Malam ini adalah malam yang panjang bagi Elzar dan Raquel, karena resepsi pernikahan mereka berlangsung. Tamu yang begitu banyak membuat kedua mempelai harus sabar karena memberikan selamat satu persatu. Hingga tiba giliran keluarga Alexander yang memberikan selamat, Raquel tampak terkejut karena ada Darrel yang diperkenalkan sebagai putra mereka. Bara Alexander bukan rekan bisnis yang baik, justru ia termasuk orang licik yang berusaha menjatuhkan bisnis orang lain dan salah satu yang pernah ia curangi adalah perusahaan milik keluarga Fahrari. Di malam itu sungguh Barra Alexander memerankan sebagai orang yang begitu baik dan tulus. Pemandangan ini lumrah, dunia bisnis memang banyak manusia bermuka dua. Darrel terus menatap ke arah Raquel, membuat perempuan itu tidak nyaman beruntung Elzar menyadari hal itu. Mendadak Elzar merasa panas di dadanya, ia langsung mengajak Raquel untuk beristirahat saja lagipula ini sudah pukul sepuluh malam dan hanya tinggal beberapa saja tamu yang tersi
Setelah kejadian semalam dirinya didorong oleh istrinya, Elzar memilih menghabiskan malam pengantinnya dengan membicarakan hal-hal penting bersama Raquel termasuk masalah panggilan. Tadi malam Raquel sudah menawarkan untuk memijat punggung Elzar yang sakit, tapi laki-laki itu menolak karena bisa makin panas dingin dia disentuh Raquel apalagi pakaian istrinya sungguh menggoyahkan imannya. Sah-sah saja jika Elzar menyentuh Raquel, tapi semalam perempuan itu mengatakan bahwa belum bisa memberikan hak Elzar sebagai suami dengan dalih belum siap. Karena ia juga tidak mau melakukan jika istrinya terpaksa lebih baik menunggu sampai sama-sama mau. Semalam penuh ia tidak bisa tidur, adik kecilnya terus meronta apalagi saat tidur di samping istrinya justru hasratnya semakin menggila. Selama ini Elzar biasa saja saat melihat karyawan atau wanita lain memakai pakaian seksi dan ketat tapi saat melihat istrinya sendiri justru gemetar sampai panas dingin. Tanpa sengaja semalam Elzar menyingkap sel
Tepat jam lima sore Raquel sudah segar setelah mandi, perempuan itu tengah menggunakan skincare dan pelembab bibir. Rencananya ia ingin ke supermarket depan kompleks untuk membeli beberapa cemilan untuk teman menonton drama korea nanti malam, saat sampai di lantai bawah rupanya ia berpapasan dengan suaminya, Elzar. “Mau kemana sore-sore begini Ra?” Elzar tampak tidak suka Raquel tampak cantik saat keluar rumah, baginya ini akan mengundang banyak tatapan laki-laki buaya pada istrinya. “Mau beli cemilan di supermarket depan,” jawab Raquel sambil memasukkan ponselnya pada tas selempang kecilnya. “Biar aku antar,” Elzar bergegas mengambil kunci mobil, sedangkan Raquel menurut saja toh ini juga sebentar lagi magrib. Sesampainya di supermarket segera Raquel mengambil troli belanja dan memasukkan banyak cemilan, mie instan dan minuman susu. Saat tangan Raquel hendak meraih kotak susu tiba-tiba ada tangan kekar yang mencegah. “Ra,” itu bukan Elzar tapi Darrel. Raquel melotot ia tidak me
