Naura merasakan gugup yang luar biasa. Duduk menunggu dalam diam di ruangan yang semuanya serba putih. Mengabaikan kesibukan yang ada diluar dan tenggelam dalam lamunannya sendiri.Naura mengenang masa patah hatinya akibat dicampakkan oleh Wisnu dan rasanya begitu lucu saat ini ketika dia tanpa sadar mensyukuri hal itu terjadi karena Tuhan berbaik hati menunjukkan seperti apa sosok Wisnu sebenarnya sebelum semuanya terlambat.Mengenang pertemuannya dengan Arjuna Ivander dan cara mereka berinteraksi. Tidak menduga kalau semesta menyimpan takdir indah yang disiapkan untuknya. Naura bersyukur menemukan Arjuna, terlebih saat dia tahu kalau ternyata dia menjadi sosok yang begitu mempengaruhi dalam hidup laki-laki itu bahkan setelah bertahun-tahun lamanya tanpa sekalipun mereka bertemu.Sekarang, laki-laki yang dulu dia katain gendeng itu akan menjadi calon suami dan imam masa depannya.“Sayang—‘” Naura menoleh, berdiri saat Mamanya masuk ke dalam. “Ayo kita tunggu di luar karena sebentar l
selama dua puluh delapan tahun Naura hidup di dunia, ini merupakan malam yang paling mendebarkan baginya. Sensasi saat masuk rumah hantu juga saat dipaksa nonton badut padahal dia benci setengah mampus sama makhuk yang paling disukai anak-anak itu, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sensasi yang dirasakannya malam ini.Berlabihan memang tapi itulah kenyataan yang Naura rasakan. Mau belah duren ciinnn, kan nerveous. Nanti, Naura kudu piye?Bukan berarti dia gak tahu apa-apa, hanya saja saat dia dihadapkan langsung pada malam bersejarah itu, tentu saja Naura merasakan panik.Sejak masuk kamar lebih dulu setengah jam yang lalu, Naura sudah mondar mandir mirip setrikaan uap panas tidak jauh dari tempat tidur king size yang di atasnya penuh dengan taburan bunga mawar dibentuk love begitu juga bath up di kamar mandi. Arjuna menyewa kamar Royal Suite hotel bintang lima yang harga semalamnya mahal gila. Mereka memang sepakat untuk menunda bulan madu karena Arjuna sibuk mengurus kasus pe
"Tan-Tan, makanan di mulut Keisha sudah habis." Naura menoleh ke sisi kanannya melihat keponakannya membuka mulutnya lebar minta disuapin lagi. "Alby juga mau Tan." Keponakannya yang lain lagi menyahut."Kaisar duluan.""Keylan juga mau Mi."Naura bingung dikeroyok empat anak kecil yang minta disuapin makan sementara dia sendiri juga belum sarapan."Hadoh, kalian ini ngapain sih gangguin Tante. Sana kembali ke Mamamu dan minta suapin sana," Naura jelas kesal."NDAA MAUUU!!" Keempatnya serempak menggeleng. "MAUNYA SAMA TANTEEE!!"Naura yang memegang piring berisi nasi goreng dengan banyak lauk pauk manyun dan terpaksa menyuapi mereka satu persatu. Untung aja Naufal yang besar anteng makan sendiri."Wah sudah pantes punya anak banyak," kekeh Abangnya dengan senyuman geli, duduk tidak jauh darinya."Jangan ngomong sembarangan dong ah!!!" Naura kesal. "Ini coba anakmu bawa sana Bang. Kasihkan Mamanya."Di bagian dalam restoran, keluarganya memang sedang berkumpul sementara Naura berada
