Home / Fantasi / TEPI HARAPAN / Bab 5. Lamunan

Share

Bab 5. Lamunan

Author: Hai Irwan
last update Last Updated: 2021-06-17 21:27:16

Mereka berempat berjalan beriringan meninggalkan kantin. Sambil dalam hati Fernando mengumpat atas kelakuan semua orang yang memandang rendah Dandi. Sesampainya ditaman mereka memilih untuk beristirahat sejenak sambil duduk di bawah pohon.

"Hey Dandi, kenapa sih kamu memilih diam padahal mereka sering mempermalukanmu dan mengolok-olok kamu? Sesekali kita beri merepa pelajaran lah!" Fernando yang tidak terima dengan apa yang baru saja terjadi membuka obrolan dengan sedikit emosi.

"Iya, kamu harus berani. Dan jangan diam saja" Aldi yang tidak kalah emosinya ikut menyayangkan Dandi yang selalu mengalah dan diam ketika mengalami intimidasi dari orang-orang.

"Hmmm... tidak apa-apa kok. lagian yang merka katakan tidak sepenuhnya salah. Aku memang miskin, berpenampilan kampungan dan banyak lagi kekuranganku." Dandi menghela nafas panjang dan menatap ke arah awan sembari menjawab dengan tenang.

"Ya tapi kan..."

"Sudahlah, lagian kekerasan bukan jalan terbaik. Hanya waktu yang aku butuhkan. Aku akan menyelesaikan studyku, dan semoga kelak aku mampu merubah keadaan ini." Belum sempat Fernando mendebatnya, Dandi langsung memotong kalimat itu dengan pernyataan yang penuh arti. Dan seketika semua temannya diam tanpa kata, hanya senyum kebanggaan diwajah mereka.

"Aku pasti akan membantumu bro Dandi." kata Fernando sambil menepuk pundak Dandi pelan.

"Kami juga!" Kata Brian dan Aldi bersamaan menghangatkan suasana.

"Terimakasih teman-teman." Dandi tersenyum lega. Ia juga sangat tersentuh, memiliki teman seperti mereka adalah anugerah baginya.

Hari berikutnya Dandi berangkat lebih pagi, sebab semalam ia tidur lebih awal lantaran tubuhnya masih terasa sakit akibat serangan gerombolan Juan kemarin.

"Aku berangkat Bu..." Teriak Dandi sambil keluar pintu rumah. 

"Iya nak, hati-hati ya.." suara ibu Dandi dari dalam rumah, yang sedang mencuci piring.

Tanpa disadari Dandi sedang melintas di depan rumah Rena. Dan seketika ia ingat peristiwa yang menimpa keluarga Rena kemarin.

'oh iya, bagaimana kabar Rena ya? Kemarin kan dia menjenguk saudaranya yang sakit di luar kota. Apa dia sudah pulang dan akan masuk kuliah hari ini?' Dalam hati Dandi mencemaskan Rena. Dandi dan Rena adalah teman sejak mereka masih kecil. Rena yang keluarganya cukup mampu dalam segi materil tidak ragu untuk berteman dengan Dandi. Seperti kedua orangtuanya, yang juga terkenal ramah kepada semua tetangga. Termasuk keluarga Dandi. 

"Duaarrrr...!!"

Suara yang tak asing bagi Dandi mengagetkannya dari lamunan. Dan membuatnya sedikit terlumpat dari posisinya berdiri.

"Ahh.. Rena, kamu membuat kaget saja."

Ekspresi kaget Dandi justru membuat Rena tertawa cekikikan. Rena memang gadis yang cantik, ceria dan mudah bergaul dengan siapapun.

"Haha... Siapa suruh pagi-pagi begini melamun didepan rumah orang? Apa jangan-jangan kamu menghawatirkan ku ya?" Tanya Rena dengan nada manja, sambil menatap mata Dandi dekat.

