Share

Bukti (3)

Penulis: Asa Jannati
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-30 20:46:42

-Bukti-

‘Kalau belum bisa bersandiwara dengan sempurna, jangan coba-coba mengganggu rumah tanggaku, Nem,’ bisik hatiku. Tentu aku tak akan melontarkan kata-kata itu sekarang. Belum waktunya!

“Ee, anu, Bu. Sa-saya dapet dari nemu,” ucap gadis berhidung bangir itu, gugup.

“Nemu?” Aku menatap matanya tajam.

“I-iya, Bu.” Ia sedikit membuang muka merasa terintimidasi. Nem-Inem, harusnya kamu tenang saja, bukankah anggapanmu aku tak tahu affairmu.

“Nemu dimana?”

“Eee….” Inem berpikir lama.

“Kamu kenapa, Nem?” tanyaku datar tapi dengan tatapan curiga.

“Apa, Nem?” Mas Hangga yang sudah di dalam rumah datang menghampiri.

“Oh, itu, itu punya temanku, Ma. Ketinggalan di mobil, kali,” ucapnya santai.

“Eh, oh, iya, maksud Inem, nemu di mobil. Inem pikir ‘kan nggak dipake Bapak. Jadi Inem mau pake buat di kamar mandi Inem.” jawabnya. Ia melepas napas terlihat lega.

“Waduh, kayak kurang sabun aja kamu, pake barang ginian. Stock sabun, odol di lemari juga ‘kan banyak, tinggal ambil saja lho, Nem.” Aku tertawa kecil, berusaha menghilangkan ketegangan hatinya yang tadi sengaja kubuat.

“He he he, iya, Bu.”

Selamat Nem, kali ini kamu lolos. Akting dan kecerdasan Mas Hangga memang tak bisa diragukan lagi.

“Yasudah, yuk masuk,” ajak Mas Hangga. Ia merangkul bahuku mesra, membimbing masuk. Tapi angin telah memberitahuku dari tubuh Mas Hangga tercium bau sabun seperti seseorang yang habis mandi.

Aku memasukkan plastik berisi sabun hotel dan sebagainya tadi ke dalam kotak brankas. Lalu menguncinya.

***Ajt

pukul sembilan malam. Aku sedang menonton film pada saluran tivi kabel di ruang tamu. Anak-anak sudah tertidur tiga puluh menit yang lalu. Mas Hangga datang menghampiri. Ia mencium kepalaku dari belakang, lalu ikut menonton disebelahku.

“Belum tidur, Mas?”

“Sebentar lagi, nunggu kamu masuk kamar, Dek.”

“Ya tidur duluan aja, aku masih mau ngerampungin ini film.”

Mas Hangga justru membelai pipiku hingga turun ke tengkuk leher.

Aku tahu ia sedang memberi isyarat. Tapi aku sedang tak ingin meladeninya. Membayangkan saat ia berdua bersama Inem saja membuatku menjadi begitu membenci Mas Hangga.

“Anak-anak kita sekarang makin lucu-lucu, ya, Dek.”

“Ya, tentu, dan semakin dewasa. Akan selalu melihat perbuatan yang dilakukan kedua orang tuanya, juga akan meniru entah itu baik atau buruk.”

“Iya, makanya Mas nggak mau kehilangan momen saat mereka masih kecil begini. Mas selalu ajak mereka main kemanapun kalau sempat. Tapi masih ada yang kurang bagi Mas, Dek.”

“Hemm, apa?”

“Mas ingin kita punya anak laki-laki.”

“Mas, bukannya kita sudah sepakat, anak dua cukup.”

“Ya, tapi setelah Mas pikir-pikir, nambah satu lagi, bisalah. Sekarang penghasilan Mas juga kan sudah lumayan gede. Kita kan juga belum punya anak laki-laki.”

Apa maksud Mas Hangga tiba-tiba kepikiran ingin punya anak lagi? Apakah maksudnya ia ingin aku pelan-pelan mau menerima kehamilan Inem? Nggak, Mas. Nggak Akan!

“Belum tentu lahir anak ketiga itu laki-laki, Mas. Kalau perempuan lagi, apa Mas mau? Aku sudah malas hamil. Pekerjaanku juga semakin menyita waktu sekarang, ditambah akhir tahun ini aku akan diangkat jadi kepala cabang. Pastinyamakin sibuk.”

