TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#9POV Morgan."Mbak silahkan masuk." Aku mengajak mbak Nani untuk masuk ke dalam, tanpa menghiraukan Tari yang mematung di tengah daun pintu.Tari masih diam, mungkinkah dia kaget melihat mbak Nani tiba-tiba datang. Aku juga tidak tahu, tapi ekspresinya seperti orang sedang kesal."Mbak bisa tidur di kamar tamu," ucapku sembari mengeluarkan anak kunci dan membuka satu kamar ruang tamu bekas Nasya dan mertua."Loh-loh, kenapa mbak Nani harus tidur di ruang tamu, sementara aku di kamar pembantu. Ini tidak adil, mas." Kedua tinju Tari terkepal, wajahnya masam dan garang."Tidak adil? Oh ... Rupanya kamu tau juga tentang keadilan? Lalu, di mana keadilanmu saat ibuku sendirian di rumah ini dan menderita gara-gara kamu dan keluargamu. Sementara kalian malah enak-enakan liburan dan bisa-bisanya aploud Vidio story makan mewah tanpa memikirkan ibuku di rumah. Di mana letak keadilannya? Sementara begini saja kamu sudah merasa tidak adil." Morgan menerangkan kemba
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#10POV author."Mbak, Hari ini keputusan mutasi kerjaku akan diumumkan, aku akan berangkat ke kantor pagi ini, aku berharap semoga permohonanku untuk pindah ke kantor pusat bisa dikabulkan," ucap Morgan sembari membenarkan dasinya. "Aku titip ibu, ya.""Oke, aman. Mbak doain semoga semuanya lancar," sahut Nani sembari mengacungkan dua jempolnya.Morgan berangkat, ia mengeluarkan mobil dari garasi yang sudah lama tak ia naiki. Mobil pertama ia beli dari hasil jerih payahnya sendiri.Kemudian Morgan berhenti sebentar di depan pagar, ia memanggil scurity yang berjaga di rumahnya."Pak, jika mertua dan adik ipar saya datang kemari, usir saja. Kalau sampai bapak biarkan mereka masuk, maka bapak akan saya pecat, mengerti!" Titah Morgan penuh penegasan."Baik, tuan. Saya mengerti." Setelah itu Morgan kembali menginjak pedal rem dan melajukan mobilnya.__________________________"Kue Tar-Tar, bikinin aku teh, dong!" teriak Nani.Tari yang sedang membersihkan W
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#11"Aduh, kenapa perutku tiba-tiba mules," keluh Bu Darmi."Ibu kenapa?" tanya Nasya dan Reihan saat melihat wajah ibunya mendadak masam dan mengerucut."I-bu, sakit perut mau buang air," ucap Bu Darmi lalu bangkit, berjalan sambil mengapit selangkangannya dan kedua tangannya memegangi pan-tat.Pruuut!Pruuut!Ia hampir saja tidak tahan lagi, sedikit ia berusaha melajukan langkah meskipun sulit. Ia dengan tergesa menuju toilet agar bisa menuntaskan hajatnya membuang air besar.Karena terburu-buru ia tidak melihat bahwa di lantai ada sikat WC yang tergolek sembarangan, saking inginnya buang air Bu Darmi sampai-sampai menginjak sikat WC dan ia terpleset hingga terdengar bunyi.Bruuuk!Pruuut!Bu Darmi jatuh dan tak sengaja ia buang air besar di celana, Nasya dan Reihan yang mendengar suara gubrakan pun berlarian menuju ke daun pintu toilet."Ibu, ibu gak papa?" tanya Nasya."Aduh! Sakiiiit!" Bu Darmi meringis, pinggangnya serasa ingin putus. Sementara cel
