Home / Urban / TERAPIS MUDA SANG NYONYA / MENEBUS BRONDONG MUDA

Share

MENEBUS BRONDONG MUDA

Author: Agus Irawan
last update Last Updated: 2023-08-06 03:17:05

Roman lantas menemui ibu kasir, dan menanyakan perihal ia di panggil oleh sang kasir ke depan panti itu.

"Apa Ibu memanggil saya?" tanyanya ragu.

"Ya, saya memanggilmu," Kasir itu mengeluarkan selembar kertas beserta bolpoin, "Tolong tanda tangani slip gaji terakhir kamu," pintanya.

"Apa maksud Anda? Slip terakhir?" Roman bingung pada kasir itu. "Saya masih bekerja di sini, apa maksudnya semua ini?" tambahnya mengulang pertanyaan.

Roman masih enggan menandatangani slip penerimaan gajinya. Pasalnya dia masih ingin bekerja di panti itu. Tidak berselang lama Silvia menghampiri Roman, memberitahu alasan mengapa Roman harus menanda tangani slip gaji itu.

"Ada apa sayang? Kenapa kau tidak mau menandatangani itu?"

"Ada apa ini sebenarnya? Kenapa saya harus menandatangani ini Tante?" tanyanya dengan heran. Sambil menatap pada selembar slip gajinya.

"Kau sudah kutebus dari Tuanmu, sekarang kau milik saya seutuhnya. Bukankah, kau sudah bersedia untuk tinggal bersamaku menjadi Seorang Pria simpanan?"

Roman tercengang mendengar pernyataan Silvia yang telah menebusnya dari sang pemilik panti pijat ini.

"A--apa aku tidak salah mendengar?"

"Tentu saja tidak, kau sudah kutebus. Ayo ikut bersamaku!" ajak Silvia, "Jangan menolak, sekarang kau milikku seutuhnya." sambil tersenyum puas menatap Roman pria brondongnya.

Semua orang di sana tercengang saat mengetahui Roman telah menjadi simpanan Tante-Tante, bahkan mereka sama sekali tidak menyangka kalau Silvia--sang Tante tamu istimewa di panti pijat itu melabuhkan pilihan pada Roman.

"Ayo cepat kau jangan berdiam diri di sini, tanda tangani dan bersiaplah pergi bersamaku," Silvia mengalihkan perhatian Roman.

Roman tersadar dari lamunannya, dia sama sekali tidak menyangka jika dia akan dibebaskan dari panti pijat tempat dia mengais rezeki setiap hari.

"Baiklah, jika ini maumu Tante. Saya akan ikut denganmu," ucapnya setuju.

Setelah menyetujui itu, ia pun membubuhkan tanda tangan di slip gajinya. Tidak berselang lama notifikasi M-banking masuk ke ponselnya menandakan jika gajinya telah berhasil di transfer oleh perusahaan panti pijat itu.

"Ayolah ... mulai saat ini akan kuberikan pasilitas untukmu, Apartemen, mobil dan uang setiap bulannya." ucap Silvia menggandeng tangan pria yang jauh lebih muda darinya.

"Terima kasih, tapi sebenarnya aku juga bisa bekerja jadi kau tidak perlu memberikan uang untukku. Jika hanya apartemen dan mobil yang kau berikan aku pasti terima. Tapi tidak dengan uangmu."

Roman menolak pasilitas berupa uang tiap bulan.

"Kenapa kau menolak? Bukankah sudah aku katakan aku tidak suka penolakan Roman?!" tegas Silvia tidak mau dibantah.

"Berikan saya pekerjaan yang layak, saya hanya ingin mendapatkan uang hasil dari keringat saya sendiri," ucapnya menolak secara halus.

Silvia pun tidak bisa memaksakan kehendaknya, "Baiklah, aku tidak akan memberimu uang per bulan."

"Baguslah, memang itu yang kuharapkan," balas Roman terus berjalan bersamaan.

Kini Roman dan Silvia telah sampai di sebuah apartemen megah, dan cukup terkenal di kota itu. Roman dibuat bingung oleh Silvia, rasanya ini mimpi baginya.

"Kenapa kita malah datang kemari? Apa tempat tinggal Tante di sini?" tanyanya menatap heran pada Silvia.

Silvia tertawa melihat Roman yang keheranan. Pasalnya, saat ini berdiri di antara bangunan pencakar langit tempat tinggal orang-orang ternama di kota itu.

