Share

bab. 8 : Amethyst

Penulis: Re_
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-21 18:16:08

Yeye menatap lekat kristal di depannya, dia yakin sekali bahwa ini adalah batu kristal yang sering dia dengar dahulu. 

Berbentuk oval berwarna ungu kemerahan dengan sedikit ujungnya yang terbelah. Walau belum pernah melihatnya secara langsung dulu, dia percaya batu kristal ini milik leluhurnya yang diberikan secara turun temurun. 

Diceritakan, batu itu berkhasiat sebagai penyembuh, menyingkirkan energi negatif, dan memiliki efek menenangkan. Kristal itu sangat berguna dalam pengobatan, karena kristal itu jualah keluarganya  termasyhur sebagai tabib yang hebat. 

Terakhir didengarnya bahwa Nenek menyembuhkan Raja  yang terkena ilmu sihir, kutukan yang begitu dasyat membuat nenek kewalahan bahkan Amethyst retak.

Sejak itu dikabarkan Nenek jatuh sakit dan kristal itu menghilang, memang sedikit janggal karena Nenek tidak pernah membawa benda itu keluar dari klinik ini, namun kristal itu tidak pernah ditemukan. Bahkan sampai Nenek menutup mata.

Kini tiba-tiba kristal ini muncul di kamar mendiang Nenek yang ditempati Arumi. Di lemari tua tempat Nenek menyimpan buku-bukunya. 

Sudah ribuan kali dia membuka dan mengemas tumpukan buku Nenek, membaca atau sekedar membersihkan dari debu, tapi tidak pernah dia menemukan kotak kayu itu. 

Amethyst merupakan kristal dengan energi spiritual yang kuat, tidak sembarang orang bisa melihat atau menyentuhnya, Bahkan baru kali ini dia melihatnya secara langsung. 

Tapi hari ini, Arumi datang dan berkata bahwa dia menemukan kotak berisi kristal itu di dalam lemari. Sungguh aneh. Kenapa itu bisa terjadi. Dan yang lebih terpenting siapa sebenarnya Arumi. Kenapa dia bisa menemukan dan melihat kristal leluhurnya ini. 

"Yeye, tidak mungkin kristal itu hilang kalau berada di rumah ini, pasti dia bersembunyi," tukas bocah laki-laki berumur 7 tahun dengan rambut berbentuk batok kelapa. 

Yeye memeluknya gemas, bocah bermata bulat dengan alis tebal dan lekuk di pipinya, bibinya yang gembul membulat. Kulitnya yang putih bersih semakin membuatnya terlihat seperti mantau. 

"Untuk apa dia bersembunyi, bocah pintar?"

"Mungkin ada yang ingin menyakitinya. Atau dia ingin bermain. Seperti aku dan Yeye." celoteh bocah polos itu lagi. 

"Ayo Yeye, kita cari dia. Mungkin dia sudah lama menunggu." Mata hitam pekat itu menatapnya lama seakan memohon untuk menyelamatkan Amethyst. 

"Ayo ...." Yeye terkekeh mengikuti permainan cucunya. 

Mata tua itu berair, tergesa dia menyekanya dengan ujung lengan jubahnya, ternyata Zhan An benar, kristal itu memang berada di rumah ini. Dia memang bersembunyi, entah karena apa.

Huff Dasar anak nakal, kemana dia pergi. Bahkan sudah bertahun-tahun tidak pernah pernah ada kabar darinya. Apa bocah itu masih hidup? Kemana lagi dia pergi untuk berbuat onar. 

Yeye menggeleng kuat, menepis sekelumit fikiran buruk yang memenuhi kepala tuanya. Bocah itu anak yang cerdik, tentu dia baik- baik saja.

***

"Menurut Paman, kenapa Arumi bisa melihat kristal itu, sedangkan aku dan Paman tidak?" Lien Hua berusaha menyelidiki keanehan yang terjadi tentang kristal itu. 

"Aku tidak tahu." Paman menyapu dedaunan kering di tanah depan yang mulai menumpuk. 

"Apa dia orang hebat?"

"Kata Ketua An, dia berbeda."

Lien Hua terlonjak, kakinya yang duduk menopang langsung dihentakkannya. 

"Benar, kan. Dari awal aku juga bilang kalau Arumi aneh."

"Kenapa kau terlihat girang sekali."