"Ahh.. kau ini terlalu percaya diri Ren. Aku khawatir sama ibu kamu yang saudaranya sedang sakit" Dandi tidak bisa menahan gugupnya saat Rena menebak apa yang difikirkannya ternyata sangat tepat. Dan cepat-cepat dia mencari alasan sambil melempar muka ke arah lain.

"Hmmm... Iya begitulah, Mama baik-baik saja kok. Lagian kemarin saat kami pergi menjenguk paman ku, kondisinya sudah mulai membaik. Sudah, kamu tidak perlu ikut memikirkannya." Rena menjelaskan kondisi yang sebenarnya dengan cukup detil.

"Terimakasih kamu mau berempati sama mamaku, tapi aku sebenarnya berharap kamu mengkhawatirkan ku juga lho" Rena masih meneruskan obrolannya dan sedikit mengatakan kalimat candaan kepada Dandi, sambil tersenyum dan menyikut pelan lengan Dandi.

"Hmmm... Jadi begitu, syukurlah jika tidak ada hal buruk yang terjadi. Soal menghawatirkanmu? Emmm... mungkin sedikit sih Ren." Dandi membalas candaan Rena sambil tersenyum dan berjalan meninggalkannya.

"Iihhh... Dasar kau, teman macam apa kau ini Dandiiii..." Dengan raut muka kesal Rena mengejar Dandi dengan sedikit berlari..

"Hahaha... Siapa suruh kamu terlalu percaya diri Ren.." Dandi pun berlari menjauh setelah melihat ekspresi kesal dari wajah Rena yang mencoba mengejarnya...

Dandi dan Rena biasa bercanda gurau bersama. Mereka selalu berangkat dan pulang kuliah bersama. Maka perjalanan akan sangat terasa membosankan jika salah satu dari mereka tidak masuk kuliah.

Related chapters

  • TEPI HARAPAN   Bab 6. Lelaki Tak Dikenal

    Hari-hari dikampus masih saja seperti biasa, Dandi selalu menjadi korban bully dari para mahasiswa, terkecuali teman-teman yang mengenal Dandi sepenuhnya. Hinaan dan intimidasi selalu diterima Dandi. Namun kesabaran dan kerendahan hatinya adalah sebuah emas berharga yang tidak dimiliki setiap orang.Siang itu setelah tidak ada mata kuliah lagi, Dandi memutuskan untuk pulang. Dia mengirim pesan kepada Rena melalui ponselnya."Ren, aku pulang dulu. Soalnya tidak ada mata kuliah sore." Tulisnya singkat.Meski selalu berangkat kuliah bersama, Dandi dan Rena ternyata beda fakultas. Tanpa disadari ada sepasang mata yang mengawasi Dandi dari kejauhan. Dandi pun bergegas meninggalkan kampus. Setibanya disalah satu gang, Dandi teringat ada lembar tugas dari temannya yang harus ia kerjakan masih tertinggal di kelas. Dengan tergesa-gesa Dandi memutar tubuhnya dan melangkah cepat tanpa memperhatikan sekitar.Bruakk'"Akhh.. maaf paman, saya tidak sengaja. Saya

    Last Updated : 2021-06-18
  • TEPI HARAPAN   Bab 7. Goyah

    Setibanya di kampus Dandi memelankan langkahnya, dalam hati ia marah dan benci mendengar nama ayahnya. Tetapi ia juga merasa bersalah telah bersikap terlalu egois dan kasar kepada Ron,'astaga kenapa aku ini, bukankah Ron adalah orang yang lebih tua dariku yang seharusnya aku hormati. Dan dia juga bersikap ramah kepadaku. Kenapa tadi aku tidak bisa mengendalikan diri.' Batin Dandi dalam hati dia menyesali kejadian yang baru saja dilaluinya. Di pintu gerbang Dandi berpapasan dengan Rena dan temannya Dengan nada heran Rena bertanya."Hey Dandi.. kamu bilang tadi mau pulang dulu? Kok masih disini?" Sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada."Emmm.. ada lembar tugas yang masih tertinggal. Sehingga aku harus kembali untuk mengambilnya. Kalian sendiri mau kemana? Kok sudah dipintu gerbang, kan tadi pagi kamu bilang masih ada jam kuliah sampai sore..." Dandi menjawab dengan nada datar, karena suasana hatinya masih tidak enak. Sebisanya ia menutupi hal tersebut