"Di sini tempat tinggal kita Roman, ya di sinilah kau akan tinggal bersamaku."

"Jadi, kau benar-benar menginginkan aku jadi simpananmu?" tanya Roman memastikan. Awalnya ia mengira Silvia tidak serius padanya.

"Tentu saja, apa kau pikir aku bercanda? Cepat, ikutlah denganku!" Silvia beranjak lebih dulu dari pria muda itu.

Roman pun mengekor dibelakang Silvia, hingga memasuki sebuah lift penghantar ke lantai paling atas di mana di sana unit tempat tinggalnya terletak.

"Ayolah Roman," Silvia meraih tangan simpanannya itu, dan mengajaknya masuk ke sebuah unit apartemen tersebut.

"Baiklah," gugupnya.

Saat ini mereka berada di dalam unit itu, sesampainya di dalam tempat tinggal barunya. Roman langsung di ajak berhubungan layaknya pasangan kekasih pada umumnya oleh Silvia.

Namun, Roman berdalih kelelahan. Padahal, Roman masih berhati-hati terhadap Silvia yang tiba-tiba masuk ke dalam kehidupannya, dan mengubah hidupnya.

"Sepertinya saya tidak bisa melakukannya Tante, apa tidak sebaiknya kita langsung beristirahat saja?"

Mendapatkan penolakan itu, Silvia geram pada Roman. "Aku sudah membelimu Roman. Jadi, aku berharap atas dirimu!" tegasnya tidak mau dibantah.

"Tapi Tante ... saya tidak ingin seperti ini, saya tidak mau. Jika saya hanya menjadi simpananmu!" ujarnya berterus terang.

"Apa maksudmu Roman?"

Saat Silvia bertanya seperti itu padanya, Roman menelan kembali ucapannya. Lantaran, ia tidak ingin Silvia marah lagi.

"Tidak, bukan apa-apa Tante," elaknya mengalihkan, "Mari kita beristirahat," bujuk Roman.

"Tentu ... mari," Silvia merangkul pinggang sang simpanan.

Mau tidak mau Roman harus melayani Silvia malam itu, dan memuaskan Tante yang haus dengan kasih sayang.

"Aku suka dengan gayamu ini Roman, kau sangat menggairahkan sayang," Silvia menari dengan lingerienya tepat di pangkuan Roman. Berusaha membangkitkan hasrat sang pria mudanya.

Semakin lama Roman terpancing dengan permainan sang janda kaya yang menjadikannya simpanan, bulu roma semakin berdiri menandakan hasratnya mulai bangkit pada sang Tante.

"Emmmm...."

Bahkan tanpa mengaba-aba dia mencium bibir ranum Tante Silvia, bak gayung bersambut Silvia membalas pagutan itu.

"Ahhhhhhhhh, sudah kuduga kau hanya malu. Tapi, sebenarnya kau mau seperti ini denganku Pria muda." ujar Silvia meraba wajah Roman.

Perlahan Silvia mulai mencengkeram punggung leher Roman, agar memperdalam ciuman itu. Seiring berjalannya waktu pagutan itu semakin panas, bahkan Roman lupa daratan dia begitu menikmati keindahan malam itu hingga pagi menjelang.

*****

Sinar mentari menerawang masuk lewat jendela kaca kamar apartemennya, membangunkan Roman, dan Silvia yang masih terjaga di balik selimut yang menutupi tubuh polosnya.

Perlahan Roman membuka matanya, ia menatap dengan sayu wajah perempuan yang nyenyak di sampingnya.

"Kau begitu menggairahkan Tante," bisiknya pelan, "Tapi, aku masih belum yakin ini kenyataan. Bagaimana aku akhirnya bisa lepas dari jerat panti pijat itu?"

Tiba-tiba saja Silvia membuka mata, dan mendaratkan ciuman di bibir Roman.

"Apa kau masih belum yakin, kalau saat ini kau sedang bersamaku?"

Roman terkesima dengan perlakuan itu. "Ya, sekarang aku yakin, Tan-tante..."

"Baguslah kalau kau sudah yakin, mari bangun. Gendong aku ke kamar mandi, kita sama-sama membersihkan diri,"

Mengingat dia telah ditebus dari pemilik panti pijat yang selama ini menekannya. Ia pun berusaha membalas jasa Silvia dengan cara memuaskannya.

"Baiklah, mari kita melakukan hal-hal yang kau senangi," selorohnya bangkit, dan menggendong Silvia dengan lengan kekarnya.

