Home / Horor / TEROR KOS BU TEJO / JASAD DI KAMAR RENGGANIS

Share

JASAD DI KAMAR RENGGANIS

Author: Kabut malam
last update Last Updated: 2023-09-07 13:58:38

Rengganis bungkam dengan segala pertanyaan yang terjebak di dalam pikirannya. Sementara Wisnu sudah meraih sebuah kertas dengan dengan pena. Ia menuliskan sebuah kalimat di atas benda itu.

Beberapa aaat kemudian, dia mengangkat selembaran kertas di tangannya lalu memperlihatkan ke arah Rengganis.

"Jika memang dia pelaku peneror itu, dan dia pula yang sengaja meretas ponselmu, maka artinya pembicaraan kita sekarang sedang didengar olehnya," tulis Wisnu.

Mata Rengganis melotot lebar, ia semakin gemetar ketakutan di tempatnya.

Joko lalu mengambil alih kertas tersebut, dia juga ikut menuliskan sesuatu di sana.

"Matikan perangkatnya sekarang, dengan begitu sistem peretas yang sedang bekerja di dalamnya juga akan berhenti, meskipun resiko peretasannya cenderung kecil," tulis Joko.

Rengganis mengangguk mengerti. Tangannya yang masih bergetar hebat lantas merogoh benda itu dari dalam saku celananya, dan selanjutnya benar-benar mematikan sistem perangkatnya.

"Saranku, jangan gunaian pon
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • TEROR KOS BU TEJO   INTEROGASI PIHAK KEPOLISIAN

    Situasi di dalam indekos Bu Tejo tampak marak. Banyak pihak kepolisian datang mengerubungi tempat perkara kejadian. Terlihat jelas kamar Rengganis dibatasi oleh garis kuning polisi, yang artinya tidak siapa pun orang diperkenankan masuk ke lokasi perkara. Sementara Rengganis dan penghuni kos yang lain sudah diamankan pihak berwajib. Sebentar lagi semua dari mereka akan mendapatkan sesi interogasi. "Nduk, kamu udah baikan?" tanya Bu Tejo mengusap punggung gadis itu pelan. Yang ditanya hanya mengangguk lemah. Jujur saja, tenaga Rengganis terkuras hanya karena menangis. Ia masih belum menyangka Banu akan ditemukan dalam kondisi gantung diri di dalam kamarnya. Ekor matanya mendapati Joko dan Wisnu yang baru datang dari arah pintu. Bu Tejo menghubungi mereka berdua untuk segera pulang. Dan untuk peristiwa yang terjadi di dalam kos, mereka sudah diberitahu lebih dulu. "Bu, gimana kondisi kalian semua?" tanya Joko tergesa menampilkan raut khawatir. "Nis, kamu ndak kenapa-napa, 'kan?"

    Last Updated : 2023-09-08
  • TEROR KOS BU TEJO   BARANG BUKTI DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA

    Genap satu hari semenjak penemuan jasad Banu di dalam kamar kos Rengganis. Pihak investigasi pun bergerak cepat menguak kasus yang masih menjadi misteri tersebut. Begitu pun dengan penghuni kos yang terpaksa harus pindah menetap di rumah anak Bu Tejo yang letaknya tidak jauh dari pemilik indekos tersebut. Dan sampai detik ini, pihak investigasi pun masih mendalami kasus beserta para saksi yang melihat jasad korban. "Jadi gimana, Pak? Apakah sudah ada sedikit titik terang dari kasus korban?" tanya Bu Tejo ketika seorang polisi yang menginterogasi mereka kemarin kembali datang melakukan tugasnya. Bima, nama polisi tersebut menggeleng pelan sebagai tanggapan. "Untuk sekarang masih belum ada cukup bukti untuk menguatkan penyebab bunuh diri korban. Namun, kami lagi mendalami posisi gantung diri korban apakah betul mengindikasikan bunuh diri atau bukan," cetusnya. "Tapi, mohon maaf saya menyela, Pak. Apakah ada bukti di tempat kejadian perkara?" sahut Joko menengahi. Bima mengangguk

    Last Updated : 2023-09-09
  • TEROR KOS BU TEJO   MENGAKHIRI ATAU DIAKHIRI?

