TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#5
POV Author.
"Kenapa? Ada apa? Kenapa wajah kalian seperti kaget begitu?" tanya Bu Darmi mengernyitkan dahinya.
"B-bagaimana bisa, mas Morgan kembali ke Indonesia dalam waktu yang singkat. Sementara aku tahu betul, kalau dia orangnya super sibuk," ucap Tari gelagapan.
"Maksud kamu?" tanya Bu Darmi kepo.
"Ibu lihat saja sendiri." Nasya menyerahkan ponselnya pada ibunya.
"Ha? K-kenapa bisa jadi seperti ini? Apa kamu bilang kalau kita sengaja meninggalkan ibunya di rumah. Sampai-sampai Morgan tiba-tiba saja sudah pulang ke rumah tanpa memberi kabar padamu," ujar ibunya, ia lalu melempar ponsel Nasya ke atas kasur dengan sembarang.
"Mana mungkin aku segi-la itu, Bu. Sama aja cari mati namanya kalau aku memberitahu semua ini padanya," sahut Tari.
"Apa kalian berdua lupa memprivasi story WA kalian dari Morgan?" tanya Bu Darmi menyelidik kepada kedua anaknya yang masih berusia remaja itu.
"Kami saja tidak ada membuat story selama di sini," sangkal Nasya dan Reihan.
"Lantas, kenapa Morgan bisa pulang?" Bu Darmi mondar-mandir sambil memegangi dahinya, tiba-tiba saja kepalanya menjadi pening.
"Apa mertuamu yang mengadu?" tanya Bu Darmi.
"Tidak mungkin! Mertuaku itu udik, gak bisa main ponsel. Lagian dia saja tidak tahu nomor telepon mas Morgan, bagaimana dia bisa menelepon," sahut Tari.
"Ah, sudahlah! Kita pikirkan besok saja lagi, sekarang ibu sudah capek, lelah dan ngantuk. Ibu pengen tidur, pengen istirahat," tukas Bu Darmi demi menepis kegalauannya.
___________________________
Morgan memasuki satu demi satu kamar yang dihuni mertua dan adik iparnya, mengeluarkan 3 koper yang tersimpan di dalam lemari masing-masing. Setelahnya bersiap membongkar satu demi satu lemari yang dipakai oleh mertua dan adik iparnya.
Sembari menahan rasa kantuknya, Morgan memasukkan satu demi satu baju-baju mertua dan adik iparnya itu ke dalam koper. Memang, di dalam kamar Morgan biasanya menyimpan dua koper di dalam lemari tamu, berhubung istri beserta mertuanya pergi berlibur maka koper di dalam masing-masing lemari hanya tinggal satu.
Karena tidak muat, Morgan berusaha mencari kantong plastik di dalam rumahnya namun tak ia temukan. Ia hanya menemukan beberapa buah karung bekas beras di dalam lemari kompor. Tak ingin pikir panjang Morgan langsung membawanya ke dalam kamar tamu yang digunakan oleh mertua dan adik iparnya itu.
Lalu, Morgan memasukkan semua baju-baju mertua dan adik iparnya itu ke dalam karung. Ia bahkan menumpah kembali baju yang tadi sempat ia masukkan ke dalam koper. Begitu terhormat mereka jika dia membereskan baju-baju para benalu itu dengan rapi di dalam koper, lebih baik di gumpal saja di dalam karung.
Setelah menyelesaikan semuanya, Morgan membuka pintu rumah. Mungkin sekarang sudah pukul dini hari, ia menggendong tiga karung bekas beras yang berisi baju-baju mertua dan adik iparnya itu. Lalu ia letakkan di teras luar, besok jika mereka pulang pasti mereka akan melihat bahwa baju-baju mereka sudah Morgan keluarkan dari rumahnya. Hanya tinggal mengusir para benalu itu saja lagi.
________________________
"Hari ini kita harus cek out dari hotel." Tari menggigit jari telunjuknya sembari berpikir.
"Terus kita harus ke mana?" tanya ibunya.
"Tentu saja kita harus pulang," ucap Tari.
"Apa kamu punya uang untuk membeli tiket ke Jakarta?" tanya ibunya.
"Tentu saja tidak ada, kita harus menjual sesuatu." Tari melirik pada gelang emas yang ada di tangan ibunya.
