Home / Urban / TERSESAT DALAM GAIRAH / 39. Membongkar Rahasia

Share

39. Membongkar Rahasia

Author: SURIYANA
last update Last Updated: 2023-12-04 18:30:55

Hati Maria masih penuh dengan amarah tatkala ia keluar dari Kafe Starlite. Jalannya terburu-buru sewaktu mendatangi halte Transjakarta, transportasi murah yang harus ia gunakan demi pulang ke rumah Delia, tempatnya menumpang.

Jika ia bukan orang miskin dan memiliki uang, ia pasti lebih memilih menaiki taksi. Sayangnya, kalau ia menggunakan uang yang ada padanya sekarang sebagai ongkos taksi, besok bisa-bisa ia tidak mampu membeli makanan. Taruhan, Cherry pasti tidak pernah menghadapi masalah seperti yang ia alami saat itu, sungutnya dalam hati.

Katanya, persahabatan akan awet apabila orang-orangnya mengalami satu masalah besar yang mereka pecahkan bersama-sama. Jika menengok ke belakang, peristiwa yang dimaksud itu pasti kehamilan Dewi. Pada saat itu terjadi, mereka bertiga berusaha membantu Dewi sebisanya.

Namun, sayangnya ia tidak merasa Cherry dan Nay menghargai apa yang dilakukan oleh Maria. Baiklah, ia tahu kalau Cherry yang membayar biaya persalinan Dewi.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   40. Orang Baru

    Nay menatap Cherry dan Maria secara bergantian. Biasanya, dalam perdebatan apapun, Maria yang selalu menjadi penengahnya. Tapi kali ini, Nay yang dituntut oleh keduanya untuk memutuskan nasib Dewi.Seperti yang Nay bilang tadi, ia tidak percaya laki-laki. Apalagi, laki-laki seperti Anton. Jika memang pacar Dewi itu adalah sosok pria yang bertanggung jawab, Anton seharusnya mendampingi Dewi sejak awal. Bukannya muncul karena dipaksa.Nay tentu saja tidak percaya bahwa hidup Dewi akan baik-baik saja dengan keberadaan Anton, sekalipun berita ini dikabarkan kepada keluarga laki-laki itu. Nay takut kalau keluarga Anton justru menyalahkan Dewi. Dalam dunia patriarki, meskipun sumber masalah adalah laki-laki, tidak jarang justru wanita yang dianggap biang kerok. Salah sendiri kok mau? Pasti anak saya dijebak? Tudingan seperti itulah yang Nay takutkan akan keluar dari mulut keluarganya.Memang, tadi ia yang mengusulkan kalau ketimbang mengadu kepada keluarga De

    Last Updated : 2023-12-05
  • TERSESAT DALAM GAIRAH   41. Perempuan dari Venus

    Dengan salah tingkah, Nay menerima tisu tersebut yang langsung digunakannya untuk melap jari-jemarinya.“Kamu?” tanya Regita.Wajah Nay pun memerah menyadari ia belum menyambut perkenalan dari perempuan itu. “Nay,” jawabnya lirih.“Kamu yang duduk bertiga sama teman kamu, kan?”“Eh, kok tahu?”“Kayaknya seluruh penghuni Kafe Starlite pasti tahu, deh,” jawab Regita kemudian tertawa kecil.Nay tahu kalau perempuan itu merujuk kepada pertengkaran Cherry dan Maria tadi. Tentu saja itu menjadi pusat perhatian semua orang, termasuk Regita.Ada hening yang tercipta karena Nay tidak tahu harus mengucapkan apa untuk menjaga pembicaraan mereka tetap berlangsung hangat. “Hm,” katanya kemudian sambil mencari-cari topik obrolan, “Kamu sendiri saja di kafe? Atau sedang menunggu teman?”Regita menggelengkan kepalanya. “Aku memang lebih suka ke mana-mana

    Last Updated : 2023-12-06
  • TERSESAT DALAM GAIRAH   42. Menyelamatkan Dua Malaikat