    Di sinilah Rengganis dan Joko, mereka dibawa ke puskemas di ujung jang sesuai dengan arahan Rengganis kepada Pak Polisi tadi. Sebelum diizinkan memakai ruangan pemantau CCTV, Bima sudah lebih dulu bernegosiasi dengan pihak puskesmas. Dan jawaban mereka memperbolehkan. Selain demi barang bukti juga mempermudah penyelidikan kepolisian menguak teka-teki kejadian. Rengganis melihat ruangan sekitarnya. Dipenuhi oleh beberapa komputer memperlihatkan kamera CCTV yang tepasang di beberapa tempat dalam puskesmas. "Saya akan ngecek CCTV bagian sisi kanan sebelah depan puskesmas," cetus Bima kepada rekannya. Sesaat Rengganis mengamati Bima yang sudah duduk mengotak-atik komputer di depannya. Rengganis maupun Joko hanya diam dan menunggu arahan selanjutnya. "Coba mundurin waktunya jadi kemarin, diperkirakan korban memasuki area gang sekitar pukul dua siang," titah seorang polisi kepada Bima. Bima dengan cekatan menyetel ulang tanggal beserta waktu pada pemantau CCTV tersebut. Sesaat rekaman

    Last Updated : 2023-09-09
  • TEROR KOS BU TEJO   RENTETAN KEJANGGALAN BARANG BUKTI DI TKP

    Keesokan harinya, tepat di saat Rengganis usai dengan mata kuliahnya, gadis itu mendapati kabar dari pihak kepolisian untuk datang di tempat kejadian perkara. Ia sampai di kos Bu Tejo dengan ojek online yang dipesannya. Setibanya Rengganis, ia juga mendapati keberadaan Joko dan Wisnu. "Baik, maksud kami menghubungi kalian karena ingin memintai keterangan lebih lanjut sekaligus memberitahu hasil investigasi dari pihak penyidik di TKP," cetus Bima. Rengganis mengangguk mengerti. Dia sempat melirik Joko dan Wisnu sejenak yang sedang melemparkan senyuman tipis ke arahnya. Detik berikutnya, seorang polisi lainnya datang membawa beberapa berkas di tangannya. "Baik, betul ini saksi yang dihubungi untuk dimintai keterangan?" tanya polisi itu memastikan. "Betul, saya orangnya, Pak," jawab Rengganis. "Perkenalkan nama saya Gerald, salah satu orang yang terlibat dalam proses penyidikan," imbuh polisi itu lagi. "Berhubung kalian ikut andil bekerja sama bersama pihak kepolisian, rasanya pe

    Last Updated : 2023-09-10
  • TEROR KOS BU TEJO   PINTU KAMAR DENGAN DESAIN BESI

    Rengganis terdiam dengan dahi mengernyit. Banu suatu waktu pernah menyinggung sedikit tentang rumahnya. Tepatnya ketika pertemuan di gang malam itu. Ia berkata bahwa tempat tinggalnya tidak jauh dari sekitaran gang. Tetapi Rengganis tidak yakin di mana letaknya. "Waktu itu dia pernah bilang kalau tinggal di sekitaran jalan raya depan dan tidak jauh dari gang ini, Pak," cetus Rengganis. "Letaknya? Tidak tahu pastinya di mana?" tanya Gerald. "Sama sekali tidak tahu, Pak. Dia cuman ngomong tinggal di dekat gang ini aja," imbuhnya. Sejenak suasana kembali hening ketika kedua polisi itu sibuk berbisik satu sama lain. Sementara Rengganis dan lelaki di sebelahnya hanya bisa menatap gamang. Lalu menit setelahnya, atensi Rengganis teralih ketika salah seorang polisi lainnya datang dan mengabarkan sesuatu. "Rumahnya udah ketemu, Pak!" serunya kepada Gerald dan Bima. Langsung saja para polisi itu lekas beranjak dari tempatnya. Bima memberi isyarat agar ketiganya juga ikut bersama mereka.

