"kalau ada masalah katakan saja sejujurnya pada kami bro. Siapa tahu kami bisa membantu mencari jalan keluar." Imbuh Fernando sambil masih memegang kemudi.
"Iya Dan, bicaralah.. jangan ada rahasia diantara kita. Kita harus saling membantu"
"Betul kata Fernando dan Aldy.."
Brian dan Aldy saling bersautan untuk membujuk Dandi agar mau mengatakan apa yang dialaminya. Dan melihat ketulusan dari teman-temannya, Dandipun luluh. Ia berfikir semua diantara mereka memang adalah orang-orang yang selalu ada untuk Dandi. Ia akan merasa bersalah jika harus terus berbohong kepada mereka. Dan akhirnya ia memutuskan untuk berkata jujur. Namun tanpa disadari mereka sudah sampai dipintu gerbang kampus. Dan Fernando mengarahkan kemudinya ke tempat parkir.
"Nanti pulang kuliah akan aku jelaskan pada kalian." Kata Dandi sembari memberikan senyum tipis. Mereka pun keluar dari mobil Fernando, dan berjalan beriringan ke kelas.
"Kalian tidak perlu khawatir, surat ini
Dua puluh menit kemudian mereka sampai di tempat yang Dandi sebutkan. Juan memarkir mobilnya di bawah pohon beringin yang sangat rindang. Tak lama kemudian, mereka turun dari mobil dan berjalan beriringan menuju kursi dibawah pohon tersebut yang sengaja menghadap ke arah sungai."Cepat buka, jangan buat kami penasaran."Seru Fernando sambil menepuk pundak Dandi."Iya cepatlah, jika memang bukan hal buruk seperti yang kamu bilang maka jangan ragu lagi untuk membukanya." Tambah Brian dengan mengerutkan dahi yang tak kalah penasarannya dengan Fernando. Dam lagi, Dandi hanya menarik nafas dalam-dalam sebelum berbicara."Hahh... Baiklah, tenang dulu. Sebelumnya aku sampaikan pada kalian bahwa sebenarnya aku sangat malas untuk membuka surat ini. Namun karena keadaan sudah sejauh ini apalah dayaku. Oke, langsung saja aku buka sekarang." Selanjutnya, Dandi merobek ujung amplop putih yang tersegel oleh lem. Dan ia sedikit heran dengan warna kertas yang ada d
Karena tidak ingin membuat teman-temannya menunggu terlalu lama dan karena keraguan yang muncul dalam hati, Dandi menjawab dengan tenang."Seseorang memberikan ini kepadaku kemarin. Tapi aku tidak terlalu perduli dengan apa isi surat ini. Dan seseorang itu mengaku bahwa ia teman ayahku." Dengan wajah datar, Dandi menjelaskannya. Juga kedua matanya menatap kosong kedepan."Apa? Jadi maksudmu surat ini ada hubungannya dengan ayahmu Dandi?" Fernando balas bertanya atas keterkejutanya. Tentu saja ia tahu betul latar belakan juga sejarah masa kecil Dandi yang ditinggalkan oleh ayahnya. Mereka bersahabat sejak duduk di bangku SMA. Disudut lain Brian dan Aldy hanya mencerna apa yang terjadi."Aku sebenarnya ragu. Tapi ya, orang itu berkata surat ini berasal dari ayahku. Namun jika benar ini dari ayahku, maka lebih baik aku tidak menerimanya. Orang itu memang brengsek tidak berguna. Dan terbukti bahwa ia mengirim benda yang tidak jelas seperti ini. Aku benar-benar tidak
Kemudian keempat pemuda itu berteriak serempak."Kanvas!"Belum cukup dibuat bingung dan khawatir, mereka berempat dibuat tercengang oleh keberadaan kanvas yang diduga adalah kanvas yang dilemparkan oleh Dandi tadi ke arah sungai. Berbagai pertanyaan dan spekulasi muncul dalam benak mereka."Mungkinkah... Mungkinkah kalian berfikir seperti apa yang aku pikirkan?" Tanya Dandi dengan sedikit tergagap, karena benda yang ia lempar ke sungai kini berada di telapak tangannya. Ia beranggapan bahwa kanvas yang ia pegang adalah media pembuka portal yang secara tidak langsung memberi akses keempat pemuda itu untuk berpindah tempat."Mustahil, apa sebenarnya yang terjadi? Bagaimana bisa?" Brian langsung enunjukkan kecemasannya sekaligus tidak dapat memahami apa yang baru saja mereka alami.Namun ketika keempat pemuda itu saling mendiskusikan keadaan itu, seketika pula suara deru mesin bergemuruh di belakang mereka. Dengan kompak keempat pemuda itu menoleh kea
