharap saat aku hadir, justru Mas Hangga tak melepas pelukannya dan ia akan tertawa puas karena telah memenangkan sebuah permainan. Bukankah sebenarnya Inem memang membenciku, bahkan ingin membunuhku. Masih kuingat status f******k bocah alay bernama meow. Itu pasti akun milik Inem-Inem jugaMerasa tak mendapatkan apa yang ia inginkan, ia melirik Mas Hangga jutek lalu berlari masuk ke dalam kamar. Ia melanjutkan tangisannya di sana.Aku tertawa dalam hati melihat kelakuannya. Andai aku tidak sedang bersandiwara berpura-pura bodoh. Sudah kuolesi sambel pada bibir manisnya yang sering manyun tak jelas itu.Lalu ak

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-05
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Menyadap Pesan-pesan Mereka (9)

    -Menyadap Pesan-pesan Mereka-“Iya, Bu. Saya kaget, saya tanya mau kemana, Mbak. Dia nggak jawab.”“Saya cek dalam kamarnya separuh isi kamar sudah nggak ada, Bu.”“Saya mau ngadu sama Ibu, sy lihat Ibu sedang menangis, jadi nggak berani.”Hmm, jadi perempuan itu pergi tanpa ijin aku sama sekali.“Ya, nggak apa-apa, Mbak. Biarkan saja dulu, kalau itu kemauannya. Sementara Mbak sanggup kan momong Sefina dan Hanifa sendirian?”“Oh kalau itu tenang, Bu. Dengan senang hati saya melakukannya.”“Besok saya akan minta Mbak baru dari yayasan lagi. Biar Mbak Yana nggak terlalu kewalahan.”“Baik, Bu.”Aku menuju kamar Inem. Dalam kondisi terburu-buru untuk kabur, kurasa dia hanya membawa barang-barang yang sangat diperlukan saja. Entah kenapa saat masuk ke kamarnya ada perasaan berat. Tapi kupaksakan. Kubongkar barang-barang yang terserak di sudut ruangan.Sayangnya ketika aku hendak membuka lemari. Ada suara-suara aneh yang membuatku ngeri dan terhenyak. Alisku berkerut. Suara apa itu?! Suara

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-05
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Di Dalam Mobil Suamiku (10)

    -Di Dalam Mobil Suamiku-[Sekarang?][Iya, kamu bawa baju seperlunya dan barang yang kamu anggap penting. Cukup pakai tas kecil, saja. Kamu tunggu di Mall atau di restoran. Nanti aku jemput sepulang kerja. Oke?][Hmmm. Okelah. Nanti aku kabari lagi, Mas. Mau masukin baju-bajunya dulu.][Oke, Sayang. Love, U.]Laki-laki yang sudah terbuai oleh cinta wanita baru. Isi pesannya tak jauh berbeda ketika dulu ia mencintaiku. Siapa yang tak bahagia dipenuhi ucapan cinta dan sayang oleh lelaki tampan seperti dia. Terlebih Inem. Melihat Mas Hangga sekarang yang sudah mapan. Pas sekali Mas Hangga juga begitu tertarik kepada jalang itu.“Halo, Za, tolong saya sekali lagi, ya.” Kujelaskan maksudku meminta bantuannya kembali.“Oh, siap, Bu. Saya laksanakan. Saya suka kalau Ibu yang perintah.” Suara di seberang sana terdengar sumringah. Ya, karena aku tak segan membayar dengan nominal besar padanya.Kali ini aku meminta Reza untuk mengintai kemana nanti perginya Corola Altis itu selepas lelaki itu

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-05

Bab terbaru

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Tamat: Bahagia Tak Berujung (174)