Mas Hangga menghela napas cepat, mungkin kesal.

“Kayaknya aku akan ambil dua orang pengasuh anak berpengalaman dari yayasan aja kedepan, mas. Kan penghasilan kita sudah cukup. Mungkin Inem mau kupulangkan, biar anak-anak kita makin pinter kalau yang jaga adalah orang yang selain bisa mengasuh, merawat, juga mendidik.”

Mas Hangga sedikit bereaksi. Tapi aku yakin dia kaget. Hanya saja tak ingin aku curiga.

“Mas rasa Inem cukup pintar ngajarin anak kita, Dek. kasihan kalau dia nggak salah apa-apa dipulangkan. Kalau mau, cari satu lagi aja yang seperti Inem, tapi yang pulang pergi. Nah kalau gini Mas setuju.”

“Kenapa, Mas? Mas keberatan Inem aku pulangkan?”

Aku menatapnya tajam. Ia belingsatan tapi mencoba tenang.

“Ya bukan gitu, Dek, Inem kan sudah lama di sini, sudah cocok dengan anak-anak. Kasihan anak-anak kalau harus pisah dengan Inem.”

“Kamu yakin banget kalau Inem cocok sama anak-anak? anak-anak aja ditelantarkan gitu di arena bermain kemarin. Dia berani-beraninya menitipkan anakku sama orang lain yang nggak aku kenal, dan itu lama, lo. Kamu nggak cek, Mas? Kemana saja dia? Atau jangan-jangan pergi sama kamu!?”

Aku menatap tajam mata Mas Hangga sekali lagi. Kutatap lama dan kucecar dengan pertanyaan seperti itu, Mas Hangga gugup, ia lekas membuang muka ke arah telvisi di hadapan kami.

“Kan sudah Mas bilang, Masnya meeting sama rekan bisnis. Ya, mungkin benar, Dek. Dia ke toilet, namanya juga orang sakit perut ‘kan?”

“Kamu yakin dia pergi ke toilet, nggak ke tempat lain? Kamu yakin, Mas?!” Pertanyaanku sudah bukan lagi menekannya, lebih ke mengintimidasinya.

“Kamu ini kenapa, sich, Dek? Kok marah-marah!”

Mas Hangga mulai emosi.

“Ya, jelas marah. Kata kamu Inem nggak salah. Jelas-jelas salah, nggak tanggung jawab sama tugasnya gitu! Udahlah aku akan pulangkan dia, Mas!”

Klotak! dari arah belakang ada suara benda jatuh. Sontak aku menyibak tirai kaca, Inem sudah berdiri di belakang kami dari jarak dua meter. Lalu dia masuk kamar dan menutupnya dengan keras.

“Tuh, Dek, Inem marah.”

“Maksud kamu? Kalo Inem marah kenapa? Kamu kok kayak takut, Mas? Aneh kamu!”

Aku terus mencoba memancing reaksi lelaki di sampingku ini.

Aku tahu dia sudah tidak fokus, pertama dia emosi tidak jadi dapat jatah dariku malam ini, kedua dia kaget melihat gelagat Inem marah, karena pastinya dia juga tidak akan dapat jatah dari Inem. Sementara aku, bukan hanya saat ini tidak akan memberikan jatah itu padanya, mungkin selamanya sampai aku berhasil menunjukkan semua bukti, lalu menggugat cerai!

Ya, untuk apa meladeni lelaki pezina yang hukum Islamnya jelas, dirajam seratus kali hingga ia mati. Aku ingin lihat bagaimana nanti reaksinya, karena aku tahu persis dia lelaki yang hampir tiap malam meminta.

Aku sudah hilang selera menonton, kumatikan televisi. Lalu masuk kamar, tidur memeluk ana k-anak.

Pukul satu malam. Aku terbangun. Lagi terdengar suara-suara yang membuatku membuka mata tiba-tiba. Entah belakangan ini mungkin tidurku tak nyenyak, sehingga mudah sekali terbangun. Aku bangkit berjalan ke bathroom untuk buang air kecil. Kulirik kasur sebelahku. Mas Hangga tidak ada. Tidak ada atau memang sedari tadi belum masuk kamar.

