"Tan-Tan, makanan di mulut Keisha sudah habis." Naura menoleh ke sisi kanannya melihat keponakannya membuka mulutnya lebar minta disuapin lagi. "Alby juga mau Tan." Keponakannya yang lain lagi menyahut."Kaisar duluan.""Keylan juga mau Mi."Naura bingung dikeroyok empat anak kecil yang minta disuapin makan sementara dia sendiri juga belum sarapan."Hadoh, kalian ini ngapain sih gangguin Tante. Sana kembali ke Mamamu dan minta suapin sana," Naura jelas kesal."NDAA MAUUU!!" Keempatnya serempak menggeleng. "MAUNYA SAMA TANTEEE!!"Naura yang memegang piring berisi nasi goreng dengan banyak lauk pauk manyun dan terpaksa menyuapi mereka satu persatu. Untung aja Naufal yang besar anteng makan sendiri."Wah sudah pantes punya anak banyak," kekeh Abangnya dengan senyuman geli, duduk tidak jauh darinya."Jangan ngomong sembarangan dong ah!!!" Naura kesal. "Ini coba anakmu bawa sana Bang. Kasihkan Mamanya."Di bagian dalam restoran, keluarganya memang sedang berkumpul sementara Naura berada
"Baby, aku tidak mau lama-lama membiarkan hubungan kita tanpa ikatan resmi. Aku tidak rela jika ada laki-laki lain yang merebutmu dariku.â Naura menutup mulutnya dengan kedua tangan disertai linangan air mata saat Wisnu bersimpuh, mengeluarkan kotak beludru dari saku celananya dan membukanya memperlihatkan cincin berlian yang sangat cantik dan berkilau. âNaura, bersediakah kamu menikah denganku?â Naura tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya saat akhirnya dihadapkan pada momen sakral yang selama ini dinantikannya dari lelaki yang selama satu tahunan ini menjadi kekasihnya dan membuat mereka mendapatkan predikat relationship goals. Wisnu, lelaki yang memiliki perusahaan furniture merupakan sosok yang diimpikannya untuk menjadi calon suami masa depan.Saat ini mereka sedang makan malam romantis di salah satu rooftop hotel bintang lima yang dihias aneka bunga mawar hidup yang harum semerbak. Seharusnya, acara lamaran itu bersifat rahasia tapi dia tidak sengaja mencuri dengar rencana
HATCHIMM!âErrgh, sial!â umpatnya sembari menyeka hidungnya yang meler.Bisa-bisanya dia malah terserang flu dalam keadaan patah hati seperti ini. Rasanya tubuhnya menggigil dan hidungnya mampet. Ini pasti akibat dari berenang malam-malam. Kejadian itu membuat Naura ingin mengeluarkan umpatan dari mulutnya meskipun dia jadi teringat dengan ciuman itu.Naura diam memandangi langit-langit kamarnya dengan tubuh tidak berdaya. Mencoba merenungkan kejadian semalam yang masih terasa seperti mimpi baginya. Di mana letak salahnya saat dia memang belum siap lahir dan batin untuk memiliki anak setelah menikah?Tidak bisakah mereka berdua duduk, membicarakan semuanya baik-baik dan mencari jalan keluarnya bersama bukannya malah adu mulut demi ego masing-masing hingga membuat hubungan mereka renggang seperti ini. Naura memegangi kepalanya dengan dua tangan. Mungkin, dia yang terlalu egois. "Hiihihihihihihihih. Tan-Tan ngomong cendili taya olang gila." Suara cekikikan itu tiba-tiba terdengar. "
