“Intinya kalo saya bilang itu tidak sesuai dengan performa bisnis ke depannya, jangan diambil. Sudah saya katakan beberapa hari yang lalu, jadi segera abaikan penawaran itu. Saya tidak mau ada masalah lagi semacam ini ke depannya. Segera buat memo untuk perusahaan dan kirim ke bagian terkait.”Kalimat itu disampaikan oleh Marchel saat dirinya menelpon salah satu rekan kerjanya melalui panggilan telepon.Berbeda dari perkiraannya sebelum itu, dia mengira akan tiba di kantor saat jam istirahat berlangsung. Nyatanya kegiatan lapangan itu menguras waktu yang banyak hingga Marchel pun baru saja tiba di kantor tepat pukul tiga sore.Karina yang diam dan sedikit tegang karena nada tinggi Marchel pun akhirnya tak berkutik. Dia hanya memainkan kursornya karena beberapa pekerjaan sudah dia tangani dan hampir selesai.Sesuai dengan apa yang diinginkannya kalau dirinya akan selesai sebelum jam pulang. “Hum! Ada-ada saja masalah ini,” gumam Marchel.Suara rendah itu nyatanya terdengar
“Hei! Udah setengah jam kamu berdiri di situ … ngapain nunggu taksi yang sudah tidak ada, cepat masuk udah tengah malam ini!” Teriakan Marchel dari dalam mobil seketika membuat Karina kaget. Dirinya mencoba untuk kekeh pada prinsipnya bahwa taksi itu pasti akan datang.Nyatanya sudah lebih dari tiga puluh menit berlalu Karina tak kunjung menemukan taksi yang melewati jalanan kantor.Dia pun masih ditemani oleh Marchel dari dalam mobil yang senantiasa menunggunya untuk menjaga dari bahaya yang mungkin saja terjadi.“Udah! Jangan ngeyel kamu! Sekarang masuk atau kamu bakal nunggu lebih lama lagi dan sia-sia!” imbuh Marchel dengan membujuk.Karina menarik napas dengan berat, lalu menoleh ke arah kanan dari jalanan sejalur yang mungkin saja ada taksi lewat.Tetapi, ocehan dari Marchel itu terus saja memenuhi gendang telinganya hingga bosan. Dia pun mulai risih dan mengalah.“Iya, iya ini juga mau siap-siap!” ketus Karina sedikit kesal.Dari dalam mobil, Marchel langsung menarik
Laju mobil Marchel hilang dalam sekejap. Karina buru-buru menutup pintu rumah setelah mama nya membukakan pintu untuknya.“Lembur atau habis keluar malam?”Karina yang sedari bengong itu langsung gelagapan ditanya oleh mama nya sendiri. Tanpa basa-basi dia pun langsung menjawab dengan cepat.“Lembur sampai jam sepuluh malam, dan aku membereskan semua dokumen sampai jam sebelas tadi. Tidak ada taksi yang lewat jadi bareng sama partner kerja itu,” jawab Karina.Mama Kkarina hanya mengangguk dan memaklumi keadaan yang seperti itu meskipun dirinya seperti tidak yakin dengan kondisi yang sebenarnya.Tetapi, ketika dia mengetahui Karina terlihat sangat lelah dia hanya bisa diam dan langsung membiarkan Karina istirahat.Di dalam kamarnya itu, Karina hanya terdiam memikirkan kejadian yang menimpanya tadi.“Bagaimana bisa Karina! Bagaimana bisaaa!” ucapnya kesal sambil menggigit bibir bawahnya.“Marchel secara sengaja langsung menempelkan bibirnya ke arah gue dan gue sama sekali tida
Kaki Karina melangkah pelan. Dia masuk ke dalam ruangannya dengan perasaan yang campur aduk. Bagaimana tidak, dua hari lalu dirinya benar-benar melakukan adegan yang tak sengaja dari seorang Marchel. Ada keinginan untuk menanyakan apa maksud dari perlakuan Marchel itu tetapi dirinya tak pernah berani untuk memulai. Diam adalah senjata terbaik bagi Karina meskipun dirinya ingin sekali bertanya perihal first kiss itu. “Bodoamata Karina! Lo harus bisa menahan diri dan kembali cuek seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya!” kata Karina dalam hati. Dalam satu ruangan itu, Karina hanya bisa dokus mengetik dan suara ketikan itu seolah penuh mengisi ruangan. “Baik, Pak. Nanti akan saya ikut sertakan hanya saja tidak bisa membawa perwakilan secara bersamaan jadi saya sendiri yang akan ikut. Kebetulan perusahaan saya sekarang sedang ada problem internal jadi tidak ada karyawan yang harus ambil memo keluar,” kata Marchel menanggapi teleponnya. Sejak mengucapkan salam pagi kepada Karina, saa
