BAB KE : 92 RONAL YANG KERAS KEPALA 16+"Om, berprasangka buruk pada saya ya?" tanya si kerdil kemudian, dengan pelan. "Tidak, saya tidak berprasangka buruk. Cuma heran saja, kenapa kamu tahu akan masa kecil saya?" jawab Ronal dengan diikuti sebuah pertanyaan. "Itu gampang, Om ...! Tinggal ditanya saja pada jin lain yang ada di kampung Om saat Om masih kecil," jawabnya santai. "Emang bisa begitu?""Ya, bisa. Namanya kita satu ras, suku dan bahasa. Kudu tolong menolong," jawab si kerdil dengan gaya semakin santai, rada dibuat-buat. "Siapa nama jin yang kamu tanya itu? Siapa tahu saya kenal dengan dia," tanya Ronal lagi. "Tidak mungkin Om kenal dia! Om tidak pernah melihat dia. Alam kita berbeda, tapi kita bisa hidup berdampingan dengan damai, tanpa saling mengganggu, bila perlu tanpa saling mengenal," jawab si kerdil bijak, kali ini tidak ada lagak sok bijak dalam gaya bicaranya. Terlihat datar, malah sedikit sendu. "Tapi bagaimana caranya kalian berkomunikasi? Jaraknya tida
BAB KE : 93 POHON BERINGIN 16+Ronal jadi sewot mendengar jawaban si kerdil tadi, karena menganggap si kerdil sengaja bertele-tele dan mempermainkannya. "Ayo, kita jalan ...!" ajak makhluk itu sambil berdiri dan berjalan ke arah pintu tanpa menoleh ke arah Ronal. "Ayo ... siapa takut!" Ronal kegirangan, dia segera bangkit dan menyusul si kerdil dengan langkah bergegas. Karena langkahnya lebih panjang, maka Ronal lah yang lebih dulu sampai di depan pintu. Setelah pintu dibuka, Ronal mempersilahkan si kerdil turun duluan. Dengan sekejap mereka melewati anak tangga yang hanya empat biji itu, lalu menapakan kaki di atas tanah."Silakan Om melangkah dari sini, dan hitung sampai tujuh langkah!" titah si kerdil. "Kenapa harus dihitung?" tanya Ronal heran. Menurut Ronal, si kerdil ini sangat aneh dan terlalu mengada-ada. Belum pernah dia melakukan hal yang seperti itu. Pergi meninggalkan rumah dengan menghitung langkah. "Lakukan saja, nanti Om akan tahu sendiri. Mudah-mudahan setel
BAB KE : 94 RUMAH MEMBAH HANYA HALUSINASI16+Apa yang dikatakan si kerdil tidak sekedar isapan jempol, hampir seratus persen mengandung kebenaran, itu bisa dinilai dari bentuk dan keadaan hutan di sekeliling mereka. Aura seram begitu jelas terasa di bawah terpaan rembulan yang cahayanya terhalang oleh rimbunnya beberapa pohon besar. Perpaduan pohon dan semak yang lebat, merupakan tempat yang menyenangkan bagi binatang buas, apalagi dengan suhu lembab begini, tempat yang sangat nyaman bagi ular sanca dan meong hutan. "Lalu bagaimana dong?" Pertanyaan Ronal berbaur dengan rasa putus asa. "Saya usulkan, sebaiknya Om kembali ke rumah Membah. Tetap pura-pura baik dengan keluarga itu, besok disaat matahari telah terbit, Om mencari kesempatan untuk kabur!" Si kerdil memberi usul."Kembali ke sana?" Mata Ronal mengarah ke pohon beringin dengan lirikan penuh curiga. Sekilas seperti ada makhluk aneh yang bergelayut di pohon tersebut. Warnanya putih-putih kelabu, tapi entah apa. Namun,
BAB KE : 95APEL JIN 16 +Setelah si kerdil selesai menerangkan pada Ronal, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju pohon beringin. Ronal sengaja memilih berjalan di belakang si kerdil. Hatinya masih tidak nyaman dan perasaan was-was selalu menghantui. Belum berapa langkah, tiba-tiba si kerdil berhenti. Kaki Ronal ikut tertahan, bahkan hampir saja dia menabrak si kerdil. "Ada apa, kenapa berhenti?" tanya Ronal, dengan pandangan penuh curiga menatap ke arah pohon beringin dan si kerdil silih berganti. "Sekarang Om berdiri tegak dengan lurus, kakinya agak dibuka dan pejamkan mata!" kata si kerdil memberi instruksi. "Untuk apa itu?" Mata Ronal menyipit. "Yaaa, ilehhhh, nanya lagi dia!" Si kerdil tepuk jidat. "Ya, iyalah. Masa saya harus melakukan sesuatu yang tidak saya ketahui maksud dan tujuannya," kata Ronal beralasan. "Maksudnya, supaya Om kembali mengosongkan pikiran ....""Buat apa pikiran pakai dikosongkan?" Potong Ronal dengan pertanyaan yang membuat si kerdil men