    Last Updated : 2021-06-20
  • TEPI HARAPAN   Bab 8. Kenangan

    Setibanya dirumah, Dandi membuka pintu depan."Aku pulang bu.." teriaknya sembari menoleh kanan kiri berusaha mencari ibunya. Tetapi tidak ada jawaban dari ibunya.'apa mungkin ibu kerja ya hari ini? Kok tidak ada di rumah' pikir Dandi seraya berjalan pelan menuju dapur untuk memastikan. Namun sang ibu tidak ada. Kemudian ia berbalik ke arah ruang tengah. Pandangannya terhenti ketika ia melihat sebuah joran ikan yang terselip diantara rak dan dinding. Dia berjalan menghampirinya pelan. Kemudian ia menyelipkan tangannya untuk mencoba mengambil joran ikan tersebut. Setelah ia berhasil meraihnya, ia memegang joran itu sambil mengingat ingatan yang tak dapat ia lupakan."Dengan joran ini aku akan memancing ikan yang besar ya ayah!" Dandi kecil berseru riang."Tentu saja! Besok hari minggu ayo kita taklukkan ikan-ikan besar itu nak! Jawab ayah Dandi dengan raut wajah sumringah penun semangat.Namun saat itu adalah hari terakhirnya bersama sang aya

    Last Updated : 2021-06-20
  • TEPI HARAPAN   Bab 9. Pesan Untukmu

    "Ohh.. anda dosen pembimbing Dandi. Maaf tuan, ada kepentingan apa sehingga anda menemui saya disini?" Ibu Dandi balik bertanya keheranan, mengapa dosen Dandi datang kesini secara tiba-tiba."Saya membawakan surat pemberitahuan penting untuk Dandi, tentang hasil keikutsertaannya dalam pemilihan anggota pecinta alam." Jawab Ron sambil menyodorkan subuah surat kearah ibu Dandi."Jadi begitu, terimakasih. Maaf, bapak menjadi repot-repot mengantarnya sampai kesini." Sambil meraih dan menerima surat tersebut, ibu Dandi sedikit membungkukkan badannya sebagai tanda hormat."Baik, itu saja. Saya mohon pamit." Ron bergegas pergi, dengan tetap membetulkan topi ferodinanya yang padahal tetap rapi pada posisinya."Iya Pak..." Ibu Dandi masih diselimuti rasa bingung, kaget, dan sedikit tersisa rasa takut. Namun ia juga berjalan melanjutkan rencananya membeli kebutuhan dapur dan bergegas pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, Ibu Dandi segera membuka pintu dan d

    Last Updated : 2021-06-21
  • TEPI HARAPAN   Bab 10. Empat Sahabat

    Setelah menghabiskan sarapannya, Dandi begegas berangkat ke kampus. Sebelum membuka pintu keluar ia sempat menoleh kesudut ruangan dimana terselip joran patah yang kemarin. Ia menghela nafas panjang dan teringat surat yang kemarin diberikan oleh Ron. Dan tiba-tiba pintu diketuk dari luar, dan seketika mengagetkan Dandi yang melamun tepat dibalik pintu itu.'tok..tok..tokkk!! Dandi?"Suara dari luar yang tak asing bagi Dandi memanggil namanya. Dan langsung saja Dandi membukakan pintu."Ehhh kamu Fer.." Sapa Dandi dengan wajah heran kok tumben Fernando datang kerumahnya pagi-pagi begini."Yoi.. aku sengaja kesini ingin mengajakmu berangkat bareng. Tuh si Aldy sama Brian juga ikut."Fernando menunjuk ke arah mobilnya dengan ibu jari, mengalihkan perhatian Dandi."Ayo bro! Kita berangkat!" Teriak Aldy dan Brian dari kaca jendela mobil audi milik Fernando yang terbuka."Ehhh... Kalian kok tumben sekali lewat sini dan ngajak aku baren

