BAB KE : 95APEL JIN 16 +Setelah si kerdil selesai menerangkan pada Ronal, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju pohon beringin. Ronal sengaja memilih berjalan di belakang si kerdil. Hatinya masih tidak nyaman dan perasaan was-was selalu menghantui. Belum berapa langkah, tiba-tiba si kerdil berhenti. Kaki Ronal ikut tertahan, bahkan hampir saja dia menabrak si kerdil. "Ada apa, kenapa berhenti?" tanya Ronal, dengan pandangan penuh curiga menatap ke arah pohon beringin dan si kerdil silih berganti. "Sekarang Om berdiri tegak dengan lurus, kakinya agak dibuka dan pejamkan mata!" kata si kerdil memberi instruksi. "Untuk apa itu?" Mata Ronal menyipit. "Yaaa, ilehhhh, nanya lagi dia!" Si kerdil tepuk jidat. "Ya, iyalah. Masa saya harus melakukan sesuatu yang tidak saya ketahui maksud dan tujuannya," kata Ronal beralasan. "Maksudnya, supaya Om kembali mengosongkan pikiran ....""Buat apa pikiran pakai dikosongkan?" Potong Ronal dengan pertanyaan yang membuat si kerdil men
BAB KE : 96RONAL SIAP UNTUK KABUR 16+Mendengar apa yang dikatakan si kerdil, Ronal baru ingat, bahwa dia memang belum makan apa-apa selain pepaya tersebut, dan sampai saat ini tubuhnya memang tidak begitu lelah."Ayo ambil!" Si kerdil kembali menyodorkan buah yang ada di tangannya. Dengan agak ragu Ronal mengambil buah itu. Setelah buah tersebut ada dalam genggamannya, Ronal kembali memperhatikan dengan teliti, takut ada sesuatu yang mencurigakan pada buah tersebut. "Ayo, Om. Makan!" Si kerdil seakan memaksa Ronal agar segera memakan buah tersebut.Walau dengan was-was, akhirnya Ronal memakan apel yang ada di tangannya. Rasanya sangat manis dan segar. Mungkin karena rasanya yang seperti itu membuat Ronal sangat lahap menikmati buah tersebut sampai habis. Ternyata benar apa yang dikatakan si kerdil. Tubuh Ronal bertambah segar, lelah dan kantuk pun seakan tidak dia rasakan. "Udah ya Om! Saya pamit dulu," ucap si kerdil tanpa membahas tentang apel yang dimakan Ronal. "Namamu s
BAB KE : 97 RONAL MEMBAWA SERUNI16+Rencananya selesai mandi, Ronal akan mengajak Seruni keluar, dengan dalih berkeliling untuk melihat-lihat keadaan kampung."Ayo mandi, Mas! Pakaiannya sudah saya sediakan di kamar mandi!" Belum sempat dia melangkah, suara Seruni terdengar bersamaan dengan kemunculan perempuan itu dari balik hordeng, pembatas ruangan tengah dan ruang tamu."Ya, ini juga mau ke kamar mandi," jawab Ronal, tapi dia tetap saja diam di tempat, tanpa menggerakan kakinya untuk melangkah.Ronal sengaja melakukan itu untuk menunggu Seruni, setelah perempuan tersebut berada di antara mereka, barulah Ronal beranjak dari sana. Dia tidak ingin berpapasan dengan Seruni, entah kenapa hatinya selalu tidak nyaman bila berada dekat wanita yang satu ini. Bahkan untuk sekedar berpapasan pun Ronal ingin menghindarinya. Aroma tubuh Seruni dan tatapannya suka membuat Ronal merinding tiba-tiba. Penuh misteri ...!"Saya ke kamar mandi dulu, Bah! Udah nggak enak rasa badan!" pamit Rona
BAB KE : 98 RONAL MENGELABUI SERUNI 16+Ronal berjalan beriringan dengan Seruni, tapi tidak pakai gandeng tangan, biasa aja! Malah mirip jalan mantan istri bersama mantan suami. Nggak ada mesranya!Jarak yang mereka tempuh sebenarnya tidak begitu jauh, paling sekitar delapan puluh meter. Namun, bagi Ronal perjalanan itu terasa begitu lama, sebab hatinya tak nyaman berada di samping Seruni, apalagi dia harus tetap berpura-pura bahagia. Pura-pura bahagia yang menyiksa lahir dan bathin. Ternyata, pura-pura bahagia itu memang sangat menyiksa, seperti tersiksanya perasaan Ronal saat ini. Apalagi dengan adanya tatapan beberapa pasang mata yang sempat berpapasan dengan mereka dan juga dari mereka-mereka yang seperti sengaja mengintip dari dalam rumah. Tidak dapat diungkapkan betapa tak nyamannya perasaan Ronal. Begitu pula setelah mereka menaiki andong, tatapan kusir delman tersebut juga terasa aneh di hati Ronal. Cara menatap yang aneh dengan wajah pucat seperti mayat ... hyiiiii ..
