Tubuh perempuan yang sejak usia salat Isya bergulung dengan selimut kini beringsut dari ranjang. Rasa penasaran menuntunnya untuk berjalan ke arah pintu utama yang sejak tadi sudah dibuka separuh oleh bibinya. Di ambang pintu, Amira menatap punggung laki-laki yang sedang menghadap ke arah jalan, m
Amira terpaku di tempatnya. “Tolong kamu cari tahu semua informasinya. Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya. Aku ingin tahu, sejauh mana kehebatan dia!” Dengan suara tegas dan tidak mau dibantah Reza memberikan perintah. Entah siapa yang sedang ia hubungi. Namun, dari suara yang penuh ketegas
Ketukan di pintu ruang kerjanya, membuat Amira yang sedang sibuk berkirim pesan dengan sepupunya itu menghentikan gerakan tangannya, mendongak, menatap Devi yang menyembulkan kepalanya di pintu ruangan Amira. “Nggak keluar, Mbak.” Gadis yang berkerudung voal itu menyapa Amira, menyembunyikan tan
“Kamu sudah salat, Dev ?” tanya Amira setelah mereka bertemu di parkiran. “Belum, Mbak. Nanti kelamaan nunggu aku salat. Mending aku salat di Mushola cafe. Lagian waktunya masih lama ini, Mbak. Tenang, ini masih setengah lima. Masih banyak waktu lagi. Bukankah batas akhir salat ashar itu terbenamn
“Tunjukan seperti apa wajah Amira, Mas! Akan kudatangi perempuan itu. Aku akan membuat perhitungan dengannya sekarang juga!” Dengan napas memburu istrinya Hasan itu merepet. Ditariknya tangan Hamdan agar berdiri dari posisi duduknya. Namun, dalam satu kali hentakan Hasan berhasil melepaskan tangan
“Bagaimana, kamu masih tidak mau mengakui siapa yang telah menyuruhmu menghadang Amira waktu itu?” Seorang pria yang mengenakan pakaian serba hitam itu menatap tajam pada laki-laki yang ditemukan dalam keadaan terkapar, Marugul usai dihajar Amira tanpa perlawanan sama sekali pada malam itu. Marugul
“Innalillahi … jadi dia yang menyuruh orang untuk membuntuti aku malam itu?” Amira membungkam mulutnya sendiri setelah mendengar pesan suara yang masuk ke handphonenya. Ya, Amira baru saja menerima pesan suara dari nomor asing. Dalam rekaman suara itu terdengar jelas suara Marugul yang sedang meng
“Kamu kenal dengan mereka, Nduk?” Bu Sumi menatap anaknya yang masih memegangi pipinya yang terasa panas. Spontan Amira menggelengkan kepalanya dari jarak jauh. Lalu, ia menatap ke arah jalan. Ia mengangguk tipis saat melihat seseorang memberikan kode kepadanya untuk diam. Melihat reaksi anaknya,