BAB KE : 96RONAL SIAP UNTUK KABUR 16+Mendengar apa yang dikatakan si kerdil, Ronal baru ingat, bahwa dia memang belum makan apa-apa selain pepaya tersebut, dan sampai saat ini tubuhnya memang tidak begitu lelah."Ayo ambil!" Si kerdil kembali menyodorkan buah yang ada di tangannya. Dengan agak ragu Ronal mengambil buah itu. Setelah buah tersebut ada dalam genggamannya, Ronal kembali memperhatikan dengan teliti, takut ada sesuatu yang mencurigakan pada buah tersebut. "Ayo, Om. Makan!" Si kerdil seakan memaksa Ronal agar segera memakan buah tersebut.Walau dengan was-was, akhirnya Ronal memakan apel yang ada di tangannya. Rasanya sangat manis dan segar. Mungkin karena rasanya yang seperti itu membuat Ronal sangat lahap menikmati buah tersebut sampai habis. Ternyata benar apa yang dikatakan si kerdil. Tubuh Ronal bertambah segar, lelah dan kantuk pun seakan tidak dia rasakan. "Udah ya Om! Saya pamit dulu," ucap si kerdil tanpa membahas tentang apel yang dimakan Ronal. "Namamu s
BAB KE : 97 RONAL MEMBAWA SERUNI16+Rencananya selesai mandi, Ronal akan mengajak Seruni keluar, dengan dalih berkeliling untuk melihat-lihat keadaan kampung."Ayo mandi, Mas! Pakaiannya sudah saya sediakan di kamar mandi!" Belum sempat dia melangkah, suara Seruni terdengar bersamaan dengan kemunculan perempuan itu dari balik hordeng, pembatas ruangan tengah dan ruang tamu."Ya, ini juga mau ke kamar mandi," jawab Ronal, tapi dia tetap saja diam di tempat, tanpa menggerakan kakinya untuk melangkah.Ronal sengaja melakukan itu untuk menunggu Seruni, setelah perempuan tersebut berada di antara mereka, barulah Ronal beranjak dari sana. Dia tidak ingin berpapasan dengan Seruni, entah kenapa hatinya selalu tidak nyaman bila berada dekat wanita yang satu ini. Bahkan untuk sekedar berpapasan pun Ronal ingin menghindarinya. Aroma tubuh Seruni dan tatapannya suka membuat Ronal merinding tiba-tiba. Penuh misteri ...!"Saya ke kamar mandi dulu, Bah! Udah nggak enak rasa badan!" pamit Rona
BAB KE : 98 RONAL MENGELABUI SERUNI 16+Ronal berjalan beriringan dengan Seruni, tapi tidak pakai gandeng tangan, biasa aja! Malah mirip jalan mantan istri bersama mantan suami. Nggak ada mesranya!Jarak yang mereka tempuh sebenarnya tidak begitu jauh, paling sekitar delapan puluh meter. Namun, bagi Ronal perjalanan itu terasa begitu lama, sebab hatinya tak nyaman berada di samping Seruni, apalagi dia harus tetap berpura-pura bahagia. Pura-pura bahagia yang menyiksa lahir dan bathin. Ternyata, pura-pura bahagia itu memang sangat menyiksa, seperti tersiksanya perasaan Ronal saat ini. Apalagi dengan adanya tatapan beberapa pasang mata yang sempat berpapasan dengan mereka dan juga dari mereka-mereka yang seperti sengaja mengintip dari dalam rumah. Tidak dapat diungkapkan betapa tak nyamannya perasaan Ronal. Begitu pula setelah mereka menaiki andong, tatapan kusir delman tersebut juga terasa aneh di hati Ronal. Cara menatap yang aneh dengan wajah pucat seperti mayat ... hyiiiii ..
BAB KE : 99 MAKHLUK-MAKHLUK YANG MENYERAMKAN 16+Jumlah makhluk tersebut semakin banyak, mereka seperti sengaja berkumpul di depan warung tempat Seruni menunggu, dan terlihat mereka saling bicara satu dengan yang lainnya. Sangat serius. Namun, bukan jumlah mereka yang membuat Ronal merinding ketakutan, tapi rupa dari makhluk-makhluk tersebut. Wajah makhluk itu sangat mengerikan, semua memiliki bibir sumbing dengan rambut panjang riap-riapan tak terurus. Tanduk mereka ada yang disamping, tapi ada pula yang di kening seperti tanduk Ucil Sabarucil. Taring mencuat dari pinggir mulut mereka dengan berbagai ukuran, seolah menjaga deretan gigi dengan ukuran yang sangat besar. Deretan gigi itu terlihat jelas, disebabkan karena bibir atas mereka yang sumbing serta taring yang mencuat dari pinggir mulut. Bahkan ada diantara mereka yang sumbingnya sampai ke hidung, sehingga mempertontonkan lubang hidung mereka yang menyerupai rongga. Namun yang lebih mengerikan, semua makhluk itu hanya