BAB 16“Berati kalo bukan di sekolah boleh macam-macam, begitu?” Rangga menggoda Rania.“Iih nakal.” Rania memukul lengan suaminya perlahan lalu memalingkan wajahnya. Godaan itu membuat Rania malu dan wajahnya kembali bersemu merah. Namun haruslah sadar diri siapa dirinya dan juga pria dihadapan.Rangga sangat suka menggoda istrinya hingga tersipu malu dan salah tingkah. Ada sensasi tersendiri saat melihat wajah sang istri merah jambu.“Ayo kita duduk dulu. Makanan favorit disini apa?”“Banyak sih, ada bakso, mie ayam, siomay, pizza banyak deh pokoknya.”“Yang kamu suka apa?”Rangga menggandeng Rania menuju salah satu meja. Mereka lalu duduk berhadapan.“Aku dulu jarang jajan. Paling bantuin ibu yang punya kantin dulu baru bisa dapet bakso semangkok.”“Ya udah, kita pesen bakso aja.”“Iih aku lagi gak pengin makan.” Rania terlihat bete.“Ya udah, pesan satu aja.”“Iih kan tadi Tuan udah sarapan.”“Jangan panggil Tuan.’“Terus apa?”“Sayang juga boleh.”“iih gak lucu tau.” Rania mencub
BAB 17“Benarkah dia sudah membuka hatinya untukku. Benarkah dalam satu malam dapat menumbuhkan rasa cinta diantara kami. Benarkah satu malam akan menjadi saksi indahnya malam-malam selanjutnya. Akankah gemerlap bintang menemani malam penuh ceria. Akankah purnama bersedia menerangi hati yang tersakiti dan kembali indah dalam rengkuhan tali asmara. Hanya tuhan yang tahu tentang rahasia satu malam.” Rangga bergelut dengan bathin.Rania melangkah ke arah toilet. Belum sampai di sana, langkah Rania dihadang oleh Lisa dan audy. Tak berapa lama Marchel beserta genknya juga muncul. Mereka tertawa dengan tatapan penuh penghinaan.Tatapan liar menjelajahi dari kepala hingga ujung rambut Rania. Tak dapat dipungkiri, ada sedikit perbedaan pada si cupu Rania. Dia terlihat lebih bersih dan terawat. Si cupu terbiasa dengan tampilan yang tak sedap dipandangmata. Kacamata tebal dan rambut kepang yang menjadi ciri khasnya kini tak nampak. Wajahnya terlihat lebih cantik.Walau tak memakai kacamata, bu
BAB 18Saat sedang membutuhkan pertolongannya, pria angkuh itu tak menampakkan batang hidungnya. Rania tak akan percaya lagi kepada pria pembohong itu. Jangankan melindungi, menolong saja dia tidak melakukannya.“Dengar cupu! Marchel dan gue sudah jadian. Dan nanti malam, kami akan mengadakan party di puncak untuk merayakan kemenangan Marchel dan hari jadi kami!” Audy merangkul bahu Marchel dan mengecup pipinya.Hal itu membuat Rania muak dan membuang ludah. “Ciih ... menjijikkan!”“Hei, apa maksud Lo!” Audy mendekat kearah Rania dan mencengkeram dagu Rania kuat, hingga Rania meringis kesakitan. “Dasar cewek murahan ...” Audy mengangkat tangan hendak menampar Rania. Namun tangan kekar menahan dengan memegang pergelangan tangan Audy. “Jangan berani menyentuh istriku, atau aku patahkan tanganmu cantik!” suara merdu tapi penuh ancaman.“Aw,” Audy memegangi tangannya. Dia mengaduh kesakitan. “Lepasin, sakit Om.” Audy meringis kesakitan. Cengkeraman tangan kekar itu membuat lengannya seper