Sejak saat itu mereka hidup bersama, di satu atap yang sama. Tapi, ada hal yang tidak diketahui oleh Roman, yakni latar belakang keluarga Silvia dan apakah dia akan diterima di keluarga perempuan yang jauh lebih tua darinya itu?

Related chapters

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   MENGENAL TANTE LEBIH DALAM

    Dua hari kemudian semenjak Roman tinggal di apartemen dan dijadikan simpanan tante Silvia, dia hanya bisa melakukan aktivitas seadanya. Silvia melarangnya bekerja. Padahal, Roman tidak mau hidup dibawah aturan sang pacar.Meskipun, secara finansial Roman jauh dibawah Silvia dia tidak ingin hanya berdiam diri tanpa bekerja seperti biasanya.Jadi, pagi itu, Roman bangun lebih dulu dari sang pacar, dan menyiapkan segala sesuatu yang di butuhkan kekasihnya. Semua itu tentu saja bukan karena keinginannya melainkan cara ini ia gunakan supaya bisa ikut dengan Tante Silvia untuk bekerja."Apa yang kau lakukan, Roman?" tanya Silvia berdiri di ambang pintu kamar saat mengetahui Roman tengah menyiapkan sarapan pagi itu.Roman tersadar, ia menoleh dan tersenyum menyambut Silvia. "Akhirnya kau bangun juga Silvia," ucapnya seraya mengulurkan tangan, "Kemarilah, lihatlah aku siapkan semua ini untukmu."Silvia datang mendekat, "Ya, aku tahu kau menyiapkan semua ini untukku, tapi untuk apa kau melak

    Last Updated : 2023-08-09
  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   SIAPA DIA?

    "Sangat penting bagimu dan juga penting bagi kita," Fred tersenyum menatap Silvia.Merasa jadi orang ketiga di antara keduanya, Roman sedikit mundur berniat pergi dari ruangan tersebut. Namun, Silvia melarangnya."Kau mau ke mana Roman? Jangan pergi jika bukan aku yang meminta," cegah Silvia.Sedangkan Fred menginginkan Roman pergi dari sana. "Pergilah! Jangan mengganggu kami yang akan rujuk, kau hanya seorang simpanannya, sedangkan aku masih suaminya." "Tutup mulutmu Fred!" sentak Silvia marah. "Kenyataannya kau dan aku bukan siapa-siapa lagi Fred, berhentilah mengharapkan aku, karena aku sama sekali sudah tidak memiliki perasaan sedikitpun!""Tapi aku masih cinta sama kamu Silvia." "Aku sudah tidak mencintaimu Fred, aku membencimu!" kesal Silvia terhadap Fred, yang tidak mau mengerti.Melihat situasi yang semakin pelik antara Silvia dan mantan suaminya. Roman memutuskan pergi dari sana. "Cukup! Lebih baik kalian selesaikan masalah kalian, aku tidak ingin ikut masuk dalam drama Rum

    Last Updated : 2023-08-22
  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   MENCARI PERLINDUNGAN

    Jalanan sepi malam itu membuat Roman kesusahan untuk meminta pertolongan, terlebih lagi Fred berhenti, dan berniat menangkap Roman kembali."Aku harus meminta pertolongan pada siapa, tidak mungkin aku menghubungi Tante Silvia, dia tidak akan percaya padaku." ia bergumam sambil berjalan dengan susah payah.Sementara itu Fred berlari ke arahnya, melihat Fred mengejarnya Roman langsung sigap masuk ke dalam hutan yang dekat dengan jalanan itu."Hei! Jangan lari!" Fred berlari dengan cepat, tapi sayangnya Roman telah masuk dalam hutan.Fred mendengus kesal, "Sial! Rupanya Pemuda itu berusaha kabur dariku, tapi lihat saja aku tidak akan membiarkanmu hidup," umpatnya.Fred ikut masuk ke dalam hutan mencari Roman, "Hei Pemuda tidak punya moral, keluarlah!" Namun, Roman tetap bertahan di dalam semak-semak, meskipun lukanya parah dia tetap berusaha bersembunyi.Tapi, Fred terus mencarinya hingga ia melihat tetesan darah di dedaunan yang menuntunnya untuk menemukan Roman, Fred pun menelusuri ti

    Last Updated : 2023-08-23
  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   MENGKHAWATIRKAN ROMAN

