Bab 15Anang dan Aldo segera mencium punggung tangan Kiai Abdullah. Meski ada rasa kesal karena telah disesatkan sewaktu di gunung, toh mereka adalah dua anak muda yang tahu bagaimana caranya menghargai seorang ulama."Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh," ucap mereka memberi salam."Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh, silahkan masuk," jawab Kiai Abdullah.Anang, Aldo dan Gusti Tjong Vau lalu dibimbing menuju sebuah ruangan di mana karpet bulu domba membentang luas. Mereka duduk lesehan karena satu pun kursi tak tersedia di situ. "Dunia ini sempit, ya. Sekarang kita berjumpa lagi," ucap Kiai Abdullah dengan suara yang teduh. Aldo sedikit geram. Ingin rasanya memprotes karena dongkol pernah disesatkan. Namun apalah daya, di hadapannya adalah seorang abdi Allah. Aldo lalu merogoh kantong celananya. Ia mengeluarkan sebuah petek milik si Kakek alias Kiai yang dulu disembunyikan Aldo sewaktu memanggang ikan di tepi sungai. Kiai Abdullah terkesima melihat petek tersebut.
Bab 16Halaman berumput tebal itu amat luas. Bunga Bombol tumbuh di beberapa bagian rumput dan menebarkan bau wangi yang khas. Aldo berbaring di halaman berumput itu. Tatapannya mengawang-awang nun jauh ke langit. Dia rindu rumah, rindu keluarga, rindu teman-teman di kampus. Sudah satu bulan tinggal di Sarandjana, Aldo kuatir jangan sampai sudah bertahun-tahun di dunia nyata saat ini.Pasti teman-temannya telah wisuda. Telah bekerja. Telah berumah tangga. Kalau nanti kembali ke dunia nyata, kira-kira akan seperti apa reaksi orang? Sementara di Sarandjana, dia hanya menjaga singa."Hmm, nasepp, naseeeepp!" dengkus Aldo yang merenungkan nasipnya. Kedua tangannya bergerak menopang kepala.Dari belakangnya, nampak Tuan Attar berjalan megap-megap mendekati. Dia berniat mengagetkan Aldo. "Urang sakit jiwa!!" teriaknya histeris.Aldo seketika melonjak dari berbaring. "Bebek congeekkk ...."Tuan Attar sangat senang melihat Aldo terkejut-kejut. Dia tertawa mengolok laki-laki jangkung itu.
Bab 17Anang mencari-cari Aldo. Semua bagian di kediaman kesultanan telah diperiksa, tapi tak kunjung menemukan lelaki kurus itu.Beberapa saat kemudian Anang tiba di kandang singa. Dilihatnya hewan-hewan itu tengah berbaring malas, seakan merindukan pawang mereka."Di mana pawang kalian, heh?" tanya Anang dengan napas masih naik turun. Masih berbaring malas, keempat singa itu hanya melirik sejenak. Anang lantas meninggalkan kandang itu. Ia mendatangi para ajudan yang tengah berjaga di halaman depan. "Maaf, Paduka. Tuan Aldo sedang pergi jalan-jalan ke negara lain," ungkap salah satu ajudan."Negara lain?""Inggih, Paduka. Dia diajak oleh Tuan Attar. Mereka pergi menggunakan burung pribadi dan ditemani enam ajudan." "Oh, baiklah."Anang tak lagi bertanya. Dia akhirnya melangkah gontai menuju kamarnya yang terletak di lantai tiga. Anang sebenarnya ingin mengajak Aldo mendiskusikan rahasia yang disampaikan Kiai Abdullah kemarin. Terpaksa Anang harus menunggu hingga si kurus itu kem
