Beranda / Urban / TERSESAT DALAM GAIRAH / 17. Pesta yang Gila

Share

17. Pesta yang Gila

Penulis: SURIYANA
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-26 17:30:34

Para pendatang di pulau Bali cenderung berkelompok. Mungkin karena jika kita memiliki teman maka itu akan dipercaya dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk beradaptasi di tempat baru. Begitu pula halnya yang terjadi dengan Nay dan Peter. Kedua-duanya sama-sama orang asing di pulau dewa-dewa. Walaupun yang satu berdarah Kaukasia dan Nay kental dengan garis keturunan Asia. Tapi, keduanya memiliki kebutuhan yang sama, yaitu untuk dapat diterima di tempat baru. Oleh karena itu, ketika suatu saat Peter mengajaknya ke sebuah pesta, Nay dengan senang hati menerimanya.

I’m glad you come,” kata Peter sambil menyodorkan sebotol bir.

Nay menerimanya. Tidak langsung meminumnya tentu saja karena Nay sedang mencoba gaya hidup sehat dan alkohol adalah salah satu yang ia coba hindari.

Peter mengangkat dan menyentuhkan botol bir ke miliknya, “To the new life,” kata laki-laki itu.

Nay basa-basi menanggapi, “Ch

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   18. Kenikmatan yang Menyakitkan

    Namun, dugaannya salah. Sabuk pinggang laki-laki itu rupanya dipakai untuk memecutnya. Sakit, batin Nay sewaktu pecutan itu mendarat di perutnya. Peter tidak berhenti dan kali ini sabetan ikat pinggang mengenai lengannya. Nay meronta-ronta. Ia mau tangannya bergerak lepas untuk melindungi dari aksi Peter yang menyakitkan itu. Tak pelak, Nay menggunakan kakinya untuk menghalang-halangi aksi laki-laki itu.Salah langkah. Peter justru menahan kakinya lalu membentangkannya lebar-lebar dan mengikat ujung kaki Nay ke tiang yang tersisa. Nay khawatir. Ia tidak pernah dilakukan seperti ini. Peter kemudian mendekatinya. Nay memalingkan wajah dan menutup matanya rapat-rapat.Sedetik kemudian, ia merasakan elusan lembut di rambutnya. Dahinya mengenali kecupan basah dari bibir Peter. Nay membuka mata. Tidak ada lagi sebuah ikat pinggang dalam jarak pandangannya. Sejenak, Peter berdiam dan memandanginya lekat-lekat.“Apa?” bisik Nay pelan mengira ada yang aneh da

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • TERSESAT DALAM GAIRAH   19. Tinggal Bersama

    Ranjang hotel sempit itu sudah tidak berbentuk. Seprai dan selimutnya sudah tidak beraturan dan berserakan di mana-mana. Nay mengambil salah satu selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang. Di sebelah kanannya, Peter sedang mengenakan celananya kembali. Setelah itu, Peter balik ke ranjang dan memeluknya.Nay membuat tubuhnya nyaman dengan menyandarkan kepalanya di dada Peter. Pria itu menyambutnya dengan elusan yang menenangkan di rambutnya.“I can live like this forever,” bisik Peter di telinganya.Nay membalas ucapan laki-laki itu dengan mempererat pelukan di pinggang Peter.“Why can’t forever starts now?”Nay menegakkan tubuhnya. Ia bukannya tidak mengerti Bahasa Inggris. Akan tetapi, ia perlu mengonfirmasi apa benar kalimat Peter itu sesuai dengan apa yang ada dalam pikirannya.“Tinggal sama saya, ya.”Nay duduk bersandar di kepala ranjang dan menaikkan selimut ke dad

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-28
  • TERSESAT DALAM GAIRAH   20. Perayaan Untuk Perpisahan

    Hidup bersama Peter memang tidak melulu bunga dan hadiah. Tapi, bukankah itu yang terjadi dalam setiap hubungan percintaan?“Soft box mana?” tanya Peter.Nay menunjuk ke sudut ruangan tempat salah satu kelengkapan fotografi itu berada.“Kok belum diberesin?”Tak dinyana, laki-laki itu merenggut kepalanya, lalu menggiringnya ke tempat soft box berada. Tidak cukup sampai di situ, Peter mendorong kepalanya dengan sekuat tenaga. Nay yang tidak siap mendapat perlakuan seperti itu, jatuh terjerembab.“Mau berangkat jam berapa lagi, hah?” bentak pria itu.Nay cepat berdiri dan meraih kabel-kabel untuk ia bereskan. Tapi, Peter tidak berhenti menyakitinya. Kaki pria itu menendang punggungnya.“Peter!” Refleks Nay berteriak.Untuk beberapa detik, tidak ada jawaban apa-apa dari pria bule itu. Nay sendiri melanjutkan mengemas soft box. Mendadak, ia merasakan sentuha