Dua minggu setelah menikah, kehidupan Naura kembali seperti biasanya. Namun, saat ini dia tinggal dengan Arlita juga Keylan karena Arjuna tidak tega meninggalkan mereka berdua saja. Naura sih maklum jadi tidak keberatan walaupun kadang masih suka kesal kalau Keylan bertingkah gak hanya di sekolah tapi juga di rumah. Meski di sisi lain, hadirnya Keylan dia anggap seperti ajang melatih kesabaran sebelum nanti dia benar-benar menginginkan anak dari rahimnya sendiri. Naura rasanya masih belum percaya kalau dia sudah menikah dengan lelaki yang dulu dia katain rentenir gendeng yang cerewet. Meskipun sarkas dan cerewetnya Arjuna masih membuatnya merengut kesal pengen nabok tapi karena udah jadi suami, ya Naura naboknya dengan cara lain aja. Cukup bungkam bibirnya dengan ciuman maut, lupa deh tuh sama omelannya.Kadang ya hidup memang semengejutkan ini.Masih dalam suasana pengantin baru jadi Naura masih suka mesem-mesem sendiri kalau ingat tingkah Arjuna yang suka bikin orang keringatan ten
“Kamu ini apa-apan sih! Aku sudah jadi istri orang dan kamu juga sudah punta istri yang lagi bunting!"Naura mencoba melepas cekalan Wisnu yang mendesaknya di dinding bangunan swalayan di area tertutup. Laki-laki itu menyeretnya pergi dari tempatnya semula dengan pisau yang berada di perutnya.“Kamu sudah nggak waras ya!!” desis Naura.“Kamu gak bisa ngelakuin ini sama aku,Na. Kamu pikir gara-gara siapa aku sampai terjebak dengan Jessi seperti ini,hah?!" Naura ternganga mendengar tuduhan yang dilayangkan Wisnu. "Ini semua gara-gara kamu dengan pemikiran sialanmu itu yang membuatku lengah dan berakhir tidur dengan Jessi. INI SEMUA SALAH KAMU?!"Naura tidak bisa berkata-kata mendengar Wisnu menyalahkannya atas keadaannya saat ini. Padahal selama ini dia juga stress dan menderita. "Sekarang kamu malah menikah dengan lelaki itu,” Tatapannya penuh amarah. “KENAPA,HAH?”“Aku malah bersyukur tidak kembali padamu kalau sikapmu aja seperti ini. Semua ini salahmu sendiri. Sekarang, Lebih baik
"Mami sakit ya?" Naura menoleh, melihat Keylan yang memperhatikan wajahnya sambil menjilati es krim coklatnya. "Dali tadi sibuk ke kamal mandi telus.""Mami gak enak badan," desah Naura, duduk di salah satu kursi yang ada di taman sekolah menunggu Arjuna menjemput. "Kamu makannya jangan belepotan gitu dong!"Naura mengambil tisu, mengusap bibir Keylan yang belepotan es krim sampai bersih tapi hanya bertahan beberapa detik karena setelahnya mulutnya belepotan lagi. Naura berdecak, "Ah dasar anak kecil!""Key kan memang masih kecil Mami," balasnya dengan cengiran, lalu Naura mengeryit saat Keylan turun dari duduknya dan berdiri di depannya. "Mau ngapain?"Naura melotot saat tangan Keylan yang belepotan coklat nangkring di dahinya dengan wajah sok tahu. "Mami demam ya?" "Haaiyaaaa!" Pekik Naura, menarik tangan Keylan dan buru-buru mengambil tisu juga kacanya dari tas. "Tuh kan nempel coklatnya.""Biar manis Mam," Keylan senyum-senyum, menjilati tangannya yang belepotan es krim dengan n
“Dia hanya butuh waktu, Ar.” Naura yang sudah sadar dari pingsannya, mendengar suara Mamanya tidak jauh dari tempatnya berbaring. Dia enggan membuka mata, terlebih ada suaminya di sana. “Mungkin aku sudah melakukan kesalahan,Ma.” Naura mencoba mengabaikan suara suaminya yang terluka, begitu lirih, tidak seperti biasanya. “Aku terlalu memaksakan kehendak.” Helaan napas Mamanya terdengar, “Mungkin memang caramu yang salah tapi Mama mengerti dengan apa yang kamu lakukan. Kita tidak tahu sampai kapan Naura akan terus menghindar dari kodratnya seperti ini. Mama hanya berharap. Naura ikhlas menerima anak dalam kandungannya.” Jeda sesat, tidak ada yang berbicara. “Calon cucu-cucu Mama.” Naura mencengkram selimut yang menutupi tubuhnya saat suara kursi berderit, ada langkah kaki yang mendekat dan merasakan seseorang duduk di pinggir tempat tidurnya. “Semoga saja Naura mau memaafkan sikapku ini.” Telapak tangan suaminya terasa di pipinya. “Dia harus tahu kalau aku akan menemani
