“Kamu sudah salat, Dev ?” tanya Amira setelah mereka bertemu di parkiran. “Belum, Mbak. Nanti kelamaan nunggu aku salat. Mending aku salat di Mushola cafe. Lagian waktunya masih lama ini, Mbak. Tenang, ini masih setengah lima. Masih banyak waktu lagi. Bukankah batas akhir salat ashar itu terbenamn
“Tunjukan seperti apa wajah Amira, Mas! Akan kudatangi perempuan itu. Aku akan membuat perhitungan dengannya sekarang juga!” Dengan napas memburu istrinya Hasan itu merepet. Ditariknya tangan Hamdan agar berdiri dari posisi duduknya. Namun, dalam satu kali hentakan Hasan berhasil melepaskan tangan
“Bagaimana, kamu masih tidak mau mengakui siapa yang telah menyuruhmu menghadang Amira waktu itu?” Seorang pria yang mengenakan pakaian serba hitam itu menatap tajam pada laki-laki yang ditemukan dalam keadaan terkapar, Marugul usai dihajar Amira tanpa perlawanan sama sekali pada malam itu. Marugul
“Innalillahi … jadi dia yang menyuruh orang untuk membuntuti aku malam itu?” Amira membungkam mulutnya sendiri setelah mendengar pesan suara yang masuk ke handphonenya. Ya, Amira baru saja menerima pesan suara dari nomor asing. Dalam rekaman suara itu terdengar jelas suara Marugul yang sedang meng
“Kamu kenal dengan mereka, Nduk?” Bu Sumi menatap anaknya yang masih memegangi pipinya yang terasa panas. Spontan Amira menggelengkan kepalanya dari jarak jauh. Lalu, ia menatap ke arah jalan. Ia mengangguk tipis saat melihat seseorang memberikan kode kepadanya untuk diam. Melihat reaksi anaknya,
Dua perempuan yang tidak terlalu jauh usianya itu masih mematung, menatap punggung dua sejoli yang terlihat sangat mesra meskipun usianya terpaut cukup jauh. “Pantasnya mereka itu menjadi bapak dan anak bukan, sih? Miris.” Amira terdiam, tidak tahu lagi harus berkomentar apa. Sebab, apa yang dik
“Mbak Ini obatnya.” Perempuan cantik Berseragam apotek itu menegur Amira yang sedang menatap Mumun dengan geram. Spontan Amira mengalihkan fokusnya ke arah apoteker tersebut, mengabaikan Mumun sejenak. “Oh iya. Ini uangnya, Mbak.” Amira lekas menyodorkan selembar uang berwarna merah. Amira masih
“Ngomong apa kamu, Mir?” Dengan setengah berlari Mumun mengejar langkah Amira yang sudah jauh ada di depannya. Dadanya terlihat naik turun, emosi menguasai seluruh darah yang mengalir dalam tubuhnya. Perempuan tua itu merasa sakit hati, tak terima anaknya yang cantik jelita dijelek-jelekkan oleh A