    Last Updated : 2021-06-24
  • TEPI HARAPAN   Bab 11.

    "kalau ada masalah katakan saja sejujurnya pada kami bro. Siapa tahu kami bisa membantu mencari jalan keluar." Imbuh Fernando sambil masih memegang kemudi."Iya Dan, bicaralah.. jangan ada rahasia diantara kita. Kita harus saling membantu""Betul kata Fernando dan Aldy.."Brian dan Aldy saling bersautan untuk membujuk Dandi agar mau mengatakan apa yang dialaminya. Dan melihat ketulusan dari teman-temannya, Dandipun luluh. Ia berfikir semua diantara mereka memang adalah orang-orang yang selalu ada untuk Dandi. Ia akan merasa bersalah jika harus terus berbohong kepada mereka. Dan akhirnya ia memutuskan untuk berkata jujur. Namun tanpa disadari mereka sudah sampai dipintu gerbang kampus. Dan Fernando mengarahkan kemudinya ke tempat parkir."Nanti pulang kuliah akan aku jelaskan pada kalian." Kata Dandi sembari memberikan senyum tipis. Mereka pun keluar dari mobil Fernando, dan berjalan beriringan ke kelas."Kalian tidak perlu khawatir, surat ini

    Last Updated : 2021-06-24
  • TEPI HARAPAN   Bab 12.

    Dua puluh menit kemudian mereka sampai di tempat yang Dandi sebutkan. Juan memarkir mobilnya di bawah pohon beringin yang sangat rindang. Tak lama kemudian, mereka turun dari mobil dan berjalan beriringan menuju kursi dibawah pohon tersebut yang sengaja menghadap ke arah sungai."Cepat buka, jangan buat kami penasaran."Seru Fernando sambil menepuk pundak Dandi."Iya cepatlah, jika memang bukan hal buruk seperti yang kamu bilang maka jangan ragu lagi untuk membukanya." Tambah Brian dengan mengerutkan dahi yang tak kalah penasarannya dengan Fernando. Dam lagi, Dandi hanya menarik nafas dalam-dalam sebelum berbicara."Hahh... Baiklah, tenang dulu. Sebelumnya aku sampaikan pada kalian bahwa sebenarnya aku sangat malas untuk membuka surat ini. Namun karena keadaan sudah sejauh ini apalah dayaku. Oke, langsung saja aku buka sekarang." Selanjutnya, Dandi merobek ujung amplop putih yang tersegel oleh lem. Dan ia sedikit heran dengan warna kertas yang ada d

    Last Updated : 2021-07-13
  • TEPI HARAPAN   Bab 13.

    Karena tidak ingin membuat teman-temannya menunggu terlalu lama dan karena keraguan yang muncul dalam hati, Dandi menjawab dengan tenang."Seseorang memberikan ini kepadaku kemarin. Tapi aku tidak terlalu perduli dengan apa isi surat ini. Dan seseorang itu mengaku bahwa ia teman ayahku." Dengan wajah datar, Dandi menjelaskannya. Juga kedua matanya menatap kosong kedepan."Apa? Jadi maksudmu surat ini ada hubungannya dengan ayahmu Dandi?" Fernando balas bertanya atas keterkejutanya. Tentu saja ia tahu betul latar belakan juga sejarah masa kecil Dandi yang ditinggalkan oleh ayahnya. Mereka bersahabat sejak duduk di bangku SMA. Disudut lain Brian dan Aldy hanya mencerna apa yang terjadi."Aku sebenarnya ragu. Tapi ya, orang itu berkata surat ini berasal dari ayahku. Namun jika benar ini dari ayahku, maka lebih baik aku tidak menerimanya. Orang itu memang brengsek tidak berguna. Dan terbukti bahwa ia mengirim benda yang tidak jelas seperti ini. Aku benar-benar tidak

