“Hari ini kita makan malam bareng, yah.”“Ga!”Marchel buru-buru menoleh ke arah Karina ketika mendapat sentakan yang tidak enak. Dia mengerutkan dahinya dan penasaran dengan jawaban yang hanya terdiri dari satu kata.“Tumben.”“Dih, terserah gue. Sibuk mau pulang habis ini di rumah ada acara sendiri, sorry gak bisa diganggu,” terang Karina dengan jelas.Tidak ada niatan apa pun untuk memaksa Karina, tetapi kali ini Marchel merasa dirinya sedikit mendapat perlakuan yang berbeda.Biasanya, penolakan dari Karina tidak terlalu lantang ketika disuarakan tetapi ini yang terjadi hari ini. “Oh, baiklah kapan-kapan aja.”Karina berhenti mengetik. Dia melirik ke arah Marchel yang ternyata sedang memperhatikan wajah muramnya sedari tadi.Sedikit canggung, Karina langsung berkata, “Gue gak bisa diajak buat pulang malem lagi, kapok udah!”“Gara-gara?” balas Marchel spontan.Karina hampir saja melepaskan kalimat yang selama ini mengganggu pikirannya. Tentang anak dan status Marchel yang duda.Saat
Suasana ruangan terlihat panas tetapi Karina tidak terlalu pandai mengatasi situasi ini. “Jadi, untuk Pak Marchel benar tidak bisa datang di meeting ini?” tanya salah satu lelaki yang merupakan client. “Iya, benar Bapak. Maaf karena Pak Marchel ada urusan yang tidak bisa ditinggal dan dia buru-buru untuk itu sehingga kami yang berada di sini berusaha untuk menjelaskan apa yang sudah ditulis oleh Pak Marchel,” jelas Karina sambil menunduk. “Pantas, tak jelas seperti usahanya,” celetuk salah satu orang yang ada di barisan client. Daniel yang sedari tadi berusaha sibuk dengan urusan laptopnya pun langsung sedikit mengangkat wajahnya. Mencari siapa orang yang berani mengucap semacam itu disaat Marchel tidak ada. Meskipun Daniel sedikit membenci Marchel tetapi dia juga merasa tersinggung karena yang memimpin presntasi kali ini adalah Karina, bukan Marchel sehingga wajar dirinya merasa ingin menampar orang yang berani bilang dengan nada rendah seperti itu. “Baiklah karena ini bawahann
Perasaan campur aduk itu akhirnya berakhir. Marchel terduduk lemas di samping putrinya yang tengah terbaring di atas ranjang rumah sakit. Sosok gadis kecil itu sama sekali belum memperlihatkan manik matanya yang hitam. Masih berselimut berwarna putih dengan pakaian khas berwarna biru. "Reyna, yang sehat ya sayang, papa ada di sini sekarang," ucap Marchel sedih. Belum sempat meneteskan air matanya, tiba-tiba seorang lelaki yang memakai jas berwarna putih masuk ke dalam ruangan tersebut. "Permisi, apakah anda ini orang tua dari Reyna?" tanya dokter. "Iya. Benar, dok. Saya ayah kandungnya Reyna," ucap Marchel sedikit tergesa tetapi masih terbawa haru. Dokter tersebut memberikan sinyal untuk mengikuti dirinya ke sebuah ruangan yang lebih dormal lagi untuk membahas hasil pemeriksaan dari Reyna. Dengan perasaan khawatir itu, Marchel benar-benar merasa hancur dan sedih ketika anak semata wayangnya itu jatuh sakit. Selama ditinggal oleh istrinya saat melahirkan anak pertamanya itu, Mar
Dua hari setelah Marchel kembali ke kantornya, Karina berulang kali mendapat teguran dari beberapa staff yang bekerja sama dengannya. Terkain kerja sama dengan client yang ada di Bandung, kali ini Karina juga terjerat masalah. Marchel berusaha untuk memerbaiki semua masalah ini, tetapi dia juga seperti berada di pihak yang dirugikan. Salah satu perusahaan yang ada di Bandung itu meminta beberapa produk jadi sebagai tanda kerja sama sesuai kesepatakan yang berlaku. Tetapi, saat itu memang Marchel tidak ada di situ sehingga pihak yang menandatangani dokumen tersebut adalah Karina. “Kamu tau Karina, ini loh yang ditakutkan!” tegas salah satu staff yang sedang memandang beberapa dokumen hasil print dari teman sebelahnya. Karinya hanya memegang catatan kecil yang dia bawa setiap harinya. Sedikit ketakutan karena orang yang memarahi dirinya adalah orang senior juga di kantor tersebut. Dia pun menjelaskan bahwa untuk menandatangani hal tersebut pihak clien memang seperti memaksa dan itu
