TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 38 (Tamu Bos)"Wah, gila tuh mantan suamimu, kalau dia bersikap itu mana mungkin bisa tenang, justru semakin hilang rasa." Itulah tanggapan Silvi saat kuceritakan yang terjadi kemarin. Aku sengaja tak curhat ke kak Murni, takut ia akan mengkhawatirkanku tingkat dewa. "Ingin pergi dari kota ini, tapi aku nggak punya daya, kasihan Kak Murni sendirian. Tempat tujuan pun tak ada.""Guna menghindar?""Ya.""Itu bukan jalannya.""Trus apaan?""Dapatkan surat cerai, nikah secepatnya.""Huhm!" Kuhela napas besar."Kok gitu mukanya?""Nikah ma siapa?""Ya sesuai pilihanmu lah, bukankah sudah dilamar Pak Ridwan? Trus ada Kak Yuda juga, tinggal pilih salah satu, beres deh masalah.""Itu dia masalahnya.""Tunggu tunggu, jangan-jangan kamu bingung milih yang mana?" Mata Silvi penuh selidik menatapku."Kalau kamu jadi aku, pilih siapa?" Ingin juga dengar pendapat Silvi."Ya Pak Bos lah, kaya ganteng dan tentunya bukan suami orang," jawab Silvi selancar air men
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 39 (Permohonan Anggi)Pulang kerja kulihat kak Angga sudah duduk di teras rumah. Ia bicara dengan kak Murni. Kulihat Mia--anak kak Murni terlihat akrab dengan kak Angga. Ada boneka baru dalam pelukan Mia."Assalamu'alaikum," ucapku saat ingin masuk ke rumah."Wa'alaikumsalam, Din, mmm." Kak Murni melirik kak Angga."Sudah pulang, Din?" tanya kak Angga lembut."Ya," jawabku berlalu ingin masuk."Dinda, aku ingin bicara," sahut kak Angga yang membuat langkahku terhenti.Apa lagi maunya. Belum cukup apa membuatku ketakutan di mobil. Malas lihat lelaki egois dan sok. "Oke, aku masuk dulu, ayo Mia." Kak Murni masuk bersama Mia.Dengan terpaksa aku duduk di kursi teras."Maaf, aku mengganggumu, padahal baru pulang kerja."Apa aku tak salah dengar? Kak Angga minta maaf?"Sudah tau, 'kan?" jawabku dingin."Aku tau kamu pasti marah, aku salah karena membuatmu takut, tolong maafkan aku, Din.""Ya udah, terus apa lagi? Aku capek.""Dari raut wajahmu, aku ta
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 40 (sah?)Sekarang aku resmi berstatus janda. Jika kuperjelas, janda diceraikan setelah satu bulan pernikahan. Menyedihkan. Di usia sekarang, tak pernah terpikir status itu kudapat. Inilah takdirku."Din, dipanggil Bos," sahut Silvi saat aku sedang mengetik di komputer."Ya," jawabku tetap melanjutkan sedikit lagi ketikan.Kupandangi sekilas sekuntum mawar putih yang terpajang di meja. Wanginya memanjakan hidung, entah sudah berapa banyak bunga bergantian terpajang di sini. Datang yang baru, yang lama dibuang. Itulah salah satu kerjaan rutin mang Jojo."Selsai," bathinku, lalu bangkit dari duduk."Kok lama amat, cepatan, tuh calon Suami manggil," ucap Silvi lagi."Cerewet amat, iyaaa, aku tau.""Kasihan tuh nunggu lama.""Iya iya." Lalu aku melangkah ke pintu ruangan pak Ridwan. Silvi cerewet juga, tapi bikin ramai.Kutekan handle pintu, lalu menariknya. Pintu terbuka. Aku melangkah masuk.Dari pintu saat aku melangkah, terlihat pak Ridwan memanda
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 41 (hanya bisa memandang) Pov YudaKulangkahkan kaki membawa kekecewaan. Ini yang kedua kali dan dengan wanita yang masih sama. 'maaf' hanya itu yang kamu utarakan menolakku masuk ke hidupmu. Bibir itu berucap tanpa ragu. Bahkan aku tak diberi kesempatan menyerahkanmu padanya. Aku hanya ingin kamu bahagia di tangan yang baik. Membimbingmu, menjadi imammu, dan ..., tentunya menjaga dan mencintaimu dengan tulus. Kuharap rasa yang dimilikinya lebih dari rasaku, agar ia tak menyia-nyiakanmu.Aku punya rencana besar dalam hidup ini bersamamu. Mengarungi lika liku hidup, berdua dan mungkin bersama anak-anak kita nantinya, hingga ajal memisahkan. Aku punya niat tulus, jika ketulusan ini bukan bersamaku tapi dengannya, aku rela asal kau bahagia. Dinda ....Kaki ini melangkah menuju taman kota. Lampu jalan menerangi rasa kecewaku. Ia bisa kulihat tapi tak bisa kudekap. Duduk di tengah keramaian. Aku merasa sepi, hampa. Apakah ini yang dinamakan patah hat