âJesââ Naura memberikan kode pada Jessi, sekretaris Wisnu yang duduk di meja kerjanya tidak jauh dari ruangan kantor bosnya.âKamu pahamkan yang aku bilang tadi?âJessi mengangguk,âPaham,Bu. Kalian lagi bertengkar ya,Bu Naura?ââSssttââ Naura menggeleng. âCuma salah paham aja.â Melirik sekilas pintu kantor Wisnu yang saat ini terutup karena dia sedang ada meeting dengan client.âHati-hati loh,Bu.â Naura mengeryit. âSalah pahamnya jangan kelamaanââ Jessi berbisik pelan. âYang mau ngerebut pak Wisnu banyak.âNaura melotot,âIhh, awas aja! Kamu lihat dong cincin iniââ Naura menunjukkan cincin lamaran Wisnu.âKami on the way menikah.ââOhhââ Jessi manggut-manggut sembari membenarkan rambutnya. âSelamat deh,Bu.âNaura mengibaskan rambutnya, melirik sekilas Siska yang nampak tidak senang dengan Jessi yang sudah sibuk sendiri dengan riasannya. Rencananya, dia akan menyelinap ke kantor Wisnu saat kekasihnya itu keluar. Mereka harus mencoba berbicara dari hati ke hati.Klek! Naura menoleh ketika
"Ya Tuhan,kenapa gue apes banget ya!"Naura memegangi kepalanya dengan dua tangan terlihat begitu frustasi sementara sahabatnya, Fransiska, pemilik apartemen yang dia tinggali sementara selama mengajar di Paud sedang duduk santai menikmati kue blackforest sambil bertopang dagu. Mendengarkan saja Naura menumpahkan kekesalannya."Di sana penuh dengan anak-anak yang terlihat susah diatur.""Yaiyalah anak-anak. Kalau nenek-nenek ya namanya panti jompo!"Naura melotot. "Ih serius. Elo tahu kan apa yang gue maksud?!""Lebay." Siska mengunyah blackforestnya. "Cuma elo aja yang menganggap kalau anak-anak itu menyebalkan padahal ya mereka itu lucu dan ngegemesin.âNaura menopangkan dagu, menghela napas panjang. "Keponakan-keponakan gue yang biang onar itu. Setiap mereka datang ke rumah atau pas gue lagi main ke rumah mereka, pokoknya hanya ada keributan aja di sana. Bikin pusing dan sumpek. Belum lagi kalau kakak-kakak gue lagi ngomelin mereka."Siska tertawa membuat Naura keki dan dengan ger
âBeb, ini sih namanya bunuh diri." Naura memutar bola mata sembari mengotak-atik ponsel di tangan saat perias yang sedang menata rambutnya berkomentar."Elo kan gak suka banget sama anak kecil. Udah deh dari pada elo yang pusing nantinya mending angkat bendera putih aja dari sekarang.""Kamu lebay deh, Don. Masa gue harus kalah sebelum berperang sih. No Way!!"Doni Amirah, lelaki berjari lentik di salon langganannya yang bisa menyulap itik buruk rupa menjadi secantik cinderella itu sangat tahu bagaimana tidak sukanya dia dengan anak-anak.Pagi-pagi buta, Naura sudah ada di depan salon Doni padahal jam operasionalnya itu masih beberapa jam lagi hingga membuat Doni marah-marah. Dihari pertamanya bekerja, Naura ingin penampilannya sempurna supaya mudah mempengaruhi anak-anak."Ihh dibilangin juga ih. Gue gak bisa bayangin itu nanti anak-anak bakal lihat wajah monster lo yang galaknya gak ketulungan. Kasihan aja sih sama mereka yang harus berhadapan dengan guru modelan lo gini."âMakany
âBagaimana hari pertamamu bekerja?â Naura yang sedang selonjoran kaki di sofa ruang tamu rumahnya mencebik menjawab pertanyaan Arbella yang datang dari arah dapur dan duduk di sofa tunggal sambil nyemilin kacang goreng. âRusuh.â Arbella tertawa membuat Naura keki dan membuang muka kembali fokus dengan ponselnya untuk mencari tahu kegiatan Wisnu. Tapi sayangnya, sejak satu jam yang lalu tidak ada yang bisa di dapatkannya. âTapi seru kan?â âSeru apanya? Stress sih iya.â Arbella berdecak, âTapi ingat loh ya, mereka itu anaknya orang yang nggak bisa kamu marahin sembarangan. Kamu harus hati-hati dalam berbicara dan bersikap.â âAku sudah berusaha semampuku,â desah Naura. Membayangkan kembali dia harus menahan dirinya sekuat tenaga agar tidak berubah menjadi hulk. âPercayalah, itu semua akan kamu rasakan manfaatnya suatu hari nanti.â âAku tidak peduli,â cibir Naura. âKalau kamu mau menyerah dan pasrah ditinggalkan Wisnu ya kamu berhenti saja.â Naura mendelik. âKamu bilang aja sam
