Share

TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU
TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU
Penulis: Asa Jannati

Di Balik Tirai Itu (1)

Penulis: Asa Jannati
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-30 15:07:36

Sebelum baca, follow akun Asa Jannati dan subscribe cerita biar muncul notif saat bab baru di posting.🙏

~Di Balik Tirai Itu~

Aku baru pulang dinas dari luar kota, hendak mencari kunci gudang kala menemukan benda itu di laci kamar Inem. Sebuah benda pipih dengan dua garis samar pada sisinya. Seketika jantungku berdentam hebat. Ini Test pack, alat test kehamilan. Untuk apa Inem menggunakan alat ini? Bukankah dia belum menikah?

Gegas kututup laci meja dan keluar dari kamar tatkala terdengar suara anak-anak berlarian masuk ke rumah sehabis bermain di taman perumahan dengan Inem.

“Mama sudah pulang, hore ....” teriak si sulung Sefina, mereka akhirnya berhamburan memelukku yang sudah dua hari tak bertemu

“Mbak Inem, aku mau minum,” pinta si kecil. Inem melangkah mengambil gelas dan menuangkan air.

Dari jarak beberapa meter, kuperhatikan perutnya, sedikit lebih buncit dari biasanya dan tubuhnya terlihat lebih berisi. Astaghfirullah apakah Inem hamil?

Kulihat anak-anak pergi bermain dengan Inem kembali di ruang bermain. Aku merebahkan diri ke sofa dengan pikiran tak menentu. berbagai pertanyaan muncul dalam benak. Benarkah Inem sudah berbuat sejauh itu? Dengan siapa?

“Ma, sudah pulang?” Mas Hangga membuyarkan pikiranku. Ia kemudian mengecup keningku dan mengelus rambutku sesaat.

“Sudah, Mas, aku pulang dua jam lebih cepat dari seharusnya,” jawabku. Ternyata lamunan membuatku tak sadar kalau Mas Hangga sudah pulang kerja dan memasukkan mobil ke garasi.

“Asik, Papa juga sudah pulang!” Si kecil Hanifa berteriak senang.

“Ayuk, Pa, kita main sama-sama,” mereka menarik papanya menuju ruang bermain. Aku masih mengamati dari sudut sofa. Mereka tertawa-tawa girang menyaksikan kekocakan yang dibuat Papanya, termasuk Inem.

Esoknya, sebelum aku berangkat ke kantor, saat Inem sedang menyuapi si kecil di halaman depan. Gegas aku melesak masuk ke kamar Inem kembali. Kubuka laci itu, tespack masih teronggok di sana.

Kali ini kuamati lebih seksama. Garis merah di sebelah garis yang tegas itu terlihat samar. Aku masih belum bisa memastikan, positif atau negatif, sebab dua garis merah yang mengindikasikan positif pun jika sudah lewat beberapa jam warnanya akan memudar.

Kugigit-gigit bibir ini sembari mencoba menerka-nerka siapa lelaki yang dekat dengannya belakangan ini dan menidurinya hingga dia takut hamil dan membeli alat tes kehamilan ini?

Apakah dengan satpam komplek yang biasanya muncul saat Inem bermain di taman bersama dua anakku? Kelihatannya memang ada hubungan di antara mereka. Tapi apa benar sejauh ini? Apa mungkin kedekatan mereka luput dari perhatianku karena terlalu sibuk dengan pekerjaan?

“Assalamualaikum.”

Yu Siti, yang biasa cuci seterika dan bebersih rumah dan bekerja pulang pergi tiap hari itu mengucapkan salam.

Aku menjawab salam, lalu menarik tangannya menuju kamarku. Berbisik meminta tolong padanya untuk mengawasi aktivitas Inem selama aku tidak di rumah. Barangkali ada hal-hal yang mencurigakan. Beruntung Yu Siti ini orangnya amanah.

Setelah dua hari, kutanyakan padanya untuk mengorek informasi. Menurutnya tak ada yang mencurigakan, Inem bekerja seperti biasa bermain dengan anak-anak.

“Apa ada hal lain lagi, Yu? Barangkali ada cowok yang datang nemuin Inem gitu?”

“Oh, iya baru inget. Ada, Bu. Supir sebelah, Anton, kemarin nitip martabak, katanya untuk Inem, saya juga dibaginya.”

Oke, Anton, satpam komplek, siapa lagi yang harus masuk listku sebagai salah satu terduga.

“Coba inget-inget lagi, Yu, ada lagi nggak?”

“Nggak ada, Bu. Paling-paling yang datang ya, Bapak. Sehari bisa dua kali, barangkali nengok anak-anak dirumah, Bu,” jawab Yu Siti datar.

