Share

4. Kesepakatan Bersama

Penulis: Estaruby
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Paduan aroma citrus dan wood mendominasi penciuman Alana ketika angin berhembus sedikit lebih kencang dari sebelumnya. Wanita itu masih menatap tanpa gentar si pemilik aroma, lelaki tiga puluhan yang berdiri dihadapannya. Setelah tiga menit lalu pamit dari ruangan dan menyisakan tanya di benak semua orang, kini Alana dan Arkasa telah berada di taman belakang. Dari jarak sedekat ini, ketampanan Arkasa Dean Pradipta makin jelas tercetak. Alana menarik nafas pelan, berusaha menghalau pikiran- pikiran buruknya. 

"Maaf, kamu mungkin terkejut," suara pertama Arkasa setelah beberapa saat terdiam akhirnya terdengar. 

Alana berusaha sopan karena biar bagaimanapun, sosok dihadapannya lebih tua darinya. "Sebenarnya tidak juga," balasnya singkat.

Arkasa tersenyum simpul. Ia mencuri pandang kearah ruang makan dimana lima manusia di dalamnya nampak harap- harap cemas lalu kembali memandang lamat Alana. 

"Jadi, sudah berapa lama kamu berteman dengan Adara?" terlontar begitu saja dari lelaki pemilik wajah dingin dihadapannya. Adara tak langsung menjawab cepat, memberi jeda beberapa detik hanya untuk sekedar memastikan ingatannya. 

"Sejak SMA," balasnya singkat.

Satu tawa kecil hinggap di sudut bibir Arkasa. Alana heran, apa yang lucu memangnya?

"Bagaimana orang cuek seperti kamu bisa betah berteman dengan Adara? Kalian terlalu berbeda, kan?" ujarnya.

Alana mengernyit, satu lagi sifat yang dia tidak suka adalah menilai dan menghakimi orang terlalu dini. Dia tahu kalau sahabatnya Adara sosok gadis periang dan bubbly, berbeda dengannya. Tapi bukan berarti Alana cuek, kan? Dan lagi menilai bahwa dirinya dan Adara terlalu berbeda? Kalau berbeda memangnya tak bisa berteman?

Belum ada beberapa menit pertemuan keduanya, Alana langsung merasa tak suka pada laki- laki dihadapannya. Entah karena faktor tamu bulanannya yang memang hinggap hari ini atau memang senyum miring lelaki dihadapannya tampak terlalu menyebalkan baginya. Bagi Alana, baik Adara maupun Arkasa punya beragam kepribadian. Mereka bisa bermulut manis tapi juga bisa menjadi super menyebalkan. 

"Bapak dosen yang terhormat, saya rasa ini masih terlalu dini untuk menilai kepribadian orang yang baru anda kenal," sarkasnya.

Beberapa menit tadi ditatar tentang serba-serbi kehidupan Arkasa Dean Pradipta sesungguhnya membuatnya muak. Dari sekian informasi yang masuk telinga kanan keluar telinga kiri, mungkin Alana hanya ingat nama lengkap, umur, profesinya. Sisanya? dia tak begitu peduli. 

Arkasa menarik satu sudut bibirnya, mulai sedikit tertarik dengan sikap jutek yang gadis dihadapannya tunjukkan itu. "Mungkin iya?" jawabnya sekenanya.

Namun Alana justru menangkap ada maksud lain di senyum setengah-setengah itu. Alana menahannya karena sekarang ini dia lebih gemas pada Arkasa yang terkesan bertele-tele dalam menyampaikan maksudnya. Mereka berdua pamit untuk berbicara, namun paham bahwa orang- orang didalam pasti menantikan keputusannya. Jadi bukankah sebaiknya mereka menyelesaikan ini dengan cepat? 

"Maaf, saya tahu anda mungkin berpikir runtut, mulai dari latar belakang, masalah, teori hingga sampai kesimpulan. Tapi bisa langsung saja, kan?" Alana menyentilnya sarkas. Sementara lelaki dihadapannya kini menampakkan senyum kecil lagi. 