    Last Updated : 2023-09-11
  • TEROR KOS BU TEJO   PENCARIAN CCTV

    "Rengganis, satu kamar ini full dengan foto wajahmu," tutur Joko yang ikut terkejut menatap mahakarya itu di samping Rengganis. Rengganis bungkam, mulutnya keluh dan suaranya hanya tertahan di kerongkongan. Tiba-tiba jantungnya berpacu cepat bersamaan dengan dadanya yang ikut sesak. "Kenapa bisa ... foto-fotoku semua terpampang di seluruh dinding kamar ini?" herannya masih tak mengerti. Rasanya Rengganis ingin menangis sejadi-jadinya. Ia takut dan cemas di saat yang bersamaan. Sementara foto-foto tersebut di jepret ketika Rengganis sedang melakukan sesuatu akhir-akhir ini. Yang berarti si pelaku sering mengikutinya diam-diam dan mengambil gambar dengan sembunyi-sembunyi. Joko beranjak mengamati satu foto yang sukses mencuri perhatiannya. Berlatar tidak asing dengan Rengganis yang sedang duduk di meja belajar. Gambar tersebut diambil dari sisi belakang gadis itu, sehingga hanya memperlihatkan punggung Rengganis saja. "Nis, coba perhatiin foto ini. Bukannya ini di kamarmu?" tanya

    Last Updated : 2023-09-12
  • TEROR KOS BU TEJO   PESAN RIKO

    Rengganis sampai di kampus dengan helaan napas berat. Semalam tidurnya tidak banyak karena harus membantu investigasi pihak kepolisian. Berakhir gadis itu datang kuliah sembari menguap napas kurang tidur. Ia menoleh saat menyadari seseorang datang dan menepuk pundaknya pelan. Rengganis terparanjat kaget dan refleks berbalik melihat gerangan. "Kok lesu gitu sih?" tegur Rico menyapa. Rengganis spontan meninju perut Riko pelan seraya mendengus pelan. "Ngagetin ih, aku ini kurang tidur makanya modelnya kayak gini," curhatnya. "Kenapa ndak izin aja dulu? Hati-hati loh kalau kurang istirahat, bisa sakit ntar lama-lama," respons Riko. Rengganis berdecak. "Ndak parah kok. Ya meskipun tidur cuman dua jam doang, yang penting tidur sih," celetuknya. Riko hanya menggeleng pelan melihat gadis itu. Ia kemudian mengarahkan Rengganis untuk duduk sebentar di salah satu kursi tunggu. "Jadi gimana? Udah ada titik terang belum soal kasus kematian di indekosmu?" tanya Riko memulai topik pembicaraa

    Last Updated : 2023-09-17
  • TEROR KOS BU TEJO   ORANG ASING TENGAH MALAM DI RUMAH MBAK ARINI

    Rengganis sampai di rumah anak Bu Tejo sekitar pukul tujuh malam. Setelah mata kuliahnya selesai jam lima sore, ia langsung ke rumah temannya untuk kerja kelompok. Gadis itu menghela napas berat ketika berhasil menginjaki kaki di teras sebuah rumah sederhana. Dari tempatnya, ia bisa melihat anak Bu Tejo—Arini sedang berkutat dengan laptop miliknya di ruang tamu. "Assalamualaikum," ucap Rengganis mengulas senyum tipis ketika tatapannya bertemu dengan wanita tersebut. "Waalaikumsalam, Nis. Kok kamu baru balik?" tanya Mbak Arini seraya melepas kacamatanya. Rengganis beranjak duduk di sofa sebelah Mbak Arini. Ia melepas ranselnya dan membalasi pertanyaan Mbak Arini. "Abis kerja kelompok nih." Pandangan gadis itu lalu melirik ke sekitar. "Ini yang lain pada ke mana, Mbak? Ndak biasa sepi kayak gini," herannya mengerutkan dahi. "Oh, kalau Ibu lagi ada kajian di rumah Bu RT, kalau Joko belum balik, Wisnu tadi baru pulang dan mungkin lagi di kamarnya," jawab Mbak Arini. Rengganis nampa