“Bu gulu bantuin Key dong susun puzzle.”“Ehh, dicoba dulu susun sendiri. Perhatikan baik-baik gambar utuhnya. Jangan pantang menyerah.”“Keylan kalah sama Malika.” Malika menunjukkan puzzlenya yang sudah terisi beberapa. “Tadi malam Malika diajarin sama Tante Siska.” Naura mendelik mendengarnya. “Kita mainan puzzle bareng bertiga sama Ayah.”“Ihh gak. Key juga bisa sendiri kok,” sungutnya.Wah progresnya sudah laju ini kayaknya Mas Rendy. Naura kepo. “Malika diajarin sama siapa?”“Tante Siska Bu. Temen mainnya Ayah.”Naura ber-O ria seraya mencoba menahan kekehannya. Sekarang gak apa-apa masih teman main Ayahnya, bentar lagi pasti jadi teman tidurnya tuh.“Malika suka gak sama Tante Siska?” tanya Naura, mencoba mengorek informasi.Malika yang polos mengangguk, “Suka. Tante suka bawain Malika kue.”Naura dalam hati mengakui kepintaran Siska mencuri hati calon anaknya. Agak mengejutkan juga sih kalau ternyata mereka malah semakin dekat tapi bagus juga karena Naura tah
Satu tahun kemudian,Rumah, menjadi tempat yang paling Arjuna rindukan saat berada jauh dari sana. Jadi, setelah semua urusannya di Vancouver beres, dia menolak ajakan kawan-kawannya bertahan sehari untuk mengelilingi kota sebelum kembali ke Indonesia. Dia hanya ingin cepat-cepat pulang dan berkumpul bersama keluarganya.Berada dua minggu di sana membuatnya tidak tenang, meskipun setiap ada kesempatan, Arjuna selalu melakukan panggilan video call untuk menyalurkan rindu pada keluarganya tercinta.Arjuna memandangi layar ponsel, di mana ada senyuman Naura juga si kembar di sana. Seketika perasaan rindu itu seperti tidak bisa dibendung lagi, berharap kalau saat dia sampai nanti, mereka semua masih terjaga untuk menyambutnya.Arjuna mencoba untuk melakukan panggilan ke istrinya tapi suara deringnya hanya berlalu begitu saja.“Apa dia sudah tidur?” gumamnya.Dilihatnya jam tangannya dan menghela napas panjang seraya menyandarkan punggung di kursi mobil taksi yang dinaikinya. Pantas s
Setelah mengalami proses hukum dan sidang yang panjang, Wisnu dijatuhi hukuman karena bersalah telah melakukan tindakan kriminal dan dijatuhi hukuman selama lima belas tahun penjara. Suaminya nampak belum puas tapi setidaknya dia sudah mendapatkan keadilan seperti yang dia inginkan.Minggu sore ini, mereka hanya berdua di rumah, duduk di sofa panjang menoton film Filipina romantis. Naura memeluk popcorn jagung di tangannya sementara Arjuna memeluknya dari belakang, melingkupi perutnya yang besar.“Fransisca sedang menjalani rehabilitasi akibat kecanduannya akan obat-obatan.”Naura menoleh, “Aku gak nyangka dia wanita yang seperti itu.”“Selama aku mengenalnya dulu, dia tidak pernah menunjukkan gejala pecandu obat jadi aku pikir, kalau dia baru-baru saja memakainya.” Naura mengangguk, sibuk memandangi wajah tampan James Reid di film This Time yang sudah dia tonton ratusan kali. “Aku harap dia dapat ganjarannya karena berniat menabrakmu hari itu.”“Dia mabuk.” Naura menoleh. “Dia s