Pagi ini, pasangan suami istri yang baru menikah beberapa hari itu masih tertidur pulas dengan posisi Elzar yang memeluk istrinya dari belakang. Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi tapi mereka masih belum bangun dan hari ini seharusnya Elzar kembali masuk kantor sedangkan Raquel masuk kuliah. Di ruang makan Reima dan Adhskhan sudah menunggu di meja makan tapi anak sulung dan menantunya belum ada yang turun. “Ma, mereka belum bangun sepertinya,” ucap Adhskhan pada istrinya. “Sepertinya begitu pa, kalau gitu biar mama bangunkan mereka,” Reima beranjak dari duduknya tapi suaminya menghentikannya. “Tidak usah mah, seharusnya mereka memang masih cuti dan berangkat honeymoon.” Ucap Adhskhan seolah memberikan ide pada istrinya, Reima.Akhirnya Reima memberikan usul agar suaminya mengatur honeymoon untuk mereka serta menyiapkan tiketnya, biar nanti urusan Reima membujuk mereka agar berangkat bulan madu. Tidak lama kemudian Edgar datang ikut sarapan pagi dengan penampilan yang rapi untuk b
Keesokan hari setelah keberangkatan Elzar dan Raquel, Daza sudah ada di kantor pagi-pagi sekali ada hal yang harus ia kerjakan lebih dulu sebelum menemui seseorang. Selama ia mendapatkan pesan dari Elzar jika ada orang yang memata-matainya di bandara dan ia sudah menebak siapa dalangnya. Nolan, asisten atau tangan kanan Daza merasa heran biasanya bosnya itu akan datang tepat jam delapan tapi saat ia sampai kantor rupanya bosnya sudah ada di sana.Tepat jam sepuluh Daza meninggalkan kantor bersama Nolan. Asistennya itu tidak banyak tanya cukup kerjakan apa yang perlu di kerjakan karena saat ini wajah bosnya itu tampak tegang dan ada guratan amarah, jika ia salah sedikit saja atau banyaka tanya pasti akan kena semprot. Kali ini tidak melakukan pertemuan di restoran tapi di sebuah hotel dengan kamar president suite, tidak lama setelah Daza dan asistennya tiba di kamar itu ada dua orang dengan pakaian serba hitam juga masuk kesana. “Bagaimana tentang penyelidikannya,” tanpa basa-basi Daz
Pagi ini Daza bangun dengan wajah kusut dan mata panda yang tampak jelas si sekitar matanya. Semalam ia mencoba fokus pada beberapa laporan tapi nyatanya tidak bisa, bayangan wajah perempuan itu menghantuinya.“Astaga gue kenapa sih!” Geram Daza sambil mengacak rambutnya. Karena sudah pukul enam pagi Daza bergegas mandi dan berangkat ke kantor, saat laki-laki itu bersiap deringan ponselnya terdengar di layar tampak nama Raquel. Daza segera menerima panggilan tersebut, ia juga merindukan adeknya yang bawel itu. Jika di indonesia jam enam pagi itu artinya masih jam dua belas malam. “Hallo kak,” sapa Raquel dengan senyum yang ceria. “Sedang apa kamu jam segini belum tidur?” Tanya Daza penuh selidik. “Habis jalan-jalan sama kak Elzar tadi dan belum ngantuk, kakak sudah mau berangkat kerja?” Raquel tampak sedang makan cemilan yang ia bawa dari Indonesia. Daza yang melihat adeknya selalu ngemil kalau malam hanya bisa menggelengkan kepala. “Iya, tapi masih agak nanti berangkat,” Daza me
Perempuan yang ditabrak Daza tampak bangkit dari jatuhnya dengan lutut dan siku yang luka, bisa ia lihat darah mengalir bercampur air hujan. Daza segera turun hendak meminta maaf, tapi saat tahu siapa orangnya ia terkejut. “Kamu kan yang menabrak saya di hotel waktu itu,” ucap Daza dengan tatapan menyipit. “Astaga lo, heh kalau nyetir liat jalan pakai mata dong!” Maki perempuan itu sambil menunjuk tepat di wajah Daza. “Heh berani-beraninya kamu maki saya!” Kesabaran Daza itu hanya setipis tisu, jika tersulut sedikit sudah pasti berkobar. Perempuan itu tidak minta maaf dan tidak meminta pertanggung jawaban, ia langsung pergi begitu saja dengan kaki sedikit pincang. Daza yang melihat itu hanya mendengus kesal, ia tidak mau tau yang ia pikirkan sampai rumah dan melanjutkan pekerjaannya. Tapi saat ingin menjalankan mobilnya ada rasa kasihan yang menjalar pada perasaan Daza. Akhirnya Daza memaksa perempuan itu ikut dengannya dan mengantarkannya ke klinik setelah luka-lukanya diobati i