    “Ibu kamu ke mana, Ton?” tanya Dewi sebaik ia melangkahkan kaki ke dalam rumah milik keluarga Anton itu. Ia tahu perempuan yang melahirkan Anton itu sedang tidak berada di sana. Pasalnya, Anton yang memberitahukannya sewaktu menyuruhnya datang untuk menjenguk Odetta dan Romeo. Namun, suaminya itu tidak menyampaikan tujuan ibunya.“Arisan sama ibu-ibu kelasnya Puri.”Puri adalah adik Anton yang masih duduk di bangku SMA. Dewi mengangguk sambil mendudukkan Romeo di lantai yang telah dialasi karpet.“Mamaaa, ini buat Odet?”Gadis kecil Dewi itu menunjukkan sebuah buku mewarnai dan seperangkat krayon. Jawaban darinya belum keluar, Odetta telah mencoret-coret buku itu.“Kamu mau teh?” tanya Anton.Dewi tahu kalau tawaran itu hanya basa-basi semata. Pada akhirnya, Dewilah yang akan membuatkan laki-laki itu minuman. Jadi, ia menggelengkan kepalanya.“Aku buatin, ya. Gulanya sedikit, kan?&

    Last Updated : 2023-12-07
  • TERSESAT DALAM GAIRAH   43. Laki-Laki dari Mars

    Anton memeluk Dewi yang sedang berbaring di sebelahnya. Meskipun menutupi tubuhnya dengan selimut, laki-laki itu tahu kalau di bawah sana, kekasihnya itu tidak mengenakan kain barang sehelai sekalipun. Dengan iseng, ia memencet buah dada perempuan itu.“Aww,” jerit kecil Dewi yang terdengar merdu di telinga Anton.Perempuan itu menepis tangannya. Anton membalasnya dengan terkekeh. “Aku ketagihan,” katanya.Dewi menggeser posisi tubuhnya. Sekarang, mereka berhadap-hadapan berbaring di atas kasur sempit sebuah losmen murah di kota Bandung. Anton dapat melihat mata kekasihnya yang berbinar. Ia dapat menemukan sinar kebahagiaan di sana, sama seperti yang ia rasakan.“Anton….”Lirih panggilan itu terdengar. Anton menebak kalau perempuannya itu menginginkan ronde kedua. Ia tidak keberatan. Permainan cinta mereka lebih mengasyikkan ketimbang apapun. Berkali-kali pun ia sanggup. Ia merendahkan kepalanya untuk meng

    Last Updated : 2023-12-08
  • TERSESAT DALAM GAIRAH   44. Dalam Persembunyian

    Anton yang masih mengalungi handuk memeluk ibunya. Sebenarnya, ia ingin menangis di pundak ibunya tersebut. Namun, ia tahan-tahan. Ia tidak ingin ibunya bertanya-tanya. Ia juga tidak mau rahasianya ketahuan.“Apa kabar kamu, Nak?” tanya Ibu seraya mengajaknya duduk.Anton menurut saja. “Baik, Bu,” jawabnya berbohong. Apa lagi pilihannya? Tidak mungkin ia berterus-terang dan mengatakan kalau sebentar lagi ibunya itu akan punya cucu. “Ibu naik apa ke sini?”“Menumpang Tante Ayu, tetangga kita. Tante Ayu mau menengok saudaranya sakit yang dirawat di Hasan Sadikin.”Perih hati Anton mendengar penjelasan ibunya itu. Saking miskinnya mereka, untuk mengunjunginya saja Ibu harus menumpang dengan orang lain.“Nanti malam, Tante Ayu bakal ke sini untuk jemput Ibu lagi, terus sama-sama balik Jakarta.”Anton tahu, kalau punya uang, ibunya pasti lebih suka menginap lebih lama di Bandung. Bahkan,

    Last Updated : 2023-12-09
  • TERSESAT DALAM GAIRAH   45. Lahirnya Cinta

    Anton sudah berbulan-bulan tidak pernah pergi kuliah lagi. Ia menyembunyikan fakta ini dari tempatnya menumpang. Tidak mungkin Anton berterus terang kepada Paman Kelana kalau selama ini ia sudah mangkir dari kampus. Pasalnya, familinya itulah yang membiayai pendidikannya. Bisa-bisa, Paman Kelana marah besar dengan sikapnya itu.Demi memuluskan kebohongannya, setiap hari Anton pura-pura berangkat ke kampus. Di tengah jalan, ia melenggang ke sebuah warung kopi. Lokasinya dapat dijangkau hanya dengan berjalan kaki selama setengah jam dari rumah Paman Kelana. Namun, tempatnya yang terpencil dijamin tidak akan berada dalam radar jangkauan saudaranya itu.Warung kopi itu menjadi tempat nongkrong bapak-bapak di sekitarannya. Anton memilihnya sebagai tempat persembunyian karena ia tidak perlu membeli apapun demi dapat berdiam diri. Pelanggan tetap warung, para bapak-bapak tadi dengan senang hati mentraktirnya sekadar kopi hitam panas.Anton menghirup kopi yang sudah sed