Bab 18Prep ... pep ... pep ... pep ....Prep ... pep ... pep ... pep ....Begitulah kira-kira bunyi klakson dari mobil-mobil yang ada di Sarandjana. Sedikit berbeda dengan mobil di Indonesia yang bunyinya pip pip pip.Prep ... pep ... pep ... pep ....Sebuah mobil baru saja berhenti di halaman kediaman kesultanan. LEMBAGA PELURUSAN PAKU-PAKU BENGKOK, demikianlah apa yang tertulis di mobil tersebut.Nampak Gusti Tjong Vau duduk di paling depan, mengoperasikan fitur-fitur mobil tanpa tongkat setir tersebut. Ia sama sekali tidak turun.Dia datang menjemput Paduka Anang untuk kemudian bersama-sama berkunjung ke Lembaga Pelurusan Paku-paku Bengkok (kalau di Indonesia disebut Lapas, alias Lembaga Pemasyarakatan, alias penjara).Di Indonesia, orang-orang yang bermasalah ditampung dalam penjara dan disebut Narapidana.Di Sarandjana, urang yang berkasus disebut Paku Bengkok. Mereka ditampung dan ditatar agar kelakuannya kembali lurus.Itulah yang membuat lembaga tersebut dinamai Lembaga Pelur
Bab 19Selain mobil ... ponsel adalah benda lain yang mereka tiru dari dunia nyata, kemudian dimodifikasi.Anang terkejut melihat brand-brand ponsel dunia seperti iPhone, Samsung dan Mi sedang diteliti oleh sekelompok laskar yang memakai lensa canggih di mata mereka.Perpaduan ketiga merk ponsel itu lantas diubah ke teknologi hologram. Yakni mengutamakan sistem imersif (4D), di mana semua yang terlihat dalam ponsel serasa nyata, seolah bersentuhan langsung. Selain itu, layar ponsel bersifat flexibel, alias bisa diremas, dibanting dan ditenggelamkan ke air tanpa takut rusak. Mereka juga menciptakan jaringan 10G, di saat dunia nyata masih berada di jaringan 4G dan 5G."Panglima, bagaimana dengan sayap terbang yang sering digunakan Tuan Attar?" tanya Anang penasaran. "Dari negara manakah di dunia nyata kalian menirunya?""Oh yang itu? Dari Kanada dan Dubai," sahut si panglima. "Itu adalah kombinasi teknologi kostum terbang asal Kanada dan Jetman asal Dubai." "Perpaduan keduanya mengha
Bab 20Pasar terapung adalah pasar tradisional yang terkenal di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Lokasi pasar bukan berada di darat. Melainkan di sungai. Para pedagang yang mayoritas perempuan, berjualan di atas perahu yang mereka sebut jukung. Mereka memakai topi tanggui, yaitu topi caping lebar yang terbuat dari daun rumbia. Menariknya, sistem bapanduk (barter) masih berlaku di situ. Sesama pedagang bisa saling menukar hasil alam yang mereka bawa. Pisang dengan ubi, kue-kue tradisional dengan buah-buahan atau beras dengan ikan.Sayangnya, Panglima tidak memiliki itu semua. Apalagi uang. Satu-satunya yang dibawa ialah emas batangan dari Sarandjana.Si Ilmuwan tertawa melihat Panglima yang masih mengenakan seragam tentara, tapi orang-orang di tempat itu tertipu matanya. Mereka seolah melihat si Panglima berpakaian layaknya masyarakat biasa. Apalagi kumis yang dimiliki si Panglima, tentu saja membuat area yang tidak ada lekukan di atas bibirnya itu tertutup sempurna."Di sana masi
Bab 21Sepulang dari kunjungan kerja tersebut, Anang jadi paranoid. Di kediaman kesultanan dia seperti manusia linglung.Efek dari melihat Cyborg, dia terkadang salah bicara, salah paham, sampai salah menyebut nama Istrinya. Permaisuri Gompeng tapi disebutnya Gempong. Kadang juga dipanggil Kepompong.Semua itu karena Anang terbayang-bayang pada Cyborg dan mesin teleportasi. Dia sulit move on. Selain itu, efek radiasi yang terpancar dari kedua teknologi canggih tersebut telah merubah jumlah gelombang otak yang dimiliki Anang. Manusia di dunia nyata umumnya hanya memiliki lima gelombang otak, yaitu: Alfa, Beta, Delta, Theta dan Gamma.Sementara makhluk di dimensi lain memiliki delapan gelombang otak. Yakni lima dari gelombang sebelumnya ditambah dengan gelombang Hypergamma, Lambda dan Epsilon.Gelombang Lambda dan Epsilon berhubungan dengan kemampuan luar biasa alias supernatural.Jadi pada hakikatnya, semua hal mistis dapat dipelajari dan dibuktikan secara Sains. Dengan demikian, d
