Hari ini Raquel pergi ke kampus pagi-pagi sekali, bukan karena ada hal mendesak atau kelas pagi tapi karena menghindari sarapan bersama keluarga. Baru kali ini Raquel menghindari keluarga, ia masih marah pada kedua orang tuanya perkara perjodohan itu.
Dan disinilah Raquel berada, di rooftop kampus sambil menikmati satu cup cappucino ditemani dengan sandwich yang ia beli di supermarket. Hari ini jadwal kuliahnya siang, ia berencana akan mengerjakan beberapa tugas di perpustakaan.
Ting
“Nak, nanti selesai kelas kamu fitting gaun buat pertunangan ya, dan nanti Elzar yang akan jemput kamu.”
Raquel memutar bola matanya dengan malas saat membaca pesan dari mamanya. Sungguh ia menolak perjodohan ini karena masih ada rasa trauma diselingkuhi. Raquel menatap awan di langit tampak indah, ia memikirkan cara agar perjodohan ini batal dan sepertinya ia perlu bicara serius dengan Elzar.
Ponsel Raquel kembali berdering, ada panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Karena penasaran akhirnya ia menerima panggilan itu, sedetik kemudian matanya melotot nyaris keluar.
“Aiisss! Panjang umur banget nih cowok,” gumam Raquel dengan kesal.
Setelah menerima panggilan tersebut, Raquel berjalan menuju gerbang kampus. Tanpa ia sadari sedari tadi Edgar memperhatikannya. Bahkan tampaknya pemuda itu mengepalkan tangannya guna memendam perasaan yang bergejolak tak tentu di hatinya.
Raquel masuk dalam mobil Elzar, tadi Elzar menelepon untuk memberitahu Raquel bahwa ia ada di depan kampus untuk menjemputnya dan berencana mengajak jalan-jalan sebelum fitting baju untuk pertunangan yang akan diadakan tiga hari lagi.
“Sebelum lo ajak gue jalan, gue mau bicara serius sama lo dan gue harap lo juga menyetujui hal ini.” Elzar yang mendengar ucapan Raquel hanya menaikkan sebelah alisnya, menunggu kelanjutan kalimat perempuan itu. “Gue gak bisa lanjutin perjodohan ini dan gue minta lo juga setuju untuk membatalkan pertunangan kita.” helaan nafas Elzar terdengar tampak raut wajahnya juga menjadi lebih datar dan tatapan tajam ia layangkan pada Raquel..
“Oke, sepertinya kamu belum paham sama ucapan ku waktu di taman belakang semalam.” Raquel mendadak terdiam, sungguh tatapan Elzar membuatnya tak berkutik. “Aku tidak akan membatalkan perjodohan ini dan aku akan membuat kamu jatuh cinta, sekarang cukup kamu diam dan jangan banyak bertingkah karena mulai detik ini ada beberapa orangku yang mengawasimu.” Raquel hendak memprotes tapi Elzar mengisyaratkan untuk diam.
Mobil Elzar berjalan menyusuri jalan aspal yang mulai padat pengendara, jujur saja Elzar sendiri bingung mau mengajak Raquel kemana karena ini adalah pengalam pertamanya kencan. Akhirnya mereka berhenti di sebuah taman yang banyak menjual jajan kaki lima, mata Raquel langsung berbinar bahkan belum sempat Elzar turun justru Raquel sudah melompat turun dan berlari menghampiri penjual telur gulung.
“Ternyata dia juga punya sisi kekanakan,” batin Elzar dengan senyum tipis menghiasi bibirnya. “Gue gak cinta sama dia tapi kenapa gue gak rela jika perjodohan ini sampai batal.” Elzar mengusap wajahnya kasar lalu melanjutkan langkahnya menyusul Raquel.
Setelah selesai jalan-jalan akhirnya mereka berdua pergi ke sebuah butik langganan keluarga Fahrari. Sepanjang jalan keduanya hanya diam tanpa obrolan suasana canggung menyelimuti.