"Gak, ibu gak setuju kalau kamu mau menjual perhiasan ini." Ibunya dengan sigap mengerti apa maksud Tari.
"Terus apa ibu mau kita luntang-lantung menjadi gembel di sini, sebentar lagi kita harus keluar dari hotel ini. Setelah itu, kita mau tinggal di mana? Uang saja sudah tidak punya, hanya itu satu-satunya jalan agar kita bisa membeli tiket untuk pulang ke rumah," ujar Tari.
"Iya, jual saja Bu, lagian nanti ibu bisa beli lagi. Kan, mas Morgan kaya," sahut Reihan pada ibunya.
"Hooh, tinggal kita baik-baiki saja ibunya. Pasti dia akan luluh." Nasya menimpali.
"Baiklah! Asal kamu ganti dengan yang lebih besar," ucap ibunya tersenyum sembari melepaskan perhiasan berupa gelang itu dari tangannya.
"Kira-kira ini ada gak, sepuluh juta?" Tari menenteng gelang emas itu.
"Ibu saja belinya lima belas juta, sekarang pasti sudah naik," ujar ibunya.
"Kalau begitu mari kita cek out sekarang."
_______________________
Satu keluarga itu cek out dari hotel, kemudian mereka beranjak menuju toko perhiasan. Lalu, menjual perhiasan yang tadi sempat mereka perdebatkan. Setelah mendapat uang mereka ingin kebandara untuk membeli tiket dan pulang ke Jakarta.
"Itu kan, uangnya banyak. Gimana kalau kita shopping dulu?" Nasya berujar.
"Jangan sia-siain lah waktu kesempatan buat refreshing di sini, masa ia gak ada jalan-jalan ke mall. Beli baju sama sepatu harga ratusan ribu juga jadilah," sambung Nasya.
"Bener juga, kita ini kan, liburan. Kenapa malah kayak maling yang sedang dikejar-kejar warga," timpal ibunya.
"T-tapi."
"Udahlah gak perlu pake tapi-tapian. Ntar uang ini pasti keganti juga, kan, setelah kita berhasil ngebaikin ibunya Morgan. Tinggal kita beliin oleh-oleh pasti semuanya beres, kamu dan Morgan pasti gak akan ada masalah! Dan orang tua itu, akan ibu pastikan dia gak akan bisa mengadu apapun," ucap Bu Darmi pada Tari.
"Yasudah, aku ngikut saja. Tapi ingat, ntar siang kita harus udah balik," ujar Tari.
Kemauan mereka seakan terpuaskan, mereka keluar dari pusat perbelanjaan dengan banyak tentengan. Seakan tanpa masalah mereka berbahagia seperti tanpa beban, setelah itu mereka beranjak menuju bandara dan membeli tiket untuk pulang ke jakarta.
Tepat sekitar pukul dua siang mereka lepas landas, dua jam setelah meluncur mereka sampai di bandara Jakarta.
Taksi onlinpun di pesan, mereka berempat pulang ke rumah tanpa malu. Di mobil juga sudah merancang berbagai alasan agar Morgan bisa mempercayai mereka. Lalu, apakah Morgan akan mempercayai omongan keluarga benalu tersebut?
Sesampainya di depan halaman rumah, mereka turun dengan berusaha menarik bibir mereka selebar mungkin. Menghela nafas lalu menetralkan kegugupan, Tari yakin, Morgan tak akan berbuat di luar dugaan mereka. Karena, setau Morgan ia sangat menyayangi ibu mertuanya itu.
Namun alangkah mengejutkan, saat satu keluarga itu melihat beberapa karung beras terletak di depan teras rumah. Semuanya mengernyit, bertanya-tanya apa isi di dalam karung beras itu.
"Isinya kok, kayak pakaian, ya?" Bu Darmi menyelidik, dan membuka tali yang mengikat pada ujung karung beras itu.
"Iya. Coba dilihat dulu, Bu," ucap Nasya.
Dengan antusias dan rasa penasaran akhirnya mereka membuka ikatan tali untuk melihat apa isi di dalam karung beras itu, mata mereka membulat sempurna tatkala melihat pakaian mereka bergumpal di dalam sana.
"Loh, ini kan, pakaian ibu," ujar Darmi membolak-balikkan sebuah baju.
"Iya. Ini juga baju-bajuku," sahut Nasya.