Aku keluar kamar. Sampai di depan pintu samar-samar aku mendengar suara tangisan. Siapa tengah malam begini ada wanita menangis? Kutajamkan pendengaran, sepertinya dari arah ruang makan. Apakah Inem menangis?

Lekas aku berjalan ke arah suara tangisan. Benar, suara itu datang dari kamar Inem!

Inem sedang menangis? Ada suara seorang laki-laki di kamar itu, terdengar seperti sedang menenangkannya. Deg! Jantungku berdenyut kuat. Aku tak berharap itu suara Mas Hangga.

Kulangkahkan kaki perlahan. Di depan pintu kamar Inem kulihat pintunya terbuka sedikit, dan lampu masih menyala. kutajamkan pendengaran kembali.

“Kamu yang sabar dulu, Nem. Hentikan tangisanmu, Mas kan juga sedang berusaha. Berusaha kan nggak langsung sekali jadi, butuh waktu. Jangan sampai kamu nangis, nanti ada yang bangun.”

Itu suara Mas Hangga! Ia terus menasehati dan menenangkan Inem di antara tangisannya.

“Pokoknya aku nggak mau kalau harus pulang kampung, Mas! Lekas akui aku di depan istrimu dan orang tuamu, kalau aku juga istrimu, aku nggak mau kayak gini terus selamanya!”

Apa?!! Inem minta pengakuan sebagai istri?? Jadi Inem sudah dinikahi Mas Hangga?!!

____

Terima kasih sudah menyimak, tinggalkan jejak love dan komen sblm menuju bab selanjutnya. Terima kasih sudah membantu penulis bertumbuh.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Senja jingga
sukaaa banget ceritanya
goodnovel comment avatar
CemblE'x Elxs
bagus thor
goodnovel comment avatar
لانتينج الجديد
nah yg begini nih sy suka hahahah ...dari pada jajan pembantu pun di embat kwkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Di Ruangan Itu (4)

    -Di Ruangan Itu-Kali ini otakku benar-benar mendidih. Seperti sebuah magma yang siap diledakkan kuat-kuat ke angkasa. aku bahkan tak mampu lagi mencerna kata demi kata yang sedang mereka bicarakan saat ini. Yang kupahami, mereka berdua ternyata tidak hanya menjalin sebuah affair. Tapi sudah menikah! Aku berbalik, berlari menuju kamar tamu paling ujung. Lalu menguncinya dan meluapkan semua emosi agar bisa meredamnya lebih cepat. Aku benar-benar dibohongi oleh suamiku sendiri. Entah sudah sejak kapan hubungan itu dimulai dan sejak kapan mereka menikah. Aku benar-benar tak tahu. Canggih sekali akting mereka, sampai aku mengetahui keberadaan test pack itu dan baru menyadari ada yang tak beres di rumah ini. Kupikir kecurigaanku kepada Inem tak akan mengantarkanku pada sebuah fakta sejauh ini. Gila, suamiku sendiri berselingkuh di dalam rumahnya dimana ada anak dan istrinya berada. Seleranya begitu rendah, hanya berani berselingkuh dengan seorang pembantu cantik.Kuusap air mataku dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Panggil Aku Bunda (5)

    klik follow akun penulis dulu, yuk sebelum lanjut baca Test Pack ART-ku (5) .~Panggil Aku Bunda (Kata Inem)~.“Kamu kenapa, Mas? Kok kaget begitu?”“Ya, ya, ya Mas kaget, dia manggil siapa, sich?”Mas Hangga membentangkan kedua telapak tangannya dengan ekspresi tak paham.“Dah, Dek. Mas berangkat ke kantor, dulu.”Secepat kilat ia meninggalkan meja makan menuju garasi. Terdengar mobil dipacu dengan sangat kencang meninggalkan rumah.Aku menghela napas.Ternyata kamu belum siap memperkenalkan Inem kepadaku, Mas. Itulah kenapa kamu hanya berani menjalin hubungan dengan seorang ART. Keinginan kamu punya istri lebih dari satu besar, libido kamu juga besar, sayang nyali kamu ciut, Mas. Meski kini kamu sudah punya bisnis yang menghasilkan pundi-pundi uang besar, tapi aku juga bukan wanita sembarangan yang kamu nikahi. Lalu seenaknya rumah tangga ini kamu bikin main-main demi memuaskan kebutuhanmu yang tak berkesudahan bila dituruti itu. Kamu memang romantis, kamu baik, tapi kamu juga beg

