Share

bab. 5 : Melepaskan

Penulis: Re_
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-15 22:32:07

Pemuda itu menyipit saat melihat seorang pria tua yang tengah berbelanja, dia menurunkan caping yang dipakainya untuk menyembunyikan wajah, lalu perlahan menyingkir dan menjauh.

Pak tua itu keliatan baik-baik saja, dia terlihat begitu tenang seakan tidak terjadi sesuatu, apa rencananya tidak berhasil? Dia menggigit bibir gelisah.

Sebuah anak panah melesat, pria bercaping waspada dan menghindar, lalu berlari menuju tempat sepi.

"Sial. Apa pasukan lembah hitam sudah mengetahui keberadaanku. Baru 3 hari yang lalu aku mengelabui mereka dan sekarang mereka sudah menemukanku. Ck. Merepotkan."

Dia mengeluarkan pedang dari tangannya lalu bersiap sedia dengan serangan yang akan diterimanya.

Pria berkepala botak menebaskan pedangnya, pria muda itu menangkis lalu menendangnya hingga terpental.

Tiga orang maju serentak mengayunkan kapak, dia berkelit, menangkis serangan di tengah dan menendang serangan dari kanannya.

Lalu dia melompat, berlari terbang menendang orang-orang yang berlarian menyerbunya. Sebagian terpental dan terguling, namun kembali bangkit dan mengejarnya.

Pertempuran tak terelakkan, walau pasukan yang mengejarnya tidak memiliki kemampuan yang tinggi, pemuda itu cukup kewalahan meladeni mereka semua.

Terlebih dengan tubuh yang belum pulih akibat pertempuran sebelumnya, beberapa kali dia memegang dadanya yang masih terasa nyeri saat terbentur serangan.

"Sialan. Tenagaku mulai melemah." gumamnya gusar menatap puluhan lelaki dengan pakaian hitam kelam kembali datang menyerangnya.

Sepertinya tidak ada pilihan lain saat ini selain kabur, pemuda itu mengambil sesuatu dari balik bajunya, lalu melemparkan pada pasukan lembah hitam.

Benda itu meledak lalu mengeluarkan asap pekat yang panas.

Mereka kocar kacir, merasakan pedih di mata dan pernafasan mereka. Masing-masing menutup hidung dengan tangan atau pakaian mereka, setelah asap menghilang tubuh pemuda yang mereka kejar pun telah lenyap.

***

Arumi memikirkan hal aneh yang menimpanya, bagaimana dia bisa melihat sesuatu benda yang bahkan tidak bisa di lihat Lien Hua.

Apa ini kekuatannya? Dia tersenyum-senyum sendiri. Tidak rugi juga dia jatuh di Wangliang kalau dia bisa memiliki kekuatan seperti orang-orang di tempat ini.

Dia bisa tahu keberadaan uang simpanan mama atau kartu kreditnya yang di sita mama. Gadis itu tertawa geli membayangkan hal konyol yang akan dia lakukan dengan kemampuannya ini.

Kenapa tidak dari dulu saja dia memiliki mata yang tajam. Tentu dia tidak akan dibodohi Ryan dan terluka seperti ini.

Dia menghela nafas panjang, tiba-tiba dadanya terasa sesak seakan tertimbun bongkahan batu besar. Tanpa sadar air mata menggelinding dari sudut mata lalu mengalir deras.

Bodoh ... untuk apa punya kekuatan ini sekarang. Hanya sia-sia.

Dia merosot terduduk dan bersandar di dinding lalu menekuk kaki, menjatuhkan kepala berbantal lengannya yang saling bertaut.

Ternyata dia tidak sekuat itu. Ternyata dia sangat mencintai Ryan. Salahkan saja lelaki itu, kenapa membuatnya sangat bergantung sehingga dia tak bisa lepas dan begitu merindukannya.

Bahkan di saat ini, saat dia tau lelaki itu melukainya. Tubuhnya lalu berguncang dengan isakan tangis yang keras.

Lien Hua yang berdiri di luar hanya sanggup mengintipnya dari jendela. Selama ini dia tidak pernah berteman dengan wanita.

Hanya sesekali bergaul dengan orang yang datang untuk berobat, jadi melihat Arumi menangis seperti kesetanan membuatnya bingung harus berbuat apa.

