TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPU
BAB KE : 16 RATU KENCANA WANGI 18+POV : TIWISetelah kelima pelayan itu pergi, rasa penasaran kembali menghantuiku. Berbagai pertanyaan bersiliweran di otak ini yang membuat kepalaku sedikit pusing.
Ratu Kencana Wangi ... siapa lagi itu? Apakah dia ratunya di sini? Kemudian kenapa aku dipanggil mereka dengan sebutan Bunda Ratu? Apakah aku Ibunya Ratu Kencana Wangi?
Ah, pikiranku telah ngacau ke mana-mana. Mustahil aku Ibunya Ratu Kencana Wangi, punya anak saja belum. Kalau calon Ibu sih, iya! Karena telah ada janin dalam perutku ini.
Tanganku seketika mengusap perut. Kini aku baru ingat, bahwa diriku sedang hamil. Hamil muda, yang membuat aku suka mual dan pengen kencing terus.
Begitu seringnya aku ke kamar mandi, hingga suatu malam aku jatuh. Jatuh karena melihat sosok yang mengerikan. Ya, itul
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 14POV : TIWI"Apa?!" Mulutku menganga dengan mata melotot.Apa dia bilang? Janin yang ada di dalam perutnya adalah anak suamiku? Mas Ronal? Tidak ... tidak mungkin! Aku tidak percaya itu.
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 18SUKMA TIWI DISANDERA RATU KENCANA WANGI18+Apakah sebenarnya yang terjadi dengan Tiwi? Setelah dia pingsan di depan kamar mandi, mengapa tiba-tiba dia berada di sebuah kamar yang ada di bukit lampu?Ustad Danu memang berhasil mengusir jin yang merasuki Tiwi, tapi jin itu tidak mati atau jera
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 19UJUD ASLI RATU KENCANA WANGI18+"Bhua ha ha ha!"Ratu Kencana Wangi memeluk Tiwi sambil tertawa terbaha-bahak. Tawa yang tidak pantas untuk seorang perempuan, apalagi sekelas ratu. Sangat tidak sopan.
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 20TIWI INGIN KABUR18+Tiwi menarik napas panjang. Hatinya sedikit lega setelah Ratu Kencana Wangi pergi dari kamar tersebut.Tiwi duduk membenarkannya dengan menyandarkan punggung pada kepala ranjang, dan kedua kaki bersilonjor. Terlihat sedang sesua
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 21GANAYANA SANG PELAYAN18+Ketika melihat ujud makhluk tersebut, refleks Tiwi bangkit dari duduknya dengan sentakkan serta pekikkan khas emak-emak di kala kaget.Setelah berdiri dia langsung pasang kuda-kuda dengan jurus cengcorang kegelian tak tentu arah.Kenapa dikatakan jurus cengcorang? Karena terlihat dari gerakkan ke dua tangan Tiwi yang memutar ke sembarang arah seperti cengcorang.Ujung jarinya bertaut membentuk kerucut, persis ular kadut lagi galau mau mematuk.Disamping kedua tanganya aktif bergerak ke sana dan ke sini, Langkah kaki Tiwi pun ikut bergerak ke kiri dan kanan, kayak ibu-ibu yang lagi senam poco-poco di jalan gang kompleks perumahan.Jurus yang aneh. Mungkin kalau guru Wiro Sableng yang bernama Eyang Sinto Gendeng melihat gerakkan Tiwi tersebut, dia akan ngompol saking herannya.S
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB : 22KETAKUTAN DI RUMAH BU DARMI18+"Ronal... Ronal... Ronal!? Ke sini, Ronal!?" teriakkan Bu Darmi memecahkan keheningan malam.Ibu dari Tiwi dan Tika itu berulang kali memangil menantunya dengan suara yang sangat keras. Kerasnya suara Bu Darmi tidak hany