    Last Updated : 2023-12-13
  • TERSESAT DALAM GAIRAH   46. Cinta yang Terpisah

    Dewi menoleh dan menemukan ibu mertuanya di sana. Cekikan di lehernya mengendur. Dewi menepis tangan Anton jauh-jauh. Ia memelototi suaminya itu, kemudian memalingkan wajah.“Dewi?” tanya ibu mertuanya.Dewi tidak menyahut. Ia menghampiri Odetta dan Romeo yang sedang bermain. Ia membereskan buku-buku dan mainan anak-anaknya itu. Bagaimana dengan baju-baju mereka? Lalu, ia harus memesan taksi agar dapat bepergian bersama keduanya dengan nyaman.“Anton?” Ibu Mertua mencoba mencari jawaban melalui anaknya.Dewi tidak sanggup berada di ruangan itu lebih lama. Ia mengangkat Romeo ke dalam pelukannya.“Dewi minta cerai, Ma,” beritahu Anton.Untuk sesaat, Ibu Mertua membeku dan tidak mengatakan apa-apa.Dewi yang sedang menggendong Romeo, menarik tangan Odetta sebagai kode meminta anak perempuannya itu untuk mengikutinya.“Romeo mau dibawa ke mana?” tanya Ibu Mertua.“Maaf,

    Last Updated : 2023-12-14
  • TERSESAT DALAM GAIRAH   47. Teka-Teki Jati Diri

    “Begitu, ya?” tanya Cherry.“Iya!” seru Nay agar sahabatnya itu yakin. Pasalnya, sosok yang tadi dilihatnya berjalan menjauhi Kafe Starlite.Mendadak, Cherry mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Uang yang Nay tidak tahu berapa jumlahnya. Sahabatnya itu menyodorkan uang tersebut kepadanya.Tentu saja Nay menolaknya, “Nggak, nggak.”“Untuk taksi. Kalau lo nggak nerima, gue nggak jadi ke Farid,” kata Cherry memberikan ultimatum.Nay tidak menginginkan itu. Ia pun menerima uang itu, lalu turun dari mobil.Begitu mobil Cherry menghilang dari pandangan, ia langsung berlari menuju tempat yang sedari tadi sudah ingin ia hampiri.“Regita,” panggil Nay sewaktu posisinya dengan sosok yang ia lihat tadi sudah dekat.***Mobil yang dikendarai oleh Cherry berhenti di lampu merah. melirik penunjuk waktu yang ada di mobilnya. Pukul 19.30. Masih ada waktu untuk menonton bioskop

    Last Updated : 2023-12-16

Latest chapter

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   58. Perubahan Hidup

    “Masnya nggak tahu apa-apa,” lapor Maria.Jantung Cherry berdegup kencang. Kekhawatirannya terhadap Nay semakin bertambah. Ia ingat meninggalkan sahabatnya itu di sana. Di parkiran. Mereka berpisah cuma karena Cherry terlampau egois hanya mementingkan nafsunya untuk bertemu laki-laki.Ia menyesali tindakannya yang bodoh. Seberapa sering Nay bertemu dengan mendatanginya ke Jakarta? Tidak cukup sering. Itupun ia malah mengabaikan sahabatnya itu. Dan, sekarang akibat perbuatannya, mereka tidak tahu Nay ada di mana. Cherry berpacu dengan waktu. Ia tidak mau terlambat. Ia tidak mau menyesal.“Ayo, Maria. Kita harus ke rumahku!” kata gadis itu seraya memesan taksi.***Ini bukan kali pertama Maria datang ke rumah Cherry. Ia ingat diundang ke sini pada saat gadis itu pertama kali menempati rumah itu. Dulu, tidak ada banyak perabotan ada di sana. Sekarang, kediaman Cherry itu laksana stok foto yang menggambarkan desain interior di m