Hari silih berganti, malam berganti siang. Malam hari ini di mana pertunangan Elzar dan Raquel diselenggarakan di salah satu hotel ternama di kotanya. Raquel yang sudah selesai di make up pun enggan memakai gaunnya, ada rasa ragu yang terus bergelayut dalam hatinya. Bayang-bayang kekasihnya selingkuh masih terekam dengan jelas. Raquel menatap dirinya di pantulan cermin rias, terbesit untuk melarikan diri mumpung ia sendirian dalam kamar itu. Namun, pikiran itu enyah ketika teringat wajah kedua orangtuanya yang menginginkan perjodohan ini berjalan dengan semestinya.
“Ya Tuhan bagaimana ini?” Gumam Raquel sambil mondar-mandir kesana kemari. “Gue gak mau dengan Elzar, tapi kalau gue kabur papa sama mama bakal malu dan kecewa banget pasti,” lanjut nya sambil memejamkan mata. Raquel mencoba mengatur nafasnya agar rasa ragu, gugup dan nervousnya mereda.
***
Di kamar yang berbeda, Elzar sedang mengenakan tuxedo. Elzar tampak menghela napas berkali-kali, Edgar yang mengetahui abangnya tengah gugup hanya menyeringai. Sebelum acara dimulai Edgar sudah bertekad akan mengakui perasaannya terhadap Raquel pada abangnya, bukan bermaksud untuk menggagalkan acara malam ini tapi ia memang perlu abangnya tau sekaligus untuk menguji apakah abangnya ini hanya sekedar tertarik atau sungguh-sungguh jatuh cinta.
“Bang, gue mau bicara serius sama lo sebelum acara ini dimulai dan sebelumnya gue minta maaf sama lo,” ucap Edgar yang berhadapan dengan abangnya. “ Sejujurnya perempuan sering gue ceritakan sama lo, yang gue taksir itu adalah Raquel calon tunangan lo bang.” Nada bicara Edgar semakin melemah di akhir, ia menunduk tidak berani menatap abangnya.
Elzar terdiam menatap adiknya dalam-dalam, kenyataan yang baru saja terungkap membuat jantungnya berdegup kencang kini perasaannya kacau. Ia memalingkan wajahnya ke jendela kamar, sungguh saat ini Elzar tidak tahu harus mengatakan apa.
“Kenapa lo baru bilang sekarang Gar, lo tau sekarang acara pertunangan itu hah?” Akhirnya kalimat itu lolos dari bibir Elzar. “Kenapa tidak sedari pertemuan keluarga itu lo bilang kalau perempuan itu Raquel, gue bisa_” belum sempat kalimat itu selesai diucapkan Edgar sudah memotong lebih dulu. “Gue gak minta lo batalin perjodohan ini bang, sungguh. Tapi gue mau lo tau tentang ini dari gue sendiri bukan orang lain dan asal lo tau Raquel juga tidak tahu tentang perasaanku padanya.” sungguh Elzar terpaku dengan ucapan adiknya. Tadinya ia mengira Edgar menguruhnya membatalkan acara ini.
“Gue rasa lo belum mencintai Raquel bang, tapi gue berharap lo bisa membahagiakan dia kelak. Jika lo sakiti hatinya maka dengan kesadaran penuh gue bakal rebut Raquel dari lo, paham!” Ucapan Edgar kali ini penuh peringatan dan tegas. “Gue janji akan membahagiakan Raquel sebelum maupun setelah menikah nanti!” Jawaban Elzar tidak kalah tegas dengan kesungguhan yang terpancar tatapannya.
Tanpa keduanya sadari jika sedari tadi ada Adskhan, papanya yang mendengar semua pembicaraan kedua putranya. Ia tidak menyangka jika keduanya menyukai perempuan yang sama. Di waktu bersama Adskhan bersyukur karena anak-anaknya tidak sampai bermusuhan perkara perempuan.
Akhirnya acara pertunangan pun berjalan dengan semestinya, meskipun terpaksa Raquel tetap menampilkan senyum manisnya. Edgar pun tampak biasa saja meskipun hatinya tak karuan. Ia sudah memutuskan untuk mengikhlaskan perasaannya pada Raquel, bahkan ia melangitkan doa untuk kebahagiaan abangnya dan Raquel. Namun, di antara tamu yang hadir ada perempuan yang tampak tidak suka dengan acara itu, bahkan perempuan itu menatap penuh permusuhan pada Raquel.