"Sama. Kenapa baju-baju kita ada di dalam karung beras ini? Siapa yang meletakkannya?" Reihan bertanya-tanya.
"Apakah Morgan? Atau mertuamu yang tidak tahu diri itu," cetus Bu Darmi memasukkan kembali bajunya ke dalam karung beras dengan kasar.
"Cepat buka pintu rumah kamu Tar, kita harus memberi perhitungan pada mertuamu itu," titah Bu Darmi.
Tari manut, ia mengeluarkan kunci rumah yang ia simpan di dalam tasnya.
"Loh, pintunya dikunci dari dalam. Bagaimana kita bisa masuk?" Tari memutar-mutar handle pintu.
"Hah! Kalau begitu gedor saja."
______________________________
Huaaa ... Gimana dengan pembalasan Morgan, Mak? Bikin puas, kan?
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#6POV Morgan.Entah sudah jam berapa sekarang, aku terbangun karena suara gedoran pintu yang sangat bising. Mungkin, tubuhku terlalu lelah dan tidur setelah sholat subuh. Aku tidur di atas kasur lipat yang sengaja ku gelar di kamar ibu, takut ibu butuh bantuan makanya aku memutuskan untuk menemaninya tidur."Siapa yang berteriak di luar?" tanya ibu. Ia masih terbaring lemas, aku buru-buru melihat jam yang ada di ponsel."Ya, Allah sudah pukul empat sore. Bu, maafkan Morgan, ibu pasti lapar," ucapku, tanpa memperdulikan siapa yang berteriak di luar."Ibu sudah makan, bubur instan sehat yang kamu pesankan tadi malam, ibu memakan itu lalu minum obat. Ibu gak tega bangunin kamu, ibu tau kamu pasti capek banget," sahut ibu, syukurlah. Aku mengelus dada lega."Sepertinya itu suara mertuamu, cepat bukakan pintu," ucap ibu, ia bangun lalu bersandar pada sandaran ranjang."Sebentar Bu, Morgan gosok gigi dan cuci muka dulu," pintaku."Bu Halimah, buka pintunya!"
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#7POV Author."Loh, kenapa kamu juga ngusir aku? Aku ini istrimu," ujar Tari."Ya, terserah kamu saja, mau ikut ibumu silahkan," jawab Morgan."Sudah, kamu di sini saja, paling juga Morgan itu cuma beberapa hari lagi di Indonesia. Atau gak, besok dia udah balik lagi ke negara tetangga. Jadi, kita bisa leluasa kayak biasanya," bisik Bu Darmi pada telinga Tari, senyum Tari pun mengambang."Ya, sudah. Kami akan pulang," ucap Bu Darmi, dia pikir bisa mengelabui Morgan untuk sesaat."Bu, kenapa sih, kita harus pulang. Seharusnya kita itu tetap bertahan, kalau seperti ini sama saja ibu merendahkan harga diri ibu, karena mau-maunya diusir sama menantu sendiri," cetus Nasya dan ibunya mencubit pinggangnya."Loh, kenapa malah aku dicubit?""Kamu itu gak tau apa-apa, nanti juga kita bisa balik lagi ke sini," bisik ibunya memberi kode dengan mengedipkan kedua matanya."Ya, iya. Ibu pulang saja ke rumah, aku akan tetap di sini," ujar Tari sebelah matanya berkedip p
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#8POV Author.Jantung Tari berpacu dengan cepat, ia perlahan melangkah mundur dengan pelan agar aksinya tak diketahui oleh Morgan. Meskipun sebenarnya Morgan sudah tau dengan keberadaan Tari yang sedang mengintip dari celah pintu.Sampai di dalam kamar nafas Tari ngos-ngosan, ia dengan panik mencari ponsel ingin membuat laporan pada ibunya. Setelah menemukan ponsel, ia langsung menekan nomor ibunya."Sisa pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini, silahkan lakukan pengisian ulang.""Arrghhh! Kenapa gak ada pulsa, sih," rutuk Tari.Lalu ia berpindah pada aplikasi hijaunya, ingin menelpon ibunya lewat aplikasi itu. Namun sayang, jaringan internetnya tidak tersambung. Sepertinya WiFi pada ponsel Tari telah di putus. Beberapa kali ia memasukkan kembali kata sandi WiFi di rumahnya, tetap saja tidak bisa."Loh, ini kenapa lagi? Kenapa gak ada jaringan internet. Paswordnya juga salah," ucap Tari bingung."Apa ini kerjaan Morgan? Hah! Sia-lan." T