Mas Hangga datang sehari dua kali ke rumah? Kenapa harus sampai dua kali, bukankah makan siang dia sudah tersedia di kantor.

“Jadi Bapak sering pulang ke rumah sehari sampai dua kali, Yu?”

“Iya lumayan sering sih, Bu.”

“Ngapain aja di rumah biasanya, Yu?” Aku iseng ingin dengar jawaban Yu Siti.

“ Saya kruang jelas, Bu. Karena saya kan nyetrika atau nyuci, tidak lihat ke ruangan depan.”

Aku tak bertanya lebih jauh, khawatir Yu Siti menganggap aku curiga ada apa-apa antara Inem dan Mas Hangga. Tapi jujur aku tak tahu kalau Mas Hangga ternyata sering pulang ke rumah di jam-jam kerjanya. Dia tidak pernah cerita.

Malam ini, jam dua dini hari, aku terbangun dari tidur, tersentak dikagetkan oleh suara entah apa, yang jelas membuat mataku yang sedang terlelap tiba-tiba terbuka.

Kuraba ke samping kasur, tak ada tubuh Mas Hangga disitu. Lekas aku bangkit dan menyalakan lampu tidur, gelap menjadi temaram, kulihat anak-anak sedang terlelap di kasur sebelah.

“Mas?” kupanggil Mas Hangga, barangkali ia sedang berada di kamar mandi. Tapi tak ada jawaban.

Aku berjalan keluar kamar. Tak ada orang di ruang depan maupun ruang keluarga. kutuju ruang makan, ternyata Mas Hangga sedang duduk merokok di meja.

“Mas, bukannya tadi sudah tidur?”

“Iya, kebangun. Jadi ingin merokok.”

Kulihat rambut-rambut tipis di dekat pelipisnya agak basah oleh keringat.

“Gerah, ya, Mas?”

“Iya, makanya Mas ngadem, sejuk di sini.”

Kalau memang ruangan ini terasa sejuk, kenapa ia berkeringat?

Kulirik pintu kamar Inem. Sedikit terbuka dan lampu kamarnya menyala, kenapa menyala? bukankah ia sudah tidur?

“Aku balik ke kamar, ya, Mas.”

Mas Hangga tak menjawab, ia menyesap rokoknya dalam-dalam lalu mengepulkannya.

Kutinggalkan Mas Hangga sendirian. Entah kenapa Mas Hangga barusan begitu dingin. Apakah sebenarnya ia sedang menutupi perasaannya yang tegang? Apakah yang kucurigakan benar?

Jangan-jangan mereka habis berbuat? Ah, aku benci dengan perasaanku sekarang.

Di kamar aku tak bisa tidur, meski mencoba memejamkan mata.

Beberapa menit kemudian Mas Hangga masuk kamar dan merebahkan diri disampingku.

Pukul setengah lima aku membuka mata yang sama sekali tak tertidur.

Aku bangkit, melangkah menuju dapur, hendak membuatkan susu dalam dot untuk si kecil.

Kulihat lampu kamar mandi belakang menyala dengan daun pintu yang tertutup. Terdengar gemericik air dinyalakan, dan siraman air perlahan seperti orang mandi. Ya, meski pelan tapi aku bisa memastikan Inem sedang mandi.

Benar saja, setelah sepuluh menit kunanti, ia keluar dengan handuk ditangan dan rambut basah. Matanya menyasar ke segenap ruangan. Kupastikan ia tak melihatku yang duduk di sudut ruangan dalam keadaan gelap.

Setelah ia masuk kamar, gegas aku melangkah ke kamar.

Tumben Inem mandi subuh-subuh sekali, tak seperti biasanya? Ada apa ini? Perasaanku menjadi gaduh.

Aku jadi teringat pesan Mama, “Karin, saran Mama sich, Setiap Mbak yang kerja di rumah ini, dia pulang pergi saja. Jangan sekali-kali mereka tinggal di sini, serumah sama kalian.”

“Kenapa, Ma?”

“Pertama mereka kan bukan mahrom suamimu, jadi janganlah tinggal serumah. Yang kedua, namanya tinggal serumah, khawatir aja ada setan lewat, mereka kesambet, jadi khilaf,” ucap Mama. Mama menyampaikan ini dengan serius.

Kini baru aku sadar apa maksud Mama. Meski kecurigaanku belum tentu benar. Sampai detik ini aku masih belum benar-benar yakin, Mas Hangga akan berani berbuat sejauh itu.

Sore ini Inem sedang menemani anak-anak naik odong-odong di ujung gang. Aku kembali masuk ke kamar Inem, meggeledah isi kamar. Sekali lagi, hal mengejutkan aku temui. Di dalam gumpalan sebuah baju, Inem menyimpan pil KB! ya Allah. Jadi dia berusaha mencegah kehamilan dengan rutin minum pil KB. Aku sangsi jika pil KB ini bukan punya Inem.