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-29
  • TERSESAT DALAM GAIRAH   21. Jeritan Kasmaran

    Gadis itu meletakkan pisau dan garpu. Ia sudah tidak lagi berselera menghabiskan hidangan yang ada di hadapannya. Nay tidak mampu berkata apa-apa. Ia sudah terbiasa dengan kehadiran Peter sehingga bayangan bahwa laki-laki itu akan meninggalkannya membuatnya… takut? Tunggu, apakah itu lebih mirip dengan keragu-raguan? Apa sesungguhnya yang Nay rasakan?Ada jeda cukup lama yang tercipta. Nay tidak tahu hendak berkomentar apa. Oleh sebab itu, ia memilih untuk menyesap minumannya kembali.“You’re coming with me,” kata Peter tiba-tiba.Nay hampir tersedak mendengarnya. Ia mengatur agar anggur yang ia minum tidak sampai muncrat. Ia kemudian cepat-cepat menelannya.“Ya, mana mungkin saya mau meninggalkan my precious property. Kamu akan terus bersama saya. You’ll love New York. Ah, what am I thinking? Selama dengan saya, di manapun pasti kamu suka.”Pikiran Nay berkecamuk. Kerag

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-03
  • TERSESAT DALAM GAIRAH   22. Panas Menyengat

    Nay sudah merasakan lehernya dicekik atau tangannya terikat. Tapi ini adalah sesuatu yang baru. Lelehan lilin panas membuat tubuhnya terasa seperti dibakar. Refleks ia menampik tangan Peter yang memegang alat penerang itu.Peter menatapnya. Alih-alih tersenyum, wajah laki-laki itu tampak bengis. Lilin yang jatuh ke lantai seketika padam. Tahu-tahu, Peter menamparnya. Nay terlampau syok untuk bereaksi. Tidak lama setelah itu, Peter mengunci pergelangan tangannya. Nay ingin melawan. Tapi, genggaman itu terlalu kuat baginya.“You are my slave. Jangan melawan!”Gairah Nay yang sebelumnya membara, perlahan menghilang. Kepalanya menciptakan cabang pikiran yang baru, yaitu bagaimana ia dapat lolos dari situasi ini. Nay tahu tangannya yang dikuasai oleh Peter akan meninggalkan bekas memar esok hari.“Aaah, Peter,” desahnya pura-pura. Dalam hati, ia menimbang-nimbang berbagai strategi yang dapat ia lakukan.Tempat mereka ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-04
  • TERSESAT DALAM GAIRAH   23. Cinta yang Berbahaya

    “Nay! Nay?” guncangan tangan Cherry pada bahunya membuat Nay tersadar dari lamunannya tentang masa lalu.“Ada masalah apa?” tanya Cherry.Nay mengedikkan bahu. “Nggak penting.”“Ayolah, ada apa?” Cherry tidak putus asa untuk mengorek penjelasan darinya.“Kami putus, itu saja. Barangkali Peter belum bisa menerimanya.”Cherry boleh saja sahabat terdekatnya. Namun, Nay tidak bisa, ralat, - belum mampu -, menceritakan apa yang terjadi kepadanya. Hidupnya tidak menyenangkan. Hidupnya jauh dari kata sukses. Tidak seperti apa yang terjadi dengan Cherry, Dewi, dan bahkan Maria. Ketiga sahabatnya itu memiliki kariernya masing-masing. Wanita modern yang mandiri, sedangkan dirinya hanya budak yang dipungut oleh Peter di jalanan. Bagaimana mungkin ia mengisahkan semua itu kepada teman-temannya? Seterpuruk apalagi dirinya jika ia mengungkapkan ketidakberuntungannya itu pada dunia?“Dia cin

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-05
  • TERSESAT DALAM GAIRAH   24. Pertemuan di Transjakarta