Haruskah membawakan air? atau obat? Atau handuk ? Lien Hua menggelengkan kepala. Selama ini dia tidak pernah melihat Yeye atau Paman menangis, jadi dia tidak tahu, apa yang harus dilakukan saat seseorang menangis.

"Ada apa?" Paman ikut menilik di belakangnya, "Apa kau mengganggunya?" tanyanya menyelidik.

"Apa aku tidak punya kegiatan lain selain

mengganggu, Paman?"

Paman mengangguk, "Bukankah itu keahlianmu."

Lien Hua berdecak. "Tiba-tiba saja dia menangis seperti itu. Aku tidak tahu apa yang terjadi."

Paman mengernyitkan hidungnya tanda berfikir.

"Mungkin dia merindukan keluarganya. Cepat hibur dia. Buat dia merasa nyaman di sini."

"Kalau dia tidak ingat apa-apa, kenapa dia merasa rindu."

"Ckckck. Sifatmu itu." Paman menyentil dahi Lien Hua. "Cobalah sedikit pengertian. Bujuk dia agar berhenti menangis. Suaranya bisa memancing kecurigaan orang."

"Bagaimana caranya?"

***

"Arumi." Lien Hua membuka pintu, memang pintu kamar Arumi tidak terkunci sehingga mereka leluasa membukanya.

Arumi menengadah, matanya yang bengkak menyulitkannya menatap dengan benar, dia hanya melihat Lien Hua membawa sesuatu.

"Aku membawa teh bunga chamomile. Ini sangat bagus untuk tubuhmu yang lelah." Gadis itu meletakkan teh di atas meja, lalu dia membantu memapah Arumi berdiri dan membuatnya duduk di kursi.

Mata Arumi sembab. Kedua kelopaknya tampak membengkak, menggelembung seperti buah kolang kaling yang diberi pewarna merah.

"Aku juga membawakanmu air dingin untuk mengompres wajahmu." Lien Hua menyelupkan kain dalam mangkuk berisi air, lalu memerasnya dan mengompres mata Arumi.

"Lien Hua ... huhuhu ...." Arumi memeluk pinggangnya dan meletakkan wajahnya di sana, kembali sesengukan.

Lien Hua melemparkan kain kesal. memalingkan wajah sambil bergidik. Ingin menjambak kepala Arumi dan melemparkannya jauh-jauh. Namun gelengan kepala paman yang masih mengintip di jendela membuat lintasan fikirannya berhenti.

"Gosok kepalanya" bisik paman tanpa suara.

Setengah terpaksa dia menggosok rambut Arumi. Kalau saja tidak ada paman, mungkin dia sudah menggosok tidak hanya kepala Arumi tapi juga seluruh tubuh Arumi dengan kekuatannya sampai hancur.

Sekali lagi paman menggeleng, dia tahu betul fikiran Lien Hua yang sedikit melenceng, karenanya dia tidak beranjak dari tempatnya dan tetap mengawasi.

Setelah satu jam menangis, Arumi mulai tenang, matanya kini sudah seperti buah kesemek yang masak. Merah dan lebar.

Lien Hua menuangkan teh dan menyuruhnya minum. "Aku harap ini adalah tangisan terahirmu di sini. Aku tidak tahu masalahmu tapi sudahlah, lupakan semua."

Arumi mengangguk, "Benar. Aku akan melepaskan dan melupakan semuanya hari ini." Dia meneguk teh. "Aku akan melupakan Ryan."

Lien Hua melirik. Apa itu Ryan? Aah, terserahlah. Apa perduliku. Yang penting perempuan ini tidak menangis lagi. Hampir kram kakinya karena terlalu lama menjadi penyangga kepala Arumi.

Mengetahui paman Li sudah tidak lagi memperhatikannya dari balik jendela, diam-diam dia mengeluarkan botol kecil dari balik bajunya, dan menuangkannya ke dalam gelas.

Arumi yang masih meracau meminum berkali-kali air yang dituangkan oleh Lien Hua dari botol kecil itu. Hingga tak berapa lama kemudian dia pun tak sadarkan diri.

Lien Hua tersenyum. Ternyata minuman ini efektif.