Seandainya aku mencoba berpikir baik, anggap milik Yani, ART sebelah yang menitipkannya ke Inem. Hal-hal seperti ini sangat rahasia dan tentu malu bila diketahui orang lain. Yang menyimpan tentu yang menggunakannnya. Jadi bisa kupastikan ini milik Inem, nggak mungkin ada orang lain yang menitip.

Jadi jelas, Inem yang kukira lugu itu, ternyata sudah melakukan hubungan terlarang sejauh itu. bahkan kini ia tengah ketakutan hamil. Pil KB jadi solusinya saat ini.

Akan kuselidiki terus sampai ketemu, siapa laki-laki yang tega-teganya merusak Inem. Alangkah menjijikkan jika itu dilakukan di rumah ini. Aku harus menangkap basah mereka. Dugaanku masih kuat tertuju kepada Anton dan Tikno si satpam komplek itu. Bisa saja malam-malam dia mengendap masuk lewat pintu belakang atau lewat jendela kamar Inem.

Di sudut meja ada sebuah buku. Kubuka lembar demi lembarnya. Hanya catatan biasa, tentang kerinduannya pada adik dan Ibunya di kampung. Hingga pada halaman keberapa ia menulis, “Ya Allah, aku sudah melakukan dosa, dosa juga karena menggangu sebuah ikatan rumah tangga. Tapi aku mencintainya.”

Aku mengigit bibir, mencoba memahami pesan yang tersirat dari kata-kata itu. Apakah Inem mencintai Mas …. Ah, lagi-lagi kutepis pikiran ngawurku sendiri, mungkin aku terlalu parno. Sebelum jelas-jelas terbukti aku tidak boleh sembarang suudzon. Siapapun bisa jadi tersangkanya. Tapi aku tidak akan segan-segan bertindak tegas jika jelas-jelas terbukti.

*

Aku baru pulang dinas dua hari dari Bandung, saat kulihat sore itu Anton sedang duduk diteras bersama Inem. Jangan-jangan mereka sedang merencanakan untuk indehoy berdua lagi. Aku ada ide, sebaiknya di rumah ini di pasang CCTV, agar kecurigaan ini jadi terang benderang.

Kutuju dapur, untuk membuka minuman dingin di kulkas, disebelah kulkas ada satu plastik hitam terisi berukuran besar yang sudah terikat kencang. Itu sampah, akan Inem buang mungkin sebentar lagi. Tapi entah kenapa ada dorongan dalam hati untuk membukanya.

Akhirnya kugunting ikatannya, kucolek satu-satu isi sampah itu. Mataku terbelalak, sebuah kondom yang sudah terikat berisi cairan putih menggelinding jatuh tepat di kakiku.

Astaghfirullah. Kondom siapa ini? Dadaku tiba-tiba bergemuruh. Ada marah tapi tak tahu harus diarahkan ke siapa? Mas Hangga, Anton atau bisa saja supirku sendiri yang sesekali bercengkrama dengan Inem. Saat ini siapa saja bisa jadi tertuduh. Kurang ajar, mereka benar-benar berani berzina di rumahku.

Gegas aku mengambil gawai dan memotret benda itu dengan berbagai posisi dan jarak. Kemudian menyimpan kondom habis pakai itu dalam tissu. Akan kukumpulkan banyak bukti agar pelakunya tidak akan bisa mengelak lagi saat semuanya semakin jelas.

Kuredam emosi yang sudah menggelegak dalam jiwa. Aku masuk kamar beristighfar berkali-kali.

Adzan maghrib berkumandang. Aku hendak menyalakan lampu teras ketika kulihat dua bayangan manusia ada di balik mobil berdiri teramat dekat. aku mundur perlahan bersembunyi di balik tirai jendela kaca.

Itu Mas Hangga dan Inem! Iya, itu mereka. Aku masih bisa mengenali wajah mereka meski temaram dari balik kaca mobil. Inem nampak tersenyum ke arah Mas Hangga, lalu mengecup pipi Mas Hangga.

Jantungku seketika berdebar hebat menyaksikan pemandangan itu. Jadi test pack, pil KB dan kondom itu ....

Kini pikiranku mengarah ke satu orang pelaku. Lihat, Mas, aku akan buat perhitungan denganmu!