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 23RASA TAKUT YANG TAK BIASA18+Cepat ke sini!" desak Bu Darmi.Rupanya Bu Darmi memang serius minta ditemenin Tika. Mungkin karena rasa takut juga hadir di hatinya mendengar apa yang dikatakan Tika tadi."Pergi sana ... temani Ibu!" Ronal ikut memerintah Tika.Keraguan semakin jelas terlihat di wajah Tika. Walau berdua dengan Ibu, rasanya Tika masih tidak berani ke dapur.Posisi dapur bersebelahan dengan kamar mandi.Bagaimana mana nanti kalau hantu itu menarik dirinya dan membawa ke dalam kamar mandi, pikir Tika."Hyiiiii!"Gadis itu kembali bergidik dengan rasa takut yang tadi hampir hilang, kini muncul kembali."Kalau tidak mau. Biar Mas Ronal yang menemani Ibu dan kamu tetap di sini bersama Mbak Tiwi," ucap Ronal sambil berdiri."Nih, min
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 24TIWI TAK KUNJUNG SADAR18+Tidak jelas makhluk apa itu, dan entah benar itu makhluk atau perasaannya saja. Ronal tidak bisa memastikan, dia mengucek mata untuk memperjelas penglihatannya.Namun, tetap saja dia tidak melihat sesuatu yang mencurigakan. Malah rasa takut di hati Ronal semakin bertambah."Tenang ... tenang ... tidak ada apa-apa, Ronal! Tak perlu takut!" gumam Ronal pelan untuk menenangkan hati sambil mengusap-usap bagian dadanya dengan telapak tangan.Sementara degup di dada itu semakin tidak beraturan. Bergemuruh bak bedug yang ditabuh bertalu-talu. Sehingga membuat napas Ronal sedikit sesak.Dengan perlahan Ronal menarik pandangan dari pintu kamar. Matanya kembali menuju area yang dirasa ada sesuatu di sana.Perbuatan ini justru membuat rasa takut itu semakin menggila, keringat dingin mulai
BAB KE : 12O AKHIR SEBUAH CERITA 16+Kakek itu hanya bisa berharap seperti itu, karena yang maha mengetahui hanya Tuhan, apakah berdosa atau tidak berdosanya seseorang ketika melakukan suatu perbuatan hanya Tuhan yang bisa menentukan. Mungkin dari segi ilmu fiqih ada keterangan berdosa bila melakukannya, tapi Tuhan maha mengetahui niat seseorang. Tuhan lebih mengetahui kenapa orang tersebut sampai terperosok ke dalam dosa tersebut. Tidak boleh menghakimi bila sesuatu perkara itu belum terang oleh kita, itu prinsip yang dipakai oleh Galogentang. "Aamiin!" Ronal dan Ucil hampir serentak mengucapkan kata penutup doa tersebut menyambut ucapan Galogentang. "Tapi, belum tentu juga kamu tidak berdosa." Kalimat Galogentang yang ini membuat Ronal memiringkan mulutnya dengan mata menyipit menatap kakek tersebut sambil mengangkat bahu. "Ya, mungkin dosa kamu akan dipungut dari sisi kebodohan ...""Kebodohan bagaimana maksudnya?" Ronal memotong kalimat Galogentang."Dalam hidup itu, kita
BAB KE : 119 GALOGENTANG DAN UCIL SABARUCIL DATANG KE RUMAH RONAL 16+"Kakek Galogentang!" seru Ronal tertahan sambil bergegas ke arah mobil, karena dari balik mobil itulah kepala Galogentang menyembul. Senyum lepas dari bibir Galogentang, begitu pula dengan Ronal, setelah dekat mereka berpelukan. Jelas kegembiraan terlihat di wajah mereka. Bagi Ronal ini adalah pertemuan yang tidak disangka-sangka. Pertemuan yang membuat bahagia. "Eh, Ucil Sabarucil juga ada!" Senyum Ronal berubah jadi tawa lepas, ketika melihat makhluk kerdil juga ada di sana. Tadi Ronal tidak melihat, mungkin karena Ucil terlalu kecil, sehingga luput dari pandangan mata Ronal. Setelah melepaskan pelukan dengan Galogentang, Ronal bersimpuh di depan Ucil. Walau telah bersimpuh, Ronal tetap lebih tinggi dari Ucil. Kemudian mereka pun berpelukan. "Ayo, masuk! Kita bicara di dalam saja," ajak Ronal sesaat kemudian. "Mau bikin heboh orang yang ada di dalam rumahmu? Mereka kan tidak dapat melihat kami, nanti ka