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#9POV Morgan."Mbak silahkan masuk." Aku mengajak mbak Nani untuk masuk ke dalam, tanpa menghiraukan Tari yang mematung di tengah daun pintu.Tari masih diam, mungkinkah dia kaget melihat mbak Nani tiba-tiba datang. Aku juga tidak tahu, tapi ekspresinya seperti orang sedang kesal."Mbak bisa tidur di kamar tamu," ucapku sembari mengeluarkan anak kunci dan membuka satu kamar ruang tamu bekas Nasya dan mertua."Loh-loh, kenapa mbak Nani harus tidur di ruang tamu, sementara aku di kamar pembantu. Ini tidak adil, mas." Kedua tinju Tari terkepal, wajahnya masam dan garang."Tidak adil? Oh ... Rupanya kamu tau juga tentang keadilan? Lalu, di mana keadilanmu saat ibuku sendirian di rumah ini dan menderita gara-gara kamu dan keluargamu. Sementara kalian malah enak-enakan liburan dan bisa-bisanya aploud Vidio story makan mewah tanpa memikirkan ibuku di rumah. Di mana letak keadilannya? Sementara begini saja kamu sudah merasa tidak adil." Morgan menerangkan kemba
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#10POV author."Mbak, Hari ini keputusan mutasi kerjaku akan diumumkan, aku akan berangkat ke kantor pagi ini, aku berharap semoga permohonanku untuk pindah ke kantor pusat bisa dikabulkan," ucap Morgan sembari membenarkan dasinya. "Aku titip ibu, ya.""Oke, aman. Mbak doain semoga semuanya lancar," sahut Nani sembari mengacungkan dua jempolnya.Morgan berangkat, ia mengeluarkan mobil dari garasi yang sudah lama tak ia naiki. Mobil pertama ia beli dari hasil jerih payahnya sendiri.Kemudian Morgan berhenti sebentar di depan pagar, ia memanggil scurity yang berjaga di rumahnya."Pak, jika mertua dan adik ipar saya datang kemari, usir saja. Kalau sampai bapak biarkan mereka masuk, maka bapak akan saya pecat, mengerti!" Titah Morgan penuh penegasan."Baik, tuan. Saya mengerti." Setelah itu Morgan kembali menginjak pedal rem dan melajukan mobilnya.__________________________"Kue Tar-Tar, bikinin aku teh, dong!" teriak Nani.Tari yang sedang membersihkan W
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#11"Aduh, kenapa perutku tiba-tiba mules," keluh Bu Darmi."Ibu kenapa?" tanya Nasya dan Reihan saat melihat wajah ibunya mendadak masam dan mengerucut."I-bu, sakit perut mau buang air," ucap Bu Darmi lalu bangkit, berjalan sambil mengapit selangkangannya dan kedua tangannya memegangi pan-tat.Pruuut!Pruuut!Ia hampir saja tidak tahan lagi, sedikit ia berusaha melajukan langkah meskipun sulit. Ia dengan tergesa menuju toilet agar bisa menuntaskan hajatnya membuang air besar.Karena terburu-buru ia tidak melihat bahwa di lantai ada sikat WC yang tergolek sembarangan, saking inginnya buang air Bu Darmi sampai-sampai menginjak sikat WC dan ia terpleset hingga terdengar bunyi.Bruuuk!Pruuut!Bu Darmi jatuh dan tak sengaja ia buang air besar di celana, Nasya dan Reihan yang mendengar suara gubrakan pun berlarian menuju ke daun pintu toilet."Ibu, ibu gak papa?" tanya Nasya."Aduh! Sakiiiit!" Bu Darmi meringis, pinggangnya serasa ingin putus. Sementara cel