Dandi menatap Ron dengan serius, dari matanya terpancar perasaan kesal juga bingung. Karena mengingat bahwa surat yang Ron berikan kepada Dandi adalah surat dari ayahnya.Mendengar pertanyaan dan ekspresi serius dari Dandi, Ron mencoba menjelaskan. Ia menarik nafas panjang dan sedikit berdehem."Ehm.. baiklah, aku akan berkata jujur. Sebenarnya isi surat yang kamu terima adalah salah satu benda pusaka kuno peninggalan dari suku Tandero. Benda itu disebut Dream of Walk." Dengan masih fokus menatap kearah jalan dan menegang kemudinya, Ron berbicara dengan rokok di tangan kanannya."Lalu, apa kegunaan dan tujuan kau memberikannya padaku?" Dandi tidak mengalihkan tatapannya dari Ron."Dream of Walk digunakan untuk membuka portal gaib. Portal itu sendiri dapat menjadi penghubung antara waktu dan ruang. Dan dapat dilihat bahwa kamu sudah menggunakannya." Ron menghisap rokok dan sedikit tersenyum diakhir kalimatnya."Apa? Jadi maksudmu kami berempat telah
Namun, Dandi yang mendengar tanggapan Ron justru mengerutkan keningnya. Ia tidak suka jika ia disamakan dengan ayahnya. Citra buruk ayahnya telah tertanam dalam hati Dandi. Namun ia juga heran mengapa Ron terlihat sangat menghormatinya. Dan kini muncul perasaan ingin tahu orang seperti apa ayahnya sebenarnya."Tuan Ron, ijinkan saya bertanya. Sebenarnya apa tujuanmu anda membawa kami ke sini? Dan bagaimana cara kami kembali?" Fernando memecah keheningan dengan bertanya dengan sopan. Ia sama sekali tidak mengenali pria itu sehingga kekhawatiran menyelimuti hatinya."Maafkan kelancanganku, baiklah sebelumnya perkenalkan diriku, namaku Ron Wilson sahabat Dani Crushtave ayah Dandi. Aku mengenal kalian semua, aku telah menyelidiki semua tentang Dandi dan termasuk lingkar pertemanan kalian." Ron membalikkan tubuhnya menghadap Fernando dan bertukar pandang dengan masing-masing pemuda itu. Kemudian ia menjelaskan bahwa tujuannya membawa Dandi adalah didalam misi dari Dani. Dan
Mereka langsung disambut dengan lampu minyak besar yang tergantung ditengah ruangan. Terdapat empat obor api yang berwarna biru di setiap sudut ruangan. Mereka dapat melihat dengan jelas dan detail relief disetiap permukaan dinding. Brian yang tadinya masih merasa pusing karena mabuk kendaraan seketika langsung merasa bugar karena tidak sengaja menghirup asap dupa yang diletakkan di kanan kiri pintu masuk."Ruangan apa ini sebenarnya? Mengapa terdapat barang-barang antik yang terlihat cukup bersejarah." Fernando bertanya sambil melangkah mendekati sepasang pedang yang tergantung di dinding. Pandangannya terpaku ke arah kedua pedang itu."Ini adalah ruangan persembunyian milik keluargaku. Setelah bencana terjadi kami mengasingkan diri disini." Jawab Lily sambil sedikit menundukkan kepalanya."Bencana? Apa maksudmu Lily?" Fernando semakin terheran-heran.Kemudian Lily membimbing mereka berjalan ke arah cawan emas yang dihiasi batu mulia. Cawan itu diletakka