Hal pertama yang dirasakannya saat dia sadar hanyalah kepalanya yang terasa sakit. Naura mengerjapkan mata, menatap langit-langit yang putih bersih, aroma rumah sakit kembali tercium. Merasa heran kenapa dia yang hanya pingsan malah kembali berakhir tergeletak di sini. Kalau dipikir-pikir, akhir-akhir ini dia sering sekali terbangun di rumah sakit. “Ini sebenarnya kenapa?” Samar-samar Naura mendengar suara suaminya di tempat yang agak jauh. “Aku yang dioperasi kenapa malah Naura yang gak sadar-sadar?” “Kami juga tidak tahu Pak Arjuna. Bu Naura tidak mengalami luka serius, kondisinya stabil dan kami hanya memberikan dia obat tidur dosis kecil untuk mengistirahatkan tubuhnya selama bapak di operasi.” “Tapi sudah tiga hari dia belum sadar? Apa dia koma?” “Tidak. Sepertinya ada sesuatu yang membuatnya belum bangun. Kami akan segera memeriksanya lagi.” “Sebaiknya begitu karena aku tidak mau dia kenapa-napa—“ Nada suara suaminya tegas. “Juga anak-anakku di sana.” N
Makan malam keluarga kali ini lengkap dan ramai. Diadakan di salah satu restoran milik keluarganya di area outdoor dengan angin yang berhembus sepoi-sepoi. Naura duduk memperhatikan keponakan-keponakannya yang bermain disekitarnya sambil mengaduk-aduk nasi di piring untuk mereka. Masih aja lebih suka minta disuapin terutama si kembar dan juga Keylan. “Tan-tan, kata Mama, kita mau jalan-jalan ke Disneyland nanti.” “Oh ya—“ Naura menyuapi para bocil yang dulu sering dia sebut troublemakers. “Asyik dong. Tante gak diajak?” “Tante kan sudah besar jadi gak boleh main ke tempat mainan anak kecil.” Naura pura-pura merengut, “Ih kalau gitu nanti Tante nangis aja deh.” “IHH JANGANNN—“ teriak si kembar bersamaan. “Nanti minta diajak sama Mama aja ya.” Lalu mereka berlari mendekati Arabella dan menariknya untuk mendekatinya dengan wajah mengeryit. “Apaan sih ini?” “Tan-Tan mau ikut kita ke Disneyland Ma,” ucap Kesha. “Ajak Tan-Tan ya biar dia gak nangis terus,” tambah Kaisar. N
Mungkin ini karma yang harus dia tanggung karena di awal-awal dulu, dia tidak mensyukuri berkah yang Tuhan berikan untuknya berupa kedatangan bayi kembar di dalam rahimnya. Terkesan tidak menginginkan meskipun pada akhirnya pelan-pelan, dia malah menikmati momen-momennya sebagai seorang calon Ibu.Tapi sekarang dia seperti merasakan kosong. Seminggu sejak keluar dari rumah sakit, Naura terus memegangi perutnya berharap kalau mereka masih ada di sana, bertumbuh dan menunggu momen untuk lahir ke dunia.Naura berusaha keras mencoba untuk mengikhlaskan tapi yang tertinggal hanyalah sebuah penyesalan yang tidak tahu kapan akan bisa dia lepaskan.Orang-orang disekelilingnya terutama keluarganya tidak lagi menyinggung tentang kehamilannya yang dulu, begitu juga dengan suaminya. Ada perbedaan yang begitu nyata dia rasakan, bahkan sikap suaminya yang terlihat begitu hati-hati saat berbicara dengannya.Satu hal yang tidak tertahankan harus dia lihat setiap hari hanyalah, tatapan suaminya ya
“Aku besok harus ngapain Mas?”Naura merasa khawatir karena besok siang dia harus datang ke persidangan sebagai saksi dan bertemu lagi dengan Mirza. Suaminya yang tidur di sebelahnya mengelus kepalanya. “Jangan hiraukan keberadaan Mirza di sana. Kamu hanya harus menceritakan kejadian saat kamu mendengar Mirza menelepon preman-preman suruhannya itu dan juga saat dia mengancammu di swalayan.”Naura mengigit ujung kukunya. “Apa bukti rekaman ancamannya yang aku rekam diam-diam itu belum cukup?”“Kamu harus tetap bersaksi sayang. Ini salah satu prosedur persidangan yang harus dilakukan agar bukti-bukti semakin kuat.”“Aku bukan saksi utamanya kan?” Naura menatap suaminya. “Secara tidak langsung semua ini bermula karena hubungan kami yang hancur. Seperti yang dikatakan oleh Tante Marina.”“Andai saja aku ada di sana saat dia datang.”“Sikapnya itu menunjukkan siapa mereka sebenarnya,” ucap Naura. “Dulu, aku bertemu dengannya hanya beberapa kali dan itu juga bukan pertemuan yang men