    TEST PACK 174Test Pack ART-ku-Bahagia Tak Berujung-“Nggak bisa apa, Mas ...?”Dia merebahkan tubuhku ke bantal perlahan. Lelaki bermata bening dengan sepaket wajah yang selalu memabukkanku itu, mendekati wajahku.---“Nggak bisa jauh-jauh dari perempuan cantik di hadapan, Mas ini pastinya.” Kali ini wajahnya serius menatapku.“Mas, liatin akunya harus gitu, ya?”“Emm, memang Mas lihatnya gimana, si?”“Kayak, em … apa, yaa …?”“Mas juga nggak tahu, Dek. Mungkin karena kemarin-kemarin, Mas selalu buang jauh-jauh tatapan Mas ke tempat lain saat lihat kamu.”“Terus sekarang.” “Sekarang sayang dong, sudah halal nggak dilihatin. Mubajir. Heheheh.”“Oh, gitu, Mas …”“Iya, jadi ya Mas lihatinnya sepenuh hati. Biar masuk ke hati juga.”“Kelihatannya sudah bukan masuk ke hati saja. Sudah meresap ke jiwa sampai ke sum-sum tulang juga, Mas. Aku ‘kan sayang banget sama, Mas.”Ia membelai rambut lurus tergeraiku yang kini sudah panjang sepinggang.“Mas ….”“Hmmm …”“Jadi, Mas tadi mau minta apa?

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Dua Hati Mencecap Rasa (173)

    #Testpack (173)Test Pack ART-ku-Dua Hati Mencecap Rasa-“Adududu … sakit, Dek.”Mas Hangga menghindar ke ujung kasur.“Coba jawab, apa dia itu kamu, Mas?” Aku mengejarnya dan mulai memegang kupingnya. Wajahku kini di atasnya dengan mata melotot.“Yang mana, sih?” Kini ia mulai sok cool.“Ish, emangnya Mas mau jelasin yang mana lagi? Dia yang selama ini mengganjal pikiranku. Belakangan dia bukan memberi informasi, malah jadi orang sok bijak yang banyak menasehatiku.”“Ya mungkin dia termasuk orang-orang yang sangat sayang sama kamu, Dek.”“Tapi kok Mas nggak kaget aku cerita begini? Nggak curiga. Kalau bukan Mas, pasti Mas akan langsung penasaran dan cari tahu siapa pengganggu itu?”Ia tergelak. Lalu memegang kedua bahuku dan membalik tubuhku, sehingga kami berguling-guling.Kini tubuhnya ada di atasku. Kedua netra ini hanya berjarak sekian inci saja. Napasnya memburu.“Kamu gemesin, Sayang, kalau marah-marah seperti ini.”“Ih, malah ngegombal!”“Beneran. Makanya Mas nggak kuat liat

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Jadi Siapa Sosok Misterius Itu?

    #Testpack (172)Test Pack ART-ku-Jadi Siapa Sosok Misterius Itu?-Perlahan tubuh kokoh itu meletakkan tubuhku ke atas springbed. Tubuhnya kini menjadi tepat ada di hadapanku.Bulu-bulu lentik itu bergerak, mengerjap. Bola mata cokelat itu menatapku lekat.“Tak pernah berubah dan tak ada yang berubah. Yang ada, rasa rindu yang terpendam lama dan kini mulai terobati.” Lirih suara itu, namun helaan napas itu hangat menyentuh wajahku.Seketika aku menjadi teramat kasihan kepada lelakiku ini. Bertahun-tahun ternyata aku mengabaikannya dalam kesendirian. Mungkin aku akan lega ketika dia sempat melupakanku. Tapi nyatanya dia justru tak pernah berhenti untuk terus berusaha membuat agar aku kembali padanya.Kubelai wajah putih dengan cambang tipis yang terlihat baru di cukur itu. Kubelai kumis tipis di atas bibirnya. Aku menikmati keadaan ini. dia sudah sah kembali menjadi suamiku. Dari dulu, aku sangat menyukai keadaan ini. Berdua-dua, dan menyentuh seluruh area wajahnya. Saat ini seakan mey