Tiba-tiba Lisa mendekat kearah Rangga dan berusaha merayunya. “Om, kalau Om butuh apa-apa. Saya bisa kok membantu.”“Tidak usah menggodaku. Aku akan memberikan peran yang terindah hanya kepada Rania, istriku.” Rangga merangkul bahu Rania dan menatap gadis itu. Namun tak ada respon dari rania. Istrinya justru membuang muka dan melepas pelukannya.“Maksud Om, Rania mau dijadiin artis gitu? Om kan punya production House. Wah enak banget dong.aku juga mau Om jadi artisnya.”“Saya tidak akan membiarkan istriku menjadi artis dan dimiliki semua orang. Aku hanya akan menjadikan dia ratu yang hanya milikku seorang. Perannya sangat penting dalam hidupku.” Rangga mengecup ujung jari Rania mesra.Hal itu membuat lisa dan juga audy mencubit pipi mereka masing-masing dan mengaduh kesakitan. Tak menyangka semua ini nyata, bukan mimpi. Si cupu jadi cinderella. Mungkinkah ini hanya akan jadi judul film dan pemerannya adalah Rania. Oh my God, alangkah beruntungnya kau Rania. Lisa dan Audy merasa gila
Rania menatap kearah wali kelasnya. Netra itu tak menatap kearahnya. Bola mata Rania mengikuti arah tatapan wanita paruh baya itu. Dan berhenti kepada jemarinya yang masih saling menggenggam. Lebih tepatnya, suaminya yang menggenggam begitu erat. Rania segera sadar dan melepas jemarinya.Rangga menoleh dan menatap mesra sang istri mudanya. “Kenapa yank?”Rania tak merespon. Dia hanya menunduk ketakutan. Wali kelasnya terkenal tegas. Dia akan mengambil tindakan tegas jika ada murid yang melanggar peraturan.“Maaf pak Rangga. Anda ayah dari Marchel’kan? bukan ayah dari Rania?” Bu siska berbicara dengan penekanan saat menyebut nama Rania. Dia mulai risih dengan pemandangan di hadapan.“Iya betul.”“Baik, saya akan berbicara dengan anda. Dan kamu Rania, bisa keluar sebentar?” pinta Bu siska.“Maaf tidak bisa ibu. “ Rangga menoleh kearah Rania yang terus menunduk. Rangga kembali menggenggam jemari Rania erat. Walau sang istri menolak, tapi Rangga tetap menggenggamnya.“Kenapa pak?”“Kare
BAB 21 NYERI DALAM DADAMasalah keluarga tak kunjung berakhir. Sekuat apapun mencoba bertahan, dinding hati yang rapuh tak mampu bertahan.Bolamata mulai memanas. Sekuat tenaga dia menahan supaya tak ada air yang menggenang. Malu rasanya harus menangis di depan sang istri. Sekuat apapun menahan, bola mata yang memanas digenangi oleh cairan hangat yang tak mampu berkompromi hingga perlahan menetes dan mengalir di pipi pria berkulit putih itu.Perlahan menepikan mobil lalu keluar dan bersandar pada mobil. Ia mengusap airmata di pipi dengan kasar. Namun berkali-kali diusap tak juga mengering. Airmata itu terus mengalir di kedua sisi pipinya. Bahunya berguncang menahan tangis. Saat akan menghapus airmata kembali, lengan kokohnya di pegang oleh tangan mungil yang begitu dikenalnya. Rania berdiri di hadapan suaminya dan menatapnya sayu. Rania tak tega melihat sosok pria yang begitu kuat tiba-tiba menjadi rapuh. Tinggi tubuhnya yang hanya sebatas dada sang suami harus berjinjit untuk menghap
BAB 22Rania menghela nafas, lalu bersandar pada mobil disamping Rangga. Ia tak mengira kisah hidup sang suami sangat berliku. “Bagimana mungkin orang hidup tak mengenal Tuhannya.” Rania bergumam, lalu berjalan kearah lapangan dimana anak-anak kampung sedang bermain bola.“Tapi begitulah kenyataannya.” Rangga mengekor dibelakang Rania.Rania lalu berbalik dan berjalan mundur dan tetap di ikuti oleh suaminya. “Apa kau tidak pernah merayakan hari besar keagamaan?”“Tidak pernah, karena aku dulu seorang pelayan.” Rangga terus mengikuti sang istri yang masih berjalan mundur.“Kau punya ktp?”“Punya?”“Apa yang tertera disana? Dan kau juga punya istri, dengan cara apa kau mengikat janji suci?”“Cara yang sama seperti saat aku menikahimu.”“Itu artinya, Tuan punya agama dan juga Tuhan. Hanya saja tidak menjalankan perintahNYA.”“Iya, kau benar. Tolong, ajarkan aku untuk lebih mengenalNYA.”Rania tersandung batu dan hampir terjatuh. Disaat yang tepat, rangga berhasil menyangga punggungnya hi