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#12POV author. Tari takut memakan sup buatannya sendiri, tangannya gemetaran saat hendak memakan masakan yang ia suguhkan untuk mertuanya. Pun saat Tari ingin memakannya Bu Darmi langsung menyenggol mangkuk sup itu hingga tumpah dan berserakkan."Aduh, maaf! Ibu gak sengaja," ucap Bu Darmi pura-pura."Yah, tumpah deh. A-aku akan buatkan sup baru untuk ibu," ucap Tari terbata."Tidak perlu! Untuk apalagi ibu kamu kesini?" tanya Morgan menyelidik."Morgan, jangan bicara seperti itu pada mertuamu," sergah Bu Halimah."Hormati beliau," sambungnya."Ibu tidak perlu memberi pembelaan pada mereka, orang seperti mereka memang pantas di depak dari hadapan kita," tukas Morgan."Morgan, ibu tidak pernah mengajari kamu untuk berbuat kasar seperti ini," pungkas Bu Halimah."Ibu memang tidak pernah mengajari Morgan untuk berbuat seperti ini, tapi merekalah yang sudah memberi contoh bagaimana Morgan harus berperilaku kepada mereka," sahut Morgan dengan lantang."Jadi
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#13POV Tari[Gak ada? Adikmu harus bayar uang ujian kelulusan hari ini juga. Ibu gak mau tau, pokoknya uangnya harus ada!] tekan Ibu lewat pesan.Kubalas pesan ibu namun gagal terkirim, pulsa hp sudah habis tak bersisa. Sementara ibu terus memaksa ingin dikirimi uang, bagaimana bisa? Jangankan buat bayar ujian terakhir Reihan, untuk kebutuhanku saja kurang."Mungkinkah uang bulananku di tilep oleh mbak Nani?" Aku segera bangkit dan beranjak, aku harus protes pada Mbak Nani.Kulihat dia sedang bersantai sembari membaca majalah, pasti uang bulananku dia yang ambil sehingga hanya bersisa seperti ini. Dasar orang kampung, licik, manipulatif."Mbak!" Aku menggebrak meja, melempar amplop putih itu ke hadapannya."Berapa banyak uangku yang kamu tilep?" tanyaku tanpa basa-basi."Kamu ini kenapa, sih, gak sopan banget. Uang apa? Aku udah kasih semuanya kok, ke kamu," sahutnya."Semuanya? Gak mungkin, pasti kamu sudah mengkorupsi uang bulananku. Kamu sengaja kan,
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#14Hanya cuplikanPOV author."Loh, kenapa jadi begini? Seharusnya kamu tahan aku dong, mas. Kenapa kamu malah setuju aku pergi dari sini?" tanya Tari, matanya mulai memanas."Kamu yang ingin pergi masa harus kutahan, kalau kamu berontak dan tetap kekeh ingin pergi apa aku harus memohon-mohon padamu agar kamu tidak pergi, maaf! Aku bukan pengemis yang harus memohon belas kasihan dari orang," sahut Morgan, Tari menggelengkan kepalanya."Ya, tapi gak gini juga, mas. Gak ada sedikitpun niat dari kamu buat pertahanin aku, gitu?" tanya Tari."Aku gak ingin mendrama, memangnya kamu pikir hidup ini adalah sebuah sinetron? Kalau kamu ingin keluar dari rumah ini, silahkan! Untuk apa aku mempersulit," jawab Morgan."Udah! Kalau mau berkemas biar kubantu," timpal Nani memperkeruh keadaan."Diam kamu, Mbak! Semua ini karena kamu, kalau gak gara-gara kamu keadaannya gak mungkin seperti ini." Tangis Tari tumpah saat itu juga."Jangan berakting deh, gak akan mempan ka
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#15POV Morgan.Bagaimana mungkin Tari bisa hamil sementara kami saja tidak ada berhubungan, sepulang dari negara tetangga kami tidak pernah tidur satu kamar. Sementara aku sudah tiga bulan di negara tetangga dan pulang ke Indonesia sudah hampir satu Bulan.Aku menarik senyum sembari memegangi kepala, suara Tari dari seberang telepon berhasil kurekam. Semisalnya pun, kami melakukan hubungan suami istri, ia tidak hamil dua bulan melainkan menginjak satu bulan. Pernyataannya jelas-jelas adalah sebuah kebohongan dan aku akan pura-pura mempercayainya.Mungkin dia pikir akan semudah itu membo-dohiku, sebagai orang yang waras dan sudah menjelajah ke berbagai pelosok, kota, hingga negara tentu logika harus aku utamakan. Jika sesuatu hal tidak masuk dalam logika maka patut dipertanyakan, dengan siapa dia hamil?"Kamu kenapa Morgan? Kok, senyum-senyum sendiri?" tanya mbak Nani saat melihat aku tersenyum karena memikirkan omongan Tari yang tidak masuk akal menurut