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Honeymoon ke Norwegia

    #Testpack (171)Test Pack ART-ku-Honeymoon ke Norwegia-Mas Hangga membuktikan semuanya. Saat aku datang ke KJRI semua surat-surat telah secepat kilat ia urus. Kugunakan pakaian serba putih yang telah ia persiapkan untukku sekeluarga. Di sini prosesi ijab kabul akan berlangsung. Tentunya resepsi nanti akan dilaksanakan di Indonesia. Aku duduk di sebuah ruangan serba putih.“Bismillah, Nak. Ternyata benar, kalau kita berbuat baik, sama Allah ditambah nikmatnya. Siapa yang mengira, pada akhirnya kamu justru menikah dengan Hangga saat umroh, Nak.”Mama mengelus bahuku lembut. Dirapikannya jilbabku itu. Mama menatapku dengan senyuman paling menyejukkan seakan menenangkan dan menyemangatiku bahwa ijab kabulku akan berjalan lancar. Mama paling tahu apa yang ada dalam benakku. Kupeluk Mama erat, lalu aku dan Mas Hangga mencium tangannya khidmat.Mama kemudian mengelus pipiku juga Mas Hangga, dan mengangguk-angguk seakan ingin bicara bahwa ia memberi restu.“Selamat Hangga. Papa salut sama u

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Aku Mau, Mas (170)

    #Testpack (170)Test Pack ART-ku-Aku Mau, Mas-Seketika aku merasakan duniaku hening!Sedang bercandakah dia? Rasa-rasanya dia sedang men-chat prank-ku. [Jangan meragukan Mas, Dek. Mas tidak sedang bercanda.]Ah, kenapa dia bisa membaca pikiranku.Aku masih diam mematung. Memandangi sebaris tulisan yang baru masuk ini. [Turunlah, Mas ingin bicara lebih serius lagi. Mas tunggu di lobi.][Jangan ragu lagi. Semuanya sudah Mas putuskan. Mas ingin kembali denganmu. Masih bolehkan, Dek?][ Boleh juga ‘kan Mas kali ini GR, meyakini bahwa kamu dan anak-anak berharap Mas kembali?”]Aku hanya mampu membaca pesan demi pesannya yang terus masuk satu demi satu.[Mas akan terus berada di lobi ini sampai kamu turun. Tak perduli kalau security sampai mengusir Mas pun. Mas akan tunggu!]Kupegang dadaku yang berdebar. Kugigit bibirku berkali-kali, memastikan bahwa ini bukan mimpi.Kuusap aku air mata yang dengan kurang ajarnya menerobos begitu saja melewati pipiku. Aku tak ingin menangis di hadapan

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Kita Menikah Sekarang (169)

    #Testpack (169)Test Pack ART-ku-Kita Menikah Sekarang-“Sudahlah, Mas. Kenapa kamu sekarang jadi kolokan begini. Kamu lagi akting, ya?”“Akting?”“Ya kamu berminggu-minggu nggak datang ke rumah kemarin-kemarin biasa saja. Kenapa sekarang kok jadi aneh merasa bersalah, mohon-mohon begini?”“Ya … Karena ….” Ia menjeda kata … bukan terlihat berpikir, tapi terlihat menahan kata. Wajahnya tampak malu-malu. Jujur itu menggemaskan di mataku. Seandainya dia suamiku, seandainya aku tak marah padanya. Seperti yang dulu biasa kulakukan, akan kucubit hidung atau pipinya lalu mengoyak-ngoyak rambutnya. Tapi rasa kesalku saat ini masih jauh lebih besar. Rasa emosiku muncul kala mengingat dia berkelahi membabi buta menghajar Bang Saga. Begitu sulit kuhentikan."Ah sudahlah, cepat pergi saja dari sini. Hidup menjauh dariku dan anak-anak. Kamu kelihatannya sudah cukup berbahagia hidup berdua saja dengan Zayyan, putra mahkota kamu itu!" Aku mendengkus kesal.“Loh, kok gitu, Dek. Zayyan kan anak kes

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Dua Hati yang Tak Bisa Saling Membohongi