"Tentu saja, karena perkiraan ku benar." Lien Hua mengingat pakaian yang dikenakan Arumi saat dia menemukanya. 

Dia mendekati Paman penuh semangat, apalagi kalau bukan untuk menggunjingkan Arumi. 

"Tapi dari tubuhnya tercium energi yang sama dengan kita." Paman menyerahkan sapu pada Lien Hua. 

"Kau lanjutkan menyapu halaman ini, aku hendak mempersiapkan bahan herbal. Sebentar lagi ada pejabat yang akan datang." 

"Paman keterlaluan," gerutu gadis berambut cepol itu bersungut. Namun dia memiliki ide, tenaga spiritualnya lumayan meskipun tidak pernah berkultivasi lama, sekedar menyapu halaman bukan hal yang sulit baginya. 

Dia menggerakkan tangannya membentuk alunan gelombang sambil menyelipkan sedikit kekuatan, lalu mengarahkannya ke sapu. 

Sapu lantas terbang dan bergerak sendiri membersihkan sisa dedaunan yang berserakan. melihat itu dia bersiul lalu meletakkan bokongnya di kursi. 

"Apa sih, yang tidak bisa kau lakukan Lien Hua? Kau sangat hebat," gumamnya memuji diri sendiri sambil tersenyum bangga. 

"Yeye.!!!!"

Daun telinga Lien Hua bergerak, 'Suara siapa ini yang mengganggu ketenanganku?"gerutunya kesal. 

"Aku datang!!!" 

Lien Hua memutar tubuh   , mengernyit menatap sosok yang berputar putar di depan pintu gerbang. 

Rambut ikal gondrong sebahu berwarna coklat, berbaju biru muda  dengan kerah sanghay, di bagian luar terlihat baju panjang selutut yang terbuka lebar berwarna coklat dengan motif ukiran daun di sisi depan. Celana nya juga berwarna biru, tapi lebih gelap dibanding atasannya. 

Sungguh menggelikan bertingkah seperti bocah dengan tubuh yang tegap itu. Berputar dan menari di pagi hari. Saking seriusnya menatap pria yang menari dia tak menyadari sapu yang telah di sihirnya kini bergerak asal-asalan 

Arumi yang tengah berbaring terperanjat mendengar suara teriakan, dia mendadak gugup dan waspada, kejadian pencurian sebelumnya terlintas membuat dia mengintip dari jendela. 

Terlihat seseorang tengah menari di pintu gerbang. Pria berambut sepundak dengan baju panjang berwarna coklat. Pria menari di pagi hari? Hmm, dia terlihat cukup seksi. 

"Aduuh." Pekikan Yeye sontak membuat Lien Hua menoleh.  Sapu tepat bergerak di di kaki pria tua itu,  bergerak maju mundur seakan membersihkan sesuatu. Yeye menariknya geram dan melemparkannya ke atas. 

Mendengar suara benda jatuh, pemuda itu menoleh lalu tiba-tiba berteriak merentangkan tangannya. 

"Yeye!!" Berlari menghampiri Yeye dengan senyum lebar

"Zhan An? Apakah kau Zhan An?" Tak kalah heboh, lelaki berambut putih itu menyambutnya. Keduanya lalu berpelukan dan tertawa. Berputar dan melompat lombat kegirangan. 

Apa dia Zhan An, cucu kandung Yeye? Cucu yang ditangisinya siang dan malam karena menghilang. Si pembuat onar yang sering menjahili Yeye, sampai Rambutnya rontok karena pusing dan tak kuat menghadapinya. Orang yang menjadi inspirasi Lien Hua hingga melakukan berbagai hal nakal agar Yeye selalu memperhatikannya? 

Lien Hua menatap waspada. Apakah saingannya telah datang untuk mendapatkan perhatian Yeye? Akankah Yeye akan menyingkirkannya setelah cucu aslinya datang? 

Sementara itu Arumi pun terkejut. Bukankah cucu Yeye bernama Zhan An?  Dia hafal sekali nama itu kerena sering mendengar Lien Hua menyebut dan menjelek-jelekkannya.

Tapi dia yakin sekali kalau orang yang di peluk Yeye itu adalah Kai. Orang yang membawanya masuk ke kota Wangliang. 