"Kamu menolak perjodohan ini?" tanya Arkasa pada akhirnya.

Tepat sasaran dan jelas Alana mengangguk pasti. Ia pikir tak ada salahnya mengatakan yang sejujurnya pada pria dihadapannya, kan? Siapa tahu mereka bisa bekerjasama untuk memperbaiki keadaan. "Kalau begitu kita sama," tambah Arkasa.

Alana makin lega, merasakan angin segar mulai masuk mengisi paru-parunya lagi setelah sejak kemarin ia merasa bak mayat hidup. Masih menunggu Arkasa melanjutkan kalimatnya guna menunggu metode apa yang akan mereka gencarkan setelah ini.

"Saya sejujurnya tidak ada niatan untuk menikah," ujarnya tenang dan memancing Alana untuk ikut mengangguk karena kesamaan mereka. Lelaki tinggi yang mengenakan setelan hitam itu masih memfokuskan pandangannya pada gadis seusia adiknya itu. "Sebelum itu, boleh saya tahu alasan kamu mempertimbangkan tawaran ini? Maksudnya, kamu bisa saja menolak sejak awal, tapi tadi kamu tak terlihat melakukannya," tanya Arkasa lagi. 

Melihat kilat penasaran di mata Arkasa, Alana tak punya motivasi lagi untuk memperumit keadaan. "Balas budi," jawab Alana dengan cepat.

Arkasa menggangguk paham, "kalau begitu terima saja, menikahlah denganku," ujar sang lelaki lugas. Alana menganga, dia tak salah dengar, kan? Dia bilang tadi tak menginginkan ini tapi sekarang kenapa justru begini?

Tanda tanya tercetak jelas di dahi Alana. 

"Kalau kita menolak hari ini, tak akan menjamin semuanya selesai begitu saja. Lambat laun, Adara akan melakukan banyak hal untuk membuat rencananya berjalan, apapun itu. Lebih baik ikuti saja skenarionya sebelum dia berbuat yang lebih gila lagi," dengan enteng lelaki itu berbicara. Alana tak habis pikir, bagaimana bisa lelaki dihadapannya itu benar- benar mengubah keputusannya hanya dalam waktu beberapa menit?

Keheningan tercipta diantara keduanya. Sesungguhnya Alana ingin meledak tapi sadar ini bukan tempat yang tepat. 

"Anda benar- benar menyetujui ide gila ini?" tanya Alana memastikan. Takutnya sejak tadi ia hanya berhalusinasi. Bahkan beberapa kali Alana kedapatan menepuk pelan dirinya sendiri.

Tapi anggukan pasti di kepala Arkasa seakan meruntuhkan lagi dunianya. Kenapa sangat mudah bagi Arkasa untuk menyetujui ini?

"Anda tidak sedang mabuk, kan?" lagi Alana meragukan racauan manusia dihadapannya.

Arkasa menggeleng pelan. Kini nampak wajah kalut Arkasa mulai muncul. "Adara belum memberitahumu?" tanya Arkasa.

Mendadak Alana jadi tak tenang. Arkasa yang sejak tadi berusaha mempertahankan ketenangannya pun mulai menampakkan ada sesuatu yang ia sembunyikan. Apa ada hal lain yang Alana tak ketahui? 

"Sepertinya dia memang menyembunyikan ini dari kita semua," ujar Arkasa sembari berdehem sebentar. Lagi dan lagi Alana menunggu lelaki tegap itu melanjutkan ucapannya. 

"Adara sedang mengandung."

Bak tersambar petir lagi, Alana merasa tertampar untuk kesekian kalinya. Apa yang baru saja dia dengar saat ini benar? Jujur kali ini dia jadi semakin meragukan persahabatannya dengan Adara. Bisa- bisanya Adara menyembunyikan semua ini darinya. 

"Adara bilang begitu?" tanya Alana memastikan. 