    Last Updated : 2021-07-13

Latest chapter

  • TEPI HARAPAN   Bab. 22

    "Tenanglah Ron, beristirahatlah. Beruntung kau masih selamat dan berhasil sampai disini." Dandi menenangkan Ron, setelah mengalami kejadian-kejadian sebelumnya temperamennya menjadi lebih tenang karena terbiasa. Melihat kondisi Ron yang sangat lemah, ia mengurungkan untuk bercerita tentang pengelihatan yang tadi ia alami."Baiklah, kita istirahat dulu untuk malam ini. Aku yakin besok akan ada hal baik yang menanti kita." Dandi menatap Ron dengan penuh keyakinan dan bergegas dari duduknya dan berjalan mengunci pintu."Tapi... Dimana Yuli?" Ron bertanya dengan cemas, karena melihat kondisi rumah Dandi yang berantakan dan sedari tadi ia tidak melihat keberadaan Yuli, ibu Dandi.Dandi tidak menjawab hanya menarik nafas panjang lalu menggelengkan kepalanya. Ron langsung tercengang dan menggertakkan giginya. Mengerti bahwa kelompok Hodes telah menculik Yuli.Malam pun berlalu, dua pria itu tertidur lelap. Menjelang pagi, Dandi beranjak dari tempat i

  • TEPI HARAPAN   Bab 21

    "Terimakasih Ren, tapi mengapa kamu datang kesini?" Rena meletakkan ponselnya dan berpaling ke arah Dandi. "Aku hanya kebetulan lewat, dan aku melihat lampu di rumah mu masih padam tapi pintunya terbuka, jadi aku berinisiatif memeriksa apa yang terjadi. Dan setelah aku masuk, aku melihatmu terbaring dilantai." Rena sedikit mengerutkan keningnya saat berbicara penuh prihatin. Dandi mengangguk sambil tersenyum lalu menambahkan. "Jadi begitu, sebenarnya aku juga baru pulang dan saat aku datang kondisi rumahku sudah seperti ini, dan sayangnya aku tidak bisa menemukan ibuku." Dandi menundukkan kepala diakhir kalimatnya. "Jadi bibi Yuli tidak ada di rumah? Lalu kemana kita harus mencarinya? Ini sudah malam." Rena langsung menjadi cemas usai mengetahui bahwa ibu Dandi tidak ada di rumah, sementara kondisi rumah saat ini berantakan. Rena khawatir hal buruk terjadi menimpa ibu Dandi. Dandi bangkit dari tempat duduknya, ia melihat sekeliling ruangan dan berkata

  • TEPI HARAPAN   Bab 20.

    Sekitar pukul enam petang Dandi sampai dirumahnya. Namun ia dibuat terkejut oleh pemandangan pintu rumah yang jebol dan jendela yang pecah. Ia segera berlari masuk kedalam rumah untuk mencari ibunya. Ia terus meneriaki ibunya dan berlarian kesetiap ruangan hanya untuk mendatapi ibunya tidak ada dirumah. Dengan seisi rumah yang berantakan, Dandi berfikir apa yang terjadi sebelum ia pulang, dan dimana ibunya kini.Ditengah keputusasaannya ia melihat sebuah buku catatan yang tergeletak dilantai kamar ibunya. Perlahan ia mendekatinya, disana ia melihat nama Dani Crustave tertulis disampul buku catatan itu. Ia membuka halaman demi halaman buku catatan itu. Yang membuatnya heran adalah didalam buku itu tergambar simbol-simbol dan coretan-coretan acak, namun meski terlihat acak Dandi merasa tidak asing dengan hal itu.Dandi seperti teringat sesuatu hal dimasa lalu. Saat itu ayahnya bermain detektif bersamanya dan memberinya rumus yang mengartikan makna tulisan yang mirip core