Bab terkait

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab. 9 : Bencana Makan Malam

    "Yeye, dari tadi gadis itu selalu menatapku," rengek Zhan An pada Yeye dengan bersungut, sementara matanya melirik Arumi. Lien Hua mencibir. Cih, sok imut. sudah gatal tangannya ingin menggerus mulut pemuda berambut ikal yang sedari tadi mengerucut itu, selalu ada hal yang membuatnya merengek dan memuncungkan bibirnya. Sebelumnya dia mengeluhkan teh yang terlalu panas, karena membuat bibirnya hampir melepuh, tak berapa lama kemudian sup ayam buatan paman Li yang sangat nikmat luar biasa disebutnya hambar hingga membuatnya kehilangan selera makan. Bahkan saat Yeye tak sengaja menginjak kakinya pun membuatnya merajuk dengan mengatakan bahwa Yeye tidak menyayanginya. Wahh, keterlaluan. Lien Hua penasaran bagaimana pemuda busuk itu memanipulasi orang saat dia hidup di luar sana. Yeye terkekeh sambil mengelus bahu Zhan An. "Mungkin, dia terkesima melihat ketampananmu. Tidak ada orang yang bisa menandingi wajah cucuku yang bersinar ini, hehe." Pujinya membuat pemuda itu terbang ke langi

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23
  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab. 10 : Pohon Surga

    "Jadi kau di sini. Bocah tengik." Zhan An mendapati Lien Hua yang tengah mengintip Yeye dari lubang pintu. Gadis itu menoleh pias, karena Zhan An memutar telapak tangannya dan menggunakan energinya untuk menangkapnya, segera dia memberontak dengan mengerahkan segala tenaga namun energinya seakan di segel. "Kau mencelakai Yeye.""Aku bukannya ingin mencelakai Yeye . Aku hanya ingin memberimu pelajaran.""Omong kosong! untuk apa?!""Karena melihat mukamu. membuatku muak!" "Tidak perduli apa katamu, yang pasti aku melihat dengan mataku sendiri kau telah menyakiti Yeye." Rangga menyeret tubuh Lien Hua. "Lepaskan aku sialan! lepas!!"Guratan demi guratan yang terbentuk di belakang tubuhnya saat diseret membuat gadis itu menjerit. Zhan An bahkan mengangkat ujung telunjuknya membuat kepala Lien Hua menengadah karena rambutnya seakan ditarik kuat. "Aku akan membalasmu Bangsat! akan ku cabik dagingmu dan mencabut semua tulangmu lalu membuangnya di kolam agar dagingmu menjadi santapan ikan

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-25
  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 11. Memikat Zhan An

    Zhan An meniup peluit pemburu yang terbuat dari bambu untuk memanggil burung setelah meletakkan beberapa beberapa buah pisang dan semangkuk air.Selain berpetualang hal yang membuatnya bahagia adalah bermain bersama burung, karena kicauan burung membuatnya merasa tenang, "Kau di sini?" bisik Arumi di kupingnya"Apa yang kau lakukan," tanyanya tak senang sambil menyingkir dari Arumi. "Sejak semalam aku, eeh .... " Arumi menggigit bibirnya salah tingkah, "Sejak semalam aku mencarimu," timpalnya gugup. "Kenapa?" tanyanya gusar, entah terkena angin apa gadis bermata besar itu tiba-tiba membuatnya merasa tak nyaman. "Aku mengaku salah. Kau bukanlah Kai.""Heum ....""Kalian sangat berbeda. Zhan An terlihat sangat menawan. Terlebih saat meniup seruling ini. suara yang terdengar saangat indah." "Ini peluit bukan seruling. lagipula ini untuk memanggil burung, tidak akan semerdu itu jika kau bukan salah satu jenisnya."Jawaban menohok itu membuatnya tercengang, apa-apaan dia, "Jadi maksud

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-26
  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab. 12 : Memikat Zhan An (2)

