Rangga dan Rania menghentikan langkah, lalu menatap sengit ke arah istri pertamanya. Rangga tahu Diana sedang berpura-pura tidur.Tak munafik, Rangga mengakui kecantikannya begitu sempurna. Pose tidur yang menantang benar-benar menggoda imannya. Tapi harus kuat tahan godaan.Rangga mengingat kembali penghianatn istrinya hingga membangkitkan kembali amarahnya. Mungkin dengan begini akan lebih baik, daripada membangkitkan gairah prianya. Sangat berbahaya.“Kamu naik ke ranjang dulu. Aku akan mengusir penghianat itu terlebih dahulu.” Rangga menepuk lengan Rania yang menggamitnya. Rania mengerti dan menganggukkan kepala, lalu berjalan menuju ranjang.Rangga melangkah ke arah Diana dan menarik lengan wanita itu“Menyingkir dari ranjangku, Diana!” Ups, sayangnya bukannya terbangun, wanita licik itu kembali menarik lengan suaminya hingga tubuh Rangga hampir saja menimpanya. Lagi-lagi Rangga berhasil menghindar dari jebakannya.“Dasar gila kamu! cepat pergi dari sini!” Rangga berteriak dengan
Diana kembali ke kamar dan membanting pintu dengan keras. Dia menendang pintu dengan kesal. Wajahnya merah padam. Amarah sangat terlihat dari sorot matanya. Mengingat gadis bodoh itu membuatnya muak. Sangat heran dengan suaminya yang begitu mengagumi gadis sampah itu. Seleranya berubah rendah. Kalau saja gadis itu lebih menarik darinya, mungkin diana takkan sekesal ini saat sang suami menolaknya. Di bandingkan dengan dirinya, gadis bodoh itu tak ada apa-apanya. Mungkin hanya kemurniannya saja yang menarik bagi suaminya.Diana tak melihat satu bagian saja yang membuat lelaki tertarik pada gadis bodoh itu. Kulitnya tidak seputih dirinya. Tinggi badannya juga jauh dari kata sempurna. Bodynya, wajahnya bagai langit dengan bumi, sangat jauh perbedaannya. Mungkinkah gadis itu memakai guna-guna. Tapi rasanya tidak mungkin dijaman modern seperti ini masih ada yang percaya dengan hal seperti itu.Diana mencari ponsel dan menemukannya di dalam laci meja rias. Wanita itu segera mengambilnya lalu
Rania tak merespon. Dia tetap fokus menyiapakan hidangan untuk suami tercinta. Namun dadanya terasa panas. Kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut wanita cantik itu benar-benar tak enak di dengar. Sangat tidak malu mengobral cerita hal yang tak seharusnya di bicarakan. Hal itu adalah rahasia suami istri yang tak sepantasnya di ketahui orang lain.“Kenapa kamu diam? Apa perlakuan suamiku tak seganas saat bersamaku? Apa kau justru tak pernah merasakan belaiannya? Ha ... ha ....” Wanita itu tertawa lepas sembari menyambar segelas susu di meja makan. Namun ada tangan kekar yang menghentikan dan mengambil paksa segelas susu dari tangannya. Diana merasa kesal dan menatap orang yang berani mengambilnya.“Berani-beraninya kamu ....”“Ini punyaku. Rania mempersiapkannya khusus untukku, bukan untukmu! Kalau kau mau, ambil saja sendiri di dapur! Tidak ada yang special untukmu sekarang! Pergilah!” Rangga mengusir Diana dari meja makan.“Tidak apa-apa, Tu ... mmm sayang, aku bikin sarapannya l
“Minumlah.” Diana duduk di samping Alex. Tak lupa posisi duduk yang begitu menantang. Ia sengaja memakai pakaian yang sangat minim. Diana tahu Alex sangat mengagumi tubuh mulusnya itu. Saat bersamanya dulu, pria itu sangat menggilainya. Dan Dianapun mendapat kepuasan dari pria berotot itu.“Maaf, aku tidak haus.” Tolak Alex dengan halus. Tatapannya terus terfokus pada ponselnya.“Ayo minumlah, kita sudah lama tak berdua seperti ini. Anggap saja sebagai permintaan maafku karena sudah mencuri dompetmu.” Diana menyodorkan cangkir tepat di depan mulut Alex.“Aku sudah melupakan itu.” Jawab Alex sambil mendorong cangkir menjauh dari mulutnya tanpa menatap ke arah Diana sama sekali.Diana meletakkan cangkir itu di meja. Sangat sulit untuk mengelabui Alex. Pria itu tidak bodoh dan pasti sudah tahu strateginya. Diana harus merubah rencananya. Beranjak dari tempat duduknya, dan berkata kepada Alex.“Aku tinggal dulu, Kalau kau mau, minumlah. Kalau tidak buang saja.” Diana berlalu sambil seseka