“Event kuliner Asia ya?” Tanya Naura, memperhatikan proposal di tangannya yang baru saja diserahkan oleh Marketing Head untuk mendapatkan persetujuannya. “Iya Bu. Tahun ini kita memenuhi kualifikasi untuk ikut pagelaran kuliner yang diadakan di hotel Armani Dubai.”“Ini kesempatan langka.” Naura membaca baik-baik proposalnya, sementara Amel yang duduk di depan mejanya memperhatikan. “Mereka melakukan sistem seleksi—“ Naura mengangkat pandangannya. “Orang kita harus benar-benar menyiapkan banyak hal itu event ini.”Amel mengangguk, “Pak Dani sudah mempersiapkannya sejak jauh-jauh hari. Meeting akan dilakukan lusa untuk membahas event ini dan saya sudah mengirim semua bahan meetingnya ke email Bu Naura.”Naura mengangguk, mengelus perutnya yang terasa lapar membuat Amel langsung berdiri siaga. “Ibu Naura mau makan apa? Biar Amel pesankan.”Naura memerengkan bibirnya, “Tumben kamu perhatian banget.”“Nanti saya disemprot sama Pak Arjuna Bu,” kekeh Amel, Naura memutar bola mata. “
Tiga bulan kemudian, "Deg..Deg…Deg..Deg” Naura merasakan matanya berkaca-kaca saat mendengar detak jantung kedua anaknya yang saling bersahutan saat mereka cek kandungan ketika kehamilannya memasuki trimester kedua. Suaranya begitu menenangkan dan Naura tidak bisa berhenti mendengarnya. “Semuanya sehat, Ibu dan bayi sehat dan berkembang dengan baik. Detak jantungnya bisa kalian dengar sendiri.” Arjuna menghembuskan napas lega. “Syukurlah. Mual-mualnya juga sudah mulai berkurang dok.” Dokter Melani mengangguk. “Itu artinya, setelah ini semuanya akan baik-baik saja. Ibu bisa beraktifitas lebih banyak karena masa mabuknya sudah berkurang tapi tetap harus hati-hati karena kehamilan kembar lebih membuat cepat lelah dari pada kehamilan tunggal.” “Rasanya perut pasti bakalan sesak ya dok," Tanya Naura. “Iya begitulah. Semakin besar mereka akan semakin memenuhi dinding Rahim, saling bersinggungan sesama saudara dan berbagi makanan. Ibu Naura harus banyak-banyak mengonsumsi makan
“Bu gulu bantuin Key dong susun puzzle.”“Ehh, dicoba dulu susun sendiri. Perhatikan baik-baik gambar utuhnya. Jangan pantang menyerah.”“Keylan kalah sama Malika.” Malika menunjukkan puzzlenya yang sudah terisi beberapa. “Tadi malam Malika diajarin sama Tante Siska.” Naura mendelik mendengarnya. “Kita mainan puzzle bareng bertiga sama Ayah.”“Ihh gak. Key juga bisa sendiri kok,” sungutnya.Wah progresnya sudah laju ini kayaknya Mas Rendy. Naura kepo. “Malika diajarin sama siapa?”“Tante Siska Bu. Temen mainnya Ayah.”Naura ber-O ria seraya mencoba menahan kekehannya. Sekarang gak apa-apa masih teman main Ayahnya, bentar lagi pasti jadi teman tidurnya tuh.“Malika suka gak sama Tante Siska?” tanya Naura, mencoba mengorek informasi.Malika yang polos mengangguk, “Suka. Tante suka bawain Malika kue.”Naura dalam hati mengakui kepintaran Siska mencuri hati calon anaknya. Agak mengejutkan juga sih kalau ternyata mereka malah semakin dekat tapi bagus juga karena Naura tah