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-02
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Perawan Palsu (6)

    Perawan Palsu (6)“Ibu, kaget saya, Bu. Ibu kok tumben pulang?” Ia bertanya sembari lekas berdiri menghormatiku.“Kamu apa-apaan, Nem ngajarin anak-anak manggil kamu Bunda?”“Eh, uhm, anu. Kita main boneka-bonekaan aja, Bu. Becanda aja. Ya ‘kan, Dek, Kak ….”Suaranya bergetar.“Yang bener? Tadi kamu ngomong serius, loch. Kamu beneran hamil?”Ia diam.“Iya, Ma. Bunda Inem tuh lagi ada dedeknya dalam perut. Sebentar lagi keluar, terus kita punya adek.” Si sulung menimpali.“Nem? Kok kamu diem aja? Apa kamu beneran hamil? Hamil sama siapa? Jawab jujur, Nem.”Masih tak menjawab. Tapi hanya dalam hitungan tiga detik dia sudah berlari ke kamarnya.Aku menghentak napas. Cemen sekali. Berani merebut suamiku, tapi menatapku pun tak sanggup. Andai kamu tahu, Nem. Perih dan kecewaku luar biasa sama kamu. Andai kamu tahu hancur hatiku tak terbilang gimana rasanya. Orang lain yang tak kukenal saja, bila dia merebut suamiku, jelas menyakitkan. Dan ini kamu yang ngelakuin, Nem. Kamu yang bahkan orang

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Foto Mesra di F******k Rahasia (7)

    ~Foto Mesra di F******k Rahasia~ (7)Seketika suaranya hilang, tak ada lagi pembicaraan.“Nem, Buka!”Tak ada gerakan.Gemes, kutendang pintunya.Dubrak!“Buka, Nem!”“Iya, Bu, sebentar ….!Pintu dibuka.“Apa, kamu ngomong apa barusan?”“Ngomong apa gimana sich, Bu, yang ibu maksud?”“Kamu tadi ngobrol sama seseorang kan di telepon? Jangan kira saya nggak dengar. Apa obrolan yang kamu maksud tadi, Hah?”“Ehhm, ma-ma-maksud Ibu yang mana? Aduh, saya jadi takut. Ibu nich, tumben marah-marah.”“Yang soal beli darah keperawanan! Paham?!” Aku berkata penuh penekanan tiap katanya.Ia menatapku dua detik. Lalu tertawa.“Owh itu. Ibu, nich, kirain apaan …. Itu kan dialog cerita, Bu. Inem tadi nemu cerita di internet, ceritanya seru. Inem ngomong ngikutin dialog yang ditulis. Duh sampe jantungan Inem. Kirain apaan Ibu sampe dobrak pintu. Cuma salah paham, Bu ….” ia menunjukkan jari tengah dan telunjuk membentuk huruf V.“Kamu nggak usah ngaco, Nem!”“Ya Allah, Bu. Beneran, suerrr, Inem jujur. I

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Anak-anakku Mengetahuinya (8)

    -Anak-anakku Mengetahuinya-“Eh, Mama. Entahlah, Mas juga baru datang. Kelihatannya Inem sedang putus cinta sama pacarnya, sampai nangis-nangis gitu. Mas cuma berusaha menenangkan. Biasalah anak remaja lagi jatuh cinta, diputusin kali.”Lantas lelaki jangkung iru menggaruk kepalanya yang tak gatal.Inem yang tiba-tiba dilepaskan pelukannya begitu saja, merasa kesal. Mungkin ia berharap saat aku hadir, justru Mas Hangga tak melepas pelukannya dan ia akan tertawa puas karena telah memenangkan sebuah permainan. Bukankah sebenarnya Inem memang membenciku, bahkan ingin membunuhku. Masih kuingat status f******k bocah alay bernama meow. Itu pasti akun milik Inem-Inem jugaMerasa tak mendapatkan apa yang ia inginkan, ia melirik Mas Hangga jutek lalu berlari masuk ke dalam kamar. Ia melanjutkan tangisannya di sana.Aku tertawa dalam hati melihat kelakuannya. Andai aku tidak sedang bersandiwara berpura-pura bodoh. Sudah kuolesi sambel pada bibir manisnya yang sering manyun tak jelas itu.Lalu ak