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#12POV author. Tari takut memakan sup buatannya sendiri, tangannya gemetaran saat hendak memakan masakan yang ia suguhkan untuk mertuanya. Pun saat Tari ingin memakannya Bu Darmi langsung menyenggol mangkuk sup itu hingga tumpah dan berserakkan."Aduh, maaf! Ibu gak sengaja," ucap Bu Darmi pura-pura."Yah, tumpah deh. A-aku akan buatkan sup baru untuk ibu," ucap Tari terbata."Tidak perlu! Untuk apalagi ibu kamu kesini?" tanya Morgan menyelidik."Morgan, jangan bicara seperti itu pada mertuamu," sergah Bu Halimah."Hormati beliau," sambungnya."Ibu tidak perlu memberi pembelaan pada mereka, orang seperti mereka memang pantas di depak dari hadapan kita," tukas Morgan."Morgan, ibu tidak pernah mengajari kamu untuk berbuat kasar seperti ini," pungkas Bu Halimah."Ibu memang tidak pernah mengajari Morgan untuk berbuat seperti ini, tapi merekalah yang sudah memberi contoh bagaimana Morgan harus berperilaku kepada mereka," sahut Morgan dengan lantang."Jadi
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#13POV Tari[Gak ada? Adikmu harus bayar uang ujian kelulusan hari ini juga. Ibu gak mau tau, pokoknya uangnya harus ada!] tekan Ibu lewat pesan.Kubalas pesan ibu namun gagal terkirim, pulsa hp sudah habis tak bersisa. Sementara ibu terus memaksa ingin dikirimi uang, bagaimana bisa? Jangankan buat bayar ujian terakhir Reihan, untuk kebutuhanku saja kurang."Mungkinkah uang bulananku di tilep oleh mbak Nani?" Aku segera bangkit dan beranjak, aku harus protes pada Mbak Nani.Kulihat dia sedang bersantai sembari membaca majalah, pasti uang bulananku dia yang ambil sehingga hanya bersisa seperti ini. Dasar orang kampung, licik, manipulatif."Mbak!" Aku menggebrak meja, melempar amplop putih itu ke hadapannya."Berapa banyak uangku yang kamu tilep?" tanyaku tanpa basa-basi."Kamu ini kenapa, sih, gak sopan banget. Uang apa? Aku udah kasih semuanya kok, ke kamu," sahutnya."Semuanya? Gak mungkin, pasti kamu sudah mengkorupsi uang bulananku. Kamu sengaja kan,
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#30POV Author."Ibu! Bisa-bisanya ibu lebih mentingin uang daripada membelaku. Aku sampai ditampar tiga kali tapi ibu diam saja." Tari merampas uang yang ada di tangan ibunya di. Enak saja, ia yang sakit tapi ibunya yang menikmati."Balikin dong, Tar. Gak papa cuma sesekali doang, yang penting kita punya banyak uang. Kita bisa jalan-jalan, shoping dan ke salon, udah lama kan, kita mangkrak di rumah. Mending kita ke luar, lagian uang pinjaman dari bank juga masih banyak. Kita bisa happy-happy beberapa Minggu ini," ucap Bu Darmi sumringah membayangkan akan pergi kesana-kemari."Ya, tentu saja! Akan kubuat Morgan menyesal karena telah menceraikanku, ditambah dengan kejadian hari ini. Rasanya aku tidak terima!" Decak Tari, pipinya masih terasa kebas._____________________Beberapa hari dirawat Nasya akhirnya dibolehkan pulang, Nani pun turut serta menjaganya sampai-sampai ia rela meninggalkan empangnya pada Arif. Arif memang asisten kepercayaannya, tak pern
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#29POV Morgan."Ya, Allah! Kasian sekali anak itu." Aku melihat raut kesedihan dari wajah ibu, apalagi sekarang Nasya tengah tergelak di ruang UGD. Mungkin sebentar lagi ia akan dipindahkan ke ruang rawat biasa. Tapi, ia sekarang sedang pingsan dan aku khawatir jika dia sadar nanti dia akan syok juga trauma.Memang, aku tidak terlalu perduli dengannya. Meskipun aku tahu dia sudah berubah, karena aku tetap harus waspada pada gerak-geriknya, bisa saja kan, dia hanya berpura-pura? Tapi, saat melihat keadaannya seperti sekarang aku sangat yakin kalau gadis di dalam ruangan sana itu memang sudah berubah."Morgan, cepat urus biaya administrasinya," ucap ibu. Aku manut dan segera menuju ke lobby untuk mengurus biaya administrasi.Saat di lobby suara dering ponseku berbunyi, tertera nama mbak Nani di sana."Morgan, apa mbak harus ke sana sekarang?" tanya mbak Nani cemas."Tidak perlu, mbak. Setelah Nasya siuman aku dan ibu akan mengantarnya ke kampung, aku akan