Wanita misterius itu mengenakan pakaian berwarna soft yaitu kemeja berwarna biru muda dan dipadupadankan dengan celana cullote berwarna putih. “Lo dulu bilang kalo dunia kerja itu tempatnya orang-orang yang berperilaku keras. Sekarang lo jilat ludah sendiri?” tanya Luna. Luna sudah berada di depan meja Karina dnegan kedua tangan yang menelungkup secara bersamaan. Dia menunggu momen ini sudah sejak lama karena memang ada niatan untuk menghancurkan Karina dari berbagai arah termasuk kariernya sendiri. Karina yang sedang dilanda stress pun akhirnya balik badan mendengar kalimat itu yang ternyata keluar dari mulut adik tirinya. “Lo?! Lo—” “Apa?! Kenapa lo sebegitu kagetnya ngeliat gue? Apa gue ini hantu yang menakutkan?” ledek Luna sedikit bergurau tetapi dengan nada yang menyindir. “Berani-beraninya lo bilang begitu seenaknya, Luna!” tegur Karina sambil menodong kuat dnegan jari telunjuknya. “Hm! Gue baru dapet kabar dari divisi sebelah kalo pengiriman produk yang jumlahnya ratusa
"Kalo bukan karena permintaan maaf, gue juga ogah nih makan malem bareng dia," ujar Karina dalam hatinya. Sudah lima menit dirinya duduk di meja makan yang dipesan oleh Marchel sendiri. Dia mencoba untuk diam dan seolah tak menolak hanya untuk masalah yang sudah dia lakukan kepada perusahaan Marchel. "Mana gue udah janji juga kalo gue udah ga mau buat pulang malam lagi. Aduh, gue nahan malu kaya gini di depan dia!" lanjutnya dalam hati. Perasaan kesal itu cukup membuat diri Karina sedikit canggung saat berhadapan dengan Marchel yang sudah ada di depannya. "Aku sudah memesan beberapa makanan kesukaanmu seperti biasa," ucap Marchel. "Memangnya harus banget ngobrolin masalah kemarin di sini? Bukannya ini tempat umum?" tanya Karina sedikit penasaran. "Iya, justru itu. Aku lebih suka ngobrolin masalah di luar kantor karena pikiran jauh lebih fresh dan tentunya juga tidak ada orang dalam yang tahu apa yang kita obrolin sekarang," jawab Marchel dengan tenang. Dia mengeluarkan ponselnya
“Sumpah gue bisa gila kalo hari ini kerja!” ucap Karina di depan jendela kamarnya. Usai bangun tidur di hari libur, Karina merasa lega karena masih bisa menghirup udara pagi dan cahaya matahari belum begitu masuk ke dalam kamarnya yang artinya dia bangun tidak terlalu siang. Bukan tanpa sebab, melainkan Karina sendiri sudah seperti mabuk dengan pernyataan dari Marchel soal pertemuannya semalam. “Gue gak habis pikir gimana caranya gue menyikapi dia. Sedangkan gue masih butuh informasi kejelasan soal dia, mantan istri, dan anaknya itu,” ungkap Karina sedikit melamun melihat pot bunga yang sudah terbelah jadi dua. Di balik jendela itu, Karina mulai menghela napas panjang. Mencoba untuk memikirkan soal perasaan Marchel kepada dirinya di malam hari kemarin. “Apa ini momen yang pas buat gue minta penjelasan ke dia sebelum gue sendiri menjawab pertanyaan itu,” ungkap Karina. “Tapi … ngapain juga gue jawab pertanyaan dia, kan ga ada hubungannya sama dia. Lah orang dia sendiri yang ngung