____

Kalau mau simak versi You Tub/audionya, ada di akun You Tub Asa Jannati ya tmn. Pengisi suaranya sy sendiri. Tersedia ebook baca sampai tamat jg di g****e playstore

Terima kasih sudah menyimak, tinggalkan jejak love dan komen sblm menuju bab selanjutnya. Terima kasih sudah membantu penulis bertumbuh.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Tcalysta
tak lilit kondomm eee.........
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Tuh benar Khan si Hangga yg sama inem
goodnovel comment avatar
Iis Nur Asih
laki2 emg gk boleh diksh kendor,iman kuat aj imron gak kuat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Di Sebuah Hotel (2)

    Jangan Paksa Aku Rujuk Di Sebuah Hotel (2)Aku mundur perlahan, berjingkat menuju kamar. Tubuhku bergetar hebat. Napasku tersengal. air mata mulai berjatuhan tak terkendali. Kubekap mulutku agar tak mengeluarkan suara dan segera pergi ke kamar mandi lalu menguncinya.Jadi benar dugaanku. Di antara mereka ada hubungan terlarang yang tak pernah kusadari sebelumnya. Sangat keterlaluan apa yang mereka lakukan di rumah ini, bahkan ketika aku sedang berada di rumah. Tak bisa kubayangkan apa yang sudah terjadi ketika aku sedang tidak ada di rumah. Mungkin sudah puluhan kondom yang dibuang tanpa aku pernah menyadarinya.Baik Karin, cukup menangisnya. Berpura-pura tak tahu adalah jalan terbaik yang harus kupilih. setidaknya saat ini. Terlalu dini jika aku melabrak mereka berdua sekarang. Aku tak bodoh, lebih baik kukumpulkan semua bukti agar ketika aku siap membuka semuanya, mereka tak akan bisa mengelak lagi.Percuma rasanya jika saat ini aku mencegah hubungan mereka. Toh mereka berdua sudah

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Bukti (3)

    -Bukti-‘Kalau belum bisa bersandiwara dengan sempurna, jangan coba-coba mengganggu rumah tanggaku, Nem,’ bisik hatiku. Tentu aku tak akan melontarkan kata-kata itu sekarang. Belum waktunya!“Ee, anu, Bu. Sa-saya dapet dari nemu,” ucap gadis berhidung bangir itu, gugup.“Nemu?” Aku menatap matanya tajam.“I-iya, Bu.” Ia sedikit membuang muka merasa terintimidasi. Nem-Inem, harusnya kamu tenang saja, bukankah anggapanmu aku tak tahu affairmu.“Nemu dimana?”“Eee….” Inem berpikir lama.“Kamu kenapa, Nem?” tanyaku datar tapi dengan tatapan curiga.“Apa, Nem?” Mas Hangga yang sudah di dalam rumah datang menghampiri.“Oh, itu, itu punya temanku, Ma. Ketinggalan di mobil, kali,” ucapnya santai.“Eh, oh, iya, maksud Inem, nemu di mobil. Inem pikir ‘kan nggak dipake Bapak. Jadi Inem mau pake buat di kamar mandi Inem.” jawabnya. Ia melepas napas terlihat lega.“Waduh, kayak kurang sabun aja kamu, pake barang ginian. Stock sabun, odol di lemari juga ‘kan banyak, tinggal ambil saja lho, Nem.” Aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Di Ruangan Itu (4)

    -Di Ruangan Itu-Kali ini otakku benar-benar mendidih. Seperti sebuah magma yang siap diledakkan kuat-kuat ke angkasa. aku bahkan tak mampu lagi mencerna kata demi kata yang sedang mereka bicarakan saat ini. Yang kupahami, mereka berdua ternyata tidak hanya menjalin sebuah affair. Tapi sudah menikah! Aku berbalik, berlari menuju kamar tamu paling ujung. Lalu menguncinya dan meluapkan semua emosi agar bisa meredamnya lebih cepat. Aku benar-benar dibohongi oleh suamiku sendiri. Entah sudah sejak kapan hubungan itu dimulai dan sejak kapan mereka menikah. Aku benar-benar tak tahu. Canggih sekali akting mereka, sampai aku mengetahui keberadaan test pack itu dan baru menyadari ada yang tak beres di rumah ini. Kupikir kecurigaanku kepada Inem tak akan mengantarkanku pada sebuah fakta sejauh ini. Gila, suamiku sendiri berselingkuh di dalam rumahnya dimana ada anak dan istrinya berada. Seleranya begitu rendah, hanya berani berselingkuh dengan seorang pembantu cantik.Kuusap air mataku dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Panggil Aku Bunda (5)