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-05
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Menyadap Pesan-pesan Mereka (9)

    -Menyadap Pesan-pesan Mereka-“Iya, Bu. Saya kaget, saya tanya mau kemana, Mbak. Dia nggak jawab.”“Saya cek dalam kamarnya separuh isi kamar sudah nggak ada, Bu.”“Saya mau ngadu sama Ibu, sy lihat Ibu sedang menangis, jadi nggak berani.”Hmm, jadi perempuan itu pergi tanpa ijin aku sama sekali.“Ya, nggak apa-apa, Mbak. Biarkan saja dulu, kalau itu kemauannya. Sementara Mbak sanggup kan momong Sefina dan Hanifa sendirian?”“Oh kalau itu tenang, Bu. Dengan senang hati saya melakukannya.”“Besok saya akan minta Mbak baru dari yayasan lagi. Biar Mbak Yana nggak terlalu kewalahan.”“Baik, Bu.”Aku menuju kamar Inem. Dalam kondisi terburu-buru untuk kabur, kurasa dia hanya membawa barang-barang yang sangat diperlukan saja. Entah kenapa saat masuk ke kamarnya ada perasaan berat. Tapi kupaksakan. Kubongkar barang-barang yang terserak di sudut ruangan.Sayangnya ketika aku hendak membuka lemari. Ada suara-suara aneh yang membuatku ngeri dan terhenyak. Alisku berkerut. Suara apa itu?! Suara

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-05
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Di Dalam Mobil Suamiku (10)

    -Di Dalam Mobil Suamiku-[Sekarang?][Iya, kamu bawa baju seperlunya dan barang yang kamu anggap penting. Cukup pakai tas kecil, saja. Kamu tunggu di Mall atau di restoran. Nanti aku jemput sepulang kerja. Oke?][Hmmm. Okelah. Nanti aku kabari lagi, Mas. Mau masukin baju-bajunya dulu.][Oke, Sayang. Love, U.]Laki-laki yang sudah terbuai oleh cinta wanita baru. Isi pesannya tak jauh berbeda ketika dulu ia mencintaiku. Siapa yang tak bahagia dipenuhi ucapan cinta dan sayang oleh lelaki tampan seperti dia. Terlebih Inem. Melihat Mas Hangga sekarang yang sudah mapan. Pas sekali Mas Hangga juga begitu tertarik kepada jalang itu.“Halo, Za, tolong saya sekali lagi, ya.” Kujelaskan maksudku meminta bantuannya kembali.“Oh, siap, Bu. Saya laksanakan. Saya suka kalau Ibu yang perintah.” Suara di seberang sana terdengar sumringah. Ya, karena aku tak segan membayar dengan nominal besar padanya.Kali ini aku meminta Reza untuk mengintai kemana nanti perginya Corola Altis itu selepas lelaki itu

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-05
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Usaha Penggerebekan (11)

    -Usaha Penggerebekan- “Hallo Assalamualaikum, Pa, maaf malam-malam telepon Papa. Tapi ada hal penting yang ingin Karin bicarakan.”“Owh, Waalaikumussalam. Ya, silahkan cerita. Apa kabar anak-anak?”“Anak-anak baik, Pa. Karin mau bicara soal Mas Hangga, Pa.”Kuceritakan kejadian demi kejadian sampai akhirnya Papa paham dan mengerti situasiku saat ini.“Hmm, cukup pelik, Karin.” Papa menghela napas panjang.“Baiklah, Papa akan jemput Papa kamu, nanti kita ke sana sama-sama. Apa Papa sudah dikabari?”“Baru akan Karin telepon, Pa. Maaf kalau Karin baru bisa sekarang mengabari Papa. Karena pada awalnya Karin pikir akan bisa mengatasi keadaan ini sendiri. Tapi ternyata Karin sendiri baru sadar kalau situasinya sudah segawat ini.”“Papa mengerti keadaanmu. Ini sudah berat. Ya, oke. Papa siap-siap dulu, ya.”“Oke, Pa.” Klik, telepon kumatikan.Tak ada waktu bersedih Karin. Segera telepon Papa. Aku melanjutkan menekan tombol panggilan ke W* Papa.Pembicaraan ke Papa terasa lebih berat. Karena