Bab terkait

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab. 6 : Larva Cantik

    Saat menyiapkan teh, tak sengaja Lien Hua melihat kursi tua milik Yeye, kursi yang sepertinya terbuat dari kayu Mahoni itu tampak halus dengan corak kemerahan. Dulu Yeye meletakkannya di taman samping, tempat dia pertama kali bertemu. Saat mencari makanan, dia melihat pria tua itu termenung , menatap jauh lalu menghela nafas. Menuangkan sebotol minuman dan meneguknya. Sering pula dia melihat mata pria tua itu berair setelah menatap pintu gerbang lama, minum berkali-kali lalu jatuh tertidur. Setiap hari pak tua itu melakukan hal yang sama hingga membuatnya merasa kasian. "Akhirnya ketemu." Pria dengan perawakan lebih muda menangkapnya. Dia meronta namun cekalan pria itu membuatnya menggeliat pasrah. "Ada apa?" Yeye mengalihkan pandangan dari luar gerbang lalu menatap hasil tangkapan Li. "Ini hama yang sering memakan tanaman di sini." Li menunjukkan sisa makanan yang masih berada di mulutnya. "Biarkan saja. Dia yang selalu menemaniku di sini setiap hari. Melihatnya makan dengan l

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-16
  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab. 7 : Kecurigaan

    "Ketua sudah datang." Paman menyambut Yeye yang datang membawa beberapa barang. Tangannya menggenggam kotak kayu yang berisi rempah herbal. "Perjalanan kali ini cukup melelahkan, tidak semua bahan bisa kudapatkan." Yeye meletakkan bungkusan yang dibawanya. Beberapa hari ini Yeye ke kota Yangzhu untuk mencari bahan herbal yang sudah habis, klinik pengobatan miliknya cukup terkenal di kalangan bangsawan karena obatnya yang mujarab. Penduduk pun sering datang untuk mendapatkan pengobatan gratis darinya, walau tempatnya lumayan jauh dari pemukiman penduduk, selalu ada yang datang setiap hari untuk meminta pengobatan. Paman Li membantu menyimpan herbal, sementara Lien Hua menyiapkan secangkir teh. "Apa ada sesuatu yang terjadi saat aku tidak ada." Pria berambut putih itu melepas jubah luarnya lalu menyesap teh buatan Lien Hua dengan nikmat. "Pencuri datang membuat keributan di kamar Arumi. Untung saja dia baik-baik saja," jawab Paman."Pencuri? " Yeye mengangkat alis. "Sebelumnya j

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-16
  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab. 8 : Amethyst

    Yeye menatap lekat kristal di depannya, dia yakin sekali bahwa ini adalah batu kristal yang sering dia dengar dahulu. Berbentuk oval berwarna ungu kemerahan dengan sedikit ujungnya yang terbelah. Walau belum pernah melihatnya secara langsung dulu, dia percaya batu kristal ini milik leluhurnya yang diberikan secara turun temurun. Diceritakan, batu itu berkhasiat sebagai penyembuh, menyingkirkan energi negatif, dan memiliki efek menenangkan. Kristal itu sangat berguna dalam pengobatan, karena kristal itu jualah keluarganya termasyhur sebagai tabib yang hebat. Terakhir didengarnya bahwa Nenek menyembuhkan Raja yang terkena ilmu sihir, kutukan yang begitu dasyat membuat nenek kewalahan bahkan Amethyst retak.Sejak itu dikabarkan Nenek jatuh sakit dan kristal itu menghilang, memang sedikit janggal karena Nenek tidak pernah membawa benda itu keluar dari klinik ini, namun kristal itu tidak pernah ditemukan. Bahkan sampai Nenek menutup mata.Kini tiba-tiba kristal ini muncul di kamar men

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-21
  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab. 9 : Bencana Makan Malam

    "Yeye, dari tadi gadis itu selalu menatapku," rengek Zhan An pada Yeye dengan bersungut, sementara matanya melirik Arumi. Lien Hua mencibir. Cih, sok imut. sudah gatal tangannya ingin menggerus mulut pemuda berambut ikal yang sedari tadi mengerucut itu, selalu ada hal yang membuatnya merengek dan memuncungkan bibirnya. Sebelumnya dia mengeluhkan teh yang terlalu panas, karena membuat bibirnya hampir melepuh, tak berapa lama kemudian sup ayam buatan paman Li yang sangat nikmat luar biasa disebutnya hambar hingga membuatnya kehilangan selera makan. Bahkan saat Yeye tak sengaja menginjak kakinya pun membuatnya merajuk dengan mengatakan bahwa Yeye tidak menyayanginya. Wahh, keterlaluan. Lien Hua penasaran bagaimana pemuda busuk itu memanipulasi orang saat dia hidup di luar sana. Yeye terkekeh sambil mengelus bahu Zhan An. "Mungkin, dia terkesima melihat ketampananmu. Tidak ada orang yang bisa menandingi wajah cucuku yang bersinar ini, hehe." Pujinya membuat pemuda itu terbang ke langi