Hari ini lengkap sudah deritanya. Tadi pagi mobilnya mogok, tidak ada seorangpun yang bisa diandalkan untuk datang membantunya selain tukang bengkel hingga akhirnya memilih naik taksi, maag-nya kambuh karena belum makan, kemeja putihnya sudah bercorak saat ini yang bisa aja dia cuci tapi itu malah akan membuat warnanya amburadul jadi terpaksa dia pakai dan akan membuangnya saat berada di apartemen dan sekarang saat pulang, hujan turun dengan derasnya. Sekolah sudah sepi sejak setengah jam yang lalu, Naura memilih berdiri sendirian di gerbang menunggu Fransiska yang akan menjemputnya, di bawah lindungan payung yang dipinjamkan Karen yang motifnya spongebob. Luar biasa sekali Naura meniup poninya. "Apes banget hari ini." Naura memeluk tubuhnya sendiri, memperhatikan sekelilingnya dan hujan seakan mengaburkan pemandangan apapun yang ada di depannya. Saat melihat kemejanya, di mana ada dua corak telapak tangan yang letaknya pas banget di masing-masing bagian dadanya membuat Naura tam
"Tan-Tan, makanan di mulut Keisha sudah habis." Naura menoleh ke sisi kanannya melihat keponakannya membuka mulutnya lebar minta disuapin lagi. "Alby juga mau Tan." Keponakannya yang lain lagi menyahut."Kaisar duluan.""Keylan juga mau Mi."Naura bingung dikeroyok empat anak kecil yang minta disuapin makan sementara dia sendiri juga belum sarapan."Hadoh, kalian ini ngapain sih gangguin Tante. Sana kembali ke Mamamu dan minta suapin sana," Naura jelas kesal."NDAA MAUUU!!" Keempatnya serempak menggeleng. "MAUNYA SAMA TANTEEE!!"Naura yang memegang piring berisi nasi goreng dengan banyak lauk pauk manyun dan terpaksa menyuapi mereka satu persatu. Untung aja Naufal yang besar anteng makan sendiri."Wah sudah pantes punya anak banyak," kekeh Abangnya dengan senyuman geli, duduk tidak jauh darinya."Jangan ngomong sembarangan dong ah!!!" Naura kesal. "Ini coba anakmu bawa sana Bang. Kasihkan Mamanya."Di bagian dalam restoran, keluarganya memang sedang berkumpul sementara Naura berada
selama dua puluh delapan tahun Naura hidup di dunia, ini merupakan malam yang paling mendebarkan baginya. Sensasi saat masuk rumah hantu juga saat dipaksa nonton badut padahal dia benci setengah mampus sama makhuk yang paling disukai anak-anak itu, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sensasi yang dirasakannya malam ini.Berlabihan memang tapi itulah kenyataan yang Naura rasakan. Mau belah duren ciinnn, kan nerveous. Nanti, Naura kudu piye?Bukan berarti dia gak tahu apa-apa, hanya saja saat dia dihadapkan langsung pada malam bersejarah itu, tentu saja Naura merasakan panik.Sejak masuk kamar lebih dulu setengah jam yang lalu, Naura sudah mondar mandir mirip setrikaan uap panas tidak jauh dari tempat tidur king size yang di atasnya penuh dengan taburan bunga mawar dibentuk love begitu juga bath up di kamar mandi. Arjuna menyewa kamar Royal Suite hotel bintang lima yang harga semalamnya mahal gila. Mereka memang sepakat untuk menunda bulan madu karena Arjuna sibuk mengurus kasus pe