Rania berjalan dengan tergesa. Diana memanfaatkan situasi. Setelah memastikan aman dan tak ada orang lain di dapur, ia mengambil bungkusan berisi obat tidur yang telah dihaluskan dalam sakunya, lalu segera mencampurkan ke dalam kopi dan mengaduknya lalu membuang kopi dalam cangkir satunya supaya tidak tertukar. Yess, Diana berhasil. Kali ini pasti tidak akan gagal lagi. Alex takkan mencurigai Rania. Dengan begitu rencananya akan berjalan dengan mulus. Dengan bangga dia berjalan menuju kamarnya.Di tengah perjalanan, berpapasan dengan Rania. Gadis itu menghadang jalannya.“Maaf nyonya, saya tidak me ....”‘Sory, aku lupa hapeku di kamar. Jangan lupa cepat berikan kopi pada Alex.”“Iya nyonya.”Diana memastikan Rania memberikan kopi kepada Alex. Benar saja, Alex langsung menerimanya dan mengembalikan teh hangat buatannya. Diana tak mengambil hati dengan perlakuan Alex.Pada saat itu juga Alex langsung meminum kopi buatan Rania. Seteguk, dua teguk dan tak sampai habis, Alex sudah tertidu
Rania menoleh ke arah pintu saat melihat ada yang berusaha membuka kunci. Dia yakin pasti ada orang yang bisa di tanya tentang keberadaannya saat ini.Pintu terbuka. Masuklah dua orang pria berbadan tinggi besar, seorang wanita gemuk berwajah sangat bengis dan dua orang wanita lagi yang berpakaian seperti pelayan. Wajah wanita bengis itu menatap tajam ke arah Rania. Gadis itu beringsut ketakutan.“Siapa namamu?” tanya wanita yang terkenal dengan sebutan Mami.“Rania.”jawabnya.“Berapa usiamu? Apa kau masih perawan?” tanyanya lagi dengan tidak sopan.Rania merasa kesal dengan pertanyaan yang terlalu pribadi.“Kenapa anda bertanya seperti itu?!” jawab Rania ketus.“Jawab saja!” Mami berteriak dan memekakkan telinga.Rania hanya mengangguk, lalu menundukkan kepala.“Dandani dia semenarik mungkin. Bawa dia ke bilik no 11 pukul tujuh malam nanti. Berikan dia makanan yang bergizi, supaya kuat melayani tamu istimewaku nanti! Jaga dia jangan sampai kabur!” Mami keluar di ikuti oleh dua pria
“Kenapa kau tak menuruti perintahku?! Cepat mandi atau kau mau mati?!” Si wanita bengis berubah menjadi monster yang begitu menakutkan. Suaranya bak petir menggelegar di telinga Rania.“Tolong, kembalikan aku pada keluargaku.” Pinta Rania sambil terus menangis.“Jangan banyak bicara! Kau sudah membuatku murka! Dua jam lagi tamuku akan datang. Kalau sampai kau belum mandi, aku pecahkan kepalamu! Haach!” Mamy menggebrak ranjang dengan keras membuat Rania ketakutan.Setelah wanita gembul itu pergi, dua wanita muda itu kembali masuk ke kamar Rania.“Aku’kan sudah bilang, turuti apa keinginan mami, kalau kau ingin selamat.”“Aku tidak mau, aku mau pulang.”Salah satu wanita menggeret lengan Rania dan membawanya ke kamar mandi. “Cepat mandilah! Jangan sampai kau menyusahkan kami!” ucapnya dan segera keluar. “Dewi, kau yang lebih sabar. Urus dia sendiri, aku malas!’ si tangan kanan mami, keluar kamar dan membanting pintu dengan keras membuat wanita bernama Dewi tersentak kaget. Dia hanya bis
“Aku tak bisa meminjamkannya. Kamar ini terpasang cctv. Kalau kau hafal no nya, beri saja nomor ponsel suamimu, namanya dan juga namamu.”“Baik mba, terimakasih. Banyak. Tapi, mana pulpen dan kertasnya?”“Nanti aku atur. Sekarang bersikaplah biasa, karena aku akan mendandanimu.”“Baik mba, sekali lagi terimakasih.”Dewi iba dengan gadis di hadapannya. Kali ini mudah-mudahan saja dia bisa menolong gadis itu untuk keluar dari sini. Walau tak percaya dengan ucapan Rania yang mengatakan suaminya oang kaya, tapi Dewi tulus ingin menolongnya. Tak ingin imbalan apapun. Melihat gadis itu bisa selamat, sudah cukup membuatnya lega.Tak berapa lama, Rania sudah berubah menjadi gadis modern yang sangat cantik Kulitnya yang tak terlalu putih, bisa berubah bak mutiara. Dewi memang sangat pandai dalam merubah wajah. Dia sudah sangat berpengalaman dalam urusan tata rias.“Tunggulah. Aku akan menyelipkan pulpen dalam sepatumu. Sebentar lagi akan ada jatah makan untukmu. Tulislah di tissu. Ingat, cctv