Bab 22Di kota Surabaya, tepat di salah satu ruas jalan yang ramai oleh geliat ekonomi masyarakat, ada sebuah rumah yang berdiri megah. Sayangnya telah lama terbengkalai alias ditinggalkan pemiliknya.Di depan pagar rumah tersebut, ada tanaman bonsai yang tumbuh sangat rimbun, tak terawat dan tak pernah dipangkas. Pedagang-pedagang keliling alias pedagang kaki lima menjadi leluasa untuk mangkal di depan rumah tersebut. Ada penjual cilok, penjual bakso, penjual siomay, penjual terompet dan mainan anak-anak, sampai dengan penjual kerupuk. Masing-masing membunyikan instrumen khas mereka untuk memancing pembeli. Ada yang berupa kerincingan, sendok beradu dengan mangkuk, terompet ditiup, hingga teriakan "kerupuk ... kerupuk ...."Emak-emak dan anak-anak mulai bermunculan dari rumah masing-masing. Mereka melangkah gembira menuju lokasi mangkal para pedagang.Mereka sibuk memesan cilok dan bakso. Kurang lengkap bila tanpa kerupuk. Beberapa anak terlihat membeli terompet dan mainan lato-la
Bab 33Jangankan di alam lain, di dunia nyata sekalipun ada banyak petuah agar kita tidak boleh gegabah saat sedang marah.Akibat menembus sinar teleportasi dalam keadaan marah, Anang jadi gila ketika muncul di dunia nyata.Muncul di pos tujuh gunung Slamet bersama Aldo dan Tuan Attar, Anang sering meracau tak jelas.“Balikin keperjakaanku, Gompeng!”“Balikin gak?!” racaunya.Beruntung mereka muncul pada siang hari, sehingga mudah ditemukan oleh pendaki lain.Walau ditemukan, justru yang terlihat hanyalah Anang dan Aldo. Anang terindikasi gila dan Aldo linglung kebingungan. Sementara Tuan Attar … keberadaannya tak terlihat oleh mata manusia. Hanya Anang dan Aldo yang dapat berinteraksi dengannya.Para pendaki yang kebetulan baru turun dari puncak menuntun mereka ke basecamp untuk melaporkan diri.Lumayan makan waktu untuk tiba di basecamp. Sebab hujan deras beberapa hari lalu membuat banyak pohon tumbang dan menghalangi jalur.Manakala tiba di basecamp, pengelola mengaku tak pernah m
Bab 32Anang akan melangkah pergi manakala anaknya terbangun dari tidur. Terpaksa ia berhenti di bibir pintu dan sejenak menoleh pada si Pangeran kecil.Anak cerdas itu teringat akan ajaran Aldo mengenai ucapan selamat. Kebetulan hari sudah sore dan ucapannya adalah ‘bau kentut’, maka dengan gembira dia segera berucap.“Bau kentut, Ayah. Bau kentut, Ibunda ….”“Bau kentut juga, Anakku,” jawab Permaisuri berupaya menutupi pertengkaran yang barusan terjadi antara dia dan Anang. Anang mengernyit heran. Dia curiga, yang mengajari hal bodoh itu pastilah si Aldo. Tapi bukan itu masalahnya! Anang malah bersyukur telah diingatkan pada sosok Aldo. Sebab barusan, hampir saja Anang melupakan Aldo dan akan pulang sendirian ke dunia nyata.Anang mengelus dada. Ia menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya melangkah pergi. “Ayah, Ayah ….” panggil Pangeran Sandi.Anang tak menghiraukan.“Ayah, Ayah mau ke mana?”Tak ada sahutan dari Anang. Malah dengan langkah-langkah yang lebar, ia akhirnya tib
