Aku duduk di bibir ranj-ang, masih memikirkan bagaimana nasibku kedepannya. Mas Hendra setelah ini pasti akan menceraikanku. Dia tak mungkin mempertahankan wanita yang sudah hamil dengan pria lain. Aku memijat pelipis, merasa bingung dengan nasibku yang terasa malang.KREK!Bunyi pintu kamar terbuka, menampakkan Mas Hendra yang lebih terlihat segar, tidak se kusut sebelumnya. Apa kondisi hatinya sudah membaik?Mas Hendra menyunggingkan senyum, kemudian berjalan ke arahku. "Mas...." sapaku."Apa, kau sudah membaik?" sambungku.Mas Hendra duduk di sampingku. Dia menghembuskan napas perlahan."Sejujurnya aku senang tidak baik-baik saja, Win." Dia menoleh ke arahku."Setelah mengetahui semua kebenarannya, aku minta maaf pada mu. Selama ini aku selalu menuduhmu, menyudutkanmu, bahwa kau yang bermasalah, haha." Mas Hendra tertawa sumbang. "Tapi ternyata malah aku sendiri yang m@ndul. Tidak bisa memberimu keturunan. Maafkan aku." sambungnya.Aku tersenyum simpul, kemudian menatapnya dengan l
Seorang pria duduk di sampingku, yang tengah terbaring lemah di rumah sakit. Ada luka perban di area kepala akibat benturan keras di aspal.Aku masih belum sadar setelah kecelakaan itu.Tak berselang lama Dokter pria, memakai jas berwarna putih datang, usianya sekitar 40 tahun. Dia masuk ke ruangan dimana ada aku yang masih tak sadarkan diri."Anda siapa?" tanya nya. Pada seseorang yang berada di samping ran-jangku."Saya suaminya, Dok." ujarnya, yang tak lain adalah Mas Hendra.Dokter itu berjalan ke arah ranj-ang, kemudian mulai memeriksaku dengan teliti."Bagaimana keadaan istri saya, Dokter?" tanya Mas Hendra."Luka di kepalanya tidak terlalu parah, tidak sampai mengalami pembekuan darah. Beruntung tidak ada luka dalam. Dan hanya terluka di bagian luar saja.""Lalu bagaimana dengan...." Mas Hendra melirik ke arah perutku."Oh untuk itu—Janin yang di kandung oleh pasien bernama Winda ini, baik-baik saja, Pak. Dia sangat sehat dan kuat.""Em, begitu ya, Dokter?!" Mas Hendra terlihat
Di sebuah pabrik bangunan yang sudah tak terpakai, Firman memukul tembok berkali-kali. Meluapkan kekesalannya. Dia tak perduli dengan darah yang keluar dari sela-sela jarinya yang terluka.Rasa sakit di tangannya tak sebanding dengan sakit di hatinya. Dua kali Firman mengalami kegagalan cinta. Dan kali ini lebih sakit dari sebelumnya. Hatinya terluka kala mendengar pengakuan Mas Hendra tentangku."Aaaaaaaahhh!" Firman mendongak, dia berteriak kencang, urat-urat di lehernya sampai terlihat.Firman luruh ke lantai, dia terduduk, bersandar pada tembok yang terlihat usang. Firman memijat pelipisnya. Pikirannya begitu kacau. Di satu sisi dia masih mencintaiku, disisi lain dia begitu kecewa terhadapku."Kenapa, Winda? Kenapa?! Kenapa kau tak datang, mungkin aku tidak sekecewa ini jika kau mengatakannya secara langsung.""Aku begitu senang saat kau mengajakku bertemu tapi apa? Kau malah memberiku luka sesakit ini, hiks!" Firman menangis, meraung sejadi-jadinya disana. Tanpa ada yang mendenga
Mata Mas Hendra membulat sempurna.Aku masih menatapnya dengan tatapan curiga. Dia semakin gelagapan."Tentu saja dari kantor, Win. Memangnya kamu pikir dari siapa. Aku kan selama dua hari , izin. Untuk menjagamu."Aku mengangguk, mendengar jawabannya.Mas Hendra langsung masuk ke dalam rumah dengan tergesa. Aneh, aku tidak mungkin salah dengar, jelas-jelas tadi aku mendengar suara Firman. Itu tidak mungkin cuma hayalanku. Apa mungkin Mas Hendra sedang berbohong?Tiba-tiba saja aku teringat dengan ucapan Firman tempo lalu, yang mengatakan dia telah mencariku kemana-kemana. Sedangkan Mas Hendra tak pernah mengatakannya, dia bilang Firman sedang sibuk dengan kekasih barunya.Aku akan mencari yang sebenarnya, Mas Hendra sangat mencurigakan akhir-akhir ini. Terkadang dia bersikap baik, terkadang dia juga terlihat kesal. Aku sama sekali tidak mengerti dengan dirinya.Aku menyusuli Mas Hendra masuk ke dalam rumah, kulihat dia sedang menonton televisi. Aku berjalan mendekat kemudian duduk di