    Last Updated : 2023-09-17

Latest chapter

  • TEROR KOS BU TEJO   MENGUNGKAP TABIAT JOKO

    "Eh, coba kamu lihat deh Nu, Joko punya kunci gerbang Banu?" tanya Rengganis setelah mengamati gelagat aneh Joko di seberang jalan. Wisnu mengernyir dahi. Seumur mengenal Joko, baru kali ini ia dapati sikap lelaki itu yang aneh dan janggal. "Iya ... dia punya kuncinya," celetuk Wisnu setelah Joko berhasil membuka gerbang rumah Banu. Sementara Rengganis sudah kehabisan kata-kata. Ponselnya lantas terangkat untuk memotret aksi Joko di sana. "Nis dia udah masuk, sebenarnya tuh orang bikin apa sih? Kenapa kuncinya bisa ada sama dia?" heran Wisnu. Tanpa memberi jawaban, Rengganis buru-buru melenggang ke arah rumah Banu, membuat Wisnu berdecak dan merutuki gadis itu. "Tungguin aku, Nis!" pekik Joko dengan perasaan resah. Rengganis berjalan jinjit di depan gerbang Banu. Matanya mengintip dan menerobos masuk ke dalam pekarangan rumah milik almarhum. Di sana cukup lenggang, Rengganis tak mendapati keberadaan Joko. Lalu, ke mana dia? "Dia ndak ada, Nu," adu Rengganis dengan netra melir

  • TEROR KOS BU TEJO   JOKO DAN GELAGAT ANEHNYA

    Malam hari, seperti biasa Bu Tejo serta penghuni kos mengadakan kumpul bersama di ruang tengah rumah Mbak Arini. Mereka berbincang satu sama lain dan membagikan pengalaman selama seharian ini. "Tadi ibu dikabarin pihak kepolisian, katanya besok atau lusa kita udah bisa kembali ke kos, berhubung tempat itu udah disterilkan," info Bu Tejo kepada anak kosnya. Rengganis menghela napas lega. Ia mengelus dadanya pelan sebab merasakan titik ketenangan di dalam jiwanya. Selama seminggu ini hatinya masih bergejolak, ia tak bisa melupakan insiden terbunuhnya Banu begitu saja. "Syukurlah, Buk. Tapi tetap aja kita semua ndak bisa lengah gitu aja. Pembunuh korban sampai detik ini belum kunjung juga ditemukan," sahut Mbak Trisna. "Bener, saya juga was-was kalau ibu dan yang lain harus kembali ke kos lagi. Takut terjadi sesuatu lagi yang tak bisa kita bayangkan," timpal Mbak Arini. Bu Tejo mengelus pelan punggung tangan anaknya, bermaksud menenangkan kegelisahan yang menyerang di dalam jiwanya

  • TEROR KOS BU TEJO   MATA TERUS MEMANDANG KE ARAH KAMI

    Keadaan mendadak hening sesaat Riko membeberkan peristiwa di apartemennya. Begitu pun dengan Rengganis yang membisu dan tak mampu berucap. Rengganis merasa semua kejadian yang terjadi di sekitarnya makin tak bisa diterima oleh akal sehatnya. Belum saja kasus Banu selesai, kasus Riko malah ikut muncul ke permukaan dan sukses membuatnya pusing. "Apa yang bakal kamu lakuin sekarang? Ngelaporin kejadian ini ke kepolisian? Saranku kayaknya itu udah cara yang paling aman deh, Ko," ujar Rengganis. Riko ikut mengangguk menyetujui saran Rengganis. Ia juga dari awal sudah memikirkan akan melaporkan tindakan orang yang menerornya kepada polisi. "Aku ada kenalan polisi dan udah cerita-cerita juga ke dia soal ini. Doain aja ya Nis, semoga kasus dan pelaku ditangkap tuntas," cetus Riko penuh harapan besar. Rengganis turut mengangguk, ia menepuk pundak Riko pelan bermaksud memberinya kekuatan dan tetap tegar. "Kamu gimana?" tanya Riko setelah beberapa saat hening. Rengganis mengernyit dahi, i