  • TEPI HARAPAN   Bab 19

    "kurasa itu adalah sebuah petunjuk yang harus kau pecahkan." Ron menjawab dengan menolehkan pandangannya kearah dinding, dimana foto lama Dani tergantung disana.Tiba-tiba suara bergemuruh terdengar, dan lampion yang tergantung mulai bergetar. Dandi dan teman-temannya mulai khawatir dengan kondisi tersebut. Ron seolah mengerti apa yang terjadi hanya bertukar pandang dengan Lily dan diikuti anggukan bersamaan."Apa yang terjadi?" Fernando berteriak karenan sedikit panik, ia merasa ada yang tidak beres saat itu. Seketika pula terdengar dentuman keras dari pintu batu seperti ada sesuatu yang memaksanya untuk terbuka. Namun Lily mengatakan kalimat yang tidak mereka duga."Kami gantungkan masa depan suku Tandero kepadamu Dandi." Dengan menatap lurus kemata Dandi penuh harap. "Aku akan menahan mereka selagi bisa, dan cepat kalian pergi sekarang!" Lily mulai mengambil langkah maju dan membelakangi Dandi dan teman-temannya."Jangan lupakan aku nona, para an

  • TEPI HARAPAN   Bab 18.

    "lalu mengapa kau mengatakan bahwa aku keturunan suku Tandero?" Dandi menyela percakapan. Lily menatap Dandi dan menarik nafas panjang. "Huft.. paman Dani adalah putra tertua kakekku. Dia berdarah suku Tandero." Setelah mendengar ucapan Lily, Dandi langsung terbelalak kaget. Ternyata latar belakang pria itu tidak sesederhana kelihatannya. Lily melanjutkan ceritanya, dia mengatakan bahwa dalam kitab lama suku Tandero terdapat kekuatan yang jauh lebih besar dari Liontin Langit Bumi. Kekuatan itu berasal dari ikatan hati dan darah dua keyakinan yang berbeda. Dahulu, Dani adalah pria yang dikenal jenius dan pemberani. Sebagai putra tertua dalam keluarga, ia memegang peran penting untuk melindungi martabat keluarga dan melindungi adik-adiknya. Suatu hari ia jatuh cinta dengan seorang gadis dari suku Flon. Namun suku Tandero dengan suku Flon adalah musuh bebuyutan sejak nenek moyang kami. Kedua belah pihak suku tentu tidak merestui hubungan mereka, mengingat tulisan dalam

  • TEPI HARAPAN   Bab 17.

    Mereka langsung disambut dengan lampu minyak besar yang tergantung ditengah ruangan. Terdapat empat obor api yang berwarna biru di setiap sudut ruangan. Mereka dapat melihat dengan jelas dan detail relief disetiap permukaan dinding. Brian yang tadinya masih merasa pusing karena mabuk kendaraan seketika langsung merasa bugar karena tidak sengaja menghirup asap dupa yang diletakkan di kanan kiri pintu masuk."Ruangan apa ini sebenarnya? Mengapa terdapat barang-barang antik yang terlihat cukup bersejarah." Fernando bertanya sambil melangkah mendekati sepasang pedang yang tergantung di dinding. Pandangannya terpaku ke arah kedua pedang itu."Ini adalah ruangan persembunyian milik keluargaku. Setelah bencana terjadi kami mengasingkan diri disini." Jawab Lily sambil sedikit menundukkan kepalanya."Bencana? Apa maksudmu Lily?" Fernando semakin terheran-heran.Kemudian Lily membimbing mereka berjalan ke arah cawan emas yang dihiasi batu mulia. Cawan itu diletakka

  • TEPI HARAPAN   Bab 16.