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   57. Tak Ingin Ditemukan

    Taksi yang ditumpangi Cherry memasuki sebuah gedung tinggi yang berlokasi di Sudirman. Sebaik kendaraan itu berhenti, ia pun turun. Kaos pink dan rok abu-abu selutut yang ia pakai sungguh kontras di antara para karyawan yang mengenakan setelan professional. Namun, situasi itu tidak membuatnya merasa terintimidasi. Ia tahu kalau beberapa karyawan pria pasti menelan ludah mengamati penampilannya.Cherry memiliki trik khusus untuk menjaga kepercayaan dirinya di hadapan publik. Tanamkan diri kalau dirinya adalah sosok yang lebih berharga dibandingkan orang-orang asing itu.Ini bukan tentang masalah cantik atau jelek. Soalnya, ada juga mereka yang wajahnya terpahat seperti ukiran perupa Yunani namun tidak memancarkan kepercayaan diri yang hakiki. Jatuhnya, tetap terlihat biasa di mata orang awam.Aura kepercayaan diri Cherry terus mengikuti sewaktu gadis itu menaiki lift dan keluar di lantai sembilan. Lantai itu merupakan lokasi perusahaan tempat Maria bekerja. Di de

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   56. Lukisan yang Terasa Penuh

    Tidak banyak pengunjung di kafe Sara’s Pan, bahkan bisa dibilang hanya Cherry dan Farid yang ada di sana. Oleh karena itu, keduanya bebas memilih tempat duduk.Cherry tentu saja langsung mendatangi meja yang paling sudut dan tersembunyi dari penglihatan. Ia langsung memesan kopi Americano. Cherry perlu asupan kafein demi membangkitkan semangatnya. Maklum, tadi malam ia kurang tidur.“Tadi malam menyenangkan, ya.”Cherry tahu kalau kalimat itu bukan pertanyaan. Ia yakin Farid mengingat momen ketika mereka berada di kamar kos laki-laki itu tadi malam. Oleh karenanya, ia nyengir-nyengir sendiri.“Mau diulangi?” tanya Cherry dengan nada menggoda.Farid tersenyum. Di mata Cherry, senyum pria itu adalah yang paling indah sedunia.Pembicaraan mereka terhenti karena pelayan kafe membawakan pesanan mereka. Kopi Americano untuk Cherry, sedangkan Farid memesan kopi gula aren dan camilan pisang goreng.&ldqu

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   55. Sisi Cinta yang Lain

    Regita meletakkan kuas yang sedang ia gunakan. Nay yang melihat itu mengira perempuan itu tidak suka dengan pertanyaannya. Ia ingin meralatnya cepat-cepat.Tapi, belum sempat ia mengutarakan revisi pertanyaannya, tahu-tahu, Regita sudah berkata, “Aku dan suami sebenarnya saling mencintai. Kami bercerai baik-baik. Aku bahkan masih berteman dengannya. Sampai sekarang.”“Terus?” tanya Nay bertambah bingung. Jika tidak ada masalah, mengapa keduanya harus bercerai? Apalagi jika pengakuan Regita benar bahwa keduanya saling mencintai.“Kami nggak bisa membayangkan masa depan kami bersama-sama.”“Kenapa? Katanya sama-sama cinta.”“Ada bentuk cinta yang lain. Cinta itu punya banyak sisi, salah satunya yang aku miliki terhadap mantan suamiku itu.”Nay tersentak. Kata-kata itu mirip dengan yang pernah ia ucapkan dulu. Satu lagi fakta yang membuatnya tercengang. Bukan karena sesuatu yang buruk,

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   54. Takdir itu Aneh

    Pada kanvas, terlukis sebuah gambar yang sangat indah. Lukisannya berupa sosok perempuan yang seolah-olah tidak nyata. Namun, sosok itu tampak begitu suci dan damai. Warna-warna yang mengelilingi sosok itu begitu beragam. Nay bahkan tidak pernah mengenali jenis warna yang terlukis di sana.“Wow,” celetuk Nay tanpa sadar.“Suka?” tanya Regita yang telah berdiri di samping Nay, sama-sama menatap lukisan di hadapan mereka.Nay serta-merta mengangguk.“Tapi belum selesai,” kata Regita.Nay menoleh ke arah wanita itu. “Lo yang lukis?” tanyanya.Sekarang, giliran Regita yang mengangguk.Nay masih menatap wanita itu, ini kali dengan penuh kekaguman.“Bagi anak kecil yang nggak mengerti jahatnya dunia, satu-satunya pelarian aku waktu itu yaaah lewat menggambar.”Kata-kata Nay membuatnya menundukkan kepala. Apa yang paling sedih dari seorang anak yang dilahirkan ke dunia