    klik follow akun penulis dulu, yuk sebelum lanjut baca Test Pack ART-ku (5) .~Panggil Aku Bunda (Kata Inem)~.“Kamu kenapa, Mas? Kok kaget begitu?”“Ya, ya, ya Mas kaget, dia manggil siapa, sich?”Mas Hangga membentangkan kedua telapak tangannya dengan ekspresi tak paham.“Dah, Dek. Mas berangkat ke kantor, dulu.”Secepat kilat ia meninggalkan meja makan menuju garasi. Terdengar mobil dipacu dengan sangat kencang meninggalkan rumah.Aku menghela napas.Ternyata kamu belum siap memperkenalkan Inem kepadaku, Mas. Itulah kenapa kamu hanya berani menjalin hubungan dengan seorang ART. Keinginan kamu punya istri lebih dari satu besar, libido kamu juga besar, sayang nyali kamu ciut, Mas. Meski kini kamu sudah punya bisnis yang menghasilkan pundi-pundi uang besar, tapi aku juga bukan wanita sembarangan yang kamu nikahi. Lalu seenaknya rumah tangga ini kamu bikin main-main demi memuaskan kebutuhanmu yang tak berkesudahan bila dituruti itu. Kamu memang romantis, kamu baik, tapi kamu juga beg

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-02
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Perawan Palsu (6)

    Perawan Palsu (6)“Ibu, kaget saya, Bu. Ibu kok tumben pulang?” Ia bertanya sembari lekas berdiri menghormatiku.“Kamu apa-apaan, Nem ngajarin anak-anak manggil kamu Bunda?”“Eh, uhm, anu. Kita main boneka-bonekaan aja, Bu. Becanda aja. Ya ‘kan, Dek, Kak ….”Suaranya bergetar.“Yang bener? Tadi kamu ngomong serius, loch. Kamu beneran hamil?”Ia diam.“Iya, Ma. Bunda Inem tuh lagi ada dedeknya dalam perut. Sebentar lagi keluar, terus kita punya adek.” Si sulung menimpali.“Nem? Kok kamu diem aja? Apa kamu beneran hamil? Hamil sama siapa? Jawab jujur, Nem.”Masih tak menjawab. Tapi hanya dalam hitungan tiga detik dia sudah berlari ke kamarnya.Aku menghentak napas. Cemen sekali. Berani merebut suamiku, tapi menatapku pun tak sanggup. Andai kamu tahu, Nem. Perih dan kecewaku luar biasa sama kamu. Andai kamu tahu hancur hatiku tak terbilang gimana rasanya. Orang lain yang tak kukenal saja, bila dia merebut suamiku, jelas menyakitkan. Dan ini kamu yang ngelakuin, Nem. Kamu yang bahkan orang

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Foto Mesra di F******k Rahasia (7)

    ~Foto Mesra di F******k Rahasia~ (7)Seketika suaranya hilang, tak ada lagi pembicaraan.“Nem, Buka!”Tak ada gerakan.Gemes, kutendang pintunya.Dubrak!“Buka, Nem!”“Iya, Bu, sebentar ….!Pintu dibuka.“Apa, kamu ngomong apa barusan?”“Ngomong apa gimana sich, Bu, yang ibu maksud?”“Kamu tadi ngobrol sama seseorang kan di telepon? Jangan kira saya nggak dengar. Apa obrolan yang kamu maksud tadi, Hah?”“Ehhm, ma-ma-maksud Ibu yang mana? Aduh, saya jadi takut. Ibu nich, tumben marah-marah.”“Yang soal beli darah keperawanan! Paham?!” Aku berkata penuh penekanan tiap katanya.Ia menatapku dua detik. Lalu tertawa.“Owh itu. Ibu, nich, kirain apaan …. Itu kan dialog cerita, Bu. Inem tadi nemu cerita di internet, ceritanya seru. Inem ngomong ngikutin dialog yang ditulis. Duh sampe jantungan Inem. Kirain apaan Ibu sampe dobrak pintu. Cuma salah paham, Bu ….” ia menunjukkan jari tengah dan telunjuk membentuk huruf V.“Kamu nggak usah ngaco, Nem!”“Ya Allah, Bu. Beneran, suerrr, Inem jujur. I

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Anak-anakku Mengetahuinya (8)

    -Anak-anakku Mengetahuinya-“Eh, Mama. Entahlah, Mas juga baru datang. Kelihatannya Inem sedang putus cinta sama pacarnya, sampai nangis-nangis gitu. Mas cuma berusaha menenangkan. Biasalah anak remaja lagi jatuh cinta, diputusin kali.”Lantas lelaki jangkung iru menggaruk kepalanya yang tak gatal.Inem yang tiba-tiba dilepaskan pelukannya begitu saja, merasa kesal. Mungkin ia berharap saat aku hadir, justru Mas Hangga tak melepas pelukannya dan ia akan tertawa puas karena telah memenangkan sebuah permainan. Bukankah sebenarnya Inem memang membenciku, bahkan ingin membunuhku. Masih kuingat status f******k bocah alay bernama meow. Itu pasti akun milik Inem-Inem jugaMerasa tak mendapatkan apa yang ia inginkan, ia melirik Mas Hangga jutek lalu berlari masuk ke dalam kamar. Ia melanjutkan tangisannya di sana.Aku tertawa dalam hati melihat kelakuannya. Andai aku tidak sedang bersandiwara berpura-pura bodoh. Sudah kuolesi sambel pada bibir manisnya yang sering manyun tak jelas itu.Lalu ak