    -Dua Hati yang Tak Bisa Saling Membohongi-Mas Hangga, seemosional itu dia. Dia mungkin bahkan sudah mengira hubunganku dengan Bang Saga semakin rekat, karena semakin dekat dengan tanggal pernikahan. Maka dari itu dia semakin menjauh dariku, dan jadi sangat kecewa melihat keadaan ini.Kalau begitu, kondisi Bang Saga benar-benar berbahaya. Tak akan ada yang bisa melerainya kecuali aku.“Clarissa, kamu bisa pulang sendiri ‘kan? Rasanya aku tak bisa membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalah ini tanpa ada pihak lain. aku khawatir sesuatu terjadi.”“Aku bisa pulang sendiri, tapi aku merasa perlu ikut kamu, Rin. Karena ada aku masalah ini timbul. Ada andil aku dalam masalah kalian. Aku merasa perlu meminta maaf dan menjelaskan ke Mas Hangga.”“Please Clarissa. Cukup aku.”“Kamu percaya aku, kan Karin, aku janji kehadiranku tak akan memperkeruh apapun. Aku hanya berusaha bertanggung jawab atas ini semua.”Kedua tangannya ditelangkupkannya di hadapanku, memohon. “Nggak Clarissa! Kamu te

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Mas Hangga Begitu Sayang Kamu, Rin

    #Testpac k (167)Test Pack ART-ku-Mas Hangga Begitu Sayang Kamu, Rin-“Benar, Rin. Sebaiknya memang begitu. Jangan terlalu memikirkan Mas Hangga dulu. Fokus saja mendekat pada Allah. Jika dia jodohmu. Allah akan bukakan hati Mas Hangga.”“Ya. Yasudah, yuk bahas kapan persiapan kalian akan menikah ulang?”“Aku ingin kamu yang menentukan tanggalnya, Rin.”“Dua bulan lagi terlalu lama tidak?”“Emm, berapapun tanggal yang kamu kasih. Aku akan siapin.”“Tunggu, sepertinya aku harus lihat tanggalan. Nanti aku kabari lagi, ya?“Oke, nggak apa-apa, kabari saja kalau sudah nemu.”“Ya udah sekarang Abang Istirahatlah. Kan masih harus jaga tubuh biar kankernya nggak tumbuh-tumbuh lagi. Semangat selalu Abang dan Clarissa, ya. Aku mau urusin si duo kembarku.”“Ya, Insyaa Allah. Titip sun ya buat duo kembar.” Suaranya sedih. "Iya, Abang bisa kapan saja datang atau video call mereka, ya. Anak-anakku, anak Abang juga. Mereka tetap menganggapmu Papa mereka."Setelah mengucap salam, kututup panggilan

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Biarkan Semesta Yang Membuka Hati (166)

    #Testpac k (166)Test Pack ART-ku-Biarkan Semesta Yang Membuka Hati-Aku paham, Bang Saga mengumbar kata manis untuk Clarissa di hadapanku, sebagai penanda, bahwa semuanya sudah berakhir. Bahwa dia sudah benar-benar memutuskan melepas tali kasih yang pernah terjalin. Ini bukan suatu keburukan. Ini suatu tindakan tegas darinya. Bang Saga Mengingatkanku pada momen yang tepat, pada saat Clarissa sedang bersamaku. Bahwa kini, Bang Saga sudah menjadi milik Clarissa.“Clarissa, kamu dengar sendiri ‘kan? Bang Saga meletakkan hatinya untukmu. Bukan karena aku. Tapi karena cintamu memang layak diperjuangkan. Aku dan Bang Saga sudah tak ada hubungan apa-apa. Kami baik-baik saja. Kamu jangan lagi merasa bersalah seolah kahadiranmu mengacaukan segalanya. Kamu wanita yang sangat berarti, sangat dibutuhkan Bang Saga.” Kugenggam erat tangannya, mengangguk menatap netranya. tersenyum memberi peyakinan bahwa tak ada masalah yang berat antara aku dan Bang Saga.Aku bangkit, melangkah, kutinggalkan me

DMCA.com Protection Status