Matahari mulai menampakkan sinarnya, kicauan burung terdengar merdu. Pagi ini Elzar dengan senyum yang terus mengembang tengah bersiap untuk pergi ke kantor, tapi sebelum itu ia ingin menjemput tunangannya. Pagi ini ia berniat mengajak Raquel ke kantor untuk memperkenalkan pada karyawan kantor sebagai calon istrinya. Semalam perasaannya campur aduk karena pengakuan dari adiknya yang juga menyukai Raquel, jujur saja Elzar memang belum bisa merasakan cinta itu tapi entah kenapa ia juga tidak rela jika harus melepaskan Raquel apalagi untuk adiknya. Setelah acara selesai iya termenung dalam kamarnya, hingga Edgar kembali menghampirinya dan menegaskan sekali lagi jika dia tidak berniat untuk membuat perjodohan itu batal apalagi merebut milik abangnya. Dari situlah perasaan Elzar sedikit membaik, ia mengumpulkan tekad untuk membuat Raquel jatuh cinta. Setelah tiga puluh menit perjalanan, akhirnya Elzar sampai di kediaman Javieto untuk menjemput Raquel. Elzar sengaja tidak sarapan lebih du
Siang ini Raquel masuk kelas dengan tampang kusut, tidak seperti biasanya yang ceria dan murah senyum. Salah satu teman Raquel merasa heran karena wajah Raquel tampak muram, dia adalah Anna teman satu-satunya yang lumayan dekat dengan Raquel. Bukan Raquel di kucilkan tapi memang dia lebih suka punya teman sedikit tapi tidak munafik apalagi cuman memanfaatkan. Meskipun ia dan Anna dekat tapi belum bisa dibilang sahabat. “Lo kenapa Ra?” Tanya Anna dengan hati-hati. “Gak tau, tapi gue hari ini bad mood dan gak niat masuk kelas,” sahutnya dengan cemberut. “Kalau ada masalah cerita aja!” Raquel hanya menjawab dengan gelengan. Anna yang paham jika Raquel tidak mau diganggu akhirnya diam. Kelas terus berlanjut hingga selesai. Dengan kasar Raquel memasukkan buku catatan ke dalam tas dan beranjak pergi. Ia berencana ke sebuah tempat untuk menenangkan otaknya yang lumayan berisik. Di depan kampus Raquel langsung memasuki taksi yang sudah dipesan melalui online. Ia mengatakan sebuah alamat p
Sepulang dari apartemen milik calon suaminya, Raquel bersantai sambil menonton drama Korea kesukaannya. Sebelumnya sempat berbincang dengan orangtuanya sebentar, mereka memberi tahu bahwa persiapan pernikahannya sudah delapan puluh lima persen. Matanya fokus pada layar hp yang menampilkan drama Korea kesukaanya, tapi pikirannya berkelana ke pernikahan yang tinggal seminggu lagi di adakan. Perlahan Raquel merasakan degup jantung yang tidak stabil. Ia merasa gelisah antara yakin dan tidak yakin dengan pernikahan yang akan ia jalani dengan Elzar. Raquel menghela nafas dengan pelan, ia mematikan ponselnya dan memilih keluar menuju balkon kamar untuk menghirup udara segar sejenak. “Elzar itu sebenarnya tampan dan mapan, tapi kenapa gue masih ragu,” gumam Raquel pelan, matanya menatap lurus pemandangan malam hari di kamarnya yang tampak biasa saja. Pikiran Raquel seketika tertarik ke masa lalu dimana ia masih bersama dengan mantan kekasihnya yang berkhianat itu. Segera ia menggelengkan k
