BAB KE : 85 MEMBAH KEMBALI MENGANCAM RONAL 16+Ronal menangkap isarat yang diberikan Seruni itu, dan dia juga melihat ada perubahan pada wajah Membah. Ronal menduga ada sebuah rencana yang akan dilakukan oleh Seruni dan Membah, tentu Ronal tidak mau terperangkap oleh rencana itu. Kecerdasan Ronal mengajak pikirannya untuk terus bersandiwara. Hanya dengan sandiwaralah dia akan terbebas dari kecurigaan Membah dan mungkin juga akan lepas dari tempat ini. Ronal harus bersikap seolah-olah senang berada bersama mereka, tanpa melakukan sesuatu yang bisa membuat mereka curiga. Karena bila telah curiga, tentu Membah akan menggunakan ilmunya untuk mengetahui isi hati Ronal, jika hal itu terjadi, jelas akan membuat langkah Ronal semakin sulit. "Kalau tidur di kamar, saya tidak bisa memikirkan dalil-dalil untuk melawan Membah. Itu artinya debat besok saya bakal kalah," jawab Ronal ngacau. "Kalau itu terjadi ... artinya saya telah dikalahkan secara curang, sebab persekongkolan antara bap
BAB KE : 86 KAMAR UNTUK RONAL 16+Di ruangan ini ada tiga kamar tidur, dua kamar berdampingan sejajar, sepertinya satu ruangan yang dibagi menjadi dua bagian, dan posisinya berseberangan dengan meja makan, itulah kamar Membah dan Seruni. Satu kamar lagi di samping meja makan, pintunya berhadapan langsung dengan pintu kamar Seruni, ke kamar itulah saat ini Seruni menuju. Kamar yang telah dipersiapkan sebagai perangkap untuk Ronal.Di dalam kamar, sesaat Seruni tertegun menatap ranjang dengan ukuran sekitar dua kali satu setengah meter, yang berdiri menempel pada dinding geribik. Ranjang itu sangat kokoh, terbuat dari kayu bekas yang dijual di lapak Madura, he he he ... yang sebenarnya ranjang itu terbuat dari kayu jati yang berukir. Mana ada lapak kayu Madura di kampung jin. Seprei berwarna hijau dipadu dengan kelambu putih transparan dengan renda bersulam benang emas, membuat penampilan ranjang tersebut semakin menarik. Setelah tertegun dengan wajah sendu mengharunya, Seruni
BAB KE : 87 MAKHLUK KERDIL YANG USIL 16+Sementara itu, di ruang tamu Ronal baru saja selesai meregangkan tubuhnya. Menggeliat untuk mengusir rasa penat yang sedang bercokol.Matanya memang mengantuk, tapi susah untuk terpejam. Ronal memaksakan diri agar terlelap dengan memicingkan mata, tapi selalu sia-sia. Malah rasa pegal yang datang menghampiri. Entah sudah berapa kali lelaki itu menggeliat dan menguap sejak ditinggalkan Seruni dan Membah tadi, tapi rasa pegal itu belum juga sirna. Mungkin itu pertanda dia memang sudah lelah. Ronal menggabungkan dua kursi, dan duduk bersilonjor di atasnya dengan punggung rebah pada sandaran, begitulah cara dia tidur. Mungkin cara tidur seperti ini, juga ikut andil mempengaruhi otaknya untuk malas beristirahat ... tempat tidur yang tak nyaman. Ronal kembali memejamkan mata, dengan harapan semoga bisa tertidur dengan segera, walaupun cuma sesaat sudah cukup baginya untuk menyegarkan badan. "Sreeeet sreeeert sreeeert!"Tiba-tiba ada suara sep
BAB KE : 88 CENGIRAN MAKHLUK KERDIL 16+"Astagfirullah!" Ronal menarik kepalanya dengan cepat, dadanya berdebar kencang. Hampir saja Ronal terjengkang karena kaget ketika melihat sosok makhluk yang berada di bawah jendela.Walaupun Ronal telah memperkirakan ada sesuatu di sana dan dia juga telah mempersiapkan mental dengan kekuatan penuh.Tetap saja keberadaan makhluk di bawah jendela tersebut membuat wajah Ronal pucat pasi, dengan degup di dada bergetar seperti ditabuh. Bagaimana tidak pucat pasi? Disaat mata Ronal menatap ke bawah, pandanganya langsung bertabrakan dengan sosok wajah tua keriput yang tersenyum padanya, senyuman itu lebih mirip seringai.Mata mereka beradu dengan jarak yang sangat dekat, mungkin hanya berkisar sekitar satu jengkal saja. Dengan bentuk mata yang dimiliki makhluk tersebut, tentu akan membuat ngeri siapa saja yang melihatnya, begitu pula dengan Ronal. Serasa nyawanya menghiba mohon pamit untuk meninggalkan raga, tentu saja Ronal tidak mengijinkan