    'Halo ... untuk apa kau menghubungiku di saat seperti ini?!'NIT!Silvia mematikan ponselnya, dia sangat emosi ketika menerima ponsel dari mantan suaminya. Kemudian, Silvia mendekati ruangan rawat itu, sambil meracau mengkhawatirkan Roman."Roman, sebenarnya apa yang terjadi padamu. Kenapa kamu bisa menjadi seperti ini?" Silvia menatap nanar pada sang kekasih yang terbaring lemah di dalam ruangan rawat itu.Wajahnya terlihat begitu mengkhawatirkan pria yang terbujur kaku, mempertaruhkan hidup matinya bergelut dengan mesin medis yang entah bisa menyelamatkan hidupnya, atau tidak.Saat itu Silvia hanya bisa berharap keajaiban datang menyelamatkan kekasihnya.Drtttt...Terdengar ponsel bergetar mengalihkan perhatian Silvia, lagi-lagi si pembuat suasana hatinya berubah itu datang menelepon lagi.Suara di seberang sana terdengar menggema, dan sangat ingin mengetahui keberadaan Silvia.'Kenapa kau sangat susah di hubungi, di mana kamu sekarang?' suara itu terdengar begitu tegas dari seberan

    Last Updated : 2023-08-24
  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   MENCURIGAKAN

    Silvia lantas menoleh pada sumber suara yang sangat familier baginya, raut wajahnya tiba-tiba saja berubah saat melihat orang yang tidak dia harapkan datang."Kamu? Ngapain kamu datang kemari, dan tahu dari mana kalau aku berada di sini?"Fred berjalan mendekat, berusaha merangkul tangan Silvia. "Tentu saja aku tahu kau berada di sini, karena aku mengikuti Selina--Putri kita,""Dad's ... bukannya kamu bilang akan pergi ke kantor, ya? Tapi kenapa malah menyusul Selin?""Daddy mengkhawatirkan kamu Nak, terlebih lagi Daddy ingin bertemu dengan Mommymu. Daddy sangat merindukan kebersamaan kita yang dulu," ucapnya seraya menatap Silvia, "Apa kau tidak merindukan kebersamaan kita Silvia?""Tidak sama sekali!" jawabnya ketus.Ceklek!!!Mereka mengalihkan perhatian saat seorang dokter keluar dari ruangan IGD. Terutama Silvia langsung melempar pertanyaan soal kondisi Roman, brondong kesayangannya."Bagaimana dengan keadaannya sekarang, 'Dok?"Selina ikut bertanya, "Apa dia baik-baik saja Dok?"

    Last Updated : 2023-08-26
  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   DIKEKANG TANTE SILVIA

    Mendengar Roman bersikukuh ingin bertemu dengan perempuan yang menolongnya, Silvia naik pitam dia sangat murka pada Roman."Ya, sudah kalau kau tetap ingin bertemu dengan Perempuan itu. Aku yakin sampai kapanpun tidak akan pernah bertemu!" tukas Silvia kesal.Lalu pergi meninggalkan Roman dengan kecewa, "Sial! Kupikir hanya aku yang menyelamatkannya. Ternyata ada Orang lain, tapi siapa sebenarnya yang membawa Roman ke Rumah Sakit, apa Perempuan itu suruhan Fred?" gumam Silvia beranjak pergi.Silvia berjalan di koridor rumah sakit, saat itu datang dua pria berbadan kekar menghampirinya."Nyonya Silvia," panggil salah seorang dari dua pria itu.Silvia menghentikan langkahnya. "Ya, siapa kalian?" sambil menatap dari ujung kaki hingga ujung kepala dua pria itu."Perkenalkan saya Daniel, dan ini rekan saya," pria bernama Daniel itu menunjuk pada rekan kerjanya yang berdiri di sampingnya."Saya Zevin, Nyonya," sambung pria itu.Silvia berusaha mengingat-ingat, tiba-tiba saja ia teringat pad

    Last Updated : 2023-08-26
  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   BERTEMU SANG TERAPIS