Lelaki yang kini mengusap kasar wajahnya itu menggeleng lalu kembali mencuri pandang kearah ruang makan. "Dia tidak tahu saya mengetahui ini, bahkan sampai sekarang," jawabnya. 

Kenapa sih Adara? Kenapa dia menyembunyikan semua masalahnya sendirian? Jadi ini juga faktor kenapa dia benar- benar memaksa Alana untuk segera menikah dengan Arkasa? 

Paham gadis ittu terkejut dengan apa yang dia katakan, Arkasa menambahkan, "awalnya saya ingin meminta penjelasannya karena mengatur semua ini tiba- tiba. Tapi kemudian saya menemukan hasil pemeriksaan di kamarnya."

Lutut Alana melemas, dia hampir oleng dan terduduk di lantai kalau saja tangan kekar Arkasa tak menyangga tubuhnya. Lelaki itu cekatan membantu Alana untuk kembali berdiri. 

"Maaf karena membuat kamu terlibat dalam masalah ini. Tapi saya tidak punya pilihan lain. Tidak mungkin saya membiarkan Adara ketahuan, kamu tahu kan bagaimana keluarga kami?" bahkan hanya sekedar mengangguk pun Alana tak sanggup. Selama ini sejauh yang dia tahu Adara selalu menceritakan apapun kegiatannya apalagi masalahnya.  Tapi kali ini dia benar- benar menyimpan semuanya sendiri? Entah kenapa Alana merasa gagal menjadi sahabat karena mungkin ia terlalu sibuk hingga Adara tak menceritakan masalah ini dengannya.

Arkasa kembali memindai ruangan lalu menatap Alana yang masih berpikir keras.

"Begini, kita bisa ajukan beberapa syarat dalam pernikahan juga. Tapi sekarang lebih baik kita hadapi orang- orang di dalam dahulu. Yang penting kamu sepakat kan untuk membantu Adara kali ini?"

Alana mendongak, menatap keseriusan di mata Arkasa. Alana membulatkan tekadnya, ini semua demi Adara, kan? Kalau selama ini Adara telah banyak membantunya, mungkin inilah saat tepat bagi Alana untuk membalas semua kebaikan sahabat satu-satunya itu.

Detik itu, Arkasa tersenyum singkat. Meraih pelan jemari Alana, merapikan sedikit anakan rambutnya, dan menuntunnya kembali ke dalam ruangan. Keduanya berjalan beriringan setelah Alana berhasil menguasai kembali dirinya. 

Setelah sampai di dalam ruangan, Arkasa sedikit terkejut dengan perubahan drastis Alana. Kalau tadi gadis itu nampak tekejut dan tertekan, kali ini dia jelas melihat topeng keyakinan terpasang sempurna di wajah Alana. Dia pikir, mungkin ini juga alasan Adara hanya memilih Alana sejak awal? 

Oke, karena sudah terlanjur masuk dalam skenario, mereka harus berperan dengan baik sampai akhir, kan?

Bab terkait

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   5. Hari Pertama di Rumah Baru

    "Aku bisa bawa sendiri, mas!"Arkasa melepaskan tangannya dari koper besar berwarna silver, membiarkan Alana kini sibuk mengatur beberapa tombol di kopernya dan mulai menariknya. Belum genap seminggu resmi menjadi suami Alana, sedikit banyak ia mulai paham bagaimana wanita itu begitu tak mau terlihat lemah. Arkasa mungkin juga tak akan kaget nantinya kalau melihat Alana mengangkat dan mengganti galon sendiri atau mungkin membenahi rumah bocor.Yap, setelah pertemuan keluarga malam itu, semuanya sepakat bahwa pernikahan Alana dan Arkasa dilaksanakan dua minggu setelahnya. Kenapa? Karena keluarga percaya itu adalah hari baik terdekat. Mereka tak mau menunda- nunda pernikahan Arkasa dan Alana. Lagipula, bagi keluarga super kaya raya seperti keluarga Pradipta, mengurus satu acara pernikahan bukanlah hal sulit.Arkasa dan Alana tinggal terima jadi. Mereka hanya diharuskan memilih satu konsep dan langsung memilih yang paling sederhana. Perhelatannya pun dilaksan