Dua hari setelah drama Elzar kesal karena cemburu tapi gengsi untuk mengakui kini laki-laki itu tengah berhadapan dengan setumpuk berkas yang menggunung. Selama dua hari ini Raquel selalu datang ke kantornya hanya untuk memberikan makan siang dan itu atas suruhan mamanya. Sebenarnya Raquel sangat malas jika pulang kampus harus ke kantor Elzar dan berakhir pulang sore. Jika kalian pikir dua hari yang lalu Raquel membujuk Elzar agar tidak ngambek kalian salah justru Raquel tidak peduli sama sekali. Sedangkan Elzar melihat respon Raquel semakin blingsatan, ia kira perempuan yang akan menyandang gelar sebagai istrinya itu sudah mulai luluh nyatanya belum sama sekali. “Kak gue pulang ya,” pamit Raquel sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas, tapi baru akan melangkah keluar tangan Elzar berhasil mencekal tangan Raquel. “Pulang nanti bareng aku.” Elzar langsung menarik Raquel menuju sebuah kamar pribadi yang ada di ruang kerja tersebut. Ini adalah pertama kali Raquel masuk ke dalam
Tengah malam udara lumayan sejuk, tapi seorang laki-laki justru tengah berada di balkon kamar sambil memainkan ponselnya. Dia adalah Darrel, mantan kekasih Raquel. Saat ini Darrel masih memikirkan cara untuk mendekati kembali Raquel apalagi ia mendengar bahwa perempuan itu dijodohkan dengan Elzar yang digadang sebagai CEO dari perusahaan tekstil terbesar, FH Crop. Sungguh Darrel merasa geram karena kini Raquel lepas dari genggamannya, rencana untuk balas dendam pada keluarga Javieto melalui putrinya tentu melayang begitu saja. Entah masalah apa yang membuat Darrel memiliki dendam bahkan sampai menggunakan Raquel sebagai bidak caturnya. “Bangsat! Kalau berurusan sama keluarga Fahrari jelas gue bakal kalah telak,” ucapnya dengan sorot mata tajam. “Gue harus bisa bikin Raquel kembali dan menolak perjodohan itu, dengan begitu semua rencana gue akan mulus kembali,” lanjutnya dengan seringaian dan tatapan licik. Darrel mengirim pesan pada seseorang, tampaknya ada orang lain yang bekerja
Saat ini di sebuah restoran Chinese dua orang laki-laki yang sebaya tengah mendiskusikan sesuatu yang tampak penting. Di hadapannya ada satu gelas jus buah, tapi tidak tersentuh karena sibuknya mereka. Mereka adalah Daza dan Elzar, yang tengah membahas siapa sebenarnya Darrel. Sebenarnya Elzar sudah mencari tahu sebelum acara pertunangan berlangsung, waktu itu Edgar sempat bercerita mengenai Darrel ini, hanya saja ia belum terlalu tertarik karena saat itu belum tahu nama belakang Darrel. Berkas dan file yang Daza bawa sudah cukup membuktikan niat terselubung Darrel memacari Raquel saat itu dan kali ini rupanya bocah ingusan itu berencana untuk mempengaruhi Raquel, oh tentu Elzar tidak tinggal diam. Daza pun menempatkan beberapa anak buahnya untuk mengikuti kemana Raquel pergi agar aman. Tidak lama kemudian pada notebook milik Daza muncul notif dari anak buahnya mengirimkan sebuah pesan yang membuatnya langsung menegang di tempat. “Zar, anak buah gue ngirim laporan. Rara sedang dalam
Kejadian dua hari yang lalu para orang tua tidak ada yang tahu, sehingga pernikahan Elzar dan Raquel hari esok tetap berjalan semestinya. Ya, Elzar dan Daza sudah membicarakan perihal kejadian itu dan sepakat untuk merahasiakannya. Elzar dan Daza akan terus terang kepada orang tua masing-masing setelah pernikahan berlangsung, mau bagaimanapun masalah ini menyangkut musuh bisnis mereka. Hari ini Elzar tidak di perbolehkan untuk keluar rumah begitupun dengan Raquel. Elzar sendiri tidak masalah, tapi Raquel tidak bisa jika berdiam di rumah. Perempuan itu masih saja ragu hatinya, sungguh ia belum mencintai Elzar. Raquel tidak ada sahabat yang bisa ajak berbagi, dulu ia pernah berbagi cerita pada sahabatnya saat masih duduk di bangku SMP siapa sangka sahabatnya itu menghianati dia. Sejak saat itulah Raquel lebih nyaman bercerita pada kedua orang tua atau kakaknya yang menurutnya itu lebih aman. “Apa gue curhat aja sama Kak Daza?” Gumam Raquel pelan sambil berjalan mondar-mandir seperti s