    BYUR!!!Roman membuka matanya saat seseorang menyiram wajahnya dengan seember air."Kenapa Tuan, ada masalah apa denganku?" tanya Roman lemah, sambil merasakan perihnya luka di wajah yang tersiram air.Pria itu tersenyum menyeringai meraup dagu pemuda malang ini."Masalahnya kau meninggalkan panti Roman, coba saja kau tidak bermain dengan Perempuan itu. Mungkin saja panti pijat saya tidak sesepi sekarang," "Lalu kenapa kau menyalahkan aku? Bukankah kau yang telah menjualku pada Tante Silvia?"BUGH!Pria itu memukul perut Roman, hingga kesakitan. "Beraninya kau menyalahkan aku?!" tukas pria pemilik panti pijat itu, "Mulai sekarang kau akan bekerja padaku, wahai budak murahan."Pria berperawakan tinggi itu mendorong Roman hingga ambruk, lalu pria itu pergi dengan ditemani dua orang ajudannya."Ayo tinggalkan dia, jangan kasih dia makanan apapun!" pria itu pergi meninggalkan Roman yang dibiarkan terkurung

    Last Updated : 2023-08-30
  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   TAKUT DENGANMU

    Sebuah kaki jenjang di hiasi sepatu heels merah melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan pijat, di mana di sana sang terapis sudah menunggunya. "Kau boleh pergi!" perintah Silvia pada seorang yang mengantarnya. Perlahan ia berjalan mendekati Roman yang terus menundukkan kepalanya."Kenapa kau, tidak berani menatapku? Takut padaku Hem?" sinis Silvia marah pada Roman yang tanpa ada penjelasan pergi darinya.Roman masih diam saja, tidak berani menatap perempuan yang dicintainya itu.Merasa kesal pada Roman, Silvia pun langsung meraih dagu Roman, hingga membuat wajahnya mendongak. "Jawab aku Roman, kenapa kau pergi begitu saja?""Tan-tante ... aku takut dekat denganmu, sebab begitu banyak Orang yang menentang hubungan kita." lirihnya dengan bibir bergetar.Silvia mengerutkan kening, pasalnya selama ini ia tidak tahu apa-apa yang di hadapi kekasih berondongnya ini."Kenapa kau musti takut, apa ada Orang yang mengancam kamu?"

    Last Updated : 2023-08-31

Latest chapter

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   DINAMIKA KEHIDUPAN

    Sorot mata Silvia semakin tajam ketika melihat Fred dan Selena bertengkar di hadapannya, pasalnya ia meminta bertemu dengan Fred bukan ingin melihat pertengkaran mereka tapi ingin menuntut Fred mengakui di hadapan publik kalau sebenarnya mereka telah bercerai jauh sebelum ia mengenal cucu pengusaha terkenal kaya raya itu. "Hentikan!!!" Silvia berteriak demi menghentikan pertengkaran di antara mereka. "Kedatanganku kemari bukan untuk melihat perkelahian kalian, aku hanya minta kau klarifikasi di depan publik!" tukasnya geram. Namun, permohonan Silvia mendapatkan penolakan. Karena Fred bersikukuh masih ingin Silvia kembali seperti dulu. "Klarifikasi? Tidak akan ada Silvia! Aku hanya ingin kita kembali seperti dulu!" Silvia mengepalkan tangannya ia merasa frustasi. "Kita tidak akan pernah bisa Fred, kau mengerti? Seandainya dulu kau tidak melakukan hal bodoh, mungkin aku masih mau bertahan denganmu tapi kau berkhianat dengan jalang ini!" "Aku bukan jalang, Kau yang tidak

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Rumor dan Fitnah

    "Tuan, saya mohon berikan saya kesempatan," Dian memohon tatkala ia dipecat oleh Rezenzo "Tuan..." Tok! Tok! Tok! Perempuan itu terus mengetuk pintu supaya si pemilik rumah itu mau membukakan pintu untuknya, namun usahanya itu nihil. Malah yang keluar menemuinya bukanlah Rezenzo tetapi dua orang ajudan yang bersiap mengusirnya secara paksa. "Tolong pergi Dian! Kau sudah diperingatkan sejak awal bukan? Tapi, kenapa kau malah melanggarnya?" salah seorang dari dua orang itu menatap Dian, ia merasa kasihan namun tidak mungkin menolong perempuan itu. "Saya tahu saya salah, tapi..." "Pergilah, kami mohon jangan persulit pekerjaan kami!" usir pria itu dengan suara baritonnya. Dian menunduk pasrah, ia pun segera pergi meninggalkan rumah itu, bahkan dia di larang untuk memberi tahu Roman soal pemecatan ini. Sementara ketika dia pergi, Roman masih dalam perjalanan pulang, Pemuda itu sangat bahagia sekali setelah sekian lama ia bertemu kembali kekasihnya. "Aku bersumpah... kali