BAB KE : 89JIN PENJAJAH 16+Owh, iya ... Ronal baru ingat, tadi sekilas dia sempat melihat makhluk itu di atas tangga, itupun kepalanya belum bisa sejajar dengan dasar jendela. Mungkin tangganya yang kurang tinggi. "Ya, udah! Saya yang akan melongok kamu keluar, tapi jangan ngagetin ya!" pinta Ronal. "Ya, Om! Tenang aja! Saya nggak suka ngagetin orang kok. Beda ama Om, sewaktu Om kecil suka usil seperti jin ...." jawab makhluk itu yang membuat Ronal bekernyit. "Kok dia bisa tahu?" batin Ronal bertanya. "Benar ... usil itu sifatnya jin, tapi dia dulu juga suka usil, bisa-bisa saya dijadikan temanya di neraka kelak, teman jin usil," lanjut batin Ronal. "Hyyiiiii ...!" Ronal bergidik mengingat tingkah lakunya waktu kecil dan terbayang dahsyatnya siksaan neraka, sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ustad Jama'ah yang pernah dia dengar di tivi. "Jama'aaaahhh oooo jama'ah! Alhamdu ... lillahhhh ...!"Kalimat seperti itu sering dia dengar dari tivi, karena hampir saban hari mert
BAB KE : 90 SEJARAH KAMPUNG BUNIAN 16+"Pop poo poo pooopppp ...!?""Pop poo poo pooopppp ...!?"Makhluk itu berteriak dengan keras ketika memasuki ruang tengah, tentu saja hal tersebut membuat Ronal kaget dan hatinya diliputi rasa cemas, dengan cepat dia menutup pintu, lalu berlari menyusul makhluk kerdil. "Pop poo poo pooopppp ...!?""Pop poo poo pooopppp ...!?"Makhluk itu kembali berteriak, dengan meletakan kedua telapak tangan yang dilipat menyerupai cerobong di depan mulutnya. Suaranya melengking, seperti akan memecahkan ruangan tersebut. Dia mengarahkan mulutnya ke pintu kamar Membah dan melakukan hal yang sama di pintu kamar Seruni. Walau untuk melakukan itu dia harus bolak-balik berlari dari pintu kamar Membah ke pintu kamar Seruni. Wajahnya cengar-cengir seolah meledek Ronal."Hoyiiiii, jangan berisik!" bentak Ronal dengan menekan intonasi suaranya, sambil menangkap dan mencekal tangan makhluk tersebut. Mata Ronal dengan cemas memandang pintu kamar Membah yang tertut
BAB KE : 91 JIN SUMBING MERAMPAS WILAYAH JIN BUNIAN 16+Setelah sempat bersu'uzon ria, jiwa mulia Ronal pun muncul dengan akhlakul karimahnya. Tidak baik berburuk sangka, barang sesuatu harus ditela'ah lebih dulu, bila perlu kudu tabayun. Begitulah kira-kira bisikan hati Ronal. Siapa tahu makhluk kerdil tersebut paling pakar dalam bidang ini, kalau diurutkan berdasarkan statistik, memang dialah yang paling pakar dan ahli dalam kasus yang sedang dihadapi Ronal saat ini. Sebab, tidak ada lagi makhluk lain yang bisa diajak curhat dan diskusi untuk mencari solusi. Cuma dia satu-satunya, berarti dialah yang terbaik. Siapa tahu dari makhluk kerdil ini, dia bisa mengetahui lebih rinci dan akan mempermudahnya untuk kabur. Syukur-syukur makhluk kerdil mau membantunya hengkang dari rumah Membah dan Seruni. Itu kesimpulan Ronal. Akhirnya atas permintaan Ronal, makhluk kerdil tersebut bersedia untuk menceritakan semua yang ia tahu. Dia begitu bersemangat dalam bercerita. Namun, dia malah
BAB KE : 92 RONAL YANG KERAS KEPALA 16+"Om, berprasangka buruk pada saya ya?" tanya si kerdil kemudian, dengan pelan. "Tidak, saya tidak berprasangka buruk. Cuma heran saja, kenapa kamu tahu akan masa kecil saya?" jawab Ronal dengan diikuti sebuah pertanyaan. "Itu gampang, Om ...! Tinggal ditanya saja pada jin lain yang ada di kampung Om saat Om masih kecil," jawabnya santai. "Emang bisa begitu?""Ya, bisa. Namanya kita satu ras, suku dan bahasa. Kudu tolong menolong," jawab si kerdil dengan gaya semakin santai, rada dibuat-buat. "Siapa nama jin yang kamu tanya itu? Siapa tahu saya kenal dengan dia," tanya Ronal lagi. "Tidak mungkin Om kenal dia! Om tidak pernah melihat dia. Alam kita berbeda, tapi kita bisa hidup berdampingan dengan damai, tanpa saling mengganggu, bila perlu tanpa saling mengenal," jawab si kerdil bijak, kali ini tidak ada lagak sok bijak dalam gaya bicaranya. Terlihat datar, malah sedikit sendu. "Tapi bagaimana caranya kalian berkomunikasi? Jaraknya tida