“Baiklah. Kau akan aku beri kesempatan. Tapi ingat, kamarmu bukan yang dulu. Aku tidak ingin satu kamar lagi denganmu. Aku tak ingin kau mengganggu aktifitas ranjangku dengan istriku Rania. Ayo sayang.” Rangga menggandeng lengan Rania. Dia tak menoleh ke arah Diana. Pria itu sangat membenci istri pertamanya itu.Diana melengkungkan sudut bibirnya. Dia berjanji akan kembali menaklukan hati suaminya. “Dia milikku dan takkan aku biarkan menjadi milik orang lain. Gadis bodoh, tunggu pembalasnku. Aku akan membuat perhitungan denganmu. Aku akan membuat hidupmu menderita. Kau belum tahu sedang berhadapan dengan siapa. Aku akan menghancurkan hidupmu. Aku akan mengirimmu ke rumah bordil milik Mammi segera mungkin. Lihat saja pembalasku, kau akan menangis darah dan aku pastikan kau akan bunuh diri Rania.” Diana mengepalkan tangan. Dendam sudah merasuk kedalam aliran darahnya. Rasanya tak sabar melihat gadis itu merasakan penderitaan yang dialaminya bahkan lebih.*****Diana berjalan mondar mand
Diana mencoba mengatur nafas. Menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. Kali ini dia mulai bisa berfikir. Tak ada salahnya dia mencoba saran kekasihnya. Mungkin dengan cara itu suaminya bisa kembali ke pelukannya. Walau rasanya tak mungkin, tapi tak ada salahnya untuk mencoba.Diana membusungkan dadanya. Tersungging senyuman di bibir lalu berjalan melenggak lenggok dengan percaya diri. Dia melangkah kearah lemari pakaian. Malam ini dia akan mengenakan baju dinas di depan sang suami. Pilihannya jatuh kepada lingerie transparan berwarna merah menyala. Dia menatap ke arah cermin sembari menempelkan pakaian di badannya. Senyumnya mengembang. Rangga sangat suka saat dirinya memakai lingerie saat menghabiskan malam bersama. Suaminya selalu mengagumi kecantikan dan kesexian tubuhnya. Tak perlu dengan rayuan, hanya memakai pakaian yang bisa terlihat sisi bagian dalamnya sudah membuat suami mabuk kepayang.Ahh, Diana tiba-tiba rindu akan sentuhan suaminya. Perlakuannya sangat lembut dan me
“Aku takut, Tuan.” Jemari Rania saling meremas.“Kenapa?”“Nyonya Diana pasti takkan tinggal diam. Belum lagi Marchel, dia pasti sangat benci sekali padaku.”“Oh itu. Kamu tenang saja. Semua akan baik-baik saja, dan aku berjanji akan menjagamu dengan baik. Apa kau masih ingin Marchel kembali padamu?” Rangga bertanya dengan hati-hati.“Tidak.” Rania menggeleng cepat.“Lalu?”“Aku sedang membayangkan kalau nyonya Diana akan memberikan hukuman kepadaku tanpa sepengetahuanmu. Aku takut sekali.” Wajah Rania memucat.“Sst, kamu tenang saja. Aku berjanji akan selalu menjagamu dan akan memberimu penjaga khusus pada saat aku pergi.” Rangga mengecup puncak kepala sang istri mesra.Rania menghambur ke pelukan pria yang mulai di cintainya. “Berjanjilah padaku untuk tak pernah meninggalkanku walau sedetikpun.”“Hmm, berarti kalau aku ke kamar mandi, kamu juga ikut dong.” Rangga berbisik lirih di telinga sang istri.“Iih, jangan becanda.” Rania mencubit dada, pinggang, perut dan hampir seluruh tubu
Rania melepas lengan suaminya dan berlalu tanpa menjawab sepatah katapun. Hati wanita mana yang tak terluka melihat sang suami satu ranjang dengannya tapi perhatiannya kepada istri lainnya. Wanita mana yang sanggup untuk tidur seranjang bertiga. Naif sekali cara mereka berdua menyakitiku. Matanya mulai mengembun membuatnya segera berlari. Tak ingin mereka tahu kesedihannya. Hal itu hanya akan membuat mereka tertawa puas.Rangga mengibaskan lengannya dengan paksa hingga membuat cengkeraman Diana lepas. Wanita penggoda itu mengaduh manja dan memanggil nama Rangga dengan suara khasnya yang menggoda.Diana lalu memiringkan tubuhnya, berbaring dengan tangan menyangka dagunya. Pemandangan yang sangat indah dan menantang sebentar lagi akan terpampang di depan mata. Perselisihan di antara suami dan madunya itulah yang di tunggu. Kehancuran hubungan keduanya adalah keinginan terbesar dalam hidupnya. Diana mulai menghitung satu, dua dan tiga. Bibirnya menyunggingkan senyuman penuh arti.Rania