    Ia tahu banyak kasus pertemuan asmara di dunia maya yang berakhir dengan bahagia. Namun, semua contoh yang ia saksikan itu adalah kedua-dua pihak telah memiliki penampilan yang sama-sama sempurna. Yang laki-laki cakep dan simpatik, sementara yang perempuan cantik dan berkulit putih.Coba bandingkan dengan penampakan dirinya? Maria meneliti tubuhnya sendiri. Sudah jelek, hitam, bekerja sebagai pembantu lagi. Tanpa sadar Maria terduduk lemas dan tidak sengaja menduduki ember yang penuh terisi dengan air.Betapa sial nasibnya, renung Maria. Perlahan-lahan, air mata tanpa isak keluar mengaliri kedua pipinya.***Sejak menikah dengan Eton sampai sekarang memiliki dua buah hati, Dewi yang selalu kelimpungan mencari uang. Suaminya setiap hari hanya bermalas-malasan. Fakta kalau mereka masih tinggal di rumah Ibu Mertua, sepertinya membuat Eton besar kepala. Pria itu lalu menggampangkan semuanya. Bagaimana tidak? Andai kata Eton tidak melakukan apa-apa sekalipun,

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-06
  • TERSESAT DALAM GAIRAH   25. Bertukar Kerja

    Tidak dinyana, laki-laki itu memaksa seorang anak berseragam SMA yang duduk di depan Dewi untuk berdiri. Sambil menyeimbangkan badannya di antara goyangan bus yang disebabkan supir Transjakarta yang mengemudi ibarat supir metromini, laki-laki tersebut menghardik anak SMA tadi untuk memberikan tempat duduknya kepada Dewi. Ia berterimakasih. Ternyata masih ada orang baik di dunia ini.“Maaf, tapi apa Ibu baik-baik saja?”Sikap putus asanya tadi yang menyalahkan orang-orang Indonesia, perlahan-lahan memudar digantikan syukur karena masih ada orang baik seperti yang ada di dekatnya sekarang ini. Dewi pun menjawab, “Tidak apa-apa.”“Tapi Ibu kan sedang hamil. Apakah….”Laki-laki itu benar-benar peduli kepadanya. Penumpang itu ingin memastikan kalau ia baik-baik saja. Ia tersenyum. “Rasanya baik-baik saja. Terimakasih.” Dewi mengelus perutnya dan bayi yang ada di dalam kandungannya pun menendang lembut peru

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-07

Bab terbaru

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   58. Perubahan Hidup

    “Masnya nggak tahu apa-apa,” lapor Maria.Jantung Cherry berdegup kencang. Kekhawatirannya terhadap Nay semakin bertambah. Ia ingat meninggalkan sahabatnya itu di sana. Di parkiran. Mereka berpisah cuma karena Cherry terlampau egois hanya mementingkan nafsunya untuk bertemu laki-laki.Ia menyesali tindakannya yang bodoh. Seberapa sering Nay bertemu dengan mendatanginya ke Jakarta? Tidak cukup sering. Itupun ia malah mengabaikan sahabatnya itu. Dan, sekarang akibat perbuatannya, mereka tidak tahu Nay ada di mana. Cherry berpacu dengan waktu. Ia tidak mau terlambat. Ia tidak mau menyesal.“Ayo, Maria. Kita harus ke rumahku!” kata gadis itu seraya memesan taksi.***Ini bukan kali pertama Maria datang ke rumah Cherry. Ia ingat diundang ke sini pada saat gadis itu pertama kali menempati rumah itu. Dulu, tidak ada banyak perabotan ada di sana. Sekarang, kediaman Cherry itu laksana stok foto yang menggambarkan desain interior di m

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   57. Tak Ingin Ditemukan

    Taksi yang ditumpangi Cherry memasuki sebuah gedung tinggi yang berlokasi di Sudirman. Sebaik kendaraan itu berhenti, ia pun turun. Kaos pink dan rok abu-abu selutut yang ia pakai sungguh kontras di antara para karyawan yang mengenakan setelan professional. Namun, situasi itu tidak membuatnya merasa terintimidasi. Ia tahu kalau beberapa karyawan pria pasti menelan ludah mengamati penampilannya.Cherry memiliki trik khusus untuk menjaga kepercayaan dirinya di hadapan publik. Tanamkan diri kalau dirinya adalah sosok yang lebih berharga dibandingkan orang-orang asing itu.Ini bukan tentang masalah cantik atau jelek. Soalnya, ada juga mereka yang wajahnya terpahat seperti ukiran perupa Yunani namun tidak memancarkan kepercayaan diri yang hakiki. Jatuhnya, tetap terlihat biasa di mata orang awam.Aura kepercayaan diri Cherry terus mengikuti sewaktu gadis itu menaiki lift dan keluar di lantai sembilan. Lantai itu merupakan lokasi perusahaan tempat Maria bekerja. Di de