  • TEROR KOS BU TEJO   ADA PENYUSUP DI APARTEMEN RIKO

    Dua minggu lamanya Rengganis dan penghuni kos menetap di rumah Mbak Arini, besok hari mereka semua dipastikan untuk kembali menetap di kos Bu Tejo. Namun yang membuat terkejut ialah kasus Banu terpaksa harus ditutup karena sampai detik ini belum juga ditemukan dalang pasti pembunuh korban. Dan mengenai bukti besar di rumah Banu, Rengganis mendapati kabar dari pihak kepolisian barang-barang tersebut telah diamankan. "Huft," helah Rengganis membuang napas pelan. Ia meraih ranselnya dan beranjak keluar pintu. Di saat itu ia berpapasan dengan Bu Tejo yang sedang menggenggam kantung plastik berisi sayur di tangannya. "Eh, Nduk? Udah mau ke kampus?" tanya Bu Tejo menghentikan langkah Rengganis. Gadis itu mengangguk membenarkan. "Itu temenmu di depan kayaknya udah dari tadi nungguin kamu," cetus Bu Tejo. Sebelah alis Rengganis tertaut menampilkan raut wajah heran. Ia menerka siapa gerangan orang yang sedang menunggunya, mengingat ia tak membuat janji dengan siapa pun pagi ini. "Siap

  • TEROR KOS BU TEJO   SOSOK BERPAKAIAN SERBA HITAM YANG TERTANGKAP CCTV

    Rengganis melenguh pelan. Tidurnya terganggu tatkala mendengar suara pintu diketuk seseorang dari luar. Ia lalu melirik jam dindingnya sebentar, kemudian menyadari bahwa pagi telah menyapa. "Tunggu, bentar aku bukain," cetusnya segera bangkit dari atas kasur. Rengganis meraih gagang pintu dan mendapati sosok Wisnu dan Joko yang sedang menunggu di luar kamar. Sebelah alis Rengganis tertaut heran menatap kedua lelaki dengan raut wajah tegang di depannya. "Ada apa?" tanya Rengganis heran. Sejanak suasana mendadak hening. Rengganis termangu memandang kedua sosok itu hanya membisu dan saling melempar tatapan. "Ada apa sih?" tanyanya lagi masih tidak mengerti dengan situasi saat itu. "Gagang pintu depan rumah Mbak Arini patah, Nis," beber Joko kemudian. Kening Rengganis semakin berkerut mendapati informasi barusan. "Patah? Kok bisa?" tanyanya balik. "Gagang pintu luar doang yang patah, semalam padahal sebelum aku kunci pintunya masih normal," cetus Wisnu. "Semalam kamu ada tamu n

  • TEROR KOS BU TEJO   ORANG ASING TENGAH MALAM DI RUMAH MBAK ARINI

    Rengganis sampai di rumah anak Bu Tejo sekitar pukul tujuh malam. Setelah mata kuliahnya selesai jam lima sore, ia langsung ke rumah temannya untuk kerja kelompok. Gadis itu menghela napas berat ketika berhasil menginjaki kaki di teras sebuah rumah sederhana. Dari tempatnya, ia bisa melihat anak Bu Tejo—Arini sedang berkutat dengan laptop miliknya di ruang tamu. "Assalamualaikum," ucap Rengganis mengulas senyum tipis ketika tatapannya bertemu dengan wanita tersebut. "Waalaikumsalam, Nis. Kok kamu baru balik?" tanya Mbak Arini seraya melepas kacamatanya. Rengganis beranjak duduk di sofa sebelah Mbak Arini. Ia melepas ranselnya dan membalasi pertanyaan Mbak Arini. "Abis kerja kelompok nih." Pandangan gadis itu lalu melirik ke sekitar. "Ini yang lain pada ke mana, Mbak? Ndak biasa sepi kayak gini," herannya mengerutkan dahi. "Oh, kalau Ibu lagi ada kajian di rumah Bu RT, kalau Joko belum balik, Wisnu tadi baru pulang dan mungkin lagi di kamarnya," jawab Mbak Arini. Rengganis nampa

