Share

4. dia datang

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-26 07:35:25

Pukul tujuh malam.

Suara deru mobil di halaman rumah membangunkan aku dari posisi tertidur di ruang shalat, mungkin karena begitu lelah, hingga diri ini jatuh dalam lelap.

"Ayo, masuk, jangan ragu."

Suara Mas Akbar terdengar, namun siapa yang dia suruh masuk? Sesaat aku tercenung hingga aku menyadari sesuatu, jangan sampai ... apa yang kuduga terjadi.

"Aku cemas Mas," balas seorang wanita.

"Jangan takut, aku akan selalu membelamu, kini tempat ini adalah rumah kita. Rumah yang kubangun untuk istriku."

Segera dengan langkah kaki secspat kilat aku menuju ruang tamu dan benar saja, Mas Akbar membawa pulang istrinya.

"Apa lagi ini?" tanyaku pelan. Kusapu pandangan pada suami dan wanita yang kini sudah berpenampilan rapi dengan rambut tergerai indah.

"Aku membawanya karena sudah terlanjur semua orang mengetahui statusku, jadi, kami harus bertanggung jawab."

"Oh ya, begitu ya?" tanyaku sinis.

"Ya, aku harap pengertianmu," jawabannya lirih. Belum juga aku mengatakan apa apa, dia sudah menyuruh istrinya untuk masuk ke dalam dan tidur, aku geram atas sikapnya yang amat santai seolah tidak terjadi apa apa.

"Tunggu dulu, apa maksudmu, kau ingin menyatukan kami dalam rumah ini, kau sengaja ingin menyakitiku, Mas?" tanyaku dengan tenggorokan yang nyaris kering.

"Aku akan menyuruhnya tinggal di sini sampai menemukan rumah baru untuknya."

"Tapi kenapa?" Aku sudah mulai panas hati.

"Itu karena kamu membuat kekacauan, tadinya aku dan istriku akan tinggal bersama orang tuanya sampai kami berhasil mencicil sebuah rumah, tapi kau sudah ceroboh!" tudingnya sementara istri barunya hanya tersenyum tipis dan masuk ke kamar tamu tanpa mengatakan apa apa.

"Apa itu salahku? aku tidak mau tahu, dia harus pergi, terserah mau ke mana, yang pasti, aku enggan bersatu dengannya!" aku mulai marah pada Mas Akbar, dan menarik koper wanita itu dan menyuruhnya pergi.

"Jamu masuk aja, Lisa, biar aku yang urus Sofia."

Wanita itu mengangguk dan tersenyum tipis lalu menutup pintu kamarnya.

"Hei, keluar kamu, aku gak Sudi ada pelakor di rumahku!"

Mendengar itu Mas Akbar tidak tinggal diam dia langsung mendekat dan menarik. Dicekalnya kedua lengan ini lalu digoncangnya bahuku.

"Hei, diam, Jangan membuatku malu untuk yang kedua kalinya aku sudah bersikap sangat baik padamu," ancamnya.

"Bersikap baik? Memang sudah seharusnya seorang suami bersikap baik pada istrinya, Ada apa denganmu menikah tanpa izin dan sepengetahuanku, ada apa denganmu, apakah aku sudah tidak menarik atau tidak membahagiakanmu?"

"Bukan itu, Aku hanya ingin bahagia."

"Kau tidak bahagia denganku?!"

"Diamlah, jangan mempermalukan aku!"

"Warga dan ketua RT akan tahu, dan orang yang paling dicibir adalah aku," balasku dengan air mata berderai.

"Aku sudah melapor kepada ketua RT."

"Lalu dokumen pernikahanmu?"

"Dokumenku asli."

"Dari mana kau mendapatkan izin dan tanda tangan bahwa kau bisa menikah lagi?"

"Kau pikir aku terlalu bodoh untuk tidak mendapatkan itu?" suamiku tertawa sinis lalu berlalu masuk ke dalam kamar kami.