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23
  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab. 10 : Pohon Surga

    "Jadi kau di sini. Bocah tengik." Zhan An mendapati Lien Hua yang tengah mengintip Yeye dari lubang pintu. Gadis itu menoleh pias, karena Zhan An memutar telapak tangannya dan menggunakan energinya untuk menangkapnya, segera dia memberontak dengan mengerahkan segala tenaga namun energinya seakan di segel. "Kau mencelakai Yeye.""Aku bukannya ingin mencelakai Yeye . Aku hanya ingin memberimu pelajaran.""Omong kosong! untuk apa?!""Karena melihat mukamu. membuatku muak!" "Tidak perduli apa katamu, yang pasti aku melihat dengan mataku sendiri kau telah menyakiti Yeye." Rangga menyeret tubuh Lien Hua. "Lepaskan aku sialan! lepas!!"Guratan demi guratan yang terbentuk di belakang tubuhnya saat diseret membuat gadis itu menjerit. Zhan An bahkan mengangkat ujung telunjuknya membuat kepala Lien Hua menengadah karena rambutnya seakan ditarik kuat. "Aku akan membalasmu Bangsat! akan ku cabik dagingmu dan mencabut semua tulangmu lalu membuangnya di kolam agar dagingmu menjadi santapan ikan

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-25
  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 11. Memikat Zhan An

    Zhan An meniup peluit pemburu yang terbuat dari bambu untuk memanggil burung setelah meletakkan beberapa beberapa buah pisang dan semangkuk air.Selain berpetualang hal yang membuatnya bahagia adalah bermain bersama burung, karena kicauan burung membuatnya merasa tenang, "Kau di sini?" bisik Arumi di kupingnya"Apa yang kau lakukan," tanyanya tak senang sambil menyingkir dari Arumi. "Sejak semalam aku, eeh .... " Arumi menggigit bibirnya salah tingkah, "Sejak semalam aku mencarimu," timpalnya gugup. "Kenapa?" tanyanya gusar, entah terkena angin apa gadis bermata besar itu tiba-tiba membuatnya merasa tak nyaman. "Aku mengaku salah. Kau bukanlah Kai.""Heum ....""Kalian sangat berbeda. Zhan An terlihat sangat menawan. Terlebih saat meniup seruling ini. suara yang terdengar saangat indah." "Ini peluit bukan seruling. lagipula ini untuk memanggil burung, tidak akan semerdu itu jika kau bukan salah satu jenisnya."Jawaban menohok itu membuatnya tercengang, apa-apaan dia, "Jadi maksud

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-26
  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab. 12 : Memikat Zhan An (2)

    "Bagus. Pilihlah lagi." Komentar pria itu menunjukkan jempol. Apa-apaan? memangnya kau Yoongi BTS? kesal Arumi setelah mendapat acungan jempol. Dia teringat salah satu idol yang disukainya mengungkapkan pujian terbaiknya dengan emoticon jempol. "Aku akan membuatmu bertekuk lutut dihadapanku," gerutunya kesal. Bibir merah muda manyun itu beralih mengembang saat matanya menangkap bayangan baju berwarna lavender pastel dengan leher berbentuk segitiga yang tergantung.Bahannya terbuat dari sutra tipis yang bertumpuk sehingga terlihat sangat manis. Tidak ada motif pada pakaian ini hanya ada renda putih di bagian dada dan tali di bagian pinggangnya. Diintipnya Zhan An yang masih setia menunggu. Ayo kita lihat, apa kau masih tidak terpesona denganku kali ini. Dia mencuci mukanya yang sengaja digosoknya dengan sisa arang sampai bersih lalu meminta pelayanan untuk mengepang rambut panjangnya menjadi dua. Tak lupa meminta bunga dan menyelipkan di atas kupingnya. "Sempurna." ujarnya sambi