Rania menghapus airmata yang membasahi pipinya dengan tangannya. “Aku tidak tahu.” Jawabnya singkat.“Kalau kau tidak tahu, kenapa kau menangis? Kenapa kau terluka, hmm?” Rangga membelai pipi istrinya dengan punggung jemarinya.“Tuan tanya pada diri sendiri. Aku tidak tahu. Maaf aku mau tidur, ngantuk.” Rania menyingkirkan tubuh suaminya. Namun tubuh itu tak bergerak sedikitpun dan tetap menghalangi langkahnya.“Apa kau mencintaiku?” Rangga menangkup wajah istrinya dengan kedua tangannya.Rania melepasnya, “Jangan, mimpi. Aku hanya membalas jasamu. Tak ada alasan lain.”Rangga tersenyum. Gadis itu masih berusaha menyembunyikan perasaannya. Dia mengerti, memang tak mudah untuk mengungkapkan perasaan bagi seorang wanita. Rasa malu masih mendominasi perasaannya. Rangga akan sabar menanti hingga sang istri mau mengungkap perasaannya. Walau entah sampai kapan harus menunggu.“Baiklah, satu hal yang harus kamu. Cintaku tak akan berubah. Tak ada batasan untuk mencintaimu. Selamanya, seumur h
Rangga dan Rania menghentikan langkah, lalu menatap sengit ke arah istri pertamanya. Rangga tahu Diana sedang berpura-pura tidur.Tak munafik, Rangga mengakui kecantikannya begitu sempurna. Pose tidur yang menantang benar-benar menggoda imannya. Tapi harus kuat tahan godaan.Rangga mengingat kembali penghianatn istrinya hingga membangkitkan kembali amarahnya. Mungkin dengan begini akan lebih baik, daripada membangkitkan gairah prianya. Sangat berbahaya.“Kamu naik ke ranjang dulu. Aku akan mengusir penghianat itu terlebih dahulu.” Rangga menepuk lengan Rania yang menggamitnya. Rania mengerti dan menganggukkan kepala, lalu berjalan menuju ranjang.Rangga melangkah ke arah Diana dan menarik lengan wanita itu“Menyingkir dari ranjangku, Diana!” Ups, sayangnya bukannya terbangun, wanita licik itu kembali menarik lengan suaminya hingga tubuh Rangga hampir saja menimpanya. Lagi-lagi Rangga berhasil menghindar dari jebakannya.“Dasar gila kamu! cepat pergi dari sini!” Rangga berteriak dengan
Diana kembali ke kamar dan membanting pintu dengan keras. Dia menendang pintu dengan kesal. Wajahnya merah padam. Amarah sangat terlihat dari sorot matanya. Mengingat gadis bodoh itu membuatnya muak. Sangat heran dengan suaminya yang begitu mengagumi gadis sampah itu. Seleranya berubah rendah. Kalau saja gadis itu lebih menarik darinya, mungkin diana takkan sekesal ini saat sang suami menolaknya. Di bandingkan dengan dirinya, gadis bodoh itu tak ada apa-apanya. Mungkin hanya kemurniannya saja yang menarik bagi suaminya.Diana tak melihat satu bagian saja yang membuat lelaki tertarik pada gadis bodoh itu. Kulitnya tidak seputih dirinya. Tinggi badannya juga jauh dari kata sempurna. Bodynya, wajahnya bagai langit dengan bumi, sangat jauh perbedaannya. Mungkinkah gadis itu memakai guna-guna. Tapi rasanya tidak mungkin dijaman modern seperti ini masih ada yang percaya dengan hal seperti itu.Diana mencari ponsel dan menemukannya di dalam laci meja rias. Wanita itu segera mengambilnya lalu
Rania tak merespon. Dia tetap fokus menyiapakan hidangan untuk suami tercinta. Namun dadanya terasa panas. Kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut wanita cantik itu benar-benar tak enak di dengar. Sangat tidak malu mengobral cerita hal yang tak seharusnya di bicarakan. Hal itu adalah rahasia suami istri yang tak sepantasnya di ketahui orang lain.“Kenapa kamu diam? Apa perlakuan suamiku tak seganas saat bersamaku? Apa kau justru tak pernah merasakan belaiannya? Ha ... ha ....” Wanita itu tertawa lepas sembari menyambar segelas susu di meja makan. Namun ada tangan kekar yang menghentikan dan mengambil paksa segelas susu dari tangannya. Diana merasa kesal dan menatap orang yang berani mengambilnya.“Berani-beraninya kamu ....”“Ini punyaku. Rania mempersiapkannya khusus untukku, bukan untukmu! Kalau kau mau, ambil saja sendiri di dapur! Tidak ada yang special untukmu sekarang! Pergilah!” Rangga mengusir Diana dari meja makan.“Tidak apa-apa, Tu ... mmm sayang, aku bikin sarapannya l