TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 41 (hanya bisa memandang) Pov YudaKulangkahkan kaki membawa kekecewaan. Ini yang kedua kali dan dengan wanita yang masih sama. 'maaf' hanya itu yang kamu utarakan menolakku masuk ke hidupmu. Bibir itu berucap tanpa ragu. Bahkan aku tak diberi kesempatan menyerahkanmu padanya. Aku hanya ingin kamu bahagia di tangan yang baik. Membimbingmu, menjadi imammu, dan ..., tentunya menjaga dan mencintaimu dengan tulus. Kuharap rasa yang dimilikinya lebih dari rasaku, agar ia tak menyia-nyiakanmu.Aku punya rencana besar dalam hidup ini bersamamu. Mengarungi lika liku hidup, berdua dan mungkin bersama anak-anak kita nantinya, hingga ajal memisahkan. Aku punya niat tulus, jika ketulusan ini bukan bersamaku tapi dengannya, aku rela asal kau bahagia. Dinda ....Kaki ini melangkah menuju taman kota. Lampu jalan menerangi rasa kecewaku. Ia bisa kulihat tapi tak bisa kudekap. Duduk di tengah keramaian. Aku merasa sepi, hampa. Apakah ini yang dinamakan patah hat
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 42 (memendam kenangan)Sempit sekali duniaku. Setelah terlepas dari mantan suami urusan pekerjaan, sekarang harus berhubungan dengan mantan pacar. Tapi setidaknya aku lebih nyaman dengan situasi sekarang, beda dengan kak Angga yang tidak menghargaiku. Kak Yuda seperti mengerti bersikap, itulah kenapa ia mantan terindah."Bakso," jawabku dan kak Yuda serempak. Sejenak kami bertiga terdiam. Aku tak menyangka jawabanku sama dengan jawaban kak Yuda, atau lebih tepatnya seide. Tapi aku hanya menyarankan makanan kesukaanku saja, dan aku baru ingat jika itu juga makanan kesukaan kak Yuda. Waduh, kok jadi begini?"Bakso?" Mata pak Ridwan membulat melihatku dan kak Yuda bergantian. Lebih tepatnya ia mungkin terkejut, kenapa jawaban kami sama dan serempak pula lagi. Huh! Mendadak udaraku panas dingin. Bingung harus bagaimana menanggapi pak Ridwan.Aku hanya bisa diam saat ini."Bu Dinda suka bakso juga?" Tiba-tiba kak Yuda bertanya seperti pura-pura baru ta
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 43 Waduh, kok bisa serempak lagi? Kenapa juga kak Yuda memilih minuman yang sama denganku. Tapi bukan salahnya juga sih, yang punya selera dia. Tapi masalahnya, pak bos tunangan bisa salah paham. "Taman kota, ya?" ucap pak Ridwan sekali lagi. Aku masih terdiam menatap matanya. Lalu kucoba palingkan mata ke kak Yuda, kak Yuda juga sudah menatapku duluan, kami beradu pandang dan entah apa yang ada dalam pikirannya, aku saja bingung dengan diriku mau jawab apa."Bu Dinda juga pernah makan bakso di taman kota, ya?" Tiba-tiba kak Yuda menyahut saat pak Ridwan menatapku."Oh, i-iya, Pak Yuda, di sana baksonya enak," jawabku tergagap. Aduh, kok jadi begini? "Taman kota ya? Jadi penasaran ingin makan di sana. Tapi kok bisa sama selera Pak Yuda dengan Dinda, maksudnya tempatnya juga." Apakah ini semacam menyelidiki atau ..., aaah! tidak tahu harus menerka apa."Pak Ridwan, taman kota itu terkenal dengan area bermain anak-anak sekaligus jajanan kaki lim
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 44 (situasi sulit)Pesan WA kak Yuda hanya kubaca tanpa dibalas. Jika aku terus berkomunikasi, ini menyulitkanku karena pasti ada-ada saja yang membuat kenangan kembali hadir. Aku sudah memutuskan harus setia. Pak Ridwan hampir sempurna di mataku, ya ..., di mataku.***[Sudah siap, Din?]Barusan kubaca pesan WA dari pak Ridwan, ops salah, mas Ridwan.[Siap apa, Mas?]Pesannya rancu hingga maksudnya tak nyambung dengan pikiranku.[Berangkat]Kubalas lagi.[Berangkat kerja?][Bukan, berangkat menemaniku di kantor]Rio Dewanto KW ada-ada saja. Menemani di kantor? Apa ia serius memecatku? Oh tidak.[Kerja?]Tanyaku lagi.[Bukan, menemaniku di kantor][Serius Mas Bos memecatku?] Kusertai dengan emoticon sedih.[Kamu itu calon istri Bos, kok sedih dipecat?][Aku cinta pekerjaanku, Mas Bos][Pekerjaan aja? Sama aku gimana?][Masih pagi, jangan bercanda, Mas Bos][Pagi itu membawa berkah, Sayangku]Kok mas bos terlihat lebay. Tapi aku harus membiasakan d