Naura merasakan gugup yang luar biasa. Duduk menunggu dalam diam di ruangan yang semuanya serba putih. Mengabaikan kesibukan yang ada diluar dan tenggelam dalam lamunannya sendiri.Naura mengenang masa patah hatinya akibat dicampakkan oleh Wisnu dan rasanya begitu lucu saat ini ketika dia tanpa sadar mensyukuri hal itu terjadi karena Tuhan berbaik hati menunjukkan seperti apa sosok Wisnu sebenarnya sebelum semuanya terlambat.Mengenang pertemuannya dengan Arjuna Ivander dan cara mereka berinteraksi. Tidak menduga kalau semesta menyimpan takdir indah yang disiapkan untuknya. Naura bersyukur menemukan Arjuna, terlebih saat dia tahu kalau ternyata dia menjadi sosok yang begitu mempengaruhi dalam hidup laki-laki itu bahkan setelah bertahun-tahun lamanya tanpa sekalipun mereka bertemu.Sekarang, laki-laki yang dulu dia katain gendeng itu akan menjadi calon suami dan imam masa depannya.âSayangâââ Naura menoleh, berdiri saat Mamanya masuk ke dalam. âAyo kita tunggu di luar karena sebentar l
"Na, bangun. Teleponmu bunyi terus."Naura mengucek matanya, bangkit duduk dan melihat Siska yang duduk di pinggir tempat tidur dengan gelengan kepala."Siapa sih yang nelpon?!"Naura mengambil ponselnya dan mengangkatnya. "Halo, kenapa Ma?""Astaga, Naura. Kamu lama banget sih angkatnya?""Baru bangun Mam, mumpung weekend. Kenapa?""Ini sudah jam sepuluh. Kamu buruan pulang. Ini gawat!""Hah, gawat?" Naura berdiri begitu juga Siska. "Kenapa?""Papa sesak napasâ""Astaga, Papaaa!!" Teriak Naura, menarik Siska bersamanya keluar kamar. "Naura pulang sekarang, Ma." "Kenapa sih?""Sis, antarin gue pulang." Naura bergegas keluar dengan tergesa-gesa. Semoga saja Papanya dalam keadaan baik-baik saja. ***"Papaaaa!!â Teriak Naura yang loncat dari mobil Siska bahkan sebelum mobil itu berhenti sempurna, berlari masuk ke dalam rumah yang pintunya terbuka lebar. Masih dengan kostum seadanya; baby doll, sandal bulunya dan belum mandi bahkan rambutnya masih berantakan juga mata sembab setelah s
"Hmmâ" Rendy berdeham dan tersenyum gugup membuat Naura jadi salah tingkah sendiri. Saai ini mereka sedang berada di salah satu restoran untuk makan siang. "Jadi begini. Awalnya Mas tidak punya maksud apa-apa mengajakmu makan siang seperti ini tapi Mas berpikir kalau mungkin nanti tidak akan punya kesempatan lagi jadi Mas ingin mengutarakan sesuatu yang penting sama kamu." Naura diam mendengarkan seraya meremas tangannya sendiri. "Jadi, Mas mau nanya, apa Mas boleh menjalin hubungan serius dengan Naura?'Naura melongo maksimal. Ternyata duda nomor dua memang menyukainya.Melihat Naura yang belum merespon, Mas Rendy melanjutkan bicaranya. "Maaf kalau membuatmu kaget karena terlalu tiba-tiba. Mas tahu kalau kita baru kenal dan bertemu tapi Mas memiliki niat baik ke depannya. Untuk sekarang, Mas mau kita saling mengenal lebih serius lagi."Berbeda dengan Arjuna,kalau yang ini memang benar-benar duda berbuntut."Hmmâ"Naura bingung, Mas Rendy di depannya tersenyum. "Maaf kalau Mas mengata
Naura buru-buru akan masuk ke dalam lift saat lengannya ditarik mundur dan tubuhnya berakhir dalam pelukan seseorang."Please, jangan pergi. Kasih aku satu kesempatan untuk menjelaskan semuanya."Naura mengusap air matanya, mencoba melepaskan pelukan Arjuna yang teramat erat tapi susah hingga dia harus memukul perut laki-laki itu sampai mengaduh dan melepas pelukannya. Naura ingin menangis lagi karena tahu kalau Arjuna masih merasakan nyeri di tubuhnya tapi di sisi lain dia juga takut.Naura mundur, menjaga jarak dan menunjuk Arjuna. "Siapa kamu sebenarnya?â Ingatan tentang isi dari ruangan Arjuna tadi membayang di matanya. âPenguntit? Stalker? mata-mata? pembunuh bayaran? Agen-agenan?"Mereka saling menatap untuk sesaat sampai Arjuna mengulurkan tangan dan Naura reflek mundur menjauh membuatnya terlihat kecewa. Naura masih takut setelah melihat banyaknya figura foto dirinya yang limited edition yang artinya gak ada di media sosial manapun, menggantung di dalam ruangan kerja pribadi A