BAB KE : 99 MAKHLUK-MAKHLUK YANG MENYERAMKAN 16+Jumlah makhluk tersebut semakin banyak, mereka seperti sengaja berkumpul di depan warung tempat Seruni menunggu, dan terlihat mereka saling bicara satu dengan yang lainnya. Sangat serius. Namun, bukan jumlah mereka yang membuat Ronal merinding ketakutan, tapi rupa dari makhluk-makhluk tersebut. Wajah makhluk itu sangat mengerikan, semua memiliki bibir sumbing dengan rambut panjang riap-riapan tak terurus. Tanduk mereka ada yang disamping, tapi ada pula yang di kening seperti tanduk Ucil Sabarucil. Taring mencuat dari pinggir mulut mereka dengan berbagai ukuran, seolah menjaga deretan gigi dengan ukuran yang sangat besar. Deretan gigi itu terlihat jelas, disebabkan karena bibir atas mereka yang sumbing serta taring yang mencuat dari pinggir mulut. Bahkan ada diantara mereka yang sumbingnya sampai ke hidung, sehingga mempertontonkan lubang hidung mereka yang menyerupai rongga. Namun yang lebih mengerikan, semua makhluk itu hanya
BAB KE : 100 RONAL DISERBU MAKHLUK ASTRAL 16÷Mata mereka sama-sama melotot dengan mulut terbuka saking takutnya. Ronal takut melihat wajah menyeramkan yang ada persis di depan mukanya, jarak muka mereka paling hanya satu jengkal. Begitu pula dengan lelaki penjaga toilet itu, matanya juga melotot dengan mulut menganga dan lengkingan suara yang sangat keras karena melihat wajah Ronal.Kedua lelaki itu sama-sama takut dan berteriak ketika melihat wajah yang ada di depannya, tapi penjaga toilet lebih cepat berbalik membelakangi Ronal."Hantuuuu ...!" pekiknya seperti histeris, lalu dia mengambil langkah seribu meninggalkan Ronal, lari menuju warung di mana Seruni berada."Woyiiii ... yang hantu itu, lu ...!" teriak Ronal dengan mata mendelik. Mungkin dia keki karena dikatain hantu oleh makhluk itu. Saking kekinya, bahasa lu gue Ronal pun keluar. Namun makhluk itu tidak menggubris teriakan Ronal, dia tetap lari tunggang-langgang dengan pekikan yang tak putus-putus dari mulutnya. "T
BAB KE : 101RONAL TERDESAK OLEH SERBUAN JIN SUMBING 16+Setelah berbalik dengan posisi membelakangi makhluk-makhluk astral yang sedang berlari termiring-miring ke arahnya. Ronal berhitung sampai tiga, maksudnya buat memotivasi diri, agar dia mengangap sedang lomba lari jarak pendek, adu cepat dengan taruhan nyawa. Dengan motivasi hitungan tersebut, Ronal berharap semoga larinya bisa lebih cepat menclet mengalahkan biji nangka yang keinjak. Namun, sayangnya itu tidak terjadi, bukanya menclet, malah kaki Ronal yang tidak bisa digerakan sama sekali. Tubuhnya seperti terpancang ke dalam bumi tanpa dapat digerakan sedikit pun. Betapa terkejutnya Ronal, ketika dia mengalami hal seperti itu. Dia berusaha keras, dengan berapa kali memaksa mengangkat kakinya dengan sentakan, tapi tak satu pun dari kakinya yang bisa terangkat. Sementara suara geraman dari belakang terdengar terasa semakin dekat seolah-olah telah berada di tengkuk Ronal. Tentu saja hal ini membuat rasa takut datang meng
BAB KE : 102 RONAL BERHASIL KABUR 16+Kepanikan Ronal semakin menjadi ketika mendengar suara gesekan telapak kaki menyentuh tanah, pertanda Jin Sumbing semakin dekat. Apalagi, Ronal jadi ingat bentuk kaki makhluk itu yang terbalik. Tumit ke depan dan bagian jari ke belakang.Memang jarak Jin Sumbing dengan Ronal tinggal berapa langkah lagi. Aroma amis pun telah mulai tercium oleh Ronal. Amis yang menguar dari tubuh makhluk sumbing tersebut. Karena Ucil Sabarucil telah menghilang, Ronal kembali memalingkan kepala ke arah Jin Sumbing. Betapa kagetnya Ronal, bersamaan wajahnya menghadap ke belakang, bertepatan dengan itu, ayunan sebuah golok besar mengarah pada leher lelaki yang sedang ketakutan tersebut.Karena kaget, Ronal kembali memutar kepala ke depan sambil membungkukan badan. Ini adalah gerakan refleks yang sangat menguntungkan bagi Ronal. Akibat gerakan yang tidak disengaja itu, membuat golok besar Jin Sumbing tidak jadi singgah di leher suami Tiwi tersebut, tapi melayan