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Pergi Menuju Tempat yang Lain

    "Aaaa... ayolah beritahu aku," Silvia bersikap manja pada Roman, meski usianya jauh lebih tua dari kekasihnya tapi jika saat bersama pria yang dicintainya ia akan jauh lebih manja. "Sudahku bilang kalau sekarang aku beritahu, namanya bukan kejutan. Makanlah terlebih dahulu setelah ini kita akan pergi..." Dengan sedikit memoncongkan bibirnya perempuan mengangguk, "Hm... baiklah," Roman meraih kedua tangan Silvia ia berbicara dengan bersungguh-sungguh sambil menatap wajah perempuan itu. "Aku ingin, kau dan aku secepatnya menjadi kita," "Hah? Gimana-gimana maksudnya?" Silvia masih heran dengan kalimat yang ambigu itu. "Aku ingin secepatnya kita Menikah." ucap Roman memperjelas. "Kau serius, dalam waktu dekat ini?" Silvia meneliti wajah kekasihnya yang justru terang-terangan mengajak nikah. "Apa kau tidak percaya padaku?" tanya Roman malas saat tanggapan Silvia tidak sesuai harapannya. "Iya percaya, maaf... aku hanya kaget saja." balas Silvia lembut. "Iya aku ingin menik

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Pertemuan Setelah Lama Terpisah

    "Bagaimana apa kau masih akan mengundurkan diri dari kerja sama ini?" ejek Roman kembali dengan senyuman. Dengan terpaksa Fred tetap bertahan dengan kerja sama yang telah berlangsung itu,"Tentu saja aku akan bertahan, aku bukan Orang bodoh!" ujar Fred menyombongkan diri. Kemudian ia menoleh pada sekretaris dan tangan kanannya, "Ayo kita pergi dari sini!" ajaknya dengan penuh kekecewaan. Mereka pun mengangguk lalu bangkit menyalim tangan Roman sebagai bentuk penghormatan terhadap tuan rumah yang mengadakan rapat itu, sedangkan Fred hanya diam dengan sikap angkuhnya dia sangat tidak menyukai suasana ini. Pada saat Fred dan karyawannya akan keluar dari ruang rapat itu, pria muda itu kembali mengejeknya, "Apa begini caramu? Sopan kah meninggalkan rapat penting yang belum usai?!" Fred tiba-tiba menghentikan langkahnya, "Sit!" sambil menepuk tangannya di udara menandakan kalau ia sangat marah. Sementara Roman bersedekap tangan sambil tersenyum licik menikmati rasa kesal musuhny

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Keadaan telah Berubah

    Silvia teramat sangat senang setelah mendapatkan kabar baik ini ia bahkan ingin secepatnya bertemu dengan kekasihnya. Namun, Silvia masih terhalang restu dari kakek Rezenzo, ia kembali dengan raut wajah sedih setelah mengingat soal Rezenzo menentang hubungan itu. "Sampai kapan Tuan Rezenzo akan seperti ini? Memandang aku dengan sebelah mata... aku harus melakukan sesuatu agar pria itu mau merestui hubungan ini," gumam Silvia merasa sesak. Mengingat pria kaya yang ternyata kakek dari kekasihnya itu sangat tidak menyukai Silvia, tapi bukan karena ia miskin namun karena perbedaan umur yang cukup sangat jauh. Akan tetapi... semua ini tidak akan menyurutkan semangat Silvia begitu saja. *** Hari ini perintah yang diterima Dian berjalan dengan baik, bahkan ia pun kembali ke kantor dengan berita yang menggembirakan, Roman memberikan Dian apresiasi berupa hadiah uang tunai dengan dalih untuk diberikan kepada orang tua Dian. "Kau hebat Dian, saya senang dengan keberhasilan mu. Tapi ti