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 42 (memendam kenangan)Sempit sekali duniaku. Setelah terlepas dari mantan suami urusan pekerjaan, sekarang harus berhubungan dengan mantan pacar. Tapi setidaknya aku lebih nyaman dengan situasi sekarang, beda dengan kak Angga yang tidak menghargaiku. Kak Yuda seperti mengerti bersikap, itulah kenapa ia mantan terindah."Bakso," jawabku dan kak Yuda serempak. Sejenak kami bertiga terdiam. Aku tak menyangka jawabanku sama dengan jawaban kak Yuda, atau lebih tepatnya seide. Tapi aku hanya menyarankan makanan kesukaanku saja, dan aku baru ingat jika itu juga makanan kesukaan kak Yuda. Waduh, kok jadi begini?"Bakso?" Mata pak Ridwan membulat melihatku dan kak Yuda bergantian. Lebih tepatnya ia mungkin terkejut, kenapa jawaban kami sama dan serempak pula lagi. Huh! Mendadak udaraku panas dingin. Bingung harus bagaimana menanggapi pak Ridwan.Aku hanya bisa diam saat ini."Bu Dinda suka bakso juga?" Tiba-tiba kak Yuda bertanya seperti pura-pura baru ta
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 43 Waduh, kok bisa serempak lagi? Kenapa juga kak Yuda memilih minuman yang sama denganku. Tapi bukan salahnya juga sih, yang punya selera dia. Tapi masalahnya, pak bos tunangan bisa salah paham. "Taman kota, ya?" ucap pak Ridwan sekali lagi. Aku masih terdiam menatap matanya. Lalu kucoba palingkan mata ke kak Yuda, kak Yuda juga sudah menatapku duluan, kami beradu pandang dan entah apa yang ada dalam pikirannya, aku saja bingung dengan diriku mau jawab apa."Bu Dinda juga pernah makan bakso di taman kota, ya?" Tiba-tiba kak Yuda menyahut saat pak Ridwan menatapku."Oh, i-iya, Pak Yuda, di sana baksonya enak," jawabku tergagap. Aduh, kok jadi begini? "Taman kota ya? Jadi penasaran ingin makan di sana. Tapi kok bisa sama selera Pak Yuda dengan Dinda, maksudnya tempatnya juga." Apakah ini semacam menyelidiki atau ..., aaah! tidak tahu harus menerka apa."Pak Ridwan, taman kota itu terkenal dengan area bermain anak-anak sekaligus jajanan kaki lim
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 44 (situasi sulit)Pesan WA kak Yuda hanya kubaca tanpa dibalas. Jika aku terus berkomunikasi, ini menyulitkanku karena pasti ada-ada saja yang membuat kenangan kembali hadir. Aku sudah memutuskan harus setia. Pak Ridwan hampir sempurna di mataku, ya ..., di mataku.***[Sudah siap, Din?]Barusan kubaca pesan WA dari pak Ridwan, ops salah, mas Ridwan.[Siap apa, Mas?]Pesannya rancu hingga maksudnya tak nyambung dengan pikiranku.[Berangkat]Kubalas lagi.[Berangkat kerja?][Bukan, berangkat menemaniku di kantor]Rio Dewanto KW ada-ada saja. Menemani di kantor? Apa ia serius memecatku? Oh tidak.[Kerja?]Tanyaku lagi.[Bukan, menemaniku di kantor][Serius Mas Bos memecatku?] Kusertai dengan emoticon sedih.[Kamu itu calon istri Bos, kok sedih dipecat?][Aku cinta pekerjaanku, Mas Bos][Pekerjaan aja? Sama aku gimana?][Masih pagi, jangan bercanda, Mas Bos][Pagi itu membawa berkah, Sayangku]Kok mas bos terlihat lebay. Tapi aku harus membiasakan d
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 45 (diketahui pak Ismail)Pov YudaKenapa rasanya sesak. Depan mata, kulihat wanita yang dicintai bersama lelaki lain. Sampai saat ini ia terus bersemayam di hati, pikiran dan bahkan bayangannya hadir di setiap malam. Dinda, Dinda ....Tatkala hati ini berbisik. Dekap aku dalam tatapan cinta meskipun dirimu sudah memilih yang lain. Tapi bibirmu diam dan bahkan mata itu berpaling. Bodohnya aku masih merasakan tak rela melihat tanganmu digenggamnya. Aku tahu, kamu hanya sebuah kenangan yang selalu mengikutiku. Entah sampai kapan.Dinda ...."Pak Yuda minta pendapat saya?" Reaksi wajah Dinda sedikit tegang. Apakah ia merasa kesulitan menjawab pertanyaanku. Tentu wanita yang dimaksud adalah dia. "Iya, Din, gimana pendapatmu jika kesempatan sedikit itu dimanfaatkan Pak Yuda merebut wanita yang dicintainya." Kali ini pak Ridwan yang ikut menjelaskan."Saya ..., saya juga bingung harus jawab apa. Mungkin Pak Ismail punya pendapat," ucap Dinda melihat ke