ADA CINTA ANTARA TIKA DAN RAHMAN BAB KE : 118 "Memangnya Tika belum kenalan sama Rahman, Pak Hansip?"Semua mata mengarah pada Bu RT ketika beliau melepaskan pertanyaan tersebut. Berbagai ekspresi terlihat dari wajah mereka yang ada di ruangan tersebut. Ada yang tertawa, ada yang tersenyum, ada yang senyumnya sengaja dikulum, bahkan ada pula yang cengengesan. Rahman dan Tika juga ikut tersenyum, tapi cuma sebentar, karena tahap berikutnya wajah mereka memerah dan buru-buru menunduk. "Bu RT ngomong apa sih?" Sungut Tika pada Bu RT sebelum menunduk. Wajah Tika memang rada cemberut, tapi hatinya serasa terbang dengan sejuta bunga-bunga yang bermekaran, penuh kebahagiaan. Mungkin memang begitu sifat orang yang sedang jatuh cinta, kata hati dan ekspresi wajahnya suka tidak sama, kadang hati berkata iya, tapi kepala menggeleng diselingi anggukan. "Kenalan secara formal mungkin belum, Bu RT. Cuma rasanya, hati dan jiwa mereka sudah saling menyelami, dan sama-sama merasakan suka yan
BAB KE : 117 ADA APA DENGAN TIKA 16+Ternyata peristiwa di kampung jin benar-benar jadi pelajaran yang berharga bagi Ronal dan istrinya. Selama ini pasangan suami istri tersebut tidak begitu mempercayai akan adanya alam gaib yang mirip dengan perkampungan manusia. Mereka juga tidak percaya dengan adanya aturan tata krama dan adab terhadap makhluk-makhluk tersebut. Bahkan mereka tidak percaya sama sekali kalau makhluk astral bisa mengganggu kehidupan manusia. Namun, pengalaman telah mengajarkan mereka untuk mempercayai adanya kekuatan dari makhluk gaib, bukan sekedar percaya akan adanya Tuhan saja, tapi harus mempercayai adanya makhluk gaib yang diciptakan Tuhan.Kini mereka baru mengerti, bahwa tidak semua kejahatan dapat dilihat dengan nyata, sebab itu perlu berserah diri dan minta perlindungan pada Tuhan, tentu jalannya dengan takwa dan berdoa. Bermacam doa pun mulai mereka hapal, doa masuk ke kamar mandi sampai doa ketika mau berhubungan antara suami dan istri pun mereka haf
BAB KE : 116 RONAL KEMBALI PULANG 16+Dua lelaki yang kelihatan sebaya itu keluar dari gubuk. Sesaat Nursalim menatap ke arah gubuknya yang berjarak tidak begitu jauh dari gubuk Kartim, terlihat istrinya masih sibuk mengusir burung yang silih berganti mampir di sawah mereka. Nursalim berjalan di depan, diikuti Kartim dengan hati yang masih diliputi rasa was-was. Sambil berjalan mereka terus berbincang, membicarakan dan menebak apa gerangan yang ada di sana. Bahkan Nursalim pun telah melupakan niat awalnya ke gubuk Kartim, yang sebenarnya hendak meminjam korek api, entah kenapa hari ini dia lupa membawa benda tersebut. Padahal biasanya benda yang satu itu selalu nyempil dalam kantongnya. "Sepertinya ada mayat!" kata Nursalim sambil menghentikan langkah ketika mereka telah hampir sampai di tempat Ronal. Kartim memanjangkan leher, mengintip dari belakang Nursalim. Mata Kartim cukup lama meneliti sosok lelaki yang tergeletak tanpa bergerak itu, yang jaraknya tidak jauh dari tempa
BAB KE : 115RONAL DIKIRA HANTU 16+Tidak jauh dari tempat Ronal pingsan, dari sebuah gubuk yang ada di sawah tersebut, terlihat seorang bapak-bapak berumur sekitar empat puluh lima tahun. Sebelum matahari menyinari bumi, dia telah berada di sawahnya, dengan maksud untuk menjaga padinya dari incaran burung liar. Ada keanehan yang dia rasakan pagi ini, tak ada satu pun burung yang hinggap di area sawahnya. Sementara temannya yang lain pada sibuk berteriak mengusir burung yang mampir untuk mencicipi bulir padi milik mereka.Keanehan itu memang sempat mengganjal hatinya, tumben burung-burung pada enggan mampir di petak sawahnya, padahal biasanya padi milik dialah sasaran utama dari burung-burung tersebut, karena petak sawah bapak tersebut berada persis di bawah kaki bukit, tempat di mana burung-burung bersarang.Rasa heran di hatinya semakin menjadi, ketika melihat asap tipis yang mengudara di bagian ujung sawahnya. Batin lelaki itu mengira ada api di sekitar sana. Tapi siapa pula y