    "Bagus. Pilihlah lagi." Komentar pria itu menunjukkan jempol. Apa-apaan? memangnya kau Yoongi BTS? kesal Arumi setelah mendapat acungan jempol. Dia teringat salah satu idol yang disukainya mengungkapkan pujian terbaiknya dengan emoticon jempol. "Aku akan membuatmu bertekuk lutut dihadapanku," gerutunya kesal. Bibir merah muda manyun itu beralih mengembang saat matanya menangkap bayangan baju berwarna lavender pastel dengan leher berbentuk segitiga yang tergantung.Bahannya terbuat dari sutra tipis yang bertumpuk sehingga terlihat sangat manis. Tidak ada motif pada pakaian ini hanya ada renda putih di bagian dada dan tali di bagian pinggangnya. Diintipnya Zhan An yang masih setia menunggu. Ayo kita lihat, apa kau masih tidak terpesona denganku kali ini. Dia mencuci mukanya yang sengaja digosoknya dengan sisa arang sampai bersih lalu meminta pelayanan untuk mengepang rambut panjangnya menjadi dua. Tak lupa meminta bunga dan menyelipkan di atas kupingnya. "Sempurna." ujarnya sambi

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-27
  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab. 13 : Pembalasan Lien Hua

    "Ada apa?" tanya Arumi menatap pupil mata Zhan An yang bergetar. Keduanya masih berpelukan di tengah-tengah pasar. Pemuda berbaju biru itu bergegas bangkit, membantunya berdiri dan membawanya ke tempat yang lebih ramai. Serangan ini ditujukan untuknya, cara bersembunyi yang paling tepat adalah berbaur di tengah kerumunan orang.Dia tidak boleh terlibat perkelahian terlebih saat ada Arumi bersamanya. Telinganya bersiaga dan matanya bergerak liar menelisik arah munculnya serangan. "Ayo kita pulang." ujarnya setelah memastikan keadaan lebih aman. ***Arumi meletakkan barang belanjaannya di atas meja, dia semakin yakin kalau pria yang bersamanya adalah Kai. Dia bukannya tidak tahu saat sebuah anak panah hampir menusuk leher pemuda itu, bahkan sebelum Kai menariknya pergi dia juga masih sempat melihat anak panah yang tertancap di tanah. Tapi sebenarnya siapa orang yang mengincar Kai? Apa yang Kai sembunyikan hingga harus menutupi identitasnya. Arumi menggeleng. Tidak perduli apapun i

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-28
  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab. 14 : Mimpi yang tak selalu manis

    "Maafkan aku. Kai. Huhu ..., maafkan aku ...," lirihnya tersedu sambil menutup wajah. Meluapkan curahan emosi yang dipendamnya sejak tadi. Zhan An melirik dan tak mengucap kata sepatah pun, membiarkan Arumi larut dalam tangisnya, dia hanya mengawasinya dalam diam. Setelah puas menangis Arumi beringsut, memberi jarak antara dia dan Zhan An. "Aku ingin pulang." Dia menekuk lutut dan mengalungkan kedua lengannya disana, "Kai. Tolong bantu aku. Aku melakukan hal seperti ini agar bisa kembali, maafkan aku Kai, aku tidak tahu kalau Lien Hua begitu marah padamu. Pemuda itu menghela nafas, "Kenapa kau selalu memanggilku Kai.""Karena aku mengenalmu. Kau adalah Kai.""Bagaimana Kau mengenalku?""Kenal saja. Tadi pagi, kau hampir terkena panah, apa kau baik-baik saja?" tanyanya mengalihkan pertanyaan yang sudah pasti tidak bisa dijawabnya. Zhan An tersentak, bagaimana gadis ini tahu tentang hal itu, padahal dia sudah berusaha menutupinya. "Bagaimana Kau tahu.""Aku melihatnya. Karena itu,

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-30
  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   Bab. 15 : Ingatan yang tertinggal

    KREEKKH! Leher itu terkulai seketika setelah tubuhnya menegang dengan otot yang mengeras menahan sakit. Dengan tubuh gemetar, pria berkepala botak mengintip sebentar sebelum menundukkan tatapannya ke lantai. Penguasa lembah hitam; Hei An mengelap tangannya yang bersimbah darah dengan baju pria malang yang baru dia patahkan lehernya tadi sebelum melompat masuk ke dalam bejana besar yang berisi air. Tangannya memberi isyarat agar pelayan mendekat, gadis belia berusia belasan tahun itu dengan wajah pucat buru-buru datang sambil membawa segelas air berwarna merah menyala. "Harum," katanya berkomentar setelah mengendus bibir gelas, menggoyangkan air berwarna merah lalu meneguknya dengan nikmat. Gadis belia berwajah pucat mengambil gelas yang sudah kosong lalu beringsut meninggalkan tempat itu sambil menarik mayat yang tergeletak tadi. "Ada apa?" Tatapan pria berambut merah api beralih pada sosok berkepala botak yang duduk bersimpuh sambil menunduk. "Aku hanya ingin mendengar kabar b