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   56. Lukisan yang Terasa Penuh

    Tidak banyak pengunjung di kafe Sara’s Pan, bahkan bisa dibilang hanya Cherry dan Farid yang ada di sana. Oleh karena itu, keduanya bebas memilih tempat duduk.Cherry tentu saja langsung mendatangi meja yang paling sudut dan tersembunyi dari penglihatan. Ia langsung memesan kopi Americano. Cherry perlu asupan kafein demi membangkitkan semangatnya. Maklum, tadi malam ia kurang tidur.“Tadi malam menyenangkan, ya.”Cherry tahu kalau kalimat itu bukan pertanyaan. Ia yakin Farid mengingat momen ketika mereka berada di kamar kos laki-laki itu tadi malam. Oleh karenanya, ia nyengir-nyengir sendiri.“Mau diulangi?” tanya Cherry dengan nada menggoda.Farid tersenyum. Di mata Cherry, senyum pria itu adalah yang paling indah sedunia.Pembicaraan mereka terhenti karena pelayan kafe membawakan pesanan mereka. Kopi Americano untuk Cherry, sedangkan Farid memesan kopi gula aren dan camilan pisang goreng.&ldqu

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   55. Sisi Cinta yang Lain

    Regita meletakkan kuas yang sedang ia gunakan. Nay yang melihat itu mengira perempuan itu tidak suka dengan pertanyaannya. Ia ingin meralatnya cepat-cepat.Tapi, belum sempat ia mengutarakan revisi pertanyaannya, tahu-tahu, Regita sudah berkata, “Aku dan suami sebenarnya saling mencintai. Kami bercerai baik-baik. Aku bahkan masih berteman dengannya. Sampai sekarang.”“Terus?” tanya Nay bertambah bingung. Jika tidak ada masalah, mengapa keduanya harus bercerai? Apalagi jika pengakuan Regita benar bahwa keduanya saling mencintai.“Kami nggak bisa membayangkan masa depan kami bersama-sama.”“Kenapa? Katanya sama-sama cinta.”“Ada bentuk cinta yang lain. Cinta itu punya banyak sisi, salah satunya yang aku miliki terhadap mantan suamiku itu.”Nay tersentak. Kata-kata itu mirip dengan yang pernah ia ucapkan dulu. Satu lagi fakta yang membuatnya tercengang. Bukan karena sesuatu yang buruk,

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   54. Takdir itu Aneh

    Pada kanvas, terlukis sebuah gambar yang sangat indah. Lukisannya berupa sosok perempuan yang seolah-olah tidak nyata. Namun, sosok itu tampak begitu suci dan damai. Warna-warna yang mengelilingi sosok itu begitu beragam. Nay bahkan tidak pernah mengenali jenis warna yang terlukis di sana.“Wow,” celetuk Nay tanpa sadar.“Suka?” tanya Regita yang telah berdiri di samping Nay, sama-sama menatap lukisan di hadapan mereka.Nay serta-merta mengangguk.“Tapi belum selesai,” kata Regita.Nay menoleh ke arah wanita itu. “Lo yang lukis?” tanyanya.Sekarang, giliran Regita yang mengangguk.Nay masih menatap wanita itu, ini kali dengan penuh kekaguman.“Bagi anak kecil yang nggak mengerti jahatnya dunia, satu-satunya pelarian aku waktu itu yaaah lewat menggambar.”Kata-kata Nay membuatnya menundukkan kepala. Apa yang paling sedih dari seorang anak yang dilahirkan ke dunia