BAB 23Ada rasa khawatir terselip dalam dada. Walau masih ada amarah dalam dada, tetap saja seorang ayah akan mengkhawatirkan keadaan putranya yang tanpa kabar. Dia juga sudah menghubungi anak buahnya untuk mencari keberaan putranya, tapi tetap saja nihil. Putranya bak hilang ditelan bumi.Terakhir keberaannya terlacak di area sekolah. Pemuda itu mematikan ponsel atau bahkan membuangnya. Entahlah, mungkin saja dia takut untuk pulang dan berhadapan dengan sang papah, ataukah karena kebencian kepada pria yang merawatnya dengan penuh kasih sayang. Rangga sangat menyayangi Marchel. Dia menganggap seperti putra kandungnya sendiri. Sejauh ini sang putra belum tahu rahasia besar ini. Rangga menyembunyikan rapat darinya.“Tuan, ayo katanya mau belajar sholat.” Rania memakai mukena yang menutupi kepalanya.“Kamu duluan saja ya. Aku sedang menunggu Marchel.”“Saya udah selesai. Ayo, kalo gak mulai sekarang, mau kapan lagi?”“Entahlah. Aku lagi pusing, kenapa masalah tidak pernah selesai?”“Masa
Rangga menggelengkan kepala. Tatapannya lurus menatap langit-langit.“Aku tahu kamu masih sedih. Tapi kau tidak boleh terus berlarut dengan kesedihan. Yang sudah pergi tidak mungkin kembali. Hanya do’a yang kita punya. Dan hanya itu yang bisa kita lakukan.” Rania berusaha menasehati sang suami. Dia tidak tega melihat suaminya kehilangan gairah hidup.Rangga tetap bergeming. Sama sekali tak ada respon apapun. Dengan penuh kasih sayang Rania memindahkan kepala suaminya ke pangkuan dan membelai rambut.dengan lembut.“Tadi Alex bilang, katanya Joni sudah di tangkap polisi,” ucap Rania dengan lembut.“Hmm.” Hanya itu jawaban yang keluar dari bibir suaminya.Rania tersenyum dan berusaha untuk lebih bersabar. Keadaan ini pasti tidak mudah untuk dilalui oleh suaminya.“Mas. Apa kau percaya dengan takdir Tuhan yang penuh dengan keajaiban?” tanya Rania sembari mengusap rambut suaminya dengan lembut.“Aku tidak tahu!” jawab Rangga singkat. Tatapannya masih kosong dan tanpa harapan.“Apa kau pern
Rangga melihat apa yang terjadi. Dia tak percaya dengan penglihatannya. Joni benar-benar melukai leher Diana dan melarikan diri. Rangga menyimpan ponsel lalu berlari kearah Diana.“Alex! Cepat panggil ambulans! Dan kejar Joni! Jangan sampai lepas!”Rangga melepas pakaiannya lalu menutup luka di leher istrinya. Luka itu sangat dalam dan tak berhenti mengeluarkan darah. Sepertinya goresan itu mengenai nadinya dan ini sangat berbahaya. Bisa mengamcam nyawa Diana.“Diana. Bertahanlah. Kau pasti baik-baik saja!” Rangga mengangkat kepala Diana dan meletakkan di pangkuannya. Entah kenapa hati Rangga ikut teriris melihat wanita yang masih sah sebagai istrinya terluka. Walaupun wanita itu berkali-kali menghianati, tapi sebuah ikatan pernikahan takkan mudah melunturkan rasa dan kenangan.Kini kenangan manis bersama istri pertamanya berputar-putar di kepala. Dan membuat suasana hati menjadi sedih.“Rangga ... maafkan aku ... aku sudah ... banyak ... melakukan ... kesalahan ....”“Jangan bicaraka