“Mana mau gue tidur sekamar bareng lo!” bantah Karina. Isu akan bermalam di hotel kerap membuat Karina naik pitam. Dia tidak menyadari bahwa ini sebanarnya permainan dari Marchel. Entah apa yang membuat Marchel seketika menjadi senang meledek Karina. Yang pasti Marchel sudah memilki siasat untuk mendapatkan hati seorang Karina. “Ini sudah malam, Karina. Katanya kamu tidak mau lagi pulang malam?” “Heh! Denger yah!” unjuk Karina sambil menodong ke arah Marchel lalu berkacak pinggang dengan wajah yang sedikit lebih ganas. “Gue begini itu gara-gara lo tau ga! Padahal dari tadi gue tuh udah ngasih kode ke lo kalo hari sudah sore dan lebih baik meeting dilanjut besok. Tapi apa yang lo lakuin, hah! Lo malah nerusin itu pembicaraan dengan orang bule itu kan?!” ketus Karina. Marchel hanya menelan ludah dan burusaha untuk tetap tenang menghadapi keadaan Karina yang sudah mulai buruk seperti ini. “Karina, ini semua diluar dugaan aku yang—” “Diluar dugaan atau memang disengaja?” potong Ka
Setelah kejadian semalam, kini Luna tahu bahwa Marcel bisa saja sedang dekat dengan Karina. Terlebih ketika dirinya mengetahui foto yang diunggah oleh Karina memperlihatkan tangan seorang lelaki yang mana jam tangannya milik Marcel seperti yang dilihatnya saat di ruangan.Dari situ Luna mulai merasa kalau dirinya seperti ditipu oleh Karina dan ada niatan untuk mengetahui sebenarnya ada hubungan apa antara kakak tirinya itu dengan Marcel.“Terserah sih, pasti gak lama juga bakal ketahuan di gue,” ucap Luna sambil menghabiskan sarapannya.Di satu meja makan bersama, Karina sedari tadi hanya cuek makan sambil bermain ponsel. Bukan tanpa alasan, dirinya melakukan hal demikian karena ada info mendadak dari bagian management terkait kesalahan yang dia lakukan di hari lalu.“Uudah kelar belum masalahmu?” tanya Karina sedikit melirik ke arah Luna.Luna merasa dirinya ditanya lalu menjawab, “Gue? Masalah yang kemarin?”“Iya iyalah. Dah tau hari pertama kerja harusnya kan bisa tuh ngedengerin at
Karina terus berpikir tentang ucapan Daniel semalam. Percakapan singkat lewat pesan itu membuatnya tak bisa berhenti berpikir.“Bagaimana bisa Marchel selama ini menikah? Kapan dia menikah?” tanyanya.Dari lobi kantor, Karina hanya bisa menenteng tas nya dengan tangan yang lemas dan pandangan kosong. Dia tidak berhenti berpikir mengenai teka-teki yang sedang dia alami.Di langkah menuju lantai ruangan miliknya, Karina bertemu dengan Kayla tetapi dia sama sekali tidak menengok ke arah adik Marchel itu.“Kak Karina kenapa kok kelihatan banget dia sedang banyak masalah?” ujar Kayla sedikit bingung sambil memburu langkah Karina tetapi terhimpit oleh beberapa karyawan yang berusaha untuk masuk ke dalam ruangan karena jam masuk sudah hampir berakhir.Ruangan tempat kerja Karina kini terlihat berbeda. Bukan dari segi interiornya, melainkan suasana yang sedang dia rasakan untuk kali ini.Meja yang ada di seberang yang merupakan milik Marchel dia tatap dengan penuh tajam. Seolah mengisyaratkan
Bunyi gelas yang saling bertabrakan akhirnya terdengar jelas oleh Karina. Kembali dengan salah satu tangan yang memegang ponsel, Karina terus melihat ke arah sudut ruangan."Buset ini Daniel ada dimana sih? Bisa-bisanya ke toilet lama bener, apa jangan-jangan dia ninggalin gue kek di film gitu?" ucap Karina cemas.Makan siang itu jadi hal yang ditunggu Karina untuk mengetahui rasa penasarannya sejak lama, terlebih banyak sekali keanehan yang dia ketahui pada Marchel."Terserahlah nanti juga ujung-ujungnya dia tahu sendiri," lanjutnya sambil mengendikkan bahu.Spot ruangan di lantai atas memang cukup ramai oleh pengunjung, tetapi hal ini tidak membuat Daniel lupa dimana meja makannya.Dia kembali dengan mengusapkan kedua tangannya yang basah pada sisi samping celana. "Sorry Karina, itu tadi ada cukup ngantri lama," kata Daniel dengan nada bersalah."Memangnya cowo kalo buang air kecil lama gitu?""Lah, lu tuh kebanyakan nonton film terus sih jadi dikira cepet sekian detik selesai maksu