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-05

Bab terbaru

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Tamat: Bahagia Tak Berujung (174)

    TEST PACK 174Test Pack ART-ku-Bahagia Tak Berujung-“Nggak bisa apa, Mas ...?”Dia merebahkan tubuhku ke bantal perlahan. Lelaki bermata bening dengan sepaket wajah yang selalu memabukkanku itu, mendekati wajahku.---“Nggak bisa jauh-jauh dari perempuan cantik di hadapan, Mas ini pastinya.” Kali ini wajahnya serius menatapku.“Mas, liatin akunya harus gitu, ya?”“Emm, memang Mas lihatnya gimana, si?”“Kayak, em … apa, yaa …?”“Mas juga nggak tahu, Dek. Mungkin karena kemarin-kemarin, Mas selalu buang jauh-jauh tatapan Mas ke tempat lain saat lihat kamu.”“Terus sekarang.” “Sekarang sayang dong, sudah halal nggak dilihatin. Mubajir. Heheheh.”“Oh, gitu, Mas …”“Iya, jadi ya Mas lihatinnya sepenuh hati. Biar masuk ke hati juga.”“Kelihatannya sudah bukan masuk ke hati saja. Sudah meresap ke jiwa sampai ke sum-sum tulang juga, Mas. Aku ‘kan sayang banget sama, Mas.”Ia membelai rambut lurus tergeraiku yang kini sudah panjang sepinggang.“Mas ….”“Hmmm …”“Jadi, Mas tadi mau minta apa?

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Dua Hati Mencecap Rasa (173)

    #Testpack (173)Test Pack ART-ku-Dua Hati Mencecap Rasa-“Adududu … sakit, Dek.”Mas Hangga menghindar ke ujung kasur.“Coba jawab, apa dia itu kamu, Mas?” Aku mengejarnya dan mulai memegang kupingnya. Wajahku kini di atasnya dengan mata melotot.“Yang mana, sih?” Kini ia mulai sok cool.“Ish, emangnya Mas mau jelasin yang mana lagi? Dia yang selama ini mengganjal pikiranku. Belakangan dia bukan memberi informasi, malah jadi orang sok bijak yang banyak menasehatiku.”“Ya mungkin dia termasuk orang-orang yang sangat sayang sama kamu, Dek.”“Tapi kok Mas nggak kaget aku cerita begini? Nggak curiga. Kalau bukan Mas, pasti Mas akan langsung penasaran dan cari tahu siapa pengganggu itu?”Ia tergelak. Lalu memegang kedua bahuku dan membalik tubuhku, sehingga kami berguling-guling.Kini tubuhnya ada di atasku. Kedua netra ini hanya berjarak sekian inci saja. Napasnya memburu.“Kamu gemesin, Sayang, kalau marah-marah seperti ini.”“Ih, malah ngegombal!”“Beneran. Makanya Mas nggak kuat liat

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Jadi Siapa Sosok Misterius Itu?

    #Testpack (172)Test Pack ART-ku-Jadi Siapa Sosok Misterius Itu?-Perlahan tubuh kokoh itu meletakkan tubuhku ke atas springbed. Tubuhnya kini menjadi tepat ada di hadapanku.Bulu-bulu lentik itu bergerak, mengerjap. Bola mata cokelat itu menatapku lekat.“Tak pernah berubah dan tak ada yang berubah. Yang ada, rasa rindu yang terpendam lama dan kini mulai terobati.” Lirih suara itu, namun helaan napas itu hangat menyentuh wajahku.Seketika aku menjadi teramat kasihan kepada lelakiku ini. Bertahun-tahun ternyata aku mengabaikannya dalam kesendirian. Mungkin aku akan lega ketika dia sempat melupakanku. Tapi nyatanya dia justru tak pernah berhenti untuk terus berusaha membuat agar aku kembali padanya.Kubelai wajah putih dengan cambang tipis yang terlihat baru di cukur itu. Kubelai kumis tipis di atas bibirnya. Aku menikmati keadaan ini. dia sudah sah kembali menjadi suamiku. Dari dulu, aku sangat menyukai keadaan ini. Berdua-dua, dan menyentuh seluruh area wajahnya. Saat ini seakan mey