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   6. Hadiah Pengantin Baru

    Alana menganga ketika melihat di depan ruang kerjanya berjejer bunga dan aneka bentuk ucapan selamat entah dari pegawainya atau kiriman rekan kerja. Tadi juga sepanjang perjalanan menuju ruangan ia harus terus memasang senyum saat tiap orang menyapanya sembari memberi selamat. Memang Alana tak mengundang semua pegawainya, tapi siapa di kota ini yang tak tahu bahwa dirinya menikahi salah satu anak konglomerat paling hits?Menghela nafas pelan sebelum mengambil beberapa bidikan foto menggunakan ponselnya. Tak butuh waktu lama baginya untuk mengunggahnya ke salah satu media sosial dan melayangkan ucapan terimakasih. Tak perlu menandai siapapun, terlalu banyak nama yang harus disebutkan kalau dia mau menandai. Jadi sebagai wanita sibuk, Alana hanya mengunggahnya secara umum saja. Yap, untuk mempermanis dramanya, setidaknya dia harus melakukan ini bukan?Hendak membuka pintu ruangannya, namun sulit karena dihalangi berbagai karangan bunga. Ia memanggil salah satu office boy

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   7. Drama Pagi Pasutri

    Arkasa hampir memuntahkan kembali air yang baru saja dia teguk ketika rungunya menangkap suara tak biasa di pagi temaramnya. Setelah mengusap bibirnya, perlahan juga netranya makin terbuka. Arkasa menyingkirkan residu disekitar matanya untuk memperjelas penglihatan, melirik jam dinding yang menunjuk pukul enam pagi. Rambut laki- laki itu masih acak-acakan, mengenakan kaos hitam polos seadanya dan celana trening yang biasa nyaman ia pakai tidur. Kaki panjangnya melangkah mengikuti asal keributan. Tadinya Arkasa berada di dapur untuk minum air setelah bangun tidur. Namun suara kecipak air yang lumayan kencang cukup membuat rasa penasarannya membuncah. Dapur dan taman belakang hanya dibatasi satu pintu sliding besar. Arkasa membuka sedikit lalu menyembulkan kepalanya keluar guna mengamati. Benar saja, ada sosok yang tengah berenang jam enam pagi dengan brutal di kolam. Arkasa mengernyit heran namun beberapa saat kemudian sadar bahwa ia tak tinggal sendirian di rumah ini. Sia

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   8. Dibawah Tenda Nasi Goreng Abang-Abang

    Wanita bersurai hitam itu masih setia di depan laptop, berkutat pada rancangan terbarunya. Alisnya naik turun seiringan dengan pening yang tiba- tiba menyeruak dibarengi lantunan paduan suara dari perut. Mata kucingnya melirik jam dinding, pukul 11 lewat, ini sudah larut malam. Sial. Kenapa harus lapar selarut ini? Pikirnya.Alana baru ingat, terakhir ia menyentuh makanan hari ini saat makan siang. Itupun hanya setengah porsi pasta. Salahkan hari super sibuk dan hecticnya hingga sulit sekali rasanya untuk makan. Sekali lagi egonya berdebat, jam kritis mau makan apa? Kata orang, makan tengah malam bisa membuat berat badannya naik. Tapi suara dan alarm kelaparan itu terus mengganggu konsentrasinya. Setelah perdebatan batin itu, akhirnya dengan langkah berat Alana menuju dapur. Persetan dengan berat badan naik! Yang penting dia bisa konsentrasi lagi melanjutkan pekerjaannya yang harus dia selesaikan sebelum berangkat seminar tig