Setelah diingat lebih jauh, mungkin dia telah memalsukan tanda tanganku, aku tahu dia sangat pandai.

Lagipula mana mungkin dia bisa sesukses itu sebagai seorang karyawan jika dia tidak pandai mengelabui dan bersikap cerdik?

"Jadi kau memalsukan tanda tanganku?" cecarku mengikutinya ke kamar tidur.

Rasanya badan ini lelah, hati ini sudah remuk redam, ditambah sejak pagi aku belum memakan apapun.

"Sudahlah aku lelah." Dia membuka dasi dan kemejanya lalu memgganti baju dengan pakaian bersih yang ada di lemari.

"Lelah karena sudah berhasil menyakiti istri?"

"Istri mana yang aku sakiti, aku menikah, dan seharusnya itu tidak berpengaruh padaku."

"Aku sedang hamil, Mas."

"Jangan cari alasan!"

Demi mendengar bentakannya aku hanya bisa sesenggukan dan terduduk lemah, sambil menutupi wajahku.

Rasa tak percaya karena suami sendiri tak mau mendengar ucapanku, mungkin karena terlalu lama bersama dan selalu gagal dalam memiliki bayi, sehingga kepercayaannya padaku terkikis.

"Aku menikah lagi karena aku sanggup mengatur istriku dan aku yakin bisa bersikap baik kepada keduanya. Kau jangan terlalu mendramatisir keadaan dan memeras air mata itu tidak penting."

"Kok kamu jadi, gak berperasaan sih Mas, aku ini sakit lho Mas, sakit sekali, mari coba bertukar posisi dan demungkan jika ternyata keadaan berbalik dan kau yang diduakan."

Dia hanya mencibir dan mengendikkan bahu sambil mengangkat kedua tangannya.

"Kalo aku masa bodoh, terserah aja. Kalo gak tahan ya, aku bisa pergi menjauh," jawabnya menggeleng meremehkanku.

"Maksudmu kamu ingin aku angkat kaki dari sini?"

"Aku gak nyuruh ya ...." Dia menarik selimut lalu menutup tubuhnya dan memejamkan mata.

"Aku gak nyangka kamu sejahat ini Mas," ucapku sedih.

"Lebih baik kau tidur dari pada terus merutuk, apa kamu gak capek dari tadi? Katanya hamil?" ujarnya mengejekku.

"Bagaimana jika Aku bisa membuktikan kehamilanku! Akankah sikapmu berubah sikap arogan dan sombong itu bisa kau lunturkan? Suami macam apa yang sudah kunikahi, kemana semua kelembutan dan kebaikanmu tempo hari?"

"Aku baik jika kau juga baik," gumamnya seraya membalikkan badan. Aku hanya bisa menelan ludah melihat punggung suamiku yang dibungkus selimut.

Aku hanya bisa menangis hancur, putus asa, dan tidak bisa berbuat apa apa. Ingin sekali aku bangun dan mengeluarkan wanita itu dari rumahku atau menghajarnya sampai mati, tapi aku terlampau lelah dan lemah untuk semua itu.

"Usir wanita itu atau aku akan pergi," ancamku sambil mengusap air mata.

"Pergi? Kemana kau mau pergi, orang tuamu sudah mengusirmu sejak memutuskan menikahiku, silakan kalau mau pergi, jika butuh uang, aku akan memberimu," ucapnya tertawa.

Ya, benar, kilatan memori itu kembali, dulu aku adalah gadis yang ingin di jodohkan dengan seorang pria baik-baik, namun aku memilih untuk pergi bersama orang yang aku cintai, mengejar mimpi dan membentuk keluarga dengan Mas Akbar. Namun, aku menuai karma buruk dari kekecewaan orang tuaku. Bagaimana aku bisa kembali ke rumah dan menatap wajah mereka berdua, harus kemana aku pergi di saat teman dan sahabat juga berada jauh dari kota ini.

Aku hanya bisa memeluk lutut sambil menangis di sudut tempat tidur sementara suamiku sudah terlena dalam lelapnya.