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 45 (diketahui pak Ismail)Pov YudaKenapa rasanya sesak. Depan mata, kulihat wanita yang dicintai bersama lelaki lain. Sampai saat ini ia terus bersemayam di hati, pikiran dan bahkan bayangannya hadir di setiap malam. Dinda, Dinda ....Tatkala hati ini berbisik. Dekap aku dalam tatapan cinta meskipun dirimu sudah memilih yang lain. Tapi bibirmu diam dan bahkan mata itu berpaling. Bodohnya aku masih merasakan tak rela melihat tanganmu digenggamnya. Aku tahu, kamu hanya sebuah kenangan yang selalu mengikutiku. Entah sampai kapan.Dinda ...."Pak Yuda minta pendapat saya?" Reaksi wajah Dinda sedikit tegang. Apakah ia merasa kesulitan menjawab pertanyaanku. Tentu wanita yang dimaksud adalah dia. "Iya, Din, gimana pendapatmu jika kesempatan sedikit itu dimanfaatkan Pak Yuda merebut wanita yang dicintainya." Kali ini pak Ridwan yang ikut menjelaskan."Saya ..., saya juga bingung harus jawab apa. Mungkin Pak Ismail punya pendapat," ucap Dinda melihat ke
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 46 (Cemburu)Ada rasa lega setelah meninggalkan kantor pak Ismail. Bukan karena pak Ismailnya, tapi karena kak Yuda yang menyulitkanku berucap. Seandainya aku jujur ke pak Ridwan dengan statusku mantan kak Yuda, apakah ia bisa mengerti?Aku takut ini jadi salah paham karena dari awal kebohongan ini tak sengaja hadir. Dan akhirnya berlanjut hingga beberapa kali pertemuan. Pertemuan kali ini diketahu pak Ismail, tak sengaja, semua serta tak disengaja."Hey, kenapa diam aja? Aku masih di sini loh, Din," ucap pak Ridwan membubarkan lumunanku."Iya, aku tau Mas Bos," jawabku berusaha santai ketahuan memikirkan sesuatu."Mikirin apa?""Nggak ada." Bingung mau jawab apa."Jangan bohong.""Mm siapa yang bohong?" Aku balik tanya."Lagi melamun mikirin apa?" Pak Ridwan tetap menyetir."Nggak ada.""Ya udah kalau nggak mau cerita, kita ke PT abadi dulu ya?""Apa? Harus ya?" tanyaku balik karena enggan ingin ke sana. Tentu aku malas bertemu kak Angga. Semenja
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 47 (sikap dan kepercayaan)Aku terdiam menatap pak Ridwan. Bukan karena merasa bangga ia punya rasa cemburu padaku. Seorang pak Ridwan lelaki yang hampir mendekati sempurna bagiku, tapi ..., kenapa bersikap seperti posesif. Mudah-mudahan aku salah."Kenapa harus memecat Pak Boby, Mas? Yang salah kan aku?" Kutekan nada suara agar pak Ridwan tidak semakin marah."Kenapa sih kamu bela dia?" Pak Ridwan melihatku sekilas."Ini bukan membela tapi ...." Tak kuasa melanjutkan kata-kataku. Kupalingkan mata ke luar jendela kaca mobil lalu menyeka air mata. Tentu aku terkejut dengan suara lantang pak Ridwan.Tiba-tiba mobil dihentikan di tepi jalan yang agak sepi. Pak Ridwan menghela nafas besar. Terdengar nafasnya meskipun aku belum mengalihkan pandangan ke dia."Maafkan aku, tolong jangan menangis, Din." Suara pak Ridwan melunak.Tapi aku tetap memalingkan mata ke luar jendela."Aku hanya cemburu, itu karena aku takut kehilanganmu, apakah aku salah?"Aku t
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 48 ( wanita bersama kak Yuda )Tanganku dilepas. Dari sorot mata pak Ridwan, seolah ia tak percaya dengan ucapanku. Lebih tepatnya terpengaruh dengan ucapan mantan suamiku yang muncul tiba-tiba. "Terserah kalau kamu tidak percaya," ucapku melangkah terus ke tepi jalan. "Tunggu, Din!" ucap pak Ridwan.Aku tak peduli dan terus melangkah."Dinda!" Tiba-tiba kak Angga berlari mendekat. Tanganku ditahan."Lepaskan aku!" Kutarik tangaku agar terlepas. Aku berhasil."Tunggu, Din, aku bukan ingin menyakitimu, sungguh, aku tak ada niat buruk.""Dinda!" Pak Ridwan memanggil sambil melangkah mendekat."Ikut denganku, Ibu ingin bertemu.""Tolong jangan ganggu hidupku, aku mohon." Kusatukan kedua telapak tangan memohon."Kamu mau apa lagi ke sini!" Tiba-tiba pak Ridwan menujuk kak Annga dengan mata melotot."Hey, santai, emang kamu siapa melarangku? Di sini uang dan kekuasaanmu tak berlaku, Dinda belum resmi menjadi Istrimu, jadi aku masih punya hak untuk i