    Namun, Dandi yang mendengar tanggapan Ron justru mengerutkan keningnya. Ia tidak suka jika ia disamakan dengan ayahnya. Citra buruk ayahnya telah tertanam dalam hati Dandi. Namun ia juga heran mengapa Ron terlihat sangat menghormatinya. Dan kini muncul perasaan ingin tahu orang seperti apa ayahnya sebenarnya."Tuan Ron, ijinkan saya bertanya. Sebenarnya apa tujuanmu anda membawa kami ke sini? Dan bagaimana cara kami kembali?" Fernando memecah keheningan dengan bertanya dengan sopan. Ia sama sekali tidak mengenali pria itu sehingga kekhawatiran menyelimuti hatinya."Maafkan kelancanganku, baiklah sebelumnya perkenalkan diriku, namaku Ron Wilson sahabat Dani Crushtave ayah Dandi. Aku mengenal kalian semua, aku telah menyelidiki semua tentang Dandi dan termasuk lingkar pertemanan kalian." Ron membalikkan tubuhnya menghadap Fernando dan bertukar pandang dengan masing-masing pemuda itu. Kemudian ia menjelaskan bahwa tujuannya membawa Dandi adalah didalam misi dari Dani. Dan

  • TEPI HARAPAN   Bab 15.

    Dandi menatap Ron dengan serius, dari matanya terpancar perasaan kesal juga bingung. Karena mengingat bahwa surat yang Ron berikan kepada Dandi adalah surat dari ayahnya.Mendengar pertanyaan dan ekspresi serius dari Dandi, Ron mencoba menjelaskan. Ia menarik nafas panjang dan sedikit berdehem."Ehm.. baiklah, aku akan berkata jujur. Sebenarnya isi surat yang kamu terima adalah salah satu benda pusaka kuno peninggalan dari suku Tandero. Benda itu disebut Dream of Walk." Dengan masih fokus menatap kearah jalan dan menegang kemudinya, Ron berbicara dengan rokok di tangan kanannya."Lalu, apa kegunaan dan tujuan kau memberikannya padaku?" Dandi tidak mengalihkan tatapannya dari Ron."Dream of Walk digunakan untuk membuka portal gaib. Portal itu sendiri dapat menjadi penghubung antara waktu dan ruang. Dan dapat dilihat bahwa kamu sudah menggunakannya." Ron menghisap rokok dan sedikit tersenyum diakhir kalimatnya."Apa? Jadi maksudmu kami berempat telah

  • TEPI HARAPAN   Bab 14.

    Kemudian keempat pemuda itu berteriak serempak."Kanvas!"Belum cukup dibuat bingung dan khawatir, mereka berempat dibuat tercengang oleh keberadaan kanvas yang diduga adalah kanvas yang dilemparkan oleh Dandi tadi ke arah sungai. Berbagai pertanyaan dan spekulasi muncul dalam benak mereka."Mungkinkah... Mungkinkah kalian berfikir seperti apa yang aku pikirkan?" Tanya Dandi dengan sedikit tergagap, karena benda yang ia lempar ke sungai kini berada di telapak tangannya. Ia beranggapan bahwa kanvas yang ia pegang adalah media pembuka portal yang secara tidak langsung memberi akses keempat pemuda itu untuk berpindah tempat."Mustahil, apa sebenarnya yang terjadi? Bagaimana bisa?" Brian langsung enunjukkan kecemasannya sekaligus tidak dapat memahami apa yang baru saja mereka alami.Namun ketika keempat pemuda itu saling mendiskusikan keadaan itu, seketika pula suara deru mesin bergemuruh di belakang mereka. Dengan kompak keempat pemuda itu menoleh kea

DMCA.com Protection Status