BAB KE : 114 MAKHLUK BUNIAN DAN SILUMAN BUAYA JADI PEMENANG16+Korban dari kedua belah pihak berjatuhan. Karena yang terjun ke medan tempur sangat banyak dari masing-masing kelompok, sehingga korban yang berjatuhan tentu sangat banyak pula, mungkin jumlahnya ribuan.Peperangan di perbatasan sebenarnya dimenangkan oleh Ratu Kencana Wangi. Kelompok Jin Sumbing bahkan sampai lari terbirit-birit menyelamatkan diri ke wilayahnya. Namun, betapa terkejutnya mereka, karena mereka langsung disambut oleh pasukan makhluk Bunian yang telah siap menanti dengan prajurit-prajurit andalan mereka. Tidak sulit bagi makhluk Bunian untuk mengalahkan kelompok Jin Sumbing yang sudah kelelahan. Akhirnya mereka semua berhasil di tangkap dan dijebloskan ke penjara. Nasib Ratu Kencana Wangi dan pasukannya juga tidak kalah apesnya dibandingkan dengan kelompok Jin Sumbing. Sebenarnya kelompok Ratu Kencana Wangi sengaja tidak mengejar Jin Sumbing, karena mereka merasa sudah yakin menang dan hanya menunggu
BAB KE : 113SILUMAN BUAYA DAN MAKHLUK BUNIAN IKUT PERANG 16+Balon tersebut menggelinding dengan cepat menuju dasar jurang. Terkadang melenting tinggi bila menabrak batu, kadang-kadang malah menghantam pohon yang tumbuh di sisi tebing.Namun, balon itu tidak pernah berhenti, terus meluncur karena pengaruh gravitasi bumi. Entah bagaimana nasib Ronal yang ada di dalam balon tersebut. Setelah melambaikan tangan ke arah balon raksasa yang terus meluncur, tanpa menunggu lambaiannya berbalas, Galogentang langsung menghentakan kaki ke bumi. Sekali hentak, tubuhnya melambung, lalu melayang di angkasa. Galogentang tidak kembali ke arena pertempuran Ratu Kencana Wangi dan Jin Sumbing. Dia malah terbang menuju wilayahnya, wilayah siluman buaya. Setelah sampai di wilayah siluman buaya, Galogentang segera menemui rajanya dan menceritakan apa yang terjadi, sekaligus mengusulkan untuk segera melakukan penyerangan ke wilayah Bukit Lampu. Mendengar apa yang disampaikan Galogentang, raja siluma
BAB KE : 112RONAL DITENDANG KE DALAM JURANG OLEH GALOGENTANG 16+Sikap Ronal ini justru membuat tawa Galogentang semakin keras, wajahnya sampai memerah. Tentu sikap kakek tersebut membuat Ronal semakin masgul bin keki. "Benar-benar makhluk aneh, urusan hidup mati orang, malah ditanggapi dengan tawa," rutuk Ronal dalam hati."Jurang itu hanya bentuknya saja yang curam, tapi selalu ada sisi atau bagian tempat kita berpijak. Lakukan dengan percaya diri, jagan takut akan sesuatu! Bila kita sudah takut sebelum mengetahui keadaan yang sebenarnya. Itu sama saja takut dengan bayang-bayang," ucap Galogentang setelah tawanya reda."Tapi saya memang tidak berani menuruni jurang itu, Kek! Lewat jalan yang datar saja, atau Kakek ikut bersama saya," tawar Ronal. "Apakah kamu ingin bersama saya menuruni jurang itu?" tanya Galogentang. "Iya, kalau bersama Kakek, saya berani," jawab Ronal cepat. "Ayo, kita ke sana!" ajak Galogentang sambil berdiri. "Ayo!" Ronal menyanggupi, dia pun berdiri,