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-03
  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   Bab. 16 : Pedang Langit

    "Kau tidak membohongiku, kan?""Untuk apa aku membohongimu? Aku, kan ingin membantumu," imbuh Zhan An, "Hei, jangan menatapku dengan tatapan curiga seperti itu. Aku serius.""Saat langit terbelah, aku sedang membawa pedang langit. Itu sangat mengejutkan, tapi juga luar biasa, karena aku bisa bertemu denganmu," lanjutnya lagi."Pedang langit? pedang berat itu bernama pedang langit?" tanyanya kaget, setau Arumi pedang langit adalah pedang yang dimiliki Pendekar Awan, tapi kenapa ada pada pemuda gondrong ini. "Benar. Tapi untuk kau ketahui, dia tidak terlalu berat. Biasa saja," timpalnya mencemooh Arumi. "Lalu dimana pedang itu sekarang?" tanya Arumi tak perduli. Masa bodoh dengan segala ejekan Zhan An, tujuan dia hanya ingin segera pulang ke rumah. "Bukannya seharusnya aku yang bertanya di mana kamu simpan pedang itu?" decak pemuda berambut ikal itu pada Arumi, "Bukankah aku menitipkannya padamu hari itu," tekannya dengan tampang serius. "Sialan," rutuk Arumi dalam hati, tampaknya Z

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-04

Bab terbaru

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 50 : Calon pengantin Jendral jiao Yu?

    Arumi bersiap-siap menunggu jemputan dari Jendral Jiao. Setelah ditinggalkan Kai begitu saja, dia merasa sebatang kara, dan bingung harus kemana. Beruntung Jendral Jiao menawarkan solusi untuk menetap di kediamannya sementara sampai Arumi lebih sehat sambil memikirkan arah tujuannya. Awalnya dia berniat tinggal di penginapan Niu, namun kepingan uangnya menipis. Tawaran yang diajukan Jendral Jiao sangat menarik. Dia akan merasa aman bersama petugas pemerintah itu, selain itu tentu dia tidak perlu repot mengeluarkan uang untuk membayar penginapan dan makanan. Ini sangat luar biasa, hanya orang bodoh yang akan menolaknya."Nona, jemputan anda sudah datang." Suara laki-laki terdengar setelah ketukan pintu. Rupanya orang yang akan membawanya ke kediaman Jendral Jiao sudah tiba. Memang tadi dia meminta izin kepada Jendral Jiao untuk mengambil pakaian dan Barang-barangnya dari wisma Niu sebelum mereka berangkat ke kediaman Jendral Jiao. Jendral Jiao mengiyakan dan berkata akan mengatur or

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 49. Penyesalan.

    Tubuh itu terbungkuk, dahi dan pipinya mengernyit, darah tersembur dari mulut, namun kedua tangannnya masih mengontrol gelembung udara yang menyelimuti Qui dan Chyou. melihat musuhnya tak bergeming, She Xian kembali mencungkil perut Yeye, menusukkan kelima jari runcing ke dalam perut Yeye dan mengeruk darah dari lubang itu.Air mata menetes dari pelupuk mata Qui, hatinya terasa tertusuk ribuan jarum melihat Yuze yang berjuang sekuat tenaga, mengobarkan nyawa demi melindungi mereka. Mata itu terpejam, tak sanggup melihat ketiadaan Yuze yang sangat menyakitkan.Balon udara terangkat dan terbang menjauh, melindungi mereka dari serangan Hei An. Setelah menerbangkan gelembung udara, lutut pria tua itu terjatuh, nafasnya tersengal, tangannya lunglai se lunglai tubuhnya yang kehabisan tenaga, darah membanjiri tubuh bagian bawah. Dia tidak mati sia-sia karena berhasil menyelamatkan Amethyst, kedua saudaranya dan Lien Hua. Dia sudah menang. Senyum terukir dari bibirnya yang dipenuhi darah,