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#29 POV Morgan. "Ya, Allah! Kasian sekali anak itu." Aku melihat raut kesedihan dari wajah ibu, apalagi sekarang Nasya tengah tergelak di ruang UGD. Mungkin sebentar lagi ia akan dipindahkan ke ruang rawat biasa. Tapi, ia sekarang sedang pingsan dan aku khawatir jika dia sadar nanti dia akan syok juga trauma. Memang, aku tidak terlalu perduli dengannya. Meskipun aku tahu dia sudah berubah, karena aku tetap harus waspada pada gerak-geriknya, bisa saja kan, dia hanya berpura-pura? Tapi, saat melihat keadaannya seperti sekarang aku sangat yakin kalau gadis di dalam ruangan sana itu memang sudah berubah. "Morgan, cepat urus biaya administrasinya," ucap ibu. Aku manut dan segera menuju ke lobby untuk mengurus biaya administrasi. Saat di lobby suara dering ponseku berbunyi, tertera nama mbak Nani di sana. "Morgan, apa mbak harus ke sana sekarang?" tanya mbak Nani cemas. "Tidak perlu, mbak. Setelah Nasya siuman aku dan ibu akan mengantarnya ke kampung, ak
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN28.POV Author."Beraninya anak itu mempermalukan ibu di depan Bu Halimah dan Morgan. Harga diri ibu terasa terhina sekarang!" Bu Darmi merutuk kesal."Sepertinya kita harus memberi dia pelajaran, Bu. Agar dia bisa kembali berpihak pada kita, jika seperti ini maka Morgan dan Bu Halimah akan merasa lebih kuat. Apalagi Nasya tau semua dengan rencana kita," sahut Tari."Sulit sekali menyingkirkan wanita tua itu, dialah satu-satunya penghalang buat kita." Bu Darmi menaikkan satu alisnya, berpikir rencana apa yang harus ia lakukan untuk menyingkirkan Bu Halimah. Dadanya masih belum puas karena belum bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan."Mana rumah itu sudah memakai cctv, kita udah gak bisa bergerak bebas lagi, Bu. Pasti apa yang kita lakukan akan terekam di dalam alat pengintai mini itu." Tari mendengkus, nafasnya terasa memburu."Jalan satu-satunya kita harus menghasut Nasya, karena sekarang mereka sudah mulai mempercayai Nasya. Kalau Nasya bisa kita r
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#27POV author."Beraninya kamu mencekal tangan ibumu sendiri, ha?!" Bu Darmi berteriak menepis cekalan Nasya dan menyentaknya kasar."Aku harus berani, demi sebuah kebenaran," sahut Nasya menantang."Tau apa kamu dengan kebenaran? Memangnya kamu Tuhan?" tanya Tari."Setidaknya aku tau betapa busuknya ibu dan Kak Tari, betapa jahatnya kalian selama ini. Aku tau kalian dari luar hingga dalamnya, kalian itu tidak lebih seperti bina-tang yang mengkhianati majikannya sendiri," tutur Nasya membuat dada Bu Darmi terhenyak."Kurang ajar kamu, kenapa tiba-tiba kamu membela wanit tua in? Oh ... Atau jangan-jangan sekarang kamu mulai bermuka dua, iya?!" tanya Bu Darmi melotot."Aku tidak membela, aku hanya berada dipihak yang seharusnya, orang baik seperti Bu Halimah tidak pantas mendapat perlakuan buruk dari orang-orang tak tahu terimakasih seperti kalian berdua," ujar Nasya, Bu Darmi sangat murka mendengar ucapan anak yang telah ia lahirkan itu."Seharusnya kamu