"lalu mengapa kau mengatakan bahwa aku keturunan suku Tandero?" Dandi menyela percakapan. Lily menatap Dandi dan menarik nafas panjang. "Huft.. paman Dani adalah putra tertua kakekku. Dia berdarah suku Tandero." Setelah mendengar ucapan Lily, Dandi langsung terbelalak kaget. Ternyata latar belakang pria itu tidak sesederhana kelihatannya. Lily melanjutkan ceritanya, dia mengatakan bahwa dalam kitab lama suku Tandero terdapat kekuatan yang jauh lebih besar dari Liontin Langit Bumi. Kekuatan itu berasal dari ikatan hati dan darah dua keyakinan yang berbeda. Dahulu, Dani adalah pria yang dikenal jenius dan pemberani. Sebagai putra tertua dalam keluarga, ia memegang peran penting untuk melindungi martabat keluarga dan melindungi adik-adiknya. Suatu hari ia jatuh cinta dengan seorang gadis dari suku Flon. Namun suku Tandero dengan suku Flon adalah musuh bebuyutan sejak nenek moyang kami. Kedua belah pihak suku tentu tidak merestui hubungan mereka, mengingat tulisan dalam
"kurasa itu adalah sebuah petunjuk yang harus kau pecahkan." Ron menjawab dengan menolehkan pandangannya kearah dinding, dimana foto lama Dani tergantung disana.Tiba-tiba suara bergemuruh terdengar, dan lampion yang tergantung mulai bergetar. Dandi dan teman-temannya mulai khawatir dengan kondisi tersebut. Ron seolah mengerti apa yang terjadi hanya bertukar pandang dengan Lily dan diikuti anggukan bersamaan."Apa yang terjadi?" Fernando berteriak karenan sedikit panik, ia merasa ada yang tidak beres saat itu. Seketika pula terdengar dentuman keras dari pintu batu seperti ada sesuatu yang memaksanya untuk terbuka. Namun Lily mengatakan kalimat yang tidak mereka duga."Kami gantungkan masa depan suku Tandero kepadamu Dandi." Dengan menatap lurus kemata Dandi penuh harap. "Aku akan menahan mereka selagi bisa, dan cepat kalian pergi sekarang!" Lily mulai mengambil langkah maju dan membelakangi Dandi dan teman-temannya."Jangan lupakan aku nona, para an
"Tenanglah Ron, beristirahatlah. Beruntung kau masih selamat dan berhasil sampai disini." Dandi menenangkan Ron, setelah mengalami kejadian-kejadian sebelumnya temperamennya menjadi lebih tenang karena terbiasa. Melihat kondisi Ron yang sangat lemah, ia mengurungkan untuk bercerita tentang pengelihatan yang tadi ia alami."Baiklah, kita istirahat dulu untuk malam ini. Aku yakin besok akan ada hal baik yang menanti kita." Dandi menatap Ron dengan penuh keyakinan dan bergegas dari duduknya dan berjalan mengunci pintu."Tapi... Dimana Yuli?" Ron bertanya dengan cemas, karena melihat kondisi rumah Dandi yang berantakan dan sedari tadi ia tidak melihat keberadaan Yuli, ibu Dandi.Dandi tidak menjawab hanya menarik nafas panjang lalu menggelengkan kepalanya. Ron langsung tercengang dan menggertakkan giginya. Mengerti bahwa kelompok Hodes telah menculik Yuli.Malam pun berlalu, dua pria itu tertidur lelap. Menjelang pagi, Dandi beranjak dari tempat i
"Terimakasih Ren, tapi mengapa kamu datang kesini?" Rena meletakkan ponselnya dan berpaling ke arah Dandi. "Aku hanya kebetulan lewat, dan aku melihat lampu di rumah mu masih padam tapi pintunya terbuka, jadi aku berinisiatif memeriksa apa yang terjadi. Dan setelah aku masuk, aku melihatmu terbaring dilantai." Rena sedikit mengerutkan keningnya saat berbicara penuh prihatin. Dandi mengangguk sambil tersenyum lalu menambahkan. "Jadi begitu, sebenarnya aku juga baru pulang dan saat aku datang kondisi rumahku sudah seperti ini, dan sayangnya aku tidak bisa menemukan ibuku." Dandi menundukkan kepala diakhir kalimatnya. "Jadi bibi Yuli tidak ada di rumah? Lalu kemana kita harus mencarinya? Ini sudah malam." Rena langsung menjadi cemas usai mengetahui bahwa ibu Dandi tidak ada di rumah, sementara kondisi rumah saat ini berantakan. Rena khawatir hal buruk terjadi menimpa ibu Dandi. Dandi bangkit dari tempat duduknya, ia melihat sekeliling ruangan dan berkata