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   53. Menghilang Semalaman

    Cherry membuka pintu rumahnya yang sudah ia tinggali selama hampir empat tahun itu. Rumahnya kecil saja. Ruang-ruangnya berukuran mungil dan sederhana. Namun, semua itu sudah mencukupi kebutuhannya. Tapi, apakah hidup seperti ini yang ia mau? Terbersit pertanyaan itu dalam benaknya.Cherry melemparkan tasnya asal-asalan ke atas sofa ruang tamu. Ia melirik baju atasannya yang sebagian sudah terbuka. Itu membuatnya teringat kepada Farid. Langkahnya cepat menuju tempat tidur. Cermin setinggi badan menjadi sasarannya.Dengan saksama, Cherry memeriksa pantulannya di kaca. Tubuhnya cukup tinggi untuk standard perempuan Indonesia. Meskipun tidak memenuhi kriteria seorang peragawati, tidak juga mengintimidasi kaum laki-laki. Rambutnya sengaja dipanjangkan karena ia tahu kaum pria kebanyakan menyukai yang seperti itu. Lekuk badannya juga tidak malu-maluin, Lemaknya menempel di bagian-bagian yang tepat, terutama pada dadanya. Tidak ada pria yang tidak tergoda dengan aset yang ia

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   52. Menyudahi Penderitaan

    Nay terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya itu. Kalimat itu mirip yang dikatakan oleh Cherry dulu. Di tempat yang sama pula, ujarnya dalam hati seraya melihat sekelilingnya.“Nggak perlu takut. Meskipun malam hari, ada saja wisatawan yang datang ke sini, untuk tur museum malam hari,” ucap Regita.Apa yang dikatakan oleh perempuan itu betul. Di sebelah kiri, ada beberapa orang yang berjalan beriringan mengikuti instruksi satu orang yang Nay duga adalah pemandu tur tersebut.“Jadi, tempat ini?” tanya Regita.Nay sendiri tidak tahu. Jangan salah sangka. Bukannya ia tidak hapal lokasi tempatnya berada saat itu. Ia hanya tidak mengerti mengapa ia membawa perempuan yang baru dikenalnya itu ke sini.“Gue pernah ke sini bersama Cherry.”Alih-alih mempertanyakan tujuannya datang ke tempat itu, Regita berkata, “Pasti momen itu spesial banget, ya.”Nay mengangguk. Tampak jelas kalau be

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   51. Tak Ada yang Sempurna

    Nay keluar dari minimarket dengan membawa dua buah botol minuman. Ia memberikan salah satunya kepada Cherry yang duduk di lantai selasar minimarket itu.Nay memperhatikan sahabatnya yang meneguk minuman itu sampai tandas. Penampilan Cherry jauh dari biasanya. Tidak ada riasan di wajahnya. Padahal, Cherry selalu tampil dengan peralatan kosmetik sejak temannya itu bisa berdandan. Pakaian yang dikenakan gadis itu juga jauh dari gaya sehari-hari Cherry. Sahabatnya itu hanya mengenakan kaos polo dan celana bahan.“Mau pulang?” tanya Nay.“Nggak bisa,” kata Cherry lirih.“Oke, ikut gue.”Tanpa banyak berkata-kata, Cherry menurutinya.Nay sendiri tidak tahu hendak membawa sahabatnya itu ke mana. Ia bukan orang Jakarta. Ia juga tidak menetap di kota metropolitan itu. Bagaimana bisa ia menemukan tempat yang asyik untuk Cherry menjelaskan apa yang terjadi dengannya?Keduanya berjalan kaki dalam diam. Nay yang

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   50. Tempat Teraman

    Regita Amelia sudah melewati usia kepala tiga. Tepatnya, 38 tahun. Tidak seperti perempuan lainnya, tidak ada keluarga yang memaksanya untuk menikah. Bukan karena keluarganya berpikiran modern, melainkan karena Regita sudah meninggalkan rumah sejak berusia 17 tahun. Jadi, tidak ada keinginan keluarga yang harus ia turuti.Pengalaman hidupnya sesuai dengan usia yang ia miliki. Banyak. Tidak semuanya menyenangkan. Lebih seringnya, Regita harus berkutat dengan cara dan strategi untuk bertahan hidup. Bayangkan saja, apa yang harus dilakukan oleh anak berusia tujuh belas tahun untuk bertahan hidup?Namun, kerasnya pengalaman hidup Regita membuatnya menjadi pribadi yang peka dan sensitif, terutama terhadap mereka yang memiliki pengalaman hidup yang tidak menyenangkan.Ketika melihat Nay di Kafe Starlite, perhatian Regita langsung tertuju kepada gadis itu. Mata Nay terlihat kelam. Padahal, di sekeliling perempuan itu ada dua orang temannya. Dari pengamatan Regita, Nay

DMCA.com Protection Status