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   53. Menghilang Semalaman

    Cherry membuka pintu rumahnya yang sudah ia tinggali selama hampir empat tahun itu. Rumahnya kecil saja. Ruang-ruangnya berukuran mungil dan sederhana. Namun, semua itu sudah mencukupi kebutuhannya. Tapi, apakah hidup seperti ini yang ia mau? Terbersit pertanyaan itu dalam benaknya.Cherry melemparkan tasnya asal-asalan ke atas sofa ruang tamu. Ia melirik baju atasannya yang sebagian sudah terbuka. Itu membuatnya teringat kepada Farid. Langkahnya cepat menuju tempat tidur. Cermin setinggi badan menjadi sasarannya.Dengan saksama, Cherry memeriksa pantulannya di kaca. Tubuhnya cukup tinggi untuk standard perempuan Indonesia. Meskipun tidak memenuhi kriteria seorang peragawati, tidak juga mengintimidasi kaum laki-laki. Rambutnya sengaja dipanjangkan karena ia tahu kaum pria kebanyakan menyukai yang seperti itu. Lekuk badannya juga tidak malu-maluin, Lemaknya menempel di bagian-bagian yang tepat, terutama pada dadanya. Tidak ada pria yang tidak tergoda dengan aset yang ia

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   52. Menyudahi Penderitaan

    Nay terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya itu. Kalimat itu mirip yang dikatakan oleh Cherry dulu. Di tempat yang sama pula, ujarnya dalam hati seraya melihat sekelilingnya.“Nggak perlu takut. Meskipun malam hari, ada saja wisatawan yang datang ke sini, untuk tur museum malam hari,” ucap Regita.Apa yang dikatakan oleh perempuan itu betul. Di sebelah kiri, ada beberapa orang yang berjalan beriringan mengikuti instruksi satu orang yang Nay duga adalah pemandu tur tersebut.“Jadi, tempat ini?” tanya Regita.Nay sendiri tidak tahu. Jangan salah sangka. Bukannya ia tidak hapal lokasi tempatnya berada saat itu. Ia hanya tidak mengerti mengapa ia membawa perempuan yang baru dikenalnya itu ke sini.“Gue pernah ke sini bersama Cherry.”Alih-alih mempertanyakan tujuannya datang ke tempat itu, Regita berkata, “Pasti momen itu spesial banget, ya.”Nay mengangguk. Tampak jelas kalau be

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   51. Tak Ada yang Sempurna

    Nay keluar dari minimarket dengan membawa dua buah botol minuman. Ia memberikan salah satunya kepada Cherry yang duduk di lantai selasar minimarket itu.Nay memperhatikan sahabatnya yang meneguk minuman itu sampai tandas. Penampilan Cherry jauh dari biasanya. Tidak ada riasan di wajahnya. Padahal, Cherry selalu tampil dengan peralatan kosmetik sejak temannya itu bisa berdandan. Pakaian yang dikenakan gadis itu juga jauh dari gaya sehari-hari Cherry. Sahabatnya itu hanya mengenakan kaos polo dan celana bahan.“Mau pulang?” tanya Nay.“Nggak bisa,” kata Cherry lirih.“Oke, ikut gue.”Tanpa banyak berkata-kata, Cherry menurutinya.Nay sendiri tidak tahu hendak membawa sahabatnya itu ke mana. Ia bukan orang Jakarta. Ia juga tidak menetap di kota metropolitan itu. Bagaimana bisa ia menemukan tempat yang asyik untuk Cherry menjelaskan apa yang terjadi dengannya?Keduanya berjalan kaki dalam diam. Nay yang

  • TERSESAT DALAM GAIRAH   50. Tempat Teraman

    Regita Amelia sudah melewati usia kepala tiga. Tepatnya, 38 tahun. Tidak seperti perempuan lainnya, tidak ada keluarga yang memaksanya untuk menikah. Bukan karena keluarganya berpikiran modern, melainkan karena Regita sudah meninggalkan rumah sejak berusia 17 tahun. Jadi, tidak ada keinginan keluarga yang harus ia turuti.Pengalaman hidupnya sesuai dengan usia yang ia miliki. Banyak. Tidak semuanya menyenangkan. Lebih seringnya, Regita harus berkutat dengan cara dan strategi untuk bertahan hidup. Bayangkan saja, apa yang harus dilakukan oleh anak berusia tujuh belas tahun untuk bertahan hidup?Namun, kerasnya pengalaman hidup Regita membuatnya menjadi pribadi yang peka dan sensitif, terutama terhadap mereka yang memiliki pengalaman hidup yang tidak menyenangkan.Ketika melihat Nay di Kafe Starlite, perhatian Regita langsung tertuju kepada gadis itu. Mata Nay terlihat kelam. Padahal, di sekeliling perempuan itu ada dua orang temannya. Dari pengamatan Regita, Nay

DMCA.com Protection Status