âTolong jangan memandangiku seperti itu.â Naura memalingkan wajah, masih sambil mengunyah kentang goreng seraya menunggui Arjuna menikmati bubur yang dia buat. Jengah tapi juga merona dengan tatapannya meski laki-laki itu sama sekali tidak mengatakan apapun. Tapi justru itulah yang membuat jantungnya berdetak semakin tidak terkendali. Rasanya wajahnya sudah hampir terbakar dengan asap yang muncul di kepala, terasa panas. Arjuna dalam versi yang sedatar triplek aja bisa membuat jantung tidak aman apalagi Arjuna dalam mode manis dan romantis. Naura mungkin harus banyak-banyak ngelus dada supaya jantungnya tetap aman. âAku tidak melakukan apa-apa,â kilahnya. âKamu memandangiku terlalu bernapsu,â desis Naura, mengambil kentang goreng dalam jumlah banyak dan memakannya untuk mengalihkan perhatian dari tatapan geli Arjuna. Dia benar-benar malu. Di tatap berbeda dari yang biasa dia lakukan benar-benar membuat perbedaan. âAku hanya tidak percaya, kamu ada di sini, di dalam apartemenku, m
Kombinasi kode apartemen Arjuna angkanya seperti angka ulang tahunnya. Bukan persis lagi tapi sama. Entah itu memang kebetulan atau memang disengaja, Naura juga gak tahu tapi nanti dia harus menanyakannya.Naura membuka pintunya perlahan, sejak beberapa menit yang lalu dia menekan bel tapi tidak ada yang membukakan pintunya jadi dia yang takut terjadi apa-apa, langsung masuk saja. Kalau nanti ternyata dia mendapati Arjuna keluar dari kamar mandi hanya pakai handuk ya Naura tinggal tutup mata. Ngintip sedikit kalau memang memungkinkan.Apartemennya bersih, khas lelaki dengan perabot yang minimalis tapi pas penempatannya. Tidak seperti kaum wanita yang membutuhkan banyak hiasan supaya terlihat lebih semarak.Naura mengedarkan pandangan, tidak ada siapa-siapa hingga membawanya semakin masuk dan menutup pintu di belakangnya dengan pelan. Saat melihat pintu kamar yang terbuka, Naura cepat-cepat mendekat dan tertegun saat melihat Arjuna dalam keadaan babak belur terlentang di atas tempat t
"Bu gulu, kok Papi belum jemput cih?" Keylan mulai tidak sabaran."Duh, ya mana bu guru tahu, Papimu kemana!" Naura yang sejak satu jam lalu menemani Keylan menunggu jemputan di gazebo juga mulai tidak tenang. Tidak biasanya Arjuna terlambat menjemput Keylan selama ini. Naura menarik ponsel di saku blazernya untuk mencoba menghubungi Arjuna.Keylan yang melihatnya mengeluarkan ponsel langsung bergeser mendekat dan mendekatkan wajahnya."Telpon Papi ya, Bu?" "Ssst, anak kecil diem dulu!" Naura berdecak karena panggilannya terhubung mailbox. Dicobanya beberapa kali tapi tetap sama. "Yah, nggak diangkat."Keylan langsung cemberut dengan kepala tertekuk."Apa Papi lupa jemput Key?" tanyanya dengan tampang sedih.Naura berdecak,"Papimu belum tua. Nggak mungkin Papimu lupa sama anak sendiri. Mungkin dia lagi ada kerjaan mendadak.""Terus, Key gimana,Bu?" Keylan sudah hampir menangis. "Key kan pengen cepet ketemu Mama di lumah.""Mamamu sudah pulang ya?" tanya Naura penuh selidik.Keylan m