Siapa sangka, kalimat yang dilontarkan oleh Karina ternyata cukup membuat Luna sakit hati. Tepat di hari pertama masuk kerja setelah libur weekend, kini Luna merencanakan sesuatu yang akan membuat kakak tirinya kembali mengalami masalah! “Tunggu saja pembalasan gue. Dalam bentuk apa pun itu, gue akan terus mencari cara bagaimana caranya untuk ngancurin lo perlahan!” gumam Luna dengan sedikit geram. Lift tertutup. Bayangan Karina pun hilang begitu saja dari balik pintu lift. Luna yang sedari tadi berdiri di depan sebuah meja kecil pun akhirnya melangkah perlahan. Dia berpapasan dengan Kayla yang sudah dia ingat sebelumnya bahwa wanita tersebut adalah adik dari Marchel. Sedikit saling berpandangan, tetapi Luna memilih untuk cuek dan tidak mau menyapa sama sekali kepada Kayla. Di tempat lain, Karina masih tidak percaya bahwa hari ini adalah hari yang membuatnya sedikit bergetar hatinya. Bagaimana tidak, usai Marchel mengungkapkan semua perasaannya secara terang-terangan, kini dia d
Minggu terakhir di bulan itu, Marchel mencoba untuk menyendiri lebih dulu. Di teras lantai dua rumahnya, terlihat sudah secangkir kopi dan biskuit yang menemani Marchel untuk kali ini.Dia sama sekali tidak ingin terlalu banyak pikiran setelah beradu debat dengan orang terdekatnya di kantor, Daniel.“Aku sama sekali tidak menyesal mengeluarkan dia. Harusnya dia yang menyesal karena sudah aku keluarkan di perusahaanku,” ucap Marchel sambil memandang ke arah taman rumahnya.Meskipun pikiran sedang ruwet, tetapi Marchel bukan lah orang yang suka menyesap sigaret. Dia selalu saja membiarkan dirinya termenung dan mengisitrahatkan pikirannya.“Benar, aku harus segera menjelaskan kepada mama secaptnya,” ucapnya.Pagi hari itu memang sudah dijadwalkan oleh Marchel untuk berbicra empat mata dengan Tania. Meskipun di balik itu semua Kayla tetap saja ragu dan takut kalo saja mama bisa marah atas tindakan yang dilakukan oleh kakanya.Karena tidak mendapat izin untuk berunding, Kayla hanya
Hari ini sesuai dengan janji Marchel, dia akan membawa Karina datang ke rumahnya. Semua dilakukan agar Tania atau mama kandungnya sendiri yang harus segera mengetahui semua sebelum Rosa berulah lagi.“Dengarkan aku, Karina,” ucap Marchel sambil memegang tangan Karina yang dingin karena merasa gugup sudah berada di depan rumah Marchel.“Mama tidak menakutkan seperti yang kamu pikirkan. Dia orang yang punya empati yang tinggi dan bisa melihat masalah dari berbagai sisi.Jadi, tolong berikan citra positif dan yakinkan dia bahwa kamu bukan orang yang sembarangan dan semua tuduhan itu salah,” ucap Marchel meyakinkan.Karina hanya memandang ke arah Marchel dengan dalam lalu menghela napas dalam saat melihat pintu rumah Marchel masih tertutup rapat.Karina mengangguk dan melepaskan seat belt lalu turun berdampingan dengan Marchel masuk ke rumah tersebut.Agenda ini memang sudah dijadwalkan untuk Karina sendiri karena Tania juga siap untuk menerima penjelasan dari karina.Dari situ,
“Apa benar kamu mengajak wanita itu ke hotel, Marchel!” Teriakan itu membuat salah satu asisten rumah tangga di rumah Marchel langsung kembali mengambil alat pel dan keluar dari ruangan tersebut.Satu kalimat yang tinggi itu sontak membuat Kayla langsung berdiri menghadap mama nya sendiri. Termasuk Mmarchel yang juga tidak tau apa tuduhan yang selanjutnya diterima kepadanya.“Apa maksud—”“Berhenti, Marchel!” bantah Tania dengan menodong tangannya ke arah anak pertamanya itu. Sekian dirinya mulai mendapat kabar tentang hotel yang diberikan oleh Rosa berupa sebuah foto.“Sekarang, jawab jujur kepada mama! Apa yang kamu lakukan dengan wanita murahan itu di hotel hah!” bantah Tania.Marchel langsung menggeleng kepalanya karena tidak ingin mendengar Karina mendapat tuduhan wanita seperti itu.Dia pun sadar bahwa mama nya