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#16POV Author."Surat dari pengadilan, maksudnya apa ini, mas? K-kamu menceraikanku?" tanya Tari matanya mulai panas."Ha? Surat cerai!" Bu Darmi merampas surat yang dipegang oleh Tari."Apa-apaan kamu, Morgan." Kemudian ia melempar surat itu pada Morgan, tanda ia tak terima kalau anaknya akan diceraikan."Sudah tidak memberi uang nafkah, alih-alih kamu datang hanya memberi surat sampah seperti ini!" ucapnya dengan nada tinggi."Keterlaluan!" lanjutnya."Mas, kamu tau sendiri kan, kalau aku lagi hamil," ucap Tari dilirihkan, sebisa mungkin ia membuat airmatanya menggenang di sudut pelupuk.Tari tertunduk sembari memegangi perutnya, seakan ia sangat terluka oleh keputusan Morgan."Ha, hamil?" Nani terkejut mendengar ucapan Tari."Bagaimana bisa, Siapa ayahnya?" tanya Nani."Wajar kalau Morgan menceraikanmu," sambungnya. Tari mendongak dan mengernyit, dia pikir dengan berpura-pura hamil akan bisa menarik Morgan kembali dalam pelukannya. Nyatanya, Morgan
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#30POV Author."Ibu! Bisa-bisanya ibu lebih mentingin uang daripada membelaku. Aku sampai ditampar tiga kali tapi ibu diam saja." Tari merampas uang yang ada di tangan ibunya di. Enak saja, ia yang sakit tapi ibunya yang menikmati."Balikin dong, Tar. Gak papa cuma sesekali doang, yang penting kita punya banyak uang. Kita bisa jalan-jalan, shoping dan ke salon, udah lama kan, kita mangkrak di rumah. Mending kita ke luar, lagian uang pinjaman dari bank juga masih banyak. Kita bisa happy-happy beberapa Minggu ini," ucap Bu Darmi sumringah membayangkan akan pergi kesana-kemari."Ya, tentu saja! Akan kubuat Morgan menyesal karena telah menceraikanku, ditambah dengan kejadian hari ini. Rasanya aku tidak terima!" Decak Tari, pipinya masih terasa kebas._____________________Beberapa hari dirawat Nasya akhirnya dibolehkan pulang, Nani pun turut serta menjaganya sampai-sampai ia rela meninggalkan empangnya pada Arif. Arif memang asisten kepercayaannya, tak pern
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#29POV Morgan."Ya, Allah! Kasian sekali anak itu." Aku melihat raut kesedihan dari wajah ibu, apalagi sekarang Nasya tengah tergelak di ruang UGD. Mungkin sebentar lagi ia akan dipindahkan ke ruang rawat biasa. Tapi, ia sekarang sedang pingsan dan aku khawatir jika dia sadar nanti dia akan syok juga trauma.Memang, aku tidak terlalu perduli dengannya. Meskipun aku tahu dia sudah berubah, karena aku tetap harus waspada pada gerak-geriknya, bisa saja kan, dia hanya berpura-pura? Tapi, saat melihat keadaannya seperti sekarang aku sangat yakin kalau gadis di dalam ruangan sana itu memang sudah berubah."Morgan, cepat urus biaya administrasinya," ucap ibu. Aku manut dan segera menuju ke lobby untuk mengurus biaya administrasi.Saat di lobby suara dering ponseku berbunyi, tertera nama mbak Nani di sana."Morgan, apa mbak harus ke sana sekarang?" tanya mbak Nani cemas."Tidak perlu, mbak. Setelah Nasya siuman aku dan ibu akan mengantarnya ke kampung, aku akan