"Apa yang harus kulakukan, akankah aku bertahan atau pura pura bersikap baik sambil menyusun rencana, apa yang harus aku lakukan ketika keluarga dan orang terdekat mengetahui jika aku sudah dimadu, akankah mereka memberiku simpati?"

Semakin dipikir semakin frustasi diri ini, semakin diingat bagaimana bahagianya kami sebelum hari ini, semakin sesak dada ini karena semua sikap dan romantis Mas Akbar akan terbagi.

Entah bagaimana aku bisa tertidur dalam keadaan meringkuk di sudut ranjang, tubuhku sudah tertutupi selimut. Kurasa sekitarku anntak kutemukan suami. Kulirik jam dinding sudah menunjukkan pukul 1 malam.

"Jika Mas Akbar tidak ada di kamar ini tentu dia sedang berada di kamar Lisa." Tapi di sisi lain aku juga berdoa semoga tebakanku salah.

Perlahan-lahan aku buka pintu dan berjingkat-jingkat menuju kamar Lisa. Benar saja, Suamiku sedang di sana, sedang bercinta dan tertawa bersama istrinya.

Aroma percintaan mereka terdengar sampai ke telinga, ingin kugedor tapi tak pantas karena wanita itu memang istrinya, juga aku pasti akan mendapat situasi yang salah dan disalahkan.

"Iya, Mas, pelan-pelan ...." Desah wanita itu dari dalam sana.

Aku hanya bisa bersandar di dinding sambil memeras sisa air mata, tubuhku lemah, berikut juga hatiku. Belum bisa kuputuskan apa apa, karena setelah rangkaian rasa syok dan sakit yang menumpuk, kepalaku jadi kosong dan tidak bisa berpikir.

Bab terkait

  • TERPAKSA BERBAGI CINTA   5. sampai pagi

    Sampai pagi Pukul tujuh malam.Suara deru mobil di halaman rumah membangunkan aku dari posisi tertidur di ruang shalat, mungkin karena begitu lelah, hingga diri ini jatuh dalam lelap."Ayo, masuk, jangan ragu."Suara Mas Akbar terdengar, namun siapa yang dia suruh masuk? Sesaat aku tercenung hingga aku menyadari sesuatu, jangan sampai ... apa yang kuduga terjadi."Aku cemas Mas," balas seorang wanita."Jangan takut, aku akan selalu membelamu, kini tempat ini adalah rumah kita. Rumah yang kubangun untuk istriku."Segera dengan langkah kaki secepat kilat aku menuju ruang tamu dan benar saja, Mas Akbar membawa pulang istrinya."Apa lagi ini?" tanyaku pelan. Kusapu pandangan pada suami dan wanita yang kini sudah berpenampilan rapi dengan rambut tergerai indah."Aku membawanya karena sudah terlanjur semua orang mengetahui statusku, jadi, kami harus bertanggung jawab.""Oh ya, begitu ya?" tanyaku sinis."Ya, aku harap pengertianmu," jawabannya lirih. Belum juga aku mengatakan apa apa, dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • TERPAKSA BERBAGI CINTA   6. uang

    "Uangku ... Mana uangku ...."Aku seolah mendengar kembali suara sendiri, tapi lamat-lamat suara itu samar dan tenggelam.Kucoba membuka mata, meski masih berat, kulirik di sisi pembaringan, di mana aku terbaring lemah. Ada Mas Akbar terlihat menatapku dengan penuh cemas."Kamu udah baikan?"Aku tak menjawab, andai bisa aku tak mau berjumpa dengannya. Hanya kuhela napas pelan lalu membuang muka darinya."Dengar Sayang, aku akan mengembalikan uangmu, dalam waktu dekat," bisiknya pelan."Kapan, kau berbohong lagi, Mas," desisku."Secepatnya, Sayang.""Menjauhlah!" Aku menepis dia yang ingin menyentuhku, Sakit hatiku belum terobati terlebih ketika mengingat bagaimanakah caranya dia di tenda kemarin. Aku ingin kabur tapi aku malu pada kedua orang tuaku karena sudah mati matian mempertahankan dan meyakinkan mereka untuk merestui pernikahan kami."Ini tidak akan lama aku berjanji padamu akan membawa pergi Lisa dari rumah ini.""Lalu, apa yang kau tunggu, Mas?""Aku menunggu semua masalah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • TERPAKSA BERBAGI CINTA   1. harus bahagia atau sedih??