Aku sangat bahagia, di tanganku saat ini ada kotak cincin. Rencananya aku akan melamar wanita yang menjadi kekasihku selama 2 tahun ini. Renata namanya. Aku sangat mencintainya.Renata selalu meminta untuk aku segera menikahinya, namun aku selalu mengatakan padanya, tunggu aku mapan dan punya banyak tabungan.Kini setelah tabunganku cukup. Aku akan segera menikahinya. Aku mengeluarkan ponsel dari saku celanaku. Ting! Notifikasi pesan masuk di ponselku. Aku segera membukanya. Seketika mataku membulat sempurna, saat melihat video yang di kirimkan oleh nomor asing. Disana ada video tak senon0h Renata dengan seseorang. Aku tak bisa melihat dengan jelas siapa pria di video itu.Mendadak napasku memburu, rahangku mengeras dan hatiku berdenyut. Aku meremas ponselku. Aku tidak boleh gegabah. Mungkin saja ini hanya editan. Mungkin ada seseorang yang ingin menghancurkan hubungan kami. Aku segera menyimpan ponselku lagi ke dalam saku celana.Aku segera mengendarai sepeda motorku, tak lupa juga
Aku mulai mengatur rencana untuk membalas perbuatan Kak Hendra dan juga—Renata. Jika hubunganku dan Renata usai. Maka hubungan Kak Hendra dan istrinya itu juga harus usai.Aku meminta kepada bos di tempatku bekerja, untuk memindahkanku di tempat yang dekat dengan rumah Kak Hendra. Agar nantinya aku bisa menumpang dan mengawasinya.Setelah aku dimutasi tempat kerjaku. Aku langsung mendatangi Kak Hendra bicara empat mata dengannya untuk menumpang tinggal di rumahnya. Kak Hendra setuju, dia tidak curiga bahwa aku telah mengetahui perselingkuhannya dengan Renata.Kak Hendra mengatakan niatku itu pada istrinya yang bernama Winda. Aku tidak akrab dengan wanita itu, hanya beberapa kali bertemu setelah mereka menikah. Dan aku juga tidak pernah mengobrol secara intens selama dia menjadi kakak iparku.Aku yang sedang duduk di ruang tamu, mendengar mereka bertengkar di dalam kamar. Sepertinya istrinya Kak Hendra Tidak setuju jika aku tinggal bersama mereka. Namun tak berselang lama, Kak Hendra k
"Sayang, siapa yang datang?" seketika mataku langsung terbuka.Seorang wanita yang ku kenali datang menghampiri kami."Re—Renata," kataku terbata.Aku melihat ke arah Firman dan Renata secara bergantian, kenapa mereka tinggal di tempat yang sama? Rumah siapa yang ku datangi ini?Renata melihat sinis ke arahku. Dia bergelayut di lengan Firman. Aku menggeleng, ini tidak mungkin, tidak mungkin Firman kembali pada Renata."Sayang, kenapa wanita ini datang kemari?" ujarnya.Aku menatap Firman dengan penuh tanya, "Firman, apa maksud semua ini?" tanyaku dengan tu buh yang sedikit bergetar.Firman menghela napas kemudian membuang pandangan ke arah lain."Ada juga aku yang harus bertanya, ada apa Mbak Winda ingin bertemu denganku?""Tidak, katakan dulu, Kenapa Renata ada di sini? Ini rumah siapa?" tanyaku lagi. Jantungku berdegup kencang menanti jawaban Firman."Ini rumahku." jawabnya."Lalu, Renata..." Aku melirik ke arah Renata sekilas."Istriku," jawabnya datar.Aku menggeleng kuat, "Tidak,
Di tempat lain, setelah pergi dari rumahku Mas Hendra menemui seseorang. Dia mendatangi sebuah tempat, yang mirip dengan markas."Halo, Bos. Ada perlu apa kemari?" ujar seorang pria berpakaian seperti preman."Aku ada pekerjaan untuk kalian." ujar Mas Hendra."Pekerjaan apa? Membunuh seseorang?""Ah, tidak. Aku hanya ingin kalian mengawasi pria ini." ujarnya, sambil menunjukkan foto Firman."Mengawasi bagaimana?""Awasi setiap pergerakannya. Dimana dia pergi dan dengan siapa, kalian bisa, bukan?" Preman itu mengangguk."Ya, aku mengerti.""Baiklah, aku pergi dulu. Jangan lupa kabari jika ada hal yang penting," pamit Mas Hendra, kemudian langsung pergi dari sana.***Pagi ini aku sangat tak bersemangat, bingung harus apa, Aku harus punya pemasukan untuk menyambung hidup. Namun aku bingung harus melamar pekerjaan ke mana. Sedangkan... Ijazah yang ku miliki hanyalah lulusan SMA. Aku juga tidak punya pengalaman bekerja sebelumnya.Aku tak mungkin mengandalkan Mas Hendra, dia sudah bukan