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 48 Di ambang maut

    "Di mana Amethystku." Hawa tiba-tiba terasa panas, mereka sontak menoleh, pria besar berambut merah menatap garang. Bola mata berwarna merah darah itu menguliti satu persatu wajah kelelahan di hadapannya. "Siapa kau?" tanya Qui menatap tak kalah tajam, tubuhnya bersiaga, hawa panas yang menyertai kedatangan pria bermata merah itu membawa kesuraman.Ujung matanya melihat dedaunan yang menguning lalu layu seketika, bahkan kuncup bunga menghitam dan kering. "Aku pemilik Amethyst, cepat serahkan padaku, dan jadilah hambaku. Maka kalian akan kuampuni" Dia mengangkat telapak tangan, percikan api muncul yang kelamaan membentuk gumpalan bola api. Sambil menyeringai memperlihatkan giginya yang runcing, Hei An mempermainkan bola api di telapak tangannya memantul dan berputar-putar mengelilingi mereka satu persatu. Bola api pecah dan menyebar ke segala penjuru saat Hei An menjentikkan jemari. Percikan menghantam dan membakar segala sesuatu yang mengenainya. "Lien Hua, cepat pergi." Yeye men

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   Bab. 47: Hari yang sulit

    "Ayah,ini calon istriku." Tiba-tiba Chen Yu datang memperkenalkan seorang wanita cantik, menurutnya, meskipun perkenalan mereka singkat namun sudah membuatnya mantap menjadikan Li Wei sebagai wanita yang akan mendampinginya sampai akhir usia. 'Apa kau yakin dengan keputusanmu Chen-chen?" tanya Yuze setelah Li Wei pulang. Meski sudah dewasa dia tetap memanggil anak semata wayangnya itu dengan nama Chen-Chen, Nama panggilan yang diberikan mending istrinya."Kenapa Ayah berkata seperti itu? Apa karena dia terlalu cantik?"Yuze tertawa spontan, "Apa yang kau katakan," tanyanya merasa geli. "Ayah tidak menyukainya karena dia terlalu cantik dari Ibu," rajuk anak itu kesal. "Kau ini." Yuze menepak bahu anaknya ringan. "Tidak ada yang lebih cantik dari Ibumu.""Kalau begitu apa karena dia bangsa siluman? bukankan aku juga setengah siluman?" Pria bermata sipit dengan alis tegas itu menatap Yuze penasaran. "Bukan seperti itu, Ayah tidak pernah mempermasalahkan soal status dan lain sebagainy

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 46 ; Patah hati terbesar

    "Ada apa?"tanya Arumi saat gadis itu tampak kebingungan. Dia terlihat tidak fokus dan selalu menoleh ke samping."Sepertinya, ada sesuatu. Sebentar."Lien Hua berdiri dan membawa serta cermin hingga Arumi ikut melihat. " Paman, siapa mereka?""Wanita tidak tahu diri," jawab paman Li dengan suara dingin. Arumi sempat terkejut mendengar jawaban itu karena paman Li menurutnya adalah orang yang paling sabar di Wangliang. "Arumi apa kau penasaran siapa wanita itu?" bisik Lien Hua dengan muka jahil seperti biasa. "Aku penasaran," sahut Arumi cekikikan. Suara tawa itu memaksa Zhan An, Jiao Yu dan Ming Hao memberinya tatapan heran. "Apa yang membuatmu gembira?" Zhan An mendekat dan melihat apa yang mereka bicarakan. "Wanita tidak tahu diri." "Wanita tidak tahu diri?" Zhan An mengamati wajah sesorang wanita yang tampak lewat cermin ajaib, seketika wajahnya mengeras. Secara kasar dia merampas cermin dan melemparkannya hingga berkeping. Sontak Arumi melongo dan merasa aneh dengan tindakan

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   Bab 45 : Srigala dan pria berambut perak

    Arumi terdesak, tubuhnya jatuh terduduk dan terpojok di dinding. Pria bercadar itu menarik tombak lantas menekannya pada leher Arumi. Gadis itu meringis, ujung tombak yang tajam menggores kulit dan menimbulkan sensasi nyeri. "Kau tidak bisa membunuhku," ujarnya menantang, balas menatap tajam, "Aku tidak mau mati di sini."Tubuh tegap itu berhenti, seakan kalimat yang keluar dari mulut Arumi mengusiknya. Melihat hal itu Arumi mengedarkan pandangan, dia harus mencari sesuatu untuk melepaskan diri. Tiba-tiba seekor srigala berjalan dari arah sel, matanya memantau Arumi yang tampak sangat terkejut. Srigala itu mendekat lalu terbang melompat ke arah mereka. "Dibelakangmu!" seru Arumi dengan mata melotot, sontak Yongshen melepaskannya dan menahan serangan srigala dengan tombaknya. Tubuh Yongshen terjepit, dia mengumpulkan kekuatan di kaki dan menghantam perut binatang buas itu, lalu berputar dan melepaskan diri. Matanya mencari keberadaan Arumi namun gadis itu telah menghilang. Gadis ya

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 44 : Aku tidak mau mati di sini.