Saat ini Raquel dan Elzar baru saja tiba di Prancis, mereka sedang menuju ke hotel untuk beristirahat. Selama perjalanan di dalam pesawat Raquel tidak tidur ia terus bertanya pada Elzar tentang indahnya kota mode tersebut. Ini adalah pengalaman pertama Raquel ke paris berbeda dengan Elzar, laki- laki itu sudah tiga kali mengunjungi kota mode ini dan yang ketiga ini sungguh spesial karena bersama perempuan yang ia cintai. “Kak, besok kita jalan-jalan yah dan kuliner di sini,” ucap Raquel dengan penuh semangat. “Iya sayang tenang aja semua pasti mas turuti hm,” sahut Elzar sambil merangkul pundak istrinya. Pipi Raquel bersemu, meskipun ini bukan yang pertama kalinya Elzar memanggil dengan sebutan sayang tapi tetap saja membuat Raquel salting dan apa tadi panggilan mas itu astaga dadanya seolah berdebar semakin kencang. Ternyata menikah dengan Elzar itu tidak buruk juga pikirnya. Kini mereka sampai di hotel dan merebahkan diri setelah selesai membersihkan diri. Jika lelah maka Raquel
Perempuan yang tengah termenung dengan mata sembab bahkan penampilannya tampak berantakan. Dia Raquel setelah kemarin ia menyaksikan kakaknya tertembak hatinya hancur. Apalagi ia tidak bisa menyelamatkan karena Arsenal langsung menyeret nya menuju rooftop mansion itu, di sana ada sebuah helikopter yang menunggu. Raquel berusaha melarikan diri tapi ia tidak bisa bahkan Arsenal mengancam akan melenyapkan janin dalam perutnya jika ia berani melawan. Sekarang Raquel hanya bisa berdoa supaya kakak dan suaminya selamat, ia tidak tahu sekarang berada di belahan bumi mana karena setelah masuk helikopter tiba-tiba Arsenal memukul tengkuknya hingga pingsan, setelah sadar ia sudah ada di sebuah kamar yang tak kalah mewah tapi ia tahu tempat itu berbeda. Pikirannya tertuju pada Elzar yang terjebak pada sebuah ruangan bawah tanah ia tahu tentang itu karena Arsenal yang memberitahunya, saat itu air matanya luruh apalagi Arsenal mengatakan jika bom di ruangan itu sudah aktif. “Selamat pagi nona, i
Setelah kemarin ia berhasil membawa Darrel ke markas tapi semua seolah sia-sia sampai saat ini laki-laki itu terus mengatakan bahwa ia tidak tahu di mana Arsenal berada. Sebenarnya Darrel juga terkejut saat mendengar Raquel dibawa oleh Arsenal tapi bagaimana mungkin Elzar lalai dalam hal itu bahkan saat ia mencoba menculik Raquel saja baru beberapa jam sudah tertangkap sekarang kenaoa mereka begitu susah apa kakaknya memasang sebuah jebakan agar mereka terkecoh atau memang sengaja membawa Raquel ke tempat terpencil. “Sial bajingan itu rupanya berusaha mengelabui kita Daz!” Amarah Elzar sudah tidak bisa dibendung, tatapan mata laki-laki seperti belati yang menusuk bahkan auranya begitu menyeramkan Darrel yang ada di hadapannya bergidik ngeri. “Titik lokasi ini tidak akurat sebaiknya kita gunakan cara lain,” Daza mencoba menenangkan Elzar agar bisa berpikir jernih tapi ia sendiri kalut dan tidak bisa memberikan solusi yang tepat. “Kita ke sebuah desa terpencil di pinggir kota, siapka