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   9. Desiran Baru

    "Mau saya pesankan sesuatu, bu?"Lagi dan lagi hanya gelengan yang ia dapat sebagai jawaban. Rosaline untuk kesekian kalinya masuk dengan raut cemas kedalam ruangan bos utamanya. Ini pukul 2 siang dan bosnya itu tidak berpindah posisi sama sekali sejak pagi tadi. Beginilah Alana kalau sudah terlalu fokus pada pekerjaannya, makan dan istirahat sama sekali tak ia indahkan. Memang Alana bukan tipikal yang sering sakit dan bahkan dianggap punya daya tahan tubuh yang cukup bagus. Namun tetap saja, riwayat penyakit lambungnya dan terlebih dulu ia pernah kumat saat di kantor cukup membuat Rosaline was-was. Ia tentu tak mau bos kesayangannya itu jatuh sakit lagi."Tapi sebentar lagi akan ada meeting di ruangan utama. Bu Alana belum makan siang sedikitpun, kan?" Rosaline berusaha mengingatkan lagi.Kali ini Alana menatapnya, "ah iya, client itu sudah datang belum?" tanya Alana.Rosaline yang tadinya hampir tersenyum kini kembali melunturkan senyuman di bibirnya. D

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   10. Kali Pertama LDR

    Manhattan rasanya jauh sekali. Oh bukan rasanya, tapi memang benar- benar jauh. Hampir dua puluh empat jam berada di dalam pesawat termasuk transit dan segala macamnya membuat tubuh Alana rasanya hampir remuk. Sudah lama sekali ia tak mengikuti lokakarya dan semacamnya hingga sejauh ini, ke benua Amerika pula. Siapa sih yang memilih perhelatan tahunan ini dilaksanakan disini?Dengan sisa kekuatannya, Alana menarik koper milik suaminya itu. Dia telah disapa ramah oleh beberapa utusan yang bertugas menjemput para peserta lokakarya. Ada beberapa juga kenalannya yang pernah ia temui di beberapa kesempatan sebelumnya sehingga Alana tak merasa terlalu kesepian. Alana melirik Rosaline yang nampak jauh tertinggal dibelakangnya, gadis itu nampak sibuk dengan ponselnya sejak tadi. Mungkin sedang mengabari kekasihnya.Mereka masuk kedalam mobil yang disediakan panitia untuk diantar ke hotel tempat diadakannya acara yang akan digelar tiga hari kedepan. Yap, acara seriusnya hanya t

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   11. Disini

    Alana menggenggam erat seminar kit dan tas bawaannya. Langkahnya masih terasa berat, apalagi ketika harus kembali masuk kedalam ruangan sesak yang telah menguras otaknya dua hari kemarin. Dia menghela nafas kasar dan menatap sekeliling, berusaha mengumpulkan kembali energi dan semangatnya setelah melewati aneka sesi focus group discussion dan serentetan acara lainnya. Perlahan senyuman cantiknya terpancar, ini adalah hari yang paling dia tunggu-tunggu.Tak seperti dua hari sebelumnya yang menghabiskan masing- masing sepuluh jam full di dalam ruangan untuk terus berpikir kritis, rundown hari ini jelas berbeda. Setelah memastikan kembali rundown yang dibagikan, Alana bisa bernafas sedikit lega. Hanya tersisa seminar motivasi dan upacara penutupan yang totalnya kurang lebih hanya dihelat selama lima jam. Ia mengembangkan senyumannya makin lebar, setelah ini dia bisa berlibur.Mempertahankan senyumnya kala menyapa beberapa panitia dan peserta lokakarya yang sudah

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   12. Arkasa 'Flirty' Pradipta