Bab 31Pernahkah kalian terlalu dalam mencintai seseorang, tapi masih dibentangi jurang kebohongan? Hidup bersama, tapi tidak benar-benar saling mengenal.Pernahkah kalian mencintai, hanya untuk meninggalkan? Meninggalkan pas lagi sayang-sayangnya?!Pernah? Bila tidak, berarti cuma Anang yang mengalami. Berat baginya setelah dengan sepenuh hati mencintai Permaisuri Gompeng, tapi ia harus pulang ke dunia nyata.Sementara sang Permaisuri belum juga tahu, bahwa Anang bukanlah suami aslinya. Anang menanti momen yang tepat untuk membuka jati dirinya di hadapan Permaisuri.***Hari itu ... hari di mana Anang akan berterus terang, alam semesta turut bersusah hati.Langit Sarandjana yang biasanya cerah bercahaya, berubah kelabu. Kilat-kilat kecil sesekali memercik di atas sana. Angin dingin berhembus. Menerpa masuk melalui jendela-jendela yang terbuka. Departemen Keker Langit segera mengeluarkan himbauan cuaca buruk, yang baru pertama kali ini terjadi di negeri Sarandjana.Sementara di ka
Bab 30Pertumbuhan makhluk hidup di Sarandjana dua kali lebih cepat dibanding di dunia nyata. Walau masih berusia enam bulan, Pangeran Sandi Samawi sudah lincah berjalan. Mirip anak usia dua tahun di dunia nyata.Kulitnya putih bersih, rambutnya hitam tebal. Jika kalian bertanya, apakah dia memiliki lekuk garis di atas bibir seperti Ayahandanya, ataukah rata seperti Ibundanya?Maka jawabannya adalah ... dia memiliki perpaduan dari keduanya. Ada sedikit lekukan di atas bibir, tapi tidak terlalu kentara.Untuk urusan belajar bicara, seorang ahli bahasa didatangkan khusus bagi Pangeran Sandi. Calon pewaris tahta kesultanan itu diajari tata Krama bercakap.Bagaimana memilih padanan kata yang pantas bagi seorang bangsawan. Bagaimana menjadi pendengar yang baik. Cara merespon lawan bicara, kapan perlu menginterupsi suatu diskusi, dan teknik lainnya.Tidak heran, baru berusia enam bulan, Pangeran Sandi sudah mampu berpidato menggantikan Ayahandanya.Namun ... lain Doyok, lain Dono. Doyok y
Bab 29Mereka bertiga gemetar. Keringat halus bermuculan di dahi mereka."Astaghfirullah, Ya Allah!" Arifin beristighfar. "Semoga kapal kita gak ikutan tersesat!!""Gak ikutan tersesat!" ulangnya. Koh Abeng yang mendengar ucapan Arifin, seketika langsung berlari menuju ruang kemudi. Di situ ia memekik keras pada si nakhoda."PUTAR HALUAN ... PUTAR HALUAN!!""CEPAT PUTAR HALUAN!"Si nakhoda gelagapan. Meski demikian, ia tetap sigap melaksanakan perintah. Bimbim dan Arifin turut masuk ke ruangan itu. Goncangan berat pun terjadi ketika kapal berbalik arah. Mereka refleks berpegangan di besi rel pada dinding kapal.Berjam-jam lamanya tidak ada obrolan di antara mereka. Sore berubah malam, dan malam bertemu pagi, mereka akhirnya kembali tiba di pelabuhan Tanjung Perak.Arifin dan Bimbim merasakan kepala cenat-cenut akibat mabuk laut. Belum lagi pengalaman mistis kemarin sore masih bergelayut dalam pikiran.Koh Abeng membawa Bimbim dan Arifin ke sebuah warung makan. Ia memesan mie kuah p
Bab 28Seusai makan, mereka tidak langsung pulang, melainkan memantau kedai Tuan Agong hingga tengah malam. Mungkin sudah qada-Nya dari sang Pencipta .... Sebab menjelang subuh, mereka melihat langsung bagaimana kedai Tuan Agong yang sudah tutup itu didatangi dua orang pria menggunakan mobil mewah berlambang ‘S’ dan tanpa plat nomor kendaraan. Pria yang satu berperawakan tinggi atletis dengan rambut gondrong, sementara satunya lagi cenderung kurus serta memakai kacamata tebal.Nampak pula si Tuan Agong yang keluar lewat pintu samping guna menemui mereka.Segera Koh Abeng meminjamkan teropong pada Bimbim dan Arifin. Ketika lensa teropong di-zoom perbesar, mereka menemukan suatu kemiripan antara Tuan Agong dan kedua tamu tersebut.Ketiganya sama-sama tidak memiliki lekukan di atas bibir. Bagaimana bisa? Rasanya tidak mungkin bila hanya kebetulan."Nah lo?!" Bimbim memekik kaget. Ia melirik Arifin kemudian Koh Abeng. Bermaksud meminta pendapat."Manusia aneh tuh pada," respon Arifin.