    **Tanpa alas kaki, kunaiki taksi dan meluncur ke sebuah alamat. Sambil menahan tangis, dan debaran dada yang berlomba dengan ketegangan, aku terus berdoa agar musibah itu tidak terjadi.Seorang sahabatku menelpon dan memberi tahuku bahwa secepat mungkin aku harus mencegah petaka besar yang mungkin bisa mengubah jalan hidupku dan bayi ini.Ya, bayi yang baru kuketahui tumbuh di rahimku pagi tadi. Bayi yang kutunggu dari delapan tahun sejak akad nikah kami.❤️❤️Kubuka pintu taksi dan berlari ke sebuah tenda acara yang terlihat begitu mewah dengan desain rustic elegan. Selagi berlari menuju ke depan acara, aku terlambat. Kata sah sudah bergema, lututku lemas, dadaku sakit, begitu juga tenaga dan tulang-belulangku seolah dicabut paksa dari tubuh ini.Aku tersungkur tepat di depan saksi dan penghulu pernikahan suamiku."Apa ini Mas? Kamu nikah lagi .... ya Allah ....""Sofia ...." Mas Akbar langsung terkesiap melihat kedatanganku sementaraair mataku tumpah, tubuhku seketika kehilangan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • TERPAKSA BERBAGI CINTA   2. hamil

    ❤️❤️Kehamilanku ternyata tak berguna lagi di hari pernikahanmu.**Sambil mengemas tangis dan meraup serpihan hati yang berserakan, kutinggalkan acara resepsi suamiku.Mirisnya, diriku yang sedih dan terluka sangat kontras dengan semua orang yang sedang berbahagia dengan perayaan cinta Mas Angga dan istri barunya.Di depan itu kulihat ada foto prewedding di pasang di kanvas berukuran besar, gaya mesra mereka yang saling menatap dan berpelukan menciptakan kobaran api di hatiku. Angin tiba tiba bertiup kencang menyibak rambutku dan menggoyangkan tumpukan bunga wisteria yang disulap bagai surga sehari untuk kedua mempelai.Aku makin gamang karena ratusan pasang mata masih menatap padaku.Air mataku meluncur, jatuh ke atas punggung kaki, lalu perlahan aku sadar, betapa konyolnya aku menangis begini.Seharusnya Mas Akbar, istri serta keluarganya memuliakanku karena posisiku lebih atas dari anak mereka. Seharusnya aku menjadi ratu bagi rumah tanggaku, bukan seperti gembel terbuang maca

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • TERPAKSA BERBAGI CINTA   3. hancur sekali

    "Ayo pulang, Sofia, kamu udah puas bikin aku malu!" tiba tiba Mas Akbar menarik lenganku dan mengajakku bangun dari pelaminan yang bahkan belum diduduki pengantinnya. Ada raut murka sekaligus malu di wajah Mas Akbar, mendapatkan hari pernikahannya dihancurkan oleh wanita berdaster yang sedang hamil."Puas? puas apanya? aku belum puas Mas, selama belum bikin kamu menderita seperti ini," jawabku sambil mengusap air mata, pandangan kami sejajar agar dia memahami betapa marah dan kecewanya aku saat ini. Meski aku tertawa jahat, tapi hati ini hancur lebur, tak berbentuk lagi, bahkan aku tak bisa membedakan mana tangis dan mana senyum yang saat ini harus kutunjukkan di depan semua orang."Jangan pura-pura nangis, padahal kamu baru saja merusak momenku!" bentaknya sambil menyeretku.Alangkah hancur hati diperlakukan sekasar ini di hari aku mengetahui bahwa kini diriku membawa calon bayi, calon kehidupan baru untuk keluarga kami, bahkan untuk keluarga besarnya."Lepaskan, jangan menyeret