    Satu tangan Arkasa menarik pinggang Alana untuk merapatkan tubuh keduanya, sementara tangan sebelahnya meraih gelas kaca ditangan wanita itu dan meletakkannya kembali di nakas. Setelah itu, tangannya kembali membuai pipi halus Alana tanpa melepaskan tautan mata keduanya sejak tadi."M-mas?" Terbata namun tak juga bisa melepaskan diri. Tangannya mengatung di udara sementara mata cantiknya mengelana seakan memindai ruangan—kemana saja asalkan menghindari tatapan panas milik Arkasa."Tiga hari tanpa kontak, kamu gak kangen saya?" Bertanya lagi seolah tak puas akan respon Alana sebelumnya yang justru mengalihkan percakapan. Perlahan tapi pasti, Arkasa mulai menunjukkan sosok dominannya yang tak mau diabaikan ataupun dibantah.Tapi satu yang membuat wanita pemilik hazel gelap itu heran, sejak kapan Arkasa jadi begini,sih?Alana berusaha bersikap sebiasa mungkin, seolah tak terpengaruh akan tindakan Arkasa. Meskipun sebena

Bab terbaru

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   123. One Super Fine Day

    Semua orang yang berada dalam perhelatan sederhana namun meriah malam ini jelas melihat binar kebahagiaan di wajah pasangan luar biasa itu, Arkasa Dean Pradipta dan istrinya Alana Diandra Yasmin. Ketika mereka menikah empat tahun lalu, seluruh kota membicarakan kombinasi luar biasa tersebut. Bagaimana tidak? Arkasa Dean Pradipta memang sudah digadang- gadang menjadi pewaris utama dan punya latar belakang yang bersih luar biasa. Tidak pernah ada media yang mengendus kedekatannya dengan gadis manapun. Padahal ada banyak sekali keluarga kaya dari kalangan pengusaha atau bahkan politisi yang berusaha menjadikannya sebagai menantu mereka. Nyatanya, keluarga Pradipta tak pernah terjebak ataupun berusaha menjodohkan Arkasa dengan siapapun. Sebab lelaki itu tinggal diluar negeri selama bertahun- tahun, orang- orang berpikir dia mungkin memiliki seorang kekasih disana. Sampai akhirnya dia kembali ke Indonesia dan langsung dikabarkan meminang Alana Diandra Yasmin, putri tunggal salah seorang a

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   122. Vacation

    "Sudahlah, pengantin baru tidak perlu diajak! Mereka pasti belum bangun," Tuan Pradipta menarik lengan istrinya yang hendak melangkah keluar pendopo. Seolah menjadi tradisi mereka, jikalau sedang berkumpul begini keluarga itu akan makan bersama. Namun menyadari situasi saat ini, besar kemungkinan Adara dan Bayu bahkan belum bangkit dari ranjang. Nyonya Pradipta terkikik saat aru menyadari bahwa telah ada beragam perubahan dalam tubuh keluarga itu. Kini sudah melingkar Tuan dan Nyonya utama Pradipta, Alana, Arkasa,dan tak lupa bayi mungil yang sibuk di meja bayi. Kehadirannya tentu bak sihir yang membuat suasana disini menjadi semakin ceria. Terbukti dari tawa gemas yang sangat jarang muncul dari Tuan Tua Pradipta. "Sandi semalam rewel tidak, nak?" Tanya Mama Tiana.Alana sibuk membersihkan sisa susu di sudut bibir putranya, ia tersenyum kecil pada mertuanya yang baru saja bertanya."Aman kok, ma. Dia sempat bangun sekali namun setelah diberi susu langsung tidur lagi," jawab Alana s

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   121. Liburan Keluarga

    Jika memang sudah garis yang ditentukan tuhan, maka terjadilah. Mungkin itu juga yang terjadi pada kisah Adara. Setelah penghianatan dan kesalah pahaman di masa lalu, ada banyak sekali jalan yang pada akhirnya kembali mempertemukannya dengan Bayu. Sekalipun Adara telah berusaha menolak berulang kali, kegigihan Bayu pada akhirnya berbuah manis. Bayu bahkan berhasil mendapatkan kembali kepercayaan Tuan Pradipta setelah sebelumnya sempat bersitegang. Semua itu tidak terjadi secara instan, ada proses panjang yang melatarbelakangi semuanya. Alana tak banyak ikut campur dengan kisah cinta bersemi kembali antara Adara dengan Bayu. Dia ingat tiga bulan lalu saat Adara ke rumahnya untuk seperti biasa bermain bersama Sandi. Bedanya, hari itu Adara membawa serta Bayu ke hadapannya dan Arkasa. Seolah berusaha mendapatkan restu dari Alana dan Arkasa lebih dahulu sebelum akhirnya kembali mengais restu dari orang tua. Alana dan Arkasa sepakat untuk tidak banyak mengambil andil. Mereka membiarkan