Pagi menyapa, Raquel terbangun dengan tangan dan kaki terikat ia bisa melihat jika matahari baru saja terbit karena jendela ruangan itu terbuka sedikit. Ia disekap bukan di tempat kumuh dan kotor melainkan di sebuah kamar yang tampak mewah bahkan interior bernilai fantastis. Raquel berusaha melepaskan ikatan tangannya tapi tidak bisa, ia melihat sebuah guci kecil di dekatnya meskipun nilainya mahal ia tidak peduli dan Raquel memecahkan guci itu lali pecahan yang tampak tajam ia raih lalu berusaha melepaskan ikatan tangannya menggunakan itu. Ikatan itu terlepas lalu ia melepaskan ikatan kaki dan setelah itu dengan langkah pelan ia mendekat ke arah pintu, tidak ada suara dari luar dan ketika menarik knop pintu rupanya terkunci. Ia mendekat ke arah jendela dan bisa ditebak jika kamar yang ia tempati ada di lantai tiga, hal itu tidak memungkinkan untuknya melompat atau turun menggunakan tali karena kondisinya hamil muda. “Astaga! Bagaimana ini aku harus keluar dari sini,” gumam Raquel y
Sekarang Raquel sudah berada di sebuah restoran dan masuk ke ruang VIP di mana ia memiliki janji temu dengan Arsenal. Kali ini Raquel akan membuat laki-laki yang sudah menjadi teman masa kecilnya mengerti bahwa tidak semua dipaksakan sesuai keinginannya. Raquel sungguh ceroboh ia tidak mempertimbangkan semuanya, apa ia tidak takut jika Arsenal nekat dan menyakiti janinnya atau malah dirinya sendiri yang celaka. Saat masuk ke dalam ruangan VIP rupanya Arsenal sudah lebih dulu datang, laki-laki itu duduk dengan wajah santai bahkan bisa Raquel lihat justru ada senyum lebar menghiasi bibirnya. “Dasar munafik,” gumam Raquel pelan. Langkahnya mantap menuju meja yang sudah tersedia berbagai hidangan lezat, bukan menggugah selera tapi justru membuat Raquel mual. “Kamu sendiri aja Ra?” Tanya Arsenal yang menyongsong Raquel dan menarikkan kursi untuk perempuan itu, harusnya Raquel tersipu tapi justru semakin muak. “Ada yang perlu aku bicarakan,” senyum di wajah Arsenal memudar, nada bicara R
Sore ini Raquel duduk termenung di taman belakang, ia masih tidak menyangka jika semalam suaminya memberitahu tentang Arsenal jujur ia kesal dan marah. Jika bertemu Arsenal ingin ia tonjok dan jambak hingga botak, jadi selama ini hanya wajah palsu sok baik yang ia tunjukkan padanya. Raquel menjadi ilfil pada Arsenal bahkan beberapa pesan masuk dari laki-laki itu ia biarkan dan enggan untuk membalas. Andaikan sejak awal ia tahu siapa sebenarnya Arsenal maka ia tidak akan menemuinya atau sekedar mengobrol bareng dan Darrel juga bekerja sama dengan Arsenal, sungguh fakta yang cukup membuatnya terkejut serta tidak bisa berkata-kata. “Kenapa ngelamun di sini?” Itu suara Daza yang duduk di samping adiknya. “Gak ngelamun kok cuman ya mau nikmati senja aja,” Daza tersenyum mendengar sahutan adik perempuannya, ia tahu jika Raquel berbohong. Daza dan Raquel terdiam mereka memandang langit yang tampak indah karena di hiasi mega yang memiliki warna begitu menawan ungu kemerahan. Raquel tampak
Malam hari ini di kediaman Elzar dan Raquel tengah ramai karena para orang tua datang untuk memberikan selamat atas kehamilan Raquel bahkan Daza dan Edgar membawakan hadiah untuk Raquel. Mereka tengah makan malam bersama, tampak harmonis dan bahagia mereka sesekali bergurau sesekali terdengar gelak tawa dari meja makan. “Ra kamu harus banyak makan sayur, buah dan daging yah biar janinnya sehat,” ucap Reima, mamanya. “Iya nak dan jangan lupa minum susu bumilnya jangan telat,” sambung Eva, mama mertua Raquel. Raquel mengangguk sebagai jawaban bahkan senyumnya lebar sehingga Elzar yang ada di sampingnya merasa lega, ia berfikir Raquel memang sudah siap menjadi orang tua. Selesai makan malam bersama mereka semua berpindah ke ruang tamu dan melanjutkan mengobrol hingga larut malam. Mereka semua menginap di rumah Elzar, ketika para perempuan Elzar, Daza, Edgar, Savier dan Adskhan berpindah ke ruang kerja milik Elzar ada hal yang mereka bahas. Tidak ada riak emosi di wajah Elzar tapi tat