Bab 27Firma Hukum Kemenangan adalah nama salah satu Lembaga Bantuan Hukum, tempat di mana Bimbim bekerja. Gedungnya lumayan besar. Terlihat orang mondar-mandir, masuk dan keluar. Rata-rata memakai setelan jas yang rapi. Di antara mereka, ada seorang Pria berperawakan tinggi yang berjalan terburu-buru menuju ruangan Bimbim. Dia adalah pengusaha tambak udang asal Surabaya yang kasus sengketa lahannya dimenangkan oleh Bimbim dua tahun lalu.Kali ini dia datang bukan untuk kasus baru. Dia sendiri belum tahu, kenapa Bimbim memanggilnya. "Koh Abeng ...." sapa Bimbim seraya memeluk pundak Pria itu. "Apa kabarnya?""Kabar baik Pak Bimbim. Gimana dengan Pak Bimbim, amankah?" "Sedikit gak aman, Koh Abeng. Makanya ini aku perlu bantuan." Bimbim tertawa kecil. "Puji Tuhan. Aku siap membantu," balas Koh Abeng antusias.Bimbim mempersilakan Koh Abeng untuk duduk. Dia lantas bercerita panjang lebar perihal pengalamannya di masa lalu. Pengalaman mendaki gunung Slamet yang berakhir tragis. Ko
Bab 26Selama di perjalanan pulang ke Jakarta, sang Ibu lebih banyak diam. Kalaupun ia bersuara, semata-mata hanyalah isakan tangis.Enam tahun lamanya menunggu anaknya pulang, ternyata bagai menjaring angin. Kini, baik ia maupun suaminya, telah menyerah. Lenyap sudah sisa-sisa pengharapan yang selama ini berupaya bertahan di sanubari mereka. "Yang sabar, Bu. Kita ikhlaskan saja Anang ke hadirat Allah. Yang penting kita sudah berusaha semaksimal mungkin," ujar anaknya menasehati dari balik kemudi.Sang Ayah menarik jemari istrinya ke pangkuannya, memijat lembut agar wanita itu merasa tenang. "Nang, Nang ... di mana pun kamu berada saat ini, hidup atau mati, susah atau senang, biarlah Allah yang melingkupi kamu, Nak," keluh sang Ayah diikuti membuang napas berat. ***Di hari-hari selanjutnya, kesehatan Ibu Anang semakin menurun. Sakit vertigonya semakin menjadi-jadi. Ia sering gelap mata dan merasakan tubuh seperti melayang. Kalau sudah demikian, tidak sekali ia jatuh pingsan hing
Bab 25Orang introvert sebenarnya bukan tidak suka bergaul. Melainkan enggan memulai atau membuka obrolan duluan. Namun bila dipertemukan dengan orang yang tepat, maka karakter mereka bisa berubah 180 derajat. Sama halnya dengan Amoy.Semenjak diberi semangkuk cilok oleh Paduka Anang, dia jadi sering memesan cilok pada pria itu setiap harinya. Keduanya kerap mengobrol panjang lebar di beranda kosan. Kerap pula terdengar tawa cekikan mereka ketika ada bahasa yang berbenturan satu sama lain. Amoy paling merasa lucu bila Paduka Anang menyebut kata orang dengan urang, kata cocok dengan cucuk, atau istilah 'jalan-jalan' disebutnya 'makan angin'.Saking lucunya, sampai-sampai orang lain yang mendengar obrolan mereka ikut tertawa.Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Hingga tahun berganti tahun. Banyak hal berubah.Amoy akhirnya wisuda. Ia dipercayakan sebuah perusahaan oleh orang tuanya untuk dikelola. Sapri telah pulang ke kampung halaman dan menjadi pebisnis sukses di sana. Semen