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-05
  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Menyadap Pesan-pesan Mereka (9)

    -Menyadap Pesan-pesan Mereka-“Iya, Bu. Saya kaget, saya tanya mau kemana, Mbak. Dia nggak jawab.”“Saya cek dalam kamarnya separuh isi kamar sudah nggak ada, Bu.”“Saya mau ngadu sama Ibu, sy lihat Ibu sedang menangis, jadi nggak berani.”Hmm, jadi perempuan itu pergi tanpa ijin aku sama sekali.“Ya, nggak apa-apa, Mbak. Biarkan saja dulu, kalau itu kemauannya. Sementara Mbak sanggup kan momong Sefina dan Hanifa sendirian?”“Oh kalau itu tenang, Bu. Dengan senang hati saya melakukannya.”“Besok saya akan minta Mbak baru dari yayasan lagi. Biar Mbak Yana nggak terlalu kewalahan.”“Baik, Bu.”Aku menuju kamar Inem. Dalam kondisi terburu-buru untuk kabur, kurasa dia hanya membawa barang-barang yang sangat diperlukan saja. Entah kenapa saat masuk ke kamarnya ada perasaan berat. Tapi kupaksakan. Kubongkar barang-barang yang terserak di sudut ruangan.Sayangnya ketika aku hendak membuka lemari. Ada suara-suara aneh yang membuatku ngeri dan terhenyak. Alisku berkerut. Suara apa itu?! Suara

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-05

Bab terbaru

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Tamat: Bahagia Tak Berujung (174)

    TEST PACK 174Test Pack ART-ku-Bahagia Tak Berujung-“Nggak bisa apa, Mas ...?”Dia merebahkan tubuhku ke bantal perlahan. Lelaki bermata bening dengan sepaket wajah yang selalu memabukkanku itu, mendekati wajahku.---“Nggak bisa jauh-jauh dari perempuan cantik di hadapan, Mas ini pastinya.” Kali ini wajahnya serius menatapku.“Mas, liatin akunya harus gitu, ya?”“Emm, memang Mas lihatnya gimana, si?”“Kayak, em … apa, yaa …?”“Mas juga nggak tahu, Dek. Mungkin karena kemarin-kemarin, Mas selalu buang jauh-jauh tatapan Mas ke tempat lain saat lihat kamu.”“Terus sekarang.” “Sekarang sayang dong, sudah halal nggak dilihatin. Mubajir. Heheheh.”“Oh, gitu, Mas …”“Iya, jadi ya Mas lihatinnya sepenuh hati. Biar masuk ke hati juga.”“Kelihatannya sudah bukan masuk ke hati saja. Sudah meresap ke jiwa sampai ke sum-sum tulang juga, Mas. Aku ‘kan sayang banget sama, Mas.”Ia membelai rambut lurus tergeraiku yang kini sudah panjang sepinggang.“Mas ….”“Hmmm …”“Jadi, Mas tadi mau minta apa?

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Dua Hati Mencecap Rasa (173)

    #Testpack (173)Test Pack ART-ku-Dua Hati Mencecap Rasa-“Adududu … sakit, Dek.”Mas Hangga menghindar ke ujung kasur.“Coba jawab, apa dia itu kamu, Mas?” Aku mengejarnya dan mulai memegang kupingnya. Wajahku kini di atasnya dengan mata melotot.“Yang mana, sih?” Kini ia mulai sok cool.“Ish, emangnya Mas mau jelasin yang mana lagi? Dia yang selama ini mengganjal pikiranku. Belakangan dia bukan memberi informasi, malah jadi orang sok bijak yang banyak menasehatiku.”“Ya mungkin dia termasuk orang-orang yang sangat sayang sama kamu, Dek.”“Tapi kok Mas nggak kaget aku cerita begini? Nggak curiga. Kalau bukan Mas, pasti Mas akan langsung penasaran dan cari tahu siapa pengganggu itu?”Ia tergelak. Lalu memegang kedua bahuku dan membalik tubuhku, sehingga kami berguling-guling.Kini tubuhnya ada di atasku. Kedua netra ini hanya berjarak sekian inci saja. Napasnya memburu.“Kamu gemesin, Sayang, kalau marah-marah seperti ini.”“Ih, malah ngegombal!”“Beneran. Makanya Mas nggak kuat liat

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Jadi Siapa Sosok Misterius Itu?