Sekitar pukul enam petang Dandi sampai dirumahnya. Namun ia dibuat terkejut oleh pemandangan pintu rumah yang jebol dan jendela yang pecah. Ia segera berlari masuk kedalam rumah untuk mencari ibunya. Ia terus meneriaki ibunya dan berlarian kesetiap ruangan hanya untuk mendatapi ibunya tidak ada dirumah. Dengan seisi rumah yang berantakan, Dandi berfikir apa yang terjadi sebelum ia pulang, dan dimana ibunya kini.Ditengah keputusasaannya ia melihat sebuah buku catatan yang tergeletak dilantai kamar ibunya. Perlahan ia mendekatinya, disana ia melihat nama Dani Crustave tertulis disampul buku catatan itu. Ia membuka halaman demi halaman buku catatan itu. Yang membuatnya heran adalah didalam buku itu tergambar simbol-simbol dan coretan-coretan acak, namun meski terlihat acak Dandi merasa tidak asing dengan hal itu.Dandi seperti teringat sesuatu hal dimasa lalu. Saat itu ayahnya bermain detektif bersamanya dan memberinya rumus yang mengartikan makna tulisan yang mirip core
"kurasa itu adalah sebuah petunjuk yang harus kau pecahkan." Ron menjawab dengan menolehkan pandangannya kearah dinding, dimana foto lama Dani tergantung disana.Tiba-tiba suara bergemuruh terdengar, dan lampion yang tergantung mulai bergetar. Dandi dan teman-temannya mulai khawatir dengan kondisi tersebut. Ron seolah mengerti apa yang terjadi hanya bertukar pandang dengan Lily dan diikuti anggukan bersamaan."Apa yang terjadi?" Fernando berteriak karenan sedikit panik, ia merasa ada yang tidak beres saat itu. Seketika pula terdengar dentuman keras dari pintu batu seperti ada sesuatu yang memaksanya untuk terbuka. Namun Lily mengatakan kalimat yang tidak mereka duga."Kami gantungkan masa depan suku Tandero kepadamu Dandi." Dengan menatap lurus kemata Dandi penuh harap. "Aku akan menahan mereka selagi bisa, dan cepat kalian pergi sekarang!" Lily mulai mengambil langkah maju dan membelakangi Dandi dan teman-temannya."Jangan lupakan aku nona, para an
"lalu mengapa kau mengatakan bahwa aku keturunan suku Tandero?" Dandi menyela percakapan. Lily menatap Dandi dan menarik nafas panjang. "Huft.. paman Dani adalah putra tertua kakekku. Dia berdarah suku Tandero." Setelah mendengar ucapan Lily, Dandi langsung terbelalak kaget. Ternyata latar belakang pria itu tidak sesederhana kelihatannya. Lily melanjutkan ceritanya, dia mengatakan bahwa dalam kitab lama suku Tandero terdapat kekuatan yang jauh lebih besar dari Liontin Langit Bumi. Kekuatan itu berasal dari ikatan hati dan darah dua keyakinan yang berbeda. Dahulu, Dani adalah pria yang dikenal jenius dan pemberani. Sebagai putra tertua dalam keluarga, ia memegang peran penting untuk melindungi martabat keluarga dan melindungi adik-adiknya. Suatu hari ia jatuh cinta dengan seorang gadis dari suku Flon. Namun suku Tandero dengan suku Flon adalah musuh bebuyutan sejak nenek moyang kami. Kedua belah pihak suku tentu tidak merestui hubungan mereka, mengingat tulisan dalam