Ballroom hotel dengan hiasan bunga tampak elegan dan mewah, meja kursi tertata rapi untuk para undangan tidak lupa hidangan yang tampak lezat sudah tersaji. Tema wedding Elzar dan Raquel adalah The Royal Wedding. Sedangkan kedua mempelai tengah bersiap di kamar masing-masing. Sinar matahari yang menembus ballroom itu menambah kesan elegan alami, pak penghulu mulai memasuki tempat akad nikah sedangkan mempelai pria masih berada di kamar. Hari ini Elzar tidak bisa setenang kemarin, mendadak ia gugup dan berkeringat dingin bahkan ucapan Edgar tidak mampu menenangkan hatinya yang gelisah. “Zar ayo turun, pak penghulu sudah datang,” ucapan Adskhan menambah kegugupan Elzar. “Pa, bang Elzar gugup itu ditambah beser dia,” sahut Edgar setengah mencibir abangnya. “Tarik nafas lalu buang perlahan Zar, kamu harus tenang dan rilex,” Adhskhan, papa Elzar mulai menenangkan anak sulungnya. “Tapi pah aku grogi,” bukan tenang justru Elzar panik. “Bang, kalau abang sampai tidak bisa mengucapkan ija
Malam ini Elzar tidak bisa tidur, sungguh ia merasa cemas dan khawatir. Duduk di samping istrinya yang tidur tapi ia sendiri sejak tadi tidak bisa tidur. Informasi dari papanya kali ini membuatnya tidak tenang. Jika itu tentang Arsenal dan Meira ia masih bisa tenang tapi ini Barra dan Vitto, astaga bagaimana jika mereka memiliki rencana yang kelewat licik dari Arsenal. Ia memandangi istrinya yang tidur, wajah itu cantik dan begitu memikat pantas saja Arsenal gagal move on karena daya tariknya luar biasa memang istrinya itu. “Semoga semua baik-baik saja ya sayang,” ia kecup lama kening istrinya. Baru kali ini ia merasa gelisah sampai tidak bisa tidur. Ingatannya kembali pada siang hari di mana ia memergoki istrinya tengah bersama Arsenal lebih tepatnya Raquel jatuh dan yang menahan tubuh istrinya agar tidak jatuh ke tanah adalah Arsenal. Siang tadi ia memang memukul wajah Arsenal sampai babak belur, tapi Elzar juga.melihat sorot mata Arsenal tidak seperti biasanya. Awalnya ia hanya m
Raquel merasa bosan jika hanya di dalam ruangan Elzar, dengan perut buncitnya ia berjalan-jalan di sekitar kantor sekalian membeli cireng langgananya. Entah kenapa sejak hamil Raquel menyukai jajanan pinggir jalan seperti telur gulung, cireng dan kawan-kawan. Elzar sudah berulang kali melarang untuk tidak mengkonsumsi itu tapi mau bagaimana lagi rasa ingin itu lebih dominan dan kata mama Reima itulah ngidam. Setelah puas membeli jajan Raquel ingin kembali ke kantor suaminya tapi saat sampai halaman ia bertemu dengan Arsenal. “Mau apa lo?” Raquel mundur selangkah, dengan tatapan penuh was-was siapa yang tidak takut jika laki-laki di hadapannya pernah menculiknya bahkan ingin menikahinya secara paksa. “Gue perlu bicara empat mata sama kamu Ra, ini bukan tentang perasaanku lagi tapi tentang keselamatan Elzar, kamu serta bayi dalam kandunganmu,” Arsenal tetap berusaha membujuk tapi lagi-lagi Raquel justru melangkah mundur. “Pergi!” Karena panik Raquel tidak memperhatikan langkahnya dan