    #Testpack (172)Test Pack ART-ku-Jadi Siapa Sosok Misterius Itu?-Perlahan tubuh kokoh itu meletakkan tubuhku ke atas springbed. Tubuhnya kini menjadi tepat ada di hadapanku.Bulu-bulu lentik itu bergerak, mengerjap. Bola mata cokelat itu menatapku lekat.“Tak pernah berubah dan tak ada yang berubah. Yang ada, rasa rindu yang terpendam lama dan kini mulai terobati.” Lirih suara itu, namun helaan napas itu hangat menyentuh wajahku.Seketika aku menjadi teramat kasihan kepada lelakiku ini. Bertahun-tahun ternyata aku mengabaikannya dalam kesendirian. Mungkin aku akan lega ketika dia sempat melupakanku. Tapi nyatanya dia justru tak pernah berhenti untuk terus berusaha membuat agar aku kembali padanya.Kubelai wajah putih dengan cambang tipis yang terlihat baru di cukur itu. Kubelai kumis tipis di atas bibirnya. Aku menikmati keadaan ini. dia sudah sah kembali menjadi suamiku. Dari dulu, aku sangat menyukai keadaan ini. Berdua-dua, dan menyentuh seluruh area wajahnya. Saat ini seakan mey

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Honeymoon ke Norwegia

    #Testpack (171)Test Pack ART-ku-Honeymoon ke Norwegia-Mas Hangga membuktikan semuanya. Saat aku datang ke KJRI semua surat-surat telah secepat kilat ia urus. Kugunakan pakaian serba putih yang telah ia persiapkan untukku sekeluarga. Di sini prosesi ijab kabul akan berlangsung. Tentunya resepsi nanti akan dilaksanakan di Indonesia. Aku duduk di sebuah ruangan serba putih.“Bismillah, Nak. Ternyata benar, kalau kita berbuat baik, sama Allah ditambah nikmatnya. Siapa yang mengira, pada akhirnya kamu justru menikah dengan Hangga saat umroh, Nak.”Mama mengelus bahuku lembut. Dirapikannya jilbabku itu. Mama menatapku dengan senyuman paling menyejukkan seakan menenangkan dan menyemangatiku bahwa ijab kabulku akan berjalan lancar. Mama paling tahu apa yang ada dalam benakku. Kupeluk Mama erat, lalu aku dan Mas Hangga mencium tangannya khidmat.Mama kemudian mengelus pipiku juga Mas Hangga, dan mengangguk-angguk seakan ingin bicara bahwa ia memberi restu.“Selamat Hangga. Papa salut sama u

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Aku Mau, Mas (170)

    #Testpack (170)Test Pack ART-ku-Aku Mau, Mas-Seketika aku merasakan duniaku hening!Sedang bercandakah dia? Rasa-rasanya dia sedang men-chat prank-ku. [Jangan meragukan Mas, Dek. Mas tidak sedang bercanda.]Ah, kenapa dia bisa membaca pikiranku.Aku masih diam mematung. Memandangi sebaris tulisan yang baru masuk ini. [Turunlah, Mas ingin bicara lebih serius lagi. Mas tunggu di lobi.][Jangan ragu lagi. Semuanya sudah Mas putuskan. Mas ingin kembali denganmu. Masih bolehkan, Dek?][ Boleh juga ‘kan Mas kali ini GR, meyakini bahwa kamu dan anak-anak berharap Mas kembali?”]Aku hanya mampu membaca pesan demi pesannya yang terus masuk satu demi satu.[Mas akan terus berada di lobi ini sampai kamu turun. Tak perduli kalau security sampai mengusir Mas pun. Mas akan tunggu!]Kupegang dadaku yang berdebar. Kugigit bibirku berkali-kali, memastikan bahwa ini bukan mimpi.Kuusap aku air mata yang dengan kurang ajarnya menerobos begitu saja melewati pipiku. Aku tak ingin menangis di hadapan

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Kita Menikah Sekarang (169)

    #Testpack (169)Test Pack ART-ku-Kita Menikah Sekarang-“Sudahlah, Mas. Kenapa kamu sekarang jadi kolokan begini. Kamu lagi akting, ya?”“Akting?”“Ya kamu berminggu-minggu nggak datang ke rumah kemarin-kemarin biasa saja. Kenapa sekarang kok jadi aneh merasa bersalah, mohon-mohon begini?”“Ya … Karena ….” Ia menjeda kata … bukan terlihat berpikir, tapi terlihat menahan kata. Wajahnya tampak malu-malu. Jujur itu menggemaskan di mataku. Seandainya dia suamiku, seandainya aku tak marah padanya. Seperti yang dulu biasa kulakukan, akan kucubit hidung atau pipinya lalu mengoyak-ngoyak rambutnya. Tapi rasa kesalku saat ini masih jauh lebih besar. Rasa emosiku muncul kala mengingat dia berkelahi membabi buta menghajar Bang Saga. Begitu sulit kuhentikan."Ah sudahlah, cepat pergi saja dari sini. Hidup menjauh dariku dan anak-anak. Kamu kelihatannya sudah cukup berbahagia hidup berdua saja dengan Zayyan, putra mahkota kamu itu!" Aku mendengkus kesal.“Loh, kok gitu, Dek. Zayyan kan anak kes