  • TEROR KOS BU TEJO   PESAN RIKO

    Rengganis sampai di kampus dengan helaan napas berat. Semalam tidurnya tidak banyak karena harus membantu investigasi pihak kepolisian. Berakhir gadis itu datang kuliah sembari menguap napas kurang tidur. Ia menoleh saat menyadari seseorang datang dan menepuk pundaknya pelan. Rengganis terparanjat kaget dan refleks berbalik melihat gerangan. "Kok lesu gitu sih?" tegur Rico menyapa. Rengganis spontan meninju perut Riko pelan seraya mendengus pelan. "Ngagetin ih, aku ini kurang tidur makanya modelnya kayak gini," curhatnya. "Kenapa ndak izin aja dulu? Hati-hati loh kalau kurang istirahat, bisa sakit ntar lama-lama," respons Riko. Rengganis berdecak. "Ndak parah kok. Ya meskipun tidur cuman dua jam doang, yang penting tidur sih," celetuknya. Riko hanya menggeleng pelan melihat gadis itu. Ia kemudian mengarahkan Rengganis untuk duduk sebentar di salah satu kursi tunggu. "Jadi gimana? Udah ada titik terang belum soal kasus kematian di indekosmu?" tanya Riko memulai topik pembicaraa

  • TEROR KOS BU TEJO   PENCARIAN CCTV

    "Rengganis, satu kamar ini full dengan foto wajahmu," tutur Joko yang ikut terkejut menatap mahakarya itu di samping Rengganis. Rengganis bungkam, mulutnya keluh dan suaranya hanya tertahan di kerongkongan. Tiba-tiba jantungnya berpacu cepat bersamaan dengan dadanya yang ikut sesak. "Kenapa bisa ... foto-fotoku semua terpampang di seluruh dinding kamar ini?" herannya masih tak mengerti. Rasanya Rengganis ingin menangis sejadi-jadinya. Ia takut dan cemas di saat yang bersamaan. Sementara foto-foto tersebut di jepret ketika Rengganis sedang melakukan sesuatu akhir-akhir ini. Yang berarti si pelaku sering mengikutinya diam-diam dan mengambil gambar dengan sembunyi-sembunyi. Joko beranjak mengamati satu foto yang sukses mencuri perhatiannya. Berlatar tidak asing dengan Rengganis yang sedang duduk di meja belajar. Gambar tersebut diambil dari sisi belakang gadis itu, sehingga hanya memperlihatkan punggung Rengganis saja. "Nis, coba perhatiin foto ini. Bukannya ini di kamarmu?" tanya

  • TEROR KOS BU TEJO   PINTU KAMAR DENGAN DESAIN BESI

    Rengganis terdiam dengan dahi mengernyit. Banu suatu waktu pernah menyinggung sedikit tentang rumahnya. Tepatnya ketika pertemuan di gang malam itu. Ia berkata bahwa tempat tinggalnya tidak jauh dari sekitaran gang. Tetapi Rengganis tidak yakin di mana letaknya. "Waktu itu dia pernah bilang kalau tinggal di sekitaran jalan raya depan dan tidak jauh dari gang ini, Pak," cetus Rengganis. "Letaknya? Tidak tahu pastinya di mana?" tanya Gerald. "Sama sekali tidak tahu, Pak. Dia cuman ngomong tinggal di dekat gang ini aja," imbuhnya. Sejenak suasana kembali hening ketika kedua polisi itu sibuk berbisik satu sama lain. Sementara Rengganis dan lelaki di sebelahnya hanya bisa menatap gamang. Lalu menit setelahnya, atensi Rengganis teralih ketika salah seorang polisi lainnya datang dan mengabarkan sesuatu. "Rumahnya udah ketemu, Pak!" serunya kepada Gerald dan Bima. Langsung saja para polisi itu lekas beranjak dari tempatnya. Bima memberi isyarat agar ketiganya juga ikut bersama mereka.

DMCA.com Protection Status