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#29 POV Morgan. "Ya, Allah! Kasian sekali anak itu." Aku melihat raut kesedihan dari wajah ibu, apalagi sekarang Nasya tengah tergelak di ruang UGD. Mungkin sebentar lagi ia akan dipindahkan ke ruang rawat biasa. Tapi, ia sekarang sedang pingsan dan aku khawatir jika dia sadar nanti dia akan syok juga trauma. Memang, aku tidak terlalu perduli dengannya. Meskipun aku tahu dia sudah berubah, karena aku tetap harus waspada pada gerak-geriknya, bisa saja kan, dia hanya berpura-pura? Tapi, saat melihat keadaannya seperti sekarang aku sangat yakin kalau gadis di dalam ruangan sana itu memang sudah berubah. "Morgan, cepat urus biaya administrasinya," ucap ibu. Aku manut dan segera menuju ke lobby untuk mengurus biaya administrasi. Saat di lobby suara dering ponseku berbunyi, tertera nama mbak Nani di sana. "Morgan, apa mbak harus ke sana sekarang?" tanya mbak Nani cemas. "Tidak perlu, mbak. Setelah Nasya siuman aku dan ibu akan mengantarnya ke kampung, ak
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN28.POV Author."Beraninya anak itu mempermalukan ibu di depan Bu Halimah dan Morgan. Harga diri ibu terasa terhina sekarang!" Bu Darmi merutuk kesal."Sepertinya kita harus memberi dia pelajaran, Bu. Agar dia bisa kembali berpihak pada kita, jika seperti ini maka Morgan dan Bu Halimah akan merasa lebih kuat. Apalagi Nasya tau semua dengan rencana kita," sahut Tari."Sulit sekali menyingkirkan wanita tua itu, dialah satu-satunya penghalang buat kita." Bu Darmi menaikkan satu alisnya, berpikir rencana apa yang harus ia lakukan untuk menyingkirkan Bu Halimah. Dadanya masih belum puas karena belum bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan."Mana rumah itu sudah memakai cctv, kita udah gak bisa bergerak bebas lagi, Bu. Pasti apa yang kita lakukan akan terekam di dalam alat pengintai mini itu." Tari mendengkus, nafasnya terasa memburu."Jalan satu-satunya kita harus menghasut Nasya, karena sekarang mereka sudah mulai mempercayai Nasya. Kalau Nasya bisa kita r
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#27POV author."Beraninya kamu mencekal tangan ibumu sendiri, ha?!" Bu Darmi berteriak menepis cekalan Nasya dan menyentaknya kasar."Aku harus berani, demi sebuah kebenaran," sahut Nasya menantang."Tau apa kamu dengan kebenaran? Memangnya kamu Tuhan?" tanya Tari."Setidaknya aku tau betapa busuknya ibu dan Kak Tari, betapa jahatnya kalian selama ini. Aku tau kalian dari luar hingga dalamnya, kalian itu tidak lebih seperti bina-tang yang mengkhianati majikannya sendiri," tutur Nasya membuat dada Bu Darmi terhenyak."Kurang ajar kamu, kenapa tiba-tiba kamu membela wanit tua in? Oh ... Atau jangan-jangan sekarang kamu mulai bermuka dua, iya?!" tanya Bu Darmi melotot."Aku tidak membela, aku hanya berada dipihak yang seharusnya, orang baik seperti Bu Halimah tidak pantas mendapat perlakuan buruk dari orang-orang tak tahu terimakasih seperti kalian berdua," ujar Nasya, Bu Darmi sangat murka mendengar ucapan anak yang telah ia lahirkan itu."Seharusnya kamu
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#26POV Author."Siapa yang cari muka? Kalau tidak tau masalahnya jangan mengada-ada!" Nasya sedikit kesal dengan omongan Arif, kenal enggak, tapi sudah menjudge-nya yang tidak-tidak."Baru masuk kerja sudah dapat tempat yang enak, apalagi kalau kamu itu gak suka cari muka?" tanyanya ketus."Kamu itu sudah menikah bukan? Ngapain kamu datang ke mari? Bukannya di Jakarta itu banyak pekerjaan? Apalagi wanita bersuami sepertimu, ngapain harus capek-capek kerja, ke kampung pula! Kamu sengaja bukan, ingin menyingkirkanku?" Arif mencetus tanpa berpikir dulu."M-menikah? Mbak Nani bilang seperti itu? Dan siapa juga yang ingin menyingkirkanmu, memang apa urusanku denganmu. Kenal saja baru, lantas apa sebabnya jika aku ingin menyingkirkanmu?" tanya Nasya, sedikit terkejut."Ya, dia juga bilang kalau kamu sedang hamil. Maka dari itu kamu diperlakukan sangat spesial bukan? Tapi, yang namanya pekerjaan tetaplah pekerjaan. Mau kamu hamil atau tidak, jangan kamu jadika