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#26POV Author."Siapa yang cari muka? Kalau tidak tau masalahnya jangan mengada-ada!" Nasya sedikit kesal dengan omongan Arif, kenal enggak, tapi sudah menjudge-nya yang tidak-tidak."Baru masuk kerja sudah dapat tempat yang enak, apalagi kalau kamu itu gak suka cari muka?" tanyanya ketus."Kamu itu sudah menikah bukan? Ngapain kamu datang ke mari? Bukannya di Jakarta itu banyak pekerjaan? Apalagi wanita bersuami sepertimu, ngapain harus capek-capek kerja, ke kampung pula! Kamu sengaja bukan, ingin menyingkirkanku?" Arif mencetus tanpa berpikir dulu."M-menikah? Mbak Nani bilang seperti itu? Dan siapa juga yang ingin menyingkirkanmu, memang apa urusanku denganmu. Kenal saja baru, lantas apa sebabnya jika aku ingin menyingkirkanmu?" tanya Nasya, sedikit terkejut."Ya, dia juga bilang kalau kamu sedang hamil. Maka dari itu kamu diperlakukan sangat spesial bukan? Tapi, yang namanya pekerjaan tetaplah pekerjaan. Mau kamu hamil atau tidak, jangan kamu jadika
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#25POV Author."Mbak Nani bilang, dia yang akan menjemput," ucap Morgan.Nasya meneguk salivanya, ia masih ragu-ragu dengan keputusannya, setaunya Nani tidak menyukai keluarganya. Lalu ia harus bagaimana? Bertahan di kota pun belum tentu ia mampu. Ia juga sudah melamar kerja ke warung-warung dan restoran serta supermarket, namun tak ada yang menerima karena keadaannya sedang hamil sekarang."Kamu harus siap-siap. Di mana kamu menaruh barang-barang dan pakaianmu?" tanya Bu Halimah."Barang dan bajuku di curi sama pemulung, Bu. Aku sudah tak punya apa-apa lagi sekarang," ujar Nasya. Pantas saja gadis ini sangat kucel tadinya, untung saja ada beberapa lembar baju Tari yang tertinggal sehingga ia bisa memakainya sekarang."Kalau begitu biar ibu belikan beberapa lembar untukmu, di rumah ini juga ada banyak koper kamu bisa memasukkan bajumu ke dalamnya," ucap Bu Halimah tulus._______________________"Assalamualaikum, bibiii." Nani mengucap salam, lalu merent
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#24POV author."Reihan!" teriak Tari membekap mulutnya.Hah! Dada Bu Darmi terasa sempit, melihat anak bungsunya terbujur kaku di tali gantungan. Entah apa yang dipikirkan oleh anak belia yang baru saja memasuki usia remaja itu, sehingga ia memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.Akankah dia sadar setelah menyaksikan seorang remaja yang beberapa belas tahun lalu ia lahirkan mati begitu saja tanpa ada alasan yang jelas. Entah polemik apa yang disimpan oleh Reihan sehingga ia nekat mengakhiri hidupnya dengan cara se-tragis iniMata Tari mulai memanas dan berembun, ia perlahan mundur dengan dada yang sesak, meminta bantuan pada tetangga dan RT setempat agar mayat Reihan bisa di evakuasi.Pun polisi tak ketinggalan, kamar Reihan di pasang palang kuning-hitam sebagai batas penghalang untuk orang-orang yang mencoba menerobos masuk.Bu Darmi tak bisa berkata-kata, ia tak mampu berbicara sepatah bahasa. Bibirnya kelu dan tubuhnya membeku, ha
TERNYATA IBUKU TAK LIBURAN#23POV Author."Si-al! Badan kita jadi bau seperti ini, besar juga nyali wanita tua itu sekarang," decak Bu Darmi sembari mengibaskan bajunya yang basah."Mana ada sampahnya lagi, busuk!" Tari merasa geli dengan tubuhnya sendiri."Buruan pesan taxi online, mending kita pulang sekarang," titah Bu Darmi.Tari merogoh ponselnya, membuka aplikasi taxi online lalu memesannya. Mereka berdiri di tepi jalan sambil panas-panasan, banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka, heran saja? Pakaiannya bagus, tas branded dan makeup tebal yang mulai luntur membuat para pejalan kaki bertanya-tanya apakah mereka masih waras? karena keluar dengan tubuh sebau dan sekotor itu.Selang beberapa puluh menit akhirnya taxi online-pun datang, mereka membuka pintu mobil lalu masuk."Jalan, pak!" titah Tari.Sopir taxi online terdiam, ia menutup hidungnya dan menatap ke belakang setelah itu ia membuka pintu mobil dan turun ke jalan. Lalu, membuka pintu mobil belakang."Keluar kalian!