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   120. Acara Resepsi

    "Astaga Mas Arka!"Alana menggeleng- gelengkan kepalanya tak habis pikir. Dia baru saja selesai menyiapkan setelan pakaian untuk keluarga kecilnya ketika menyadari bahwa dua jagoannya belum juga keluar dari kamar mandi setelah hampir tiga puluh menit. "Mas! Sudah selesai belum?""Sepuluh menit lagi, Al!"Ibu satu anak itu berdecak sembari berkacak pinggang. Sebelumnya juga Arkasa sudah memberikan jawaban yang sama, namun sampai sekarang mereka berdua tidak kunjung keluar kamar mandi. Dari luar saja Alana sudah bisa mendengar riuh tawa dua jagoannya itu berpadu dengan suara air, putranya bahkan sampai cekikikan senang. Alana memang memberikan mandat pada sang suami untuk memandikan Sandi selagi dia menyiapkan pakaian dan beberapa keperluan untuk dibawa. Namun sepertinya dia lupa bahwa setiap kali Arkasa dan putranya itu bersatu pasti akan ada keriuhan dari kekompakan nakalnya mereka."Lho, belum selesai mandinya?"Alana setengah melotot saat membuka pintu kamar mandi. Menemukan bahwa

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   119. Satu Lagi

    "Baju yang biru aja deh, Al! Lebih lucu! Eh tapi yang kuning kelihatan lebih mencolok! Duh, yang mana ya?"Adara saat ini turut membantu atau lebih tepatnya merecoki Alana di rumahnya. Dia sedari tadi bingung sendiri menentukan baju mana yang akan digunakan Arsena hari ini. Padahal seluruh baju yang dipilih merupakan hadiah dari Adara. Saking banyaknya, Adara sendiri jadi bingung mau memilih yang mana untuk dipakai ponakannya itu hari ini.Alana hanya bisa menggeleng- gelengkan kepala karena tingkah adik ipar sekaligus sahabatnya itu. Dia sudah selesai mengoleskan telon dan lain- lain di tubuh putranya, namun Adara yang sedari tadi kekeuh ingin memilihkan baju justru masih bingung sampai mengeluarkan semua pakaian di atas tempat tidur."Yang mana aja, Dar! Kita kan lagi gak mau kemana- mana juga. Kenapa kamu jadi rumit begitu??"Alana melangkah melewati kebingungan Adara sembari mengambil satu stel pakaian berwarna biru cerah disebelah sahabatnya. Melihat Alana menentukan pilihan memb

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   118. Terenyuh

    Alana Point of View "Makan dulu yuk, Al!" Mas Arka muncul dari balik pintu sembari tersenyum teduh kearahku. Aku yang baru saja meletakkan Arsena di ranjang bayi hanya membalasnya dengan sebuah senyuman simpul. Dia merangkul bahuku hangat sembari menggiring menuju ruang makan. Ini sudah pukul sebelas malam. Keluarga kami baru saja pamit kembali ke rumah masing- masing setelah hampir seharian bermain bersama disini. Tadinya mama, bunda, dan Adara mau tinggal, namun kompak aku dan Mas Arkasa larang. Kami tahu, kalau mereka semalaman disini pasti akan ikut begadang dan lelah. Mama dan Bunda sudah terus berada di rumah sakit selama aku dirawat disana, sementara Adara benar- benar baru saja sampai setelah sekian belas jam penerbangan. Akan lebih baik jika mereka istirahat dengan nyaman malam ini. Banyak sekali ilmu yang kudapat dari mereka yang tentu sudah lebih berpengalaman. Mama dan bunda terutama banyak memberikan wejangan dan tips tentang dasar- dasar merawat bayi. Sebelumnya a