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#25POV Author."Mbak Nani bilang, dia yang akan menjemput," ucap Morgan.Nasya meneguk salivanya, ia masih ragu-ragu dengan keputusannya, setaunya Nani tidak menyukai keluarganya. Lalu ia harus bagaimana? Bertahan di kota pun belum tentu ia mampu. Ia juga sudah melamar kerja ke warung-warung dan restoran serta supermarket, namun tak ada yang menerima karena keadaannya sedang hamil sekarang."Kamu harus siap-siap. Di mana kamu menaruh barang-barang dan pakaianmu?" tanya Bu Halimah."Barang dan bajuku di curi sama pemulung, Bu. Aku sudah tak punya apa-apa lagi sekarang," ujar Nasya. Pantas saja gadis ini sangat kucel tadinya, untung saja ada beberapa lembar baju Tari yang tertinggal sehingga ia bisa memakainya sekarang."Kalau begitu biar ibu belikan beberapa lembar untukmu, di rumah ini juga ada banyak koper kamu bisa memasukkan bajumu ke dalamnya," ucap Bu Halimah tulus._______________________"Assalamualaikum, bibiii." Nani mengucap salam, lalu merent
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#24POV author."Reihan!" teriak Tari membekap mulutnya.Hah! Dada Bu Darmi terasa sempit, melihat anak bungsunya terbujur kaku di tali gantungan. Entah apa yang dipikirkan oleh anak belia yang baru saja memasuki usia remaja itu, sehingga ia memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.Akankah dia sadar setelah menyaksikan seorang remaja yang beberapa belas tahun lalu ia lahirkan mati begitu saja tanpa ada alasan yang jelas. Entah polemik apa yang disimpan oleh Reihan sehingga ia nekat mengakhiri hidupnya dengan cara se-tragis iniMata Tari mulai memanas dan berembun, ia perlahan mundur dengan dada yang sesak, meminta bantuan pada tetangga dan RT setempat agar mayat Reihan bisa di evakuasi.Pun polisi tak ketinggalan, kamar Reihan di pasang palang kuning-hitam sebagai batas penghalang untuk orang-orang yang mencoba menerobos masuk.Bu Darmi tak bisa berkata-kata, ia tak mampu berbicara sepatah bahasa. Bibirnya kelu dan tubuhnya membeku, ha
TERNYATA IBUKU TAK LIBURAN#23POV Author."Si-al! Badan kita jadi bau seperti ini, besar juga nyali wanita tua itu sekarang," decak Bu Darmi sembari mengibaskan bajunya yang basah."Mana ada sampahnya lagi, busuk!" Tari merasa geli dengan tubuhnya sendiri."Buruan pesan taxi online, mending kita pulang sekarang," titah Bu Darmi.Tari merogoh ponselnya, membuka aplikasi taxi online lalu memesannya. Mereka berdiri di tepi jalan sambil panas-panasan, banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka, heran saja? Pakaiannya bagus, tas branded dan makeup tebal yang mulai luntur membuat para pejalan kaki bertanya-tanya apakah mereka masih waras? karena keluar dengan tubuh sebau dan sekotor itu.Selang beberapa puluh menit akhirnya taxi online-pun datang, mereka membuka pintu mobil lalu masuk."Jalan, pak!" titah Tari.Sopir taxi online terdiam, ia menutup hidungnya dan menatap ke belakang setelah itu ia membuka pintu mobil dan turun ke jalan. Lalu, membuka pintu mobil belakang."Keluar kalian!