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25

Bab terbaru

  • TERPAKSA BERBAGI CINTA   6. uang

    "Uangku ... Mana uangku ...."Aku seolah mendengar kembali suara sendiri, tapi lamat-lamat suara itu samar dan tenggelam.Kucoba membuka mata, meski masih berat, kulirik di sisi pembaringan, di mana aku terbaring lemah. Ada Mas Akbar terlihat menatapku dengan penuh cemas."Kamu udah baikan?"Aku tak menjawab, andai bisa aku tak mau berjumpa dengannya. Hanya kuhela napas pelan lalu membuang muka darinya."Dengar Sayang, aku akan mengembalikan uangmu, dalam waktu dekat," bisiknya pelan."Kapan, kau berbohong lagi, Mas," desisku."Secepatnya, Sayang.""Menjauhlah!" Aku menepis dia yang ingin menyentuhku, Sakit hatiku belum terobati terlebih ketika mengingat bagaimanakah caranya dia di tenda kemarin. Aku ingin kabur tapi aku malu pada kedua orang tuaku karena sudah mati matian mempertahankan dan meyakinkan mereka untuk merestui pernikahan kami."Ini tidak akan lama aku berjanji padamu akan membawa pergi Lisa dari rumah ini.""Lalu, apa yang kau tunggu, Mas?""Aku menunggu semua masalah

  • TERPAKSA BERBAGI CINTA   5. sampai pagi

    Sampai pagi Pukul tujuh malam.Suara deru mobil di halaman rumah membangunkan aku dari posisi tertidur di ruang shalat, mungkin karena begitu lelah, hingga diri ini jatuh dalam lelap."Ayo, masuk, jangan ragu."Suara Mas Akbar terdengar, namun siapa yang dia suruh masuk? Sesaat aku tercenung hingga aku menyadari sesuatu, jangan sampai ... apa yang kuduga terjadi."Aku cemas Mas," balas seorang wanita."Jangan takut, aku akan selalu membelamu, kini tempat ini adalah rumah kita. Rumah yang kubangun untuk istriku."Segera dengan langkah kaki secepat kilat aku menuju ruang tamu dan benar saja, Mas Akbar membawa pulang istrinya."Apa lagi ini?" tanyaku pelan. Kusapu pandangan pada suami dan wanita yang kini sudah berpenampilan rapi dengan rambut tergerai indah."Aku membawanya karena sudah terlanjur semua orang mengetahui statusku, jadi, kami harus bertanggung jawab.""Oh ya, begitu ya?" tanyaku sinis."Ya, aku harap pengertianmu," jawabannya lirih. Belum juga aku mengatakan apa apa, dia

  • TERPAKSA BERBAGI CINTA   4. dia datang

    Pukul tujuh malam.Suara deru mobil di halaman rumah membangunkan aku dari posisi tertidur di ruang shalat, mungkin karena begitu lelah, hingga diri ini jatuh dalam lelap."Ayo, masuk, jangan ragu."Suara Mas Akbar terdengar, namun siapa yang dia suruh masuk? Sesaat aku tercenung hingga aku menyadari sesuatu, jangan sampai ... apa yang kuduga terjadi."Aku cemas Mas," balas seorang wanita."Jangan takut, aku akan selalu membelamu, kini tempat ini adalah rumah kita. Rumah yang kubangun untuk istriku."Segera dengan langkah kaki secspat kilat aku menuju ruang tamu dan benar saja, Mas Akbar membawa pulang istrinya."Apa lagi ini?" tanyaku pelan. Kusapu pandangan pada suami dan wanita yang kini sudah berpenampilan rapi dengan rambut tergerai indah."Aku membawanya karena sudah terlanjur semua orang mengetahui statusku, jadi, kami harus bertanggung jawab.""Oh ya, begitu ya?" tanyaku sinis."Ya, aku harap pengertianmu," jawabannya lirih. Belum juga aku mengatakan apa apa, dia sudah menyu