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   117. New Life

    Beberapa manusia dengan pakaian serba hitam mulai berjalan menjauhi pusara. Aneka karangan bunga turut menghiasi disana. Suasana haru juga terasa karena sedari tadi terdengar isakan tangis di beberapa sudut. Dibawah langit cerah yang tak begitu terik, seorang laki- laki bertubuh atletis meletakkan karangan bunganya. Duduk bersimpuh menatap pusara yang benar- benar baru ini. Dia menundukkan kepalanya, memberikan doa dan sebuah penghormatan terakhir untuk yang berada dibawah batu nisan. "Aku harap, kamu dapat beristirahat dengan tenang." Ia meletakkan buket bunga putih menemani karangan yang lainnya juga. Tubuh jangkungnya sempat tersentak kaget saat merasakan sepasang tangan dengan jemari lentik menekan bahunya. Arkasa menengadah menatap kaget sosok yang kini tersenyum kecil kearahnya. "Aku juga ingin mengucapkan salam perpisahan kepadanya." Meskipun ada banyak yang berkecamuk di kepala, Arkasa membiarkan wanita disebelahnya untuk mulai bersimpuh. Menyentuh nisan dan tersenyum

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   116. Ketegangan Berlanjut

    Masih percaya kekuatan takdir?Katanya, tidak semua yang kita inginkan bisa didapatkan dalam hidup ini. Bahkan ketika manusia mengklaim telah melakukan beragam usaha hingga titik darah penghabisan. Jika memang bukan itu jalan yang digariskan, maka tak akan tercapai jua.Di satu sisi, kalimat tak ada hasil yang menghianati proses juga masih relevan. Banyak orang yang harus melewati beragam kesulitan dan rintangan untuk mencapai tujuannya. Waktu yang diperlukan pun tidak main- main. Namun pada akhirnya dia juga mencapai hasil akhir yang indah. Meskipun mungkin tidak sesuai dengan rencana awalnya.Namun yang menjadi benang merahnya sekarang adalah seberapa realistis tujuan yang ingin manusia capai? Sekalipun telah berusaha dengan keras, apakah cara yang digunakan memang cara yang benar dan sudah seharusnya?Hidup itu mudah dan juga sekaligus sulit. Manusia dituntut untuk tidak mudah menyerah, namun juga diminta untuk tetap realistis. Sejatinya, tak ada usaha yang sia- sia. Kadangkala ki

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   115. Ditampar Kenyataan

    Derap langkah flatshoes mahal itu menyerbu lorong dengan tergesa. Ditengah keramaian yang cukup padat, wanita parubaya itu membelah lorong buru- buru. Bau khas rumah sakit menemaninya sepanjang perjalanan hingga akhirnya sampai dalam sebuah lorong yang lebih sepi. Diatasnya tertulis ruangan utama khusus VVIP.Nyonya Pradipta masuk kedalam ruangan tanpa bisa membendung kekhawatiran yang nampak jelas di wajahnya. Segera setelah ia menerima kabar mengenai kejadian naas tersebut, dia langsung mengambil penerbangan tercepat untuk kembali ke kota asalnya. Dia berhambur memeluk suaminya yang sudah lebih dulu berdiri cemas di depan pintu bersama dengan besannya. Ayah dan bunda Alana jelas nampak terpukul akibat kejadian yang begitu tiba- tiba ini. Nampak juga Arta yang Rosaline mondar- mandir panik sembari sesekali menerima telepon entah dari siapa."Bagaimana keadaan mereka?" Sebagai satu- satunya yang masih bisa menampakkan sedikit ketenangan, Tuan Pradipta membelai punggung istrinya yang

DMCA.com Protection Status