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Honeymoon ke Norwegia

    #Testpack (171)Test Pack ART-ku-Honeymoon ke Norwegia-Mas Hangga membuktikan semuanya. Saat aku datang ke KJRI semua surat-surat telah secepat kilat ia urus. Kugunakan pakaian serba putih yang telah ia persiapkan untukku sekeluarga. Di sini prosesi ijab kabul akan berlangsung. Tentunya resepsi nanti akan dilaksanakan di Indonesia. Aku duduk di sebuah ruangan serba putih.“Bismillah, Nak. Ternyata benar, kalau kita berbuat baik, sama Allah ditambah nikmatnya. Siapa yang mengira, pada akhirnya kamu justru menikah dengan Hangga saat umroh, Nak.”Mama mengelus bahuku lembut. Dirapikannya jilbabku itu. Mama menatapku dengan senyuman paling menyejukkan seakan menenangkan dan menyemangatiku bahwa ijab kabulku akan berjalan lancar. Mama paling tahu apa yang ada dalam benakku. Kupeluk Mama erat, lalu aku dan Mas Hangga mencium tangannya khidmat.Mama kemudian mengelus pipiku juga Mas Hangga, dan mengangguk-angguk seakan ingin bicara bahwa ia memberi restu.“Selamat Hangga. Papa salut sama u

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Aku Mau, Mas (170)

    #Testpack (170)Test Pack ART-ku-Aku Mau, Mas-Seketika aku merasakan duniaku hening!Sedang bercandakah dia? Rasa-rasanya dia sedang men-chat prank-ku. [Jangan meragukan Mas, Dek. Mas tidak sedang bercanda.]Ah, kenapa dia bisa membaca pikiranku.Aku masih diam mematung. Memandangi sebaris tulisan yang baru masuk ini. [Turunlah, Mas ingin bicara lebih serius lagi. Mas tunggu di lobi.][Jangan ragu lagi. Semuanya sudah Mas putuskan. Mas ingin kembali denganmu. Masih bolehkan, Dek?][ Boleh juga ‘kan Mas kali ini GR, meyakini bahwa kamu dan anak-anak berharap Mas kembali?”]Aku hanya mampu membaca pesan demi pesannya yang terus masuk satu demi satu.[Mas akan terus berada di lobi ini sampai kamu turun. Tak perduli kalau security sampai mengusir Mas pun. Mas akan tunggu!]Kupegang dadaku yang berdebar. Kugigit bibirku berkali-kali, memastikan bahwa ini bukan mimpi.Kuusap aku air mata yang dengan kurang ajarnya menerobos begitu saja melewati pipiku. Aku tak ingin menangis di hadapan

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Kita Menikah Sekarang (169)

    #Testpack (169)Test Pack ART-ku-Kita Menikah Sekarang-“Sudahlah, Mas. Kenapa kamu sekarang jadi kolokan begini. Kamu lagi akting, ya?”“Akting?”“Ya kamu berminggu-minggu nggak datang ke rumah kemarin-kemarin biasa saja. Kenapa sekarang kok jadi aneh merasa bersalah, mohon-mohon begini?”“Ya … Karena ….” Ia menjeda kata … bukan terlihat berpikir, tapi terlihat menahan kata. Wajahnya tampak malu-malu. Jujur itu menggemaskan di mataku. Seandainya dia suamiku, seandainya aku tak marah padanya. Seperti yang dulu biasa kulakukan, akan kucubit hidung atau pipinya lalu mengoyak-ngoyak rambutnya. Tapi rasa kesalku saat ini masih jauh lebih besar. Rasa emosiku muncul kala mengingat dia berkelahi membabi buta menghajar Bang Saga. Begitu sulit kuhentikan."Ah sudahlah, cepat pergi saja dari sini. Hidup menjauh dariku dan anak-anak. Kamu kelihatannya sudah cukup berbahagia hidup berdua saja dengan Zayyan, putra mahkota kamu itu!" Aku mendengkus kesal.“Loh, kok gitu, Dek. Zayyan kan anak kes