Mereka langsung disambut dengan lampu minyak besar yang tergantung ditengah ruangan. Terdapat empat obor api yang berwarna biru di setiap sudut ruangan. Mereka dapat melihat dengan jelas dan detail relief disetiap permukaan dinding. Brian yang tadinya masih merasa pusing karena mabuk kendaraan seketika langsung merasa bugar karena tidak sengaja menghirup asap dupa yang diletakkan di kanan kiri pintu masuk."Ruangan apa ini sebenarnya? Mengapa terdapat barang-barang antik yang terlihat cukup bersejarah." Fernando bertanya sambil melangkah mendekati sepasang pedang yang tergantung di dinding. Pandangannya terpaku ke arah kedua pedang itu."Ini adalah ruangan persembunyian milik keluargaku. Setelah bencana terjadi kami mengasingkan diri disini." Jawab Lily sambil sedikit menundukkan kepalanya."Bencana? Apa maksudmu Lily?" Fernando semakin terheran-heran.Kemudian Lily membimbing mereka berjalan ke arah cawan emas yang dihiasi batu mulia. Cawan itu diletakka
Namun, Dandi yang mendengar tanggapan Ron justru mengerutkan keningnya. Ia tidak suka jika ia disamakan dengan ayahnya. Citra buruk ayahnya telah tertanam dalam hati Dandi. Namun ia juga heran mengapa Ron terlihat sangat menghormatinya. Dan kini muncul perasaan ingin tahu orang seperti apa ayahnya sebenarnya."Tuan Ron, ijinkan saya bertanya. Sebenarnya apa tujuanmu anda membawa kami ke sini? Dan bagaimana cara kami kembali?" Fernando memecah keheningan dengan bertanya dengan sopan. Ia sama sekali tidak mengenali pria itu sehingga kekhawatiran menyelimuti hatinya."Maafkan kelancanganku, baiklah sebelumnya perkenalkan diriku, namaku Ron Wilson sahabat Dani Crushtave ayah Dandi. Aku mengenal kalian semua, aku telah menyelidiki semua tentang Dandi dan termasuk lingkar pertemanan kalian." Ron membalikkan tubuhnya menghadap Fernando dan bertukar pandang dengan masing-masing pemuda itu. Kemudian ia menjelaskan bahwa tujuannya membawa Dandi adalah didalam misi dari Dani. Dan
Dandi menatap Ron dengan serius, dari matanya terpancar perasaan kesal juga bingung. Karena mengingat bahwa surat yang Ron berikan kepada Dandi adalah surat dari ayahnya.Mendengar pertanyaan dan ekspresi serius dari Dandi, Ron mencoba menjelaskan. Ia menarik nafas panjang dan sedikit berdehem."Ehm.. baiklah, aku akan berkata jujur. Sebenarnya isi surat yang kamu terima adalah salah satu benda pusaka kuno peninggalan dari suku Tandero. Benda itu disebut Dream of Walk." Dengan masih fokus menatap kearah jalan dan menegang kemudinya, Ron berbicara dengan rokok di tangan kanannya."Lalu, apa kegunaan dan tujuan kau memberikannya padaku?" Dandi tidak mengalihkan tatapannya dari Ron."Dream of Walk digunakan untuk membuka portal gaib. Portal itu sendiri dapat menjadi penghubung antara waktu dan ruang. Dan dapat dilihat bahwa kamu sudah menggunakannya." Ron menghisap rokok dan sedikit tersenyum diakhir kalimatnya."Apa? Jadi maksudmu kami berempat telah
Kemudian keempat pemuda itu berteriak serempak."Kanvas!"Belum cukup dibuat bingung dan khawatir, mereka berempat dibuat tercengang oleh keberadaan kanvas yang diduga adalah kanvas yang dilemparkan oleh Dandi tadi ke arah sungai. Berbagai pertanyaan dan spekulasi muncul dalam benak mereka."Mungkinkah... Mungkinkah kalian berfikir seperti apa yang aku pikirkan?" Tanya Dandi dengan sedikit tergagap, karena benda yang ia lempar ke sungai kini berada di telapak tangannya. Ia beranggapan bahwa kanvas yang ia pegang adalah media pembuka portal yang secara tidak langsung memberi akses keempat pemuda itu untuk berpindah tempat."Mustahil, apa sebenarnya yang terjadi? Bagaimana bisa?" Brian langsung enunjukkan kecemasannya sekaligus tidak dapat memahami apa yang baru saja mereka alami.Namun ketika keempat pemuda itu saling mendiskusikan keadaan itu, seketika pula suara deru mesin bergemuruh di belakang mereka. Dengan kompak keempat pemuda itu menoleh kea