Malam ini Arsenal kembali membuat janji dengan Meira. Sengaja Meira mengajak bertemu di sebuah hotel agar pamannya percaya bahwa ia menerima tawaran Arsen dan sebagai imbalan ia bersedia menjadi teman ranjang. Di hadapan pamannya, Meira harus menggunakan topeng sebagai perempuan nakal untuk bertahan hidup sejak kedua orang tuanya meninggal karena jika ia menjadi anak baik maka pamannya akan menyiksanya dan tak tanggung-tanggung kadang mencambuk hingga pinggangnya luka. Arsenal yang sudah sampai di lobby hotel segera menuju kamar yang sudah ia pesan dan Meira sudah tiba sejak tiga puluh menit lalu. Ada rasa ragu untuk mengatakan kejujuran hatinya pada Meira takut jika benar perempuan itu ingin memanfaatkan juga. Tapi semalam ia mendengar rekaman suara dari alat penyadap yang sengaja ia selipkan di tas milik Meira, Arsenal sengaja melakukan itu untuk mengetahui apa tujuan Meira sebenarnya tapi, justru rekaman itu menunjukkan sisi lain dari Meira mulai dari suara pamannya yang membentak
Hari ini jadwal cek up Raquel ke dokter kandungan tapi karena di rumah sakit antre ia memilih ke klinik saja. Raquel dan Elzar ke kantor tidak menggunakan sopir, selama Raquel mengikuti kelas online ia jadi selalu ikut Elzar ke kantor dan meeting entah ini Raquel yang selalu ingin dekat suaminya atau murni bawaan bayi tapi Elzar menyukai Raquel yang seperti ini apalagi jika sepenuhnya bergantung padanya ia akan sangat senang dan bahagia karena merasa ia menjadi laki-laki yang sangat dibutuhkan istrinya. Sejak kejadian dimana mantan sekretaris Elzar datang ke kantor dan mencoba merayu Elzar itu sampai sekarang tidak ada lagi modelan wanita seperti itu, bahkan pakaian karyawan kantor tidak ada yang ketat atau pendek. Semua sesuai standar dan harus sopan, siapa sangka ganasnya Raquel saat memberi pelajaran mantan sekretaris Elzar itu menjadi sorotan karyawan dan mereka takut jika mencari gara-gara dengan istri bos mereka.“Sayang nanti kalau habis ke klinik kita mampir makan di ayam gor
Di sebuah caffe shop seorang perempuan dengan penampilan modis dan seksi, ia seperti tengaj banyak pikiran sorot mata cantik itu jelas menggamabarkan beban pikiran yangs sedang di pikul. Ia baru saja kembali tiga hari lalu dari Amerika dan sekarang mendapatkan tugas serta tekanan yang membuatnya sangat muak. Pelan ia menyesap kopi hitam yang ia pesan, perempuan itu memejamkan mata sejenak menikmati kopi pahit yang membasahi tenggorokannya. “Gila! Gue udah lupa sama Elzar dan sekarang harus pura-pura masih ada rasa,” gumannya pelan tapi tersirat nada kesal.Dia sudah menolak permintaan gila pamannya tapi ancaman itu adalah kelemahannya dan kemarin ia benar-benar datang ke acara tujuh bulanan, sungguh ia tidak ada rasa apapun pada Elzar. Ia sendiri juga sudah dekat dengan laki-laki bule yang selama ini menemani suka dukanya belajar di Amerika tapi paman dan bibi menolak dengan alasan keluarga mereka tidak setara. Tidak lama perempuam itu tersadar dari lamunannya karena ada seseorang ya
7 bulan kemudian… Kandungan Raquel sudah besar bahkan malam ini akan diadakan acara tujuh bulanan seperti orang jawa karena memang Reima asli keturunan jawa. Suasana mansion Javieto sangat ramai oleh kehadiran sanak saudara dan juga pihak besan yang sudah tiba. Raquel tengah berada di kamar bersama Elzar, perempuan itu didandani mengenakan kemben berupa kain jarik lalu dipakaikan rompi dari bunga melati dan bagian rambut diberi bando menggunakan ronce melati. Elzar juga.menggunakan kemben berupa kain jarik senada dengan Raquel dan mereka keluar ke tempat acara bersamaan didampingi kedua orang tua. Di halaman belakang tempat acara diselenggarakan mereka semua terpukau dengan penampilan Raquel yang terkesan anggun dan aura kecantikannya semakin terpancar sejak hamil. Di antara tamu itu ada Darrel dan juga Arsenal serta satu orang perempuan yang sejak tadi menatap tak suka pada Raquel. Arsenal juga merasa heran kenapa perempuan itu tampak kesal, hingga ia mulai paham saat memergoki per