  • TERPAKSA BERBAGI CINTA   3. hancur sekali

    "Ayo pulang, Sofia, kamu udah puas bikin aku malu!" tiba tiba Mas Akbar menarik lenganku dan mengajakku bangun dari pelaminan yang bahkan belum diduduki pengantinnya. Ada raut murka sekaligus malu di wajah Mas Akbar, mendapatkan hari pernikahannya dihancurkan oleh wanita berdaster yang sedang hamil."Puas? puas apanya? aku belum puas Mas, selama belum bikin kamu menderita seperti ini," jawabku sambil mengusap air mata, pandangan kami sejajar agar dia memahami betapa marah dan kecewanya aku saat ini. Meski aku tertawa jahat, tapi hati ini hancur lebur, tak berbentuk lagi, bahkan aku tak bisa membedakan mana tangis dan mana senyum yang saat ini harus kutunjukkan di depan semua orang."Jangan pura-pura nangis, padahal kamu baru saja merusak momenku!" bentaknya sambil menyeretku.Alangkah hancur hati diperlakukan sekasar ini di hari aku mengetahui bahwa kini diriku membawa calon bayi, calon kehidupan baru untuk keluarga kami, bahkan untuk keluarga besarnya."Lepaskan, jangan menyeret

  • TERPAKSA BERBAGI CINTA   2. hamil

    ❤️❤️Kehamilanku ternyata tak berguna lagi di hari pernikahanmu.**Sambil mengemas tangis dan meraup serpihan hati yang berserakan, kutinggalkan acara resepsi suamiku.Mirisnya, diriku yang sedih dan terluka sangat kontras dengan semua orang yang sedang berbahagia dengan perayaan cinta Mas Angga dan istri barunya.Di depan itu kulihat ada foto prewedding di pasang di kanvas berukuran besar, gaya mesra mereka yang saling menatap dan berpelukan menciptakan kobaran api di hatiku. Angin tiba tiba bertiup kencang menyibak rambutku dan menggoyangkan tumpukan bunga wisteria yang disulap bagai surga sehari untuk kedua mempelai.Aku makin gamang karena ratusan pasang mata masih menatap padaku.Air mataku meluncur, jatuh ke atas punggung kaki, lalu perlahan aku sadar, betapa konyolnya aku menangis begini.Seharusnya Mas Akbar, istri serta keluarganya memuliakanku karena posisiku lebih atas dari anak mereka. Seharusnya aku menjadi ratu bagi rumah tanggaku, bukan seperti gembel terbuang maca

  • TERPAKSA BERBAGI CINTA   1. harus bahagia atau sedih??

    **Tanpa alas kaki, kunaiki taksi dan meluncur ke sebuah alamat. Sambil menahan tangis, dan debaran dada yang berlomba dengan ketegangan, aku terus berdoa agar musibah itu tidak terjadi.Seorang sahabatku menelpon dan memberi tahuku bahwa secepat mungkin aku harus mencegah petaka besar yang mungkin bisa mengubah jalan hidupku dan bayi ini.Ya, bayi yang baru kuketahui tumbuh di rahimku pagi tadi. Bayi yang kutunggu dari delapan tahun sejak akad nikah kami.❤️❤️Kubuka pintu taksi dan berlari ke sebuah tenda acara yang terlihat begitu mewah dengan desain rustic elegan. Selagi berlari menuju ke depan acara, aku terlambat. Kata sah sudah bergema, lututku lemas, dadaku sakit, begitu juga tenaga dan tulang-belulangku seolah dicabut paksa dari tubuh ini.Aku tersungkur tepat di depan saksi dan penghulu pernikahan suamiku."Apa ini Mas? Kamu nikah lagi .... ya Allah ....""Sofia ...." Mas Akbar langsung terkesiap melihat kedatanganku sementaraair mataku tumpah, tubuhku seketika kehilangan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status