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Berusaha Meraihnya Kembali

    Ceklek!!! Suara pintu dibuka oleh seseorang mengalihkan perhatian Rezenzo yang telah menunggu ke datangan perempuan itu. "Tuan, memanggil saya?" tanya Dian masih berdiri di ambang pintu. "Kemarilah saya ingin bicara denganmu, empat mata!" dengan tangan melambai ke arah Dian. Perempuan itu mendekat dan membungkuk di hadapan Rezenzo, "Apa yang ingin Anda bicarakan Tuan?" "Saya punya tugas untukmu, laporkan semua kegiatan Roman jika sedang berada diluar kantor, paham?!" bisik Rezenzo pelan dan sedikit mengancam, "Aku sengaja menunjuk kau Dian, lakukan pekerjaanmu dengan baik, aku percaya kau akan setia padaku." Dian terdiam dia merasa bingung atas permintaan Rezenzo, sedangkan di sisi lain ia telah berjanji pada Roman agar membantunya. "Huh! Bagaimana ini?" gumam Dian pelan. "Bagaimana kau bisa Dian?" tanya Rezenzo meyakinkan. Dian menatap kembali pada Rezenzo memasang gesture wajah lelah tapi tidak ingin menyerah, "Baiklah Tuan... saya akan berusaha sebisa saya," ucap

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Kesepakatan

    "Bagaimana ini Tuan? Cucu Anda tidak mau menjadi Direktur di perusahaan ini, sedangkan Anda telah mengumumkan pada seluruh karyawan di kantor dan para kolega kita," ucap pak Rusli tampak khawatir terhadap penolakan Roman. "Nanti biar aku pikirkan lagi, aku pastikan Roman akan menjadi Direktur di perusahaan ini. Kau jangan khawatirkan tentangnya," Rezenzo bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruangan rapat itu. Roman yang sedang kesal kini berada di ruangan kerja sang kakek tampak menatap jauh ke luar tirai jendela kantor megah itu. "Apa kau masih marah pada Kakekmu yang sudah Tua renta ini Roman? Kalau bukan kau yang menjadi Direktur di perusahaan ini siapa lagi?" Rezenzo berkata dengan lembut dan pura-pura terlihat lemah agar sang cucu merasa kasihan padanya. Namun, Roman tidak peduli padanya. Karena tujuan Roman bukanlah untuk jabatan, tujuan utama dia adalah untuk Silvia, karena dengan Dian yang menjadi asisten pribadinya maka semua yang direncanakan akan berjalan mulus.

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Harus Memiliki Kekuasaan

    Roman terdiam ketika pelayan itu berbicara seperti itu padanya, tapi ia juga berusaha memahaminya dengan serius. "Harus menjadi apa? Kau pikir aku harus apa?" Roman semakin bingung dengan maksud pelayan itu. "Astaga Tuan... pintarlah sedikit, kau punya segalanya! Oke, saya akan katakan pada Anda tidak akan pakai klue-klue lagi, Anda harus memiliki kekuasaan!" tandas pelayan bernama Dian itu. Menurut Dian dengan kekuasaan yang Roman miliki, ia akan semakin leluasa bertindak dalam hal apapun jika ia mau, tentu saja dalam hal ini Roman akan bisa berhubungan dengan mulus bersama Silvia tanpa takut akan halangan apapun. "Ternyata kau pintar Dian," ucap Roman menoyor kepala pelayan itu, "Saya suka dengan cara berpikirmu." "Pintarkan saya?" ujar Dian berbangga diri. "Oke, kali ini kau setuju kalau kau pintar." Roman terkekeh senang, akhirnya ia memiliki jalan untuk segera menyatukan hubungannnya dengan sang kekasih. *** Esok pagi pun telah menyapa kembali, dan hari ini Rom

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Sedikit Pencerahan

    "Tuan, lebih baik Anda menuruti perintah Tuan besar. Tolong jangan persulit pekerjaan saya," seorang pelayan tampak memohon pada pria muda itu agar menemui kakeknya. Roman masih berdiam diri dan acuh di dalam kamarnya. "Tuan, sebenarnya apa masalah kalian? Ceritakan pada saya, saya janji akan membantu Anda," Pelayan yang sebaya dengan Roman masih mencoba membujuk agar tuannya menurutinya, dan memperlancar pekerjaannya. Ceklek!!! Roman kembali membuka pintu kamarnya, "Kau pikir, kau bisa membantu masalahku? Jangan seolah kau serba tahu tentang masalahku, sana pergi! Saya tidak akan menuruti keinginan tua Bangka itu!" "Tuan, ayolah saya mohon... jangan persulit pekerjaan saya," perempuan itu memohon padanya dengan memelas. "Ada keluarga yang harus saya biayai agar dapat bertahan hidup, apa Anda akan Setega ini. Saya tidak mau dipecat hanya gara-gara saya tidak bisa membujuk Anda Tuan." Roman terdiam dan mengamati perempuan yang memelas di hadapannya, ia berpikir kakeknya s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status