    Ming Hao tengah menyiapkan tempat tidur Jendral Jiao Yu. Malam ini rencananya Jendral akan tidur di kantor. Setelah melakukan penyelidikan di desa Nahuy, Jendral tampak sangat lelah, jadi dia ingin menyuruh pria itu cepat beristirahat. Seharusnya diusianya sekarang Jendral Jiao Yu sudah memiliki istri yang pengertian dan lembut, namun dia terlalu gila bekerja sehingga selalu mengabaikan perintah orangtuanya untuk menikah. Oleh karena itu Raja menurunkan titah untuknya mengawasi dan membantu Jendral Jiao Yu, meski awalnya tidak setuju namun Jendral menerima dan membiarkan Ming Hao mendampinginya sampai saat ini. Setelah merapikan tempat tidur dan menghidangkan minuman hangat. Pria berkulit putih itu tersenyum membayangkan pujian Jiao Yu padanya. Suara gaduh dari arah tengah membuat Ming Hao penasaran, apa Gong Min menginterogasi pengacau festival lampion? suara teriakan terdengar keras. Meski sangat tegas Gong Min tidak pernah melewati batas. Penciumannya menangkap bau benda terbak

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 43 : Tak bisakah kau tetap di sini?

    Ming Hao menekuk wajah melihat senyum kemenangan di wajah Arumi. Gadis itu terlalu cantik, sangat berbahaya. "Nona-""Panggil aku Arumi. Itu namaku," jawab Arumi masih menahan senyum. "Baik Nona Arumi, dimana tepatnya anda bertemu hantu yang Nona maksud," tanya Jiao Yu sambil menyodorkan segelas air, Dia ingin mendengarkan keseluruhan kisah gadis dihadapannya. Hal itu rupanya dipandang sengit oleh Zhan An dan Ming Hao. "Di mana, Kai? Aku tidak tahu namanya." Gadis itu menyikut lengan Zhan An. "Di hutan barat, pesisir desa Nahuy. Tapi sepertinya dia sudah menghilang dari tempat itu.""Kau pergi ke gua itu lagi? Kapan kau melakukannya? Bukankah kau terluka parah dan tertidur seharian?" cecar Arumi heboh, dia merasa tidak pernah melihat Zhan An beranjak dari pembaringan."Kau tidak perlu tahu. Kau terlalu sibuk mencari ayam," sahutnya dingin. "Apa kau bilang? Aku mencari ayam untuk memberimu makan. Bagaimana kalau dia menyerangmu lagi, kau mau mati?" Semprot gadis itu kesal. "Jadi

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   Bab 42; Aku percaya.

    Mata gadis itu terbelalak melihat kodok yang berterbangan dari buku yg dilemparnya. Siapa sangka buku yang didapatnya dari Jia Li adalah buku ajaib. Dia mengambil buku itu karena butuh waktu lama untuk menyiapkan busur dan anak panah. Sementara pria itu sudah hampir menggeledah Lien Hua. Katak itu menyerang tanpa ampun. Meski terlihat normal namun ketika dia membuka mulut terlihat gigi besar dan tajam layaknya seekor monster dengan mulut yang sangat lebar. Satu persatu pria berbaju hitam itu terjatuh saat tergigit kodok, tubuh mereka seakan luruh begitu saja, nyaris tanpa tulang. "Ap-apa maksudnya Lien Hua," jawab gadis itu terbata saat Lien Hua bertanya. Apa karena pasukan kodok itu menatapnya sebelum masuk ke dalam buku. Setengah ketakutan dan penasaran dia berjalan mendekati buku yang tertutup begitu pasukan kodok itu masuk ke dalamnya.Sementara Lien Hua mengikat para pria berbaju hitam dengan sprei dan tirai jendela yang dia tarik begitu saja. "Begitu banyak keanehan yang t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status