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Dua Hati yang Tak Bisa Saling Membohongi

    -Dua Hati yang Tak Bisa Saling Membohongi-Mas Hangga, seemosional itu dia. Dia mungkin bahkan sudah mengira hubunganku dengan Bang Saga semakin rekat, karena semakin dekat dengan tanggal pernikahan. Maka dari itu dia semakin menjauh dariku, dan jadi sangat kecewa melihat keadaan ini.Kalau begitu, kondisi Bang Saga benar-benar berbahaya. Tak akan ada yang bisa melerainya kecuali aku.“Clarissa, kamu bisa pulang sendiri ‘kan? Rasanya aku tak bisa membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalah ini tanpa ada pihak lain. aku khawatir sesuatu terjadi.”“Aku bisa pulang sendiri, tapi aku merasa perlu ikut kamu, Rin. Karena ada aku masalah ini timbul. Ada andil aku dalam masalah kalian. Aku merasa perlu meminta maaf dan menjelaskan ke Mas Hangga.”“Please Clarissa. Cukup aku.”“Kamu percaya aku, kan Karin, aku janji kehadiranku tak akan memperkeruh apapun. Aku hanya berusaha bertanggung jawab atas ini semua.”Kedua tangannya ditelangkupkannya di hadapanku, memohon. “Nggak Clarissa! Kamu te

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Mas Hangga Begitu Sayang Kamu, Rin

    #Testpac k (167)Test Pack ART-ku-Mas Hangga Begitu Sayang Kamu, Rin-“Benar, Rin. Sebaiknya memang begitu. Jangan terlalu memikirkan Mas Hangga dulu. Fokus saja mendekat pada Allah. Jika dia jodohmu. Allah akan bukakan hati Mas Hangga.”“Ya. Yasudah, yuk bahas kapan persiapan kalian akan menikah ulang?”“Aku ingin kamu yang menentukan tanggalnya, Rin.”“Dua bulan lagi terlalu lama tidak?”“Emm, berapapun tanggal yang kamu kasih. Aku akan siapin.”“Tunggu, sepertinya aku harus lihat tanggalan. Nanti aku kabari lagi, ya?“Oke, nggak apa-apa, kabari saja kalau sudah nemu.”“Ya udah sekarang Abang Istirahatlah. Kan masih harus jaga tubuh biar kankernya nggak tumbuh-tumbuh lagi. Semangat selalu Abang dan Clarissa, ya. Aku mau urusin si duo kembarku.”“Ya, Insyaa Allah. Titip sun ya buat duo kembar.” Suaranya sedih. "Iya, Abang bisa kapan saja datang atau video call mereka, ya. Anak-anakku, anak Abang juga. Mereka tetap menganggapmu Papa mereka."Setelah mengucap salam, kututup panggilan

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Biarkan Semesta Yang Membuka Hati (166)

    #Testpac k (166)Test Pack ART-ku-Biarkan Semesta Yang Membuka Hati-Aku paham, Bang Saga mengumbar kata manis untuk Clarissa di hadapanku, sebagai penanda, bahwa semuanya sudah berakhir. Bahwa dia sudah benar-benar memutuskan melepas tali kasih yang pernah terjalin. Ini bukan suatu keburukan. Ini suatu tindakan tegas darinya. Bang Saga Mengingatkanku pada momen yang tepat, pada saat Clarissa sedang bersamaku. Bahwa kini, Bang Saga sudah menjadi milik Clarissa.“Clarissa, kamu dengar sendiri ‘kan? Bang Saga meletakkan hatinya untukmu. Bukan karena aku. Tapi karena cintamu memang layak diperjuangkan. Aku dan Bang Saga sudah tak ada hubungan apa-apa. Kami baik-baik saja. Kamu jangan lagi merasa bersalah seolah kahadiranmu mengacaukan segalanya. Kamu wanita yang sangat berarti, sangat dibutuhkan Bang Saga.” Kugenggam erat tangannya, mengangguk menatap netranya. tersenyum memberi peyakinan bahwa tak ada masalah yang berat antara aku dan Bang Saga.Aku bangkit, melangkah, kutinggalkan me

DMCA.com Protection Status