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Dua Hati yang Tak Bisa Saling Membohongi

    -Dua Hati yang Tak Bisa Saling Membohongi-Mas Hangga, seemosional itu dia. Dia mungkin bahkan sudah mengira hubunganku dengan Bang Saga semakin rekat, karena semakin dekat dengan tanggal pernikahan. Maka dari itu dia semakin menjauh dariku, dan jadi sangat kecewa melihat keadaan ini.Kalau begitu, kondisi Bang Saga benar-benar berbahaya. Tak akan ada yang bisa melerainya kecuali aku.“Clarissa, kamu bisa pulang sendiri ‘kan? Rasanya aku tak bisa membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalah ini tanpa ada pihak lain. aku khawatir sesuatu terjadi.”“Aku bisa pulang sendiri, tapi aku merasa perlu ikut kamu, Rin. Karena ada aku masalah ini timbul. Ada andil aku dalam masalah kalian. Aku merasa perlu meminta maaf dan menjelaskan ke Mas Hangga.”“Please Clarissa. Cukup aku.”“Kamu percaya aku, kan Karin, aku janji kehadiranku tak akan memperkeruh apapun. Aku hanya berusaha bertanggung jawab atas ini semua.”Kedua tangannya ditelangkupkannya di hadapanku, memohon. “Nggak Clarissa! Kamu te

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Mas Hangga Begitu Sayang Kamu, Rin

    #Testpac k (167)Test Pack ART-ku-Mas Hangga Begitu Sayang Kamu, Rin-“Benar, Rin. Sebaiknya memang begitu. Jangan terlalu memikirkan Mas Hangga dulu. Fokus saja mendekat pada Allah. Jika dia jodohmu. Allah akan bukakan hati Mas Hangga.”“Ya. Yasudah, yuk bahas kapan persiapan kalian akan menikah ulang?”“Aku ingin kamu yang menentukan tanggalnya, Rin.”“Dua bulan lagi terlalu lama tidak?”“Emm, berapapun tanggal yang kamu kasih. Aku akan siapin.”“Tunggu, sepertinya aku harus lihat tanggalan. Nanti aku kabari lagi, ya?“Oke, nggak apa-apa, kabari saja kalau sudah nemu.”“Ya udah sekarang Abang Istirahatlah. Kan masih harus jaga tubuh biar kankernya nggak tumbuh-tumbuh lagi. Semangat selalu Abang dan Clarissa, ya. Aku mau urusin si duo kembarku.”“Ya, Insyaa Allah. Titip sun ya buat duo kembar.” Suaranya sedih. "Iya, Abang bisa kapan saja datang atau video call mereka, ya. Anak-anakku, anak Abang juga. Mereka tetap menganggapmu Papa mereka."Setelah mengucap salam, kututup panggilan

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Biarkan Semesta Yang Membuka Hati (166)

    #Testpac k (166)Test Pack ART-ku-Biarkan Semesta Yang Membuka Hati-Aku paham, Bang Saga mengumbar kata manis untuk Clarissa di hadapanku, sebagai penanda, bahwa semuanya sudah berakhir. Bahwa dia sudah benar-benar memutuskan melepas tali kasih yang pernah terjalin. Ini bukan suatu keburukan. Ini suatu tindakan tegas darinya. Bang Saga Mengingatkanku pada momen yang tepat, pada saat Clarissa sedang bersamaku. Bahwa kini, Bang Saga sudah menjadi milik Clarissa.“Clarissa, kamu dengar sendiri ‘kan? Bang Saga meletakkan hatinya untukmu. Bukan karena aku. Tapi karena cintamu memang layak diperjuangkan. Aku dan Bang Saga sudah tak ada hubungan apa-apa. Kami baik-baik saja. Kamu jangan lagi merasa bersalah seolah kahadiranmu mengacaukan segalanya. Kamu wanita yang sangat berarti, sangat dibutuhkan Bang Saga.” Kugenggam erat tangannya, mengangguk menatap netranya. tersenyum memberi peyakinan bahwa tak ada masalah yang berat antara aku dan Bang Saga.Aku bangkit, melangkah, kutinggalkan me

DMCA.com Protection Status