Rangga segera berlari menyusul Diana. Dia tak peduli dengan panggilan Rania. Yang ada di kepalanya hanyalah ingin mengetahui apa yang terjadi. Kalau dugaannya benar, keduanya akan tahu akibatnya dan harus mendapat balasan yang setimpal.“Berhenti, pembunuh!” Diana menarik bahu Joni dengan keras hingga pria itu terjatuh.“Apa-apa an kamu? bagaimana kalau ada orang yang mendengar? Kita berdua bisa celaka.” Jawab joni dengan pelan sambil menengok ke arah kanan dan kiri.“Aku tidak peduli! Biarkan semua orang tahu kalau kau memang yang membunuh anakku!” Diana seperti orang kesetanan. Dia menarik kemeja kekasihnya dan mengguncangnya. “Kembalikan anakku, kembalikan nyawanya padaku!”“Lepaskan aku! Biarkan aku pergi sebelum orang lain mendengar ocehanmu!” Joni mendorong tubuh Diana hingga jatuh tersungkur. Entah mendapat kekuatan darimana, diana bangkit dan kembali menyerang kekasihnya.“Kau memang pembunuh anakku! Kau tak pandai melakukan tugasmu. Kalau kau cerdas, Marchel pasti takkan mati
“Tuan. Polisi sedang menyelidiki kematian Marchel. Sepertinya ada unsur kesengajaan.” Alex membawa sang tuan menjauh untuk membicarakan sesuatu yang sangat penting.“Maksudmu, ada yang dengan sengaja membuat putraku celaka?” tanya Rangga sembari memijat dagunya.“Sepertinya begitu. Menurut saksi mata mobil yang dikendarai oleh Marchel seperti lepas kendali. Si pengendara tak bisa mengendalikan kendaraan dengan baik, hingga akhirnya terjadi kecelakaan itu.”“Bagaimana menurut pengamatanmu? Dan siapa kira-kira pelakunya?”‘Kalau menurut saya, ada yang sengaja merusak Rem. Dan mobil itu milik Tuan. Bisa jadi target utamanya adalah Tuan sendiri, bukan Marchel.”Rangga menatap Alex dengan serius. Dia seperti tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Alex.“Tuduhanmu tidak main-main. Kecuali kau sendiri yang sudah mengeceknya. Kau tahu sendiri’kan mobil itu baru aku pakai semalam dan dalam keadaan baik-baik saja. Jika benar itu terjadi, artinya ada penyusup yang berhasil mengelabui pihak k
Suami yang juga berubah drastis keadaannya dari beberapa menit yang lalu. Rania semakin tak mengerti dengan apa yang terjadi.“Marchel kenapa, Mas?” Tiba-tiba Rania menjadi gelisah. Debaran jantungnya tak beraturan. Entahlah, sepertinya ada sesuatu yang terjadi kepada marchel.Rania sangat mengkhawatirkannya. Bukan karena masih ada benih cinta dalam hatinya. Cintanya kepada Marchel sudah terbunuh semenjak tahu apa motif dari perbuatan Marchel. Kini cinta yang sudah tertimbun kembali tumbuh cinta baru yang akan menjadi pelabuhan terakhirnya. Semoga saja.“Rania, Marchel ... Marchel ....” Rania dikejutkan oleh Rangga yang tiba-tiba saja mendekap tubuhnya erat. Ada isak tangis yang terdengar. Selama bersama sang suami, baru kali ini dia melihat suaminya menangis. Sifatnya yang keras dan dingin tak pernah sedikitpun memperlihatkan kesedihan. Tapi kini, pria itu meminjam bahunya untuk menumpahkan kesedihan.“Marchel kenapa, Mas? Tolong bicaralah yang jelas.” Rania menepuk-nepuk punggungn
“Astaga.’ Diana memegang dadanya yang tiba-tiba berdebar. Tubuhnya lemas. Seperti ada himpitan batu yang membuat dada terasa sesak.‘Tidak mungkin. Tidak mungkin Marchel yang membawa mobil itu. Aku harus memastikannya.” Diana memutar tubuh hendak melangkah. Namun tulang belulang terasa lepas dari badan. Tubuhnya tak bertenaga. Untuk mengangkat kaki saja terasa sulit. Namun Diana terus berusaha. Walau dengan susah payah, dia berhasil mencapai kamar Rangga dan menggedor pintu dengan keras.“Buka pintunya! Buka pintunya!” Diana terus menggedor pintu. Dia tidak peduli apa yang dia lakukan akan menggangu penghuni rumah yang tertidur. Yang ada di pikirannya hanya Marchel.“Siapa?” Terdengar suara Rania. Dan itu membuat Diana sedikit lega. Namun dia terus menggedor pintu.Dari dalam kamar, Rania berusaha untuk bengkit. Perlahan, dia menyingkirkan lengan kekar yang melingkar di dadanya. Suaminya tertidur sangat pulas. Rania tidak ingin tidur suaminya terganggu.Walau sudah berhati-hati, tetap