Laki-laki dengan perawakan tinggi dengan badan kekar itu tengah menghisap rokok di balkon kamarnya, ia harus menerima hukuman untuk tetap berada di mansion Alexander dengan batas waktunya tidak ditentukan. Padahal ia hanya ingin membuat perempuan yang menjadi pujaan hatinya melihat perjuangannya melihat bawah ia adalah laki-laki yang pantas diperjuangkan tapi apa yang ia peroleh justru hal seperti ini. Arsenal mengakui caranya salah tapi ia tetap kekeh membenarkan semua itu dan tidak menyesal. Tawa miris terdengar begitu menyakitkan, di sana Darrel melihat abang kandungnya merasa kasihan padahal dia sendiri juga dimanfaatkan oleh abangnya tapi rasa kasihan sebagai saudara sedarah tetap ada. “Sial ini semua karena Elzar!” Geram Arsenal dengan tangan mengepal. Ingatannya melayang ke masa di mana ia masih bersama Raquel kemana-mana, hingga mereka berpisah dan hanya mampu komunikasi melalui email dan sosial media. Arsenal tetap menyalahkan Elzar karena dia adalah penyebab semua kekacaua
Elzar yang melihat istrinya tengah menyeret mantan sekretarisnya seketika rasa panik memuncak pasalnya langkah Raquel tampak tergesa sambil menjambak rambut perempuan itu lalu mendorongnya dengan kuat saat sampai halaman kantor. Kali ini Raquel tidak memberikan ampun pada perempuan yang tampak seperti jalang dan terus menggoda suaminya sungguh ia geram dan ingin sekali membunuh perempuan itu. “Liat perempuan ini, niat mau bekerja tapi pakaiannya saja layak perempuan malam di club!” Teriak Raquel dengan nafas yang terengah, tentu semua karyawan keluar untuk melihat apa yang terjadi. “Kalau gue liat lo masih kesini dan coba merayu suami gue detik itu juga lo bakal kehilangan nyawa!” Perempuan itu menegang mendengar ancaman Raquel bahkan sedikit beringsut mundur tapi seketika para karyawan itu melemparinya dengan botol minum dan juga kertas-kertas tak terpakai. Elzar sampai di samping istrinya langsung memeluk dan mengecup keningnya lumayan lama, ia khawatir setengah mati karena istri
Di ruangan Daza kini dua perempuan itu saling diam, tidak ada yang membuka suara ataupun membuka obrolan bahkan suara ac pun terdengar. Raquel menatap Seren yang sejak tadi menunduk, bahkan sekedar menatap dirinya juga tidak berani dan hanya menunduk entah apa yang dipikirkan Seren. Hingga helaan nafas panjang Raquel terdengar, perempuan yang tengah hamil muda itu merasa bosan. “Seren sejak kapan kamu kenal kak Daza?” Tanya Raquel santai tapi bagi Seren justru sebaliknya hingga membuatnya semakin menunduk. “S-sekitar dua bulan lalu Ra,” jawabnya dengan suara sedikit bergetar. “Santai saja lah gue gak bakal marah atau apa-apain lo kok,” ucap Raquel sambil mendekat ke arah Seren dan menepuk bahu perempuan itu seraya tersenyum. Seren akhirnya bisa bernafas lega, ia kira Raquel akan marah karena kakaknya dekat dengan perempuan seperti dirinya. Bagaimana tidak minder karena perbedaan latar belakang mereka terlalu jauh bagaikan langit dan bumi. Raquel dari keluarga terpandang berdarah b