Dua bulan berlalu… Tidak ada kerusuhan dalam rumah tangga Raquel yang serius hanya pertengkaran kecil yang terjadi. Selama dua bulan ini Arsenal juga tidak bertindak lebih selain bertemu Raquel sebentar untuk mengobrol itupun Raquel diizinkan suaminya asal ikut. Walaupun begitu Elzar tidak pernah lengah memperketat penjagaan istrinya, saat ini Elzar dan Raquel berada di rumah sakit setelah semalaman istrinya muntah-muntah dan mendadak lemas serta pusing, hal seperti ini sudah membuat Elzar kalang kabut takut istrinya keracunan. Tapi saat dokter umum memeriksa justru mereka diarahkan ke dokter Obgyn, pikiran Elzar sudah semakin khawatir sedangkan Raquel hanya terdiam karena badannya terasa lemas dan saat mencium bau yang menyengat akan kembali mual. “Sayang, perut kamu udah baikan belum?” Tanya Elzar sambil mengelus rambut istrinya yang tengah bersandar di pundaknya. “Gak sakit mas hanya mual dan pokoknya semua bau,” jawab Raquel, perempuan itu hanya bersuara lirih seolah tenaganya
Rupanya Raquel masih menyangka jika suaminya membela bibit cabe itu, dan lucunya sekarang Raquel marah pada suaminya tapi di mata Elzar bukan Raquel yang menyeramkan melainkan imut dan menggemaskan. Elzar membujuk istrinya dengan menawarkan beberapa barang mewah atau mobil sport yang bagus tapi Raquel tidak mau. Hingga akhirnya Elzar teringat jika istrinya suka jajan pedagang kaki lima, ia akhirnya mengajak Raquel ke pasar malam terdekat. Raquel yang tadinya hampir meledak kan emosinya tidak jadi karena di ajak ke pasar malam, ia sudah membayangkannya berburu makanan di sana. “Janjiya nanti malam ke pasar malam,” ucap Raquel dengan wajah sedikit cemberut. “Iya janji, tapi jangan marah sayang mas tidak membela sekretaris mas dan sayang serta cintanya mas itu buat kamu,” astaga Raquel mendengar itu seketika merona pipinya dan tersenyum tipis menatap suaminya yang sejak tadi membujuknya. Akhirnya Raquel menemani suaminya kerja hingga selesai serta ia belajar sedikit demi sedikit tenta
Pagi ini Raquel sarapan bersama dengan wajah yang ditekuk, setelah semalam kepergok Daza saat berciuman dengan Elzar tidak henti-henti kakaknya meledeknya. Bukan karena marah di ledek tapi malu apalagi ada kedua orangtuanya, memang kakaknya kurang asem. Elzar sendiri hanya memasang wajah datar seperti tidak terjadi apa-apa dan juga tampak santai. Sedangkan kedua orang tuanya hanya menahan senyum karena si bungsu mereka tengah malu dan wajahnya memerah karena ledekan kakaknya, sebenarnya Savier maupun Reima tidak mempermasalahkan Raquel berciuman toh itu memang suaminya halal saja bukan, tapi memang dasar si sulung saja yang kurang sopan masuk kamar pasutri tanpa ketuk pintu. Akhirnya setelah sarapan selesai Raquel memilih ikut suaminya ke kantor, ia bosan jika di rumah apalagi hari ini tidak ada kuliah. Sedangkan Daza ia harus mempersiapkan keberangkatannya ke London bahkan ia harus menyelesaikan beberapa pekerja yang ada di kantor sebelum di tinggal karena ia di London kisaran dua m