Setelah selesai Diana segera menyuruh joni untuk pergi. Lalu berjalan mengendap-endap menuju kamarnya.Membuka pintu dan menghempaskan tubuh di atas ranjang. Menatap langit-langit dengan senyum merekah. Hati Diana sedang berbunga-bunga. Sampai dia tak menyadari putra semata wayangnya tak berada dalam kamar. Dia sedang asik dengan dunia hayalnya. Sungguh sangat miris. Di tengah malam seperti ini, tak sedikitpun memikirkan kenapa anaknya tak ada di tempat tidur. Itulah Diana. Dia memang tak pernah perhatian kepada putranya. Hanya uang dan uang yang selalu dijejalkan hingga anak itu tumbuh menjadi sosok yang selalu memandang uang adalah segalanya.Tak pernah tercurah sedikitpun kasih sayangnya sebagai seorang ibu. Rangga lah yang mendidik Marchel semenjak kecil hingga sebesar ini. Sayangnya, mulut sang wanita yang melahirkannya lebih tajam dari pisau. Hingga semua ucapan buruk tentang Rangga terserap dengan baik di kepala sang anak. Hingga hubungan keduanya seperti musuh bebuyutan. Tak
“Tenanglah, sayang. Beberapa menit lagi aku sampai di rumahmu. Kau keluarlah sekarang.”“Lewat pintu belakang saja. Supaya tidak ada orang curiga.”“Oke sayang, bye.”Diana segera mematikan sambungan telepon. Dia bergegas menuruni anak tangga menuju pintu belakang. Sebelumnya mengambil kunci gembok yang tergantung di dinding dapur.Tiba-tiba saja ponsel Diana berbunyi dan mengeluarkan suara yang sangat nyaring. Diana sangat kesal dan segera mengangkat telepon.“Jangan menelpon. Berisik tahu.’“Aku sudah sampai.”“Ya aku tahu. Aku juga sedang membuka gembok.’ Ucap Diana dengan kesal. Dia berbicara sangat pelan. Takut suaranya akan membangunkan seseorang. Bisa-bisa rencana yang sudah tersusun rapi gagal total.Pintunya berat sekali. Seumur Diana berada di rumah belum pernah membukanya.“Cepat, masuklah. Tolong, tutup pintunya kembali.’ Ucap Diana kepada kekasihnya. Dia memegangi lengannya yang terasa sakit.“Siap.” Joni menutup pintu. Laki-laki ini sengaja menggunakan penutup kepala. D
“Mas, aku takut.”“Kau tak perlu takut. Ada aku di sini.” Rangga menggenggam jemari Rania lalu mengecup kening sang istri. Rania tersenyum dan merasakan kedamaian. Entahlah, setiap kali sang suami mendaratkan kecupan pada keningnya, rasa hangat menjalar pada tubuh dan membuatnya nyaman. Mungkin ini yang dinamakan cinta. Walau hanya kecupan, tapi terasa merasuk ke dasar hati.“Buka pintunya, Pah!” Teriak Marchel sembari menuruni anak tangga.‘Kau? Juga di sini?” tanya Rangga dengan tatapan yang sulit diartikan.“Ya. Aku pulang bersama mamah! Apa tidak boleh aku pulang kesini?!” tanya Marchel dengan garang. Tatapan matanya tertuju kepada tangan papah dan mantan kekasihnya yang saling bertautan. Benar-benar membuatnya kesal.Rania segera melepas genggaman erat suami tercinta. Rangga menoleh ke arah Rania dan terlihat tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Rania.Rangga tidak peduli dan kembali menggengam jemari sang istri dengan erat. Seperti ada api cemburu yang membakar dalam dada.