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-27
  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab. 13 : Pembalasan Lien Hua

    "Ada apa?" tanya Arumi menatap pupil mata Zhan An yang bergetar. Keduanya masih berpelukan di tengah-tengah pasar. Pemuda berbaju biru itu bergegas bangkit, membantunya berdiri dan membawanya ke tempat yang lebih ramai. Serangan ini ditujukan untuknya, cara bersembunyi yang paling tepat adalah berbaur di tengah kerumunan orang.Dia tidak boleh terlibat perkelahian terlebih saat ada Arumi bersamanya. Telinganya bersiaga dan matanya bergerak liar menelisik arah munculnya serangan. "Ayo kita pulang." ujarnya setelah memastikan keadaan lebih aman. ***Arumi meletakkan barang belanjaannya di atas meja, dia semakin yakin kalau pria yang bersamanya adalah Kai. Dia bukannya tidak tahu saat sebuah anak panah hampir menusuk leher pemuda itu, bahkan sebelum Kai menariknya pergi dia juga masih sempat melihat anak panah yang tertancap di tanah. Tapi sebenarnya siapa orang yang mengincar Kai? Apa yang Kai sembunyikan hingga harus menutupi identitasnya. Arumi menggeleng. Tidak perduli apapun i

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-28

Bab terbaru

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 50 : Calon pengantin Jendral jiao Yu?

    Arumi bersiap-siap menunggu jemputan dari Jendral Jiao. Setelah ditinggalkan Kai begitu saja, dia merasa sebatang kara, dan bingung harus kemana. Beruntung Jendral Jiao menawarkan solusi untuk menetap di kediamannya sementara sampai Arumi lebih sehat sambil memikirkan arah tujuannya. Awalnya dia berniat tinggal di penginapan Niu, namun kepingan uangnya menipis. Tawaran yang diajukan Jendral Jiao sangat menarik. Dia akan merasa aman bersama petugas pemerintah itu, selain itu tentu dia tidak perlu repot mengeluarkan uang untuk membayar penginapan dan makanan. Ini sangat luar biasa, hanya orang bodoh yang akan menolaknya."Nona, jemputan anda sudah datang." Suara laki-laki terdengar setelah ketukan pintu. Rupanya orang yang akan membawanya ke kediaman Jendral Jiao sudah tiba. Memang tadi dia meminta izin kepada Jendral Jiao untuk mengambil pakaian dan Barang-barangnya dari wisma Niu sebelum mereka berangkat ke kediaman Jendral Jiao. Jendral Jiao mengiyakan dan berkata akan mengatur or

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 49. Penyesalan.

    Tubuh itu terbungkuk, dahi dan pipinya mengernyit, darah tersembur dari mulut, namun kedua tangannnya masih mengontrol gelembung udara yang menyelimuti Qui dan Chyou. melihat musuhnya tak bergeming, She Xian kembali mencungkil perut Yeye, menusukkan kelima jari runcing ke dalam perut Yeye dan mengeruk darah dari lubang itu.Air mata menetes dari pelupuk mata Qui, hatinya terasa tertusuk ribuan jarum melihat Yuze yang berjuang sekuat tenaga, mengobarkan nyawa demi melindungi mereka. Mata itu terpejam, tak sanggup melihat ketiadaan Yuze yang sangat menyakitkan.Balon udara terangkat dan terbang menjauh, melindungi mereka dari serangan Hei An. Setelah menerbangkan gelembung udara, lutut pria tua itu terjatuh, nafasnya tersengal, tangannya lunglai se lunglai tubuhnya yang kehabisan tenaga, darah membanjiri tubuh bagian bawah. Dia tidak mati sia-sia karena berhasil menyelamatkan Amethyst, kedua saudaranya dan Lien Hua. Dia sudah menang. Senyum terukir dari bibirnya yang dipenuhi darah,

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 48 Di ambang maut

    "Di mana Amethystku." Hawa tiba-tiba terasa panas, mereka sontak menoleh, pria besar berambut merah menatap garang. Bola mata berwarna merah darah itu menguliti satu persatu wajah kelelahan di hadapannya. "Siapa kau?" tanya Qui menatap tak kalah tajam, tubuhnya bersiaga, hawa panas yang menyertai kedatangan pria bermata merah itu membawa kesuraman.Ujung matanya melihat dedaunan yang menguning lalu layu seketika, bahkan kuncup bunga menghitam dan kering. "Aku pemilik Amethyst, cepat serahkan padaku, dan jadilah hambaku. Maka kalian akan kuampuni" Dia mengangkat telapak tangan, percikan api muncul yang kelamaan membentuk gumpalan bola api. Sambil menyeringai memperlihatkan giginya yang runcing, Hei An mempermainkan bola api di telapak tangannya memantul dan berputar-putar mengelilingi mereka satu persatu. Bola api pecah dan menyebar ke segala penjuru saat Hei An menjentikkan jemari. Percikan menghantam dan membakar segala sesuatu yang mengenainya. "Lien Hua, cepat pergi." Yeye men

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   Bab. 47: Hari yang sulit

    "Ayah,ini calon istriku." Tiba-tiba Chen Yu datang memperkenalkan seorang wanita cantik, menurutnya, meskipun perkenalan mereka singkat namun sudah membuatnya mantap menjadikan Li Wei sebagai wanita yang akan mendampinginya sampai akhir usia. 'Apa kau yakin dengan keputusanmu Chen-chen?" tanya Yuze setelah Li Wei pulang. Meski sudah dewasa dia tetap memanggil anak semata wayangnya itu dengan nama Chen-Chen, Nama panggilan yang diberikan mending istrinya."Kenapa Ayah berkata seperti itu? Apa karena dia terlalu cantik?"Yuze tertawa spontan, "Apa yang kau katakan," tanyanya merasa geli. "Ayah tidak menyukainya karena dia terlalu cantik dari Ibu," rajuk anak itu kesal. "Kau ini." Yuze menepak bahu anaknya ringan. "Tidak ada yang lebih cantik dari Ibumu.""Kalau begitu apa karena dia bangsa siluman? bukankan aku juga setengah siluman?" Pria bermata sipit dengan alis tegas itu menatap Yuze penasaran. "Bukan seperti itu, Ayah tidak pernah mempermasalahkan soal status dan lain sebagainy

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 46 ; Patah hati terbesar

    "Ada apa?"tanya Arumi saat gadis itu tampak kebingungan. Dia terlihat tidak fokus dan selalu menoleh ke samping."Sepertinya, ada sesuatu. Sebentar."Lien Hua berdiri dan membawa serta cermin hingga Arumi ikut melihat. " Paman, siapa mereka?""Wanita tidak tahu diri," jawab paman Li dengan suara dingin. Arumi sempat terkejut mendengar jawaban itu karena paman Li menurutnya adalah orang yang paling sabar di Wangliang. "Arumi apa kau penasaran siapa wanita itu?" bisik Lien Hua dengan muka jahil seperti biasa. "Aku penasaran," sahut Arumi cekikikan. Suara tawa itu memaksa Zhan An, Jiao Yu dan Ming Hao memberinya tatapan heran. "Apa yang membuatmu gembira?" Zhan An mendekat dan melihat apa yang mereka bicarakan. "Wanita tidak tahu diri." "Wanita tidak tahu diri?" Zhan An mengamati wajah sesorang wanita yang tampak lewat cermin ajaib, seketika wajahnya mengeras. Secara kasar dia merampas cermin dan melemparkannya hingga berkeping. Sontak Arumi melongo dan merasa aneh dengan tindakan

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   Bab 45 : Srigala dan pria berambut perak

    Arumi terdesak, tubuhnya jatuh terduduk dan terpojok di dinding. Pria bercadar itu menarik tombak lantas menekannya pada leher Arumi. Gadis itu meringis, ujung tombak yang tajam menggores kulit dan menimbulkan sensasi nyeri. "Kau tidak bisa membunuhku," ujarnya menantang, balas menatap tajam, "Aku tidak mau mati di sini."Tubuh tegap itu berhenti, seakan kalimat yang keluar dari mulut Arumi mengusiknya. Melihat hal itu Arumi mengedarkan pandangan, dia harus mencari sesuatu untuk melepaskan diri. Tiba-tiba seekor srigala berjalan dari arah sel, matanya memantau Arumi yang tampak sangat terkejut. Srigala itu mendekat lalu terbang melompat ke arah mereka. "Dibelakangmu!" seru Arumi dengan mata melotot, sontak Yongshen melepaskannya dan menahan serangan srigala dengan tombaknya. Tubuh Yongshen terjepit, dia mengumpulkan kekuatan di kaki dan menghantam perut binatang buas itu, lalu berputar dan melepaskan diri. Matanya mencari keberadaan Arumi namun gadis itu telah menghilang. Gadis ya

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 44 : Aku tidak mau mati di sini.

    Ming Hao tengah menyiapkan tempat tidur Jendral Jiao Yu. Malam ini rencananya Jendral akan tidur di kantor. Setelah melakukan penyelidikan di desa Nahuy, Jendral tampak sangat lelah, jadi dia ingin menyuruh pria itu cepat beristirahat. Seharusnya diusianya sekarang Jendral Jiao Yu sudah memiliki istri yang pengertian dan lembut, namun dia terlalu gila bekerja sehingga selalu mengabaikan perintah orangtuanya untuk menikah. Oleh karena itu Raja menurunkan titah untuknya mengawasi dan membantu Jendral Jiao Yu, meski awalnya tidak setuju namun Jendral menerima dan membiarkan Ming Hao mendampinginya sampai saat ini. Setelah merapikan tempat tidur dan menghidangkan minuman hangat. Pria berkulit putih itu tersenyum membayangkan pujian Jiao Yu padanya. Suara gaduh dari arah tengah membuat Ming Hao penasaran, apa Gong Min menginterogasi pengacau festival lampion? suara teriakan terdengar keras. Meski sangat tegas Gong Min tidak pernah melewati batas. Penciumannya menangkap bau benda terbak

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 43 : Tak bisakah kau tetap di sini?

    Ming Hao menekuk wajah melihat senyum kemenangan di wajah Arumi. Gadis itu terlalu cantik, sangat berbahaya. "Nona-""Panggil aku Arumi. Itu namaku," jawab Arumi masih menahan senyum. "Baik Nona Arumi, dimana tepatnya anda bertemu hantu yang Nona maksud," tanya Jiao Yu sambil menyodorkan segelas air, Dia ingin mendengarkan keseluruhan kisah gadis dihadapannya. Hal itu rupanya dipandang sengit oleh Zhan An dan Ming Hao. "Di mana, Kai? Aku tidak tahu namanya." Gadis itu menyikut lengan Zhan An. "Di hutan barat, pesisir desa Nahuy. Tapi sepertinya dia sudah menghilang dari tempat itu.""Kau pergi ke gua itu lagi? Kapan kau melakukannya? Bukankah kau terluka parah dan tertidur seharian?" cecar Arumi heboh, dia merasa tidak pernah melihat Zhan An beranjak dari pembaringan."Kau tidak perlu tahu. Kau terlalu sibuk mencari ayam," sahutnya dingin. "Apa kau bilang? Aku mencari ayam untuk memberimu makan. Bagaimana kalau dia menyerangmu lagi, kau mau mati?" Semprot gadis itu kesal. "Jadi

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   Bab 42; Aku percaya.

    Mata gadis itu terbelalak melihat kodok yang berterbangan dari buku yg dilemparnya. Siapa sangka buku yang didapatnya dari Jia Li adalah buku ajaib. Dia mengambil buku itu karena butuh waktu lama untuk menyiapkan busur dan anak panah. Sementara pria itu sudah hampir menggeledah Lien Hua. Katak itu menyerang tanpa ampun. Meski terlihat normal namun ketika dia membuka mulut terlihat gigi besar dan tajam layaknya seekor monster dengan mulut yang sangat lebar. Satu persatu pria berbaju hitam itu terjatuh saat tergigit kodok, tubuh mereka seakan luruh begitu saja, nyaris tanpa tulang. "Ap-apa maksudnya Lien Hua," jawab gadis itu terbata saat Lien Hua bertanya. Apa karena pasukan kodok itu menatapnya sebelum masuk ke dalam buku. Setengah ketakutan dan penasaran dia berjalan mendekati buku yang tertutup begitu pasukan kodok itu masuk ke dalamnya.Sementara Lien Hua mengikat para pria berbaju hitam dengan sprei dan tirai jendela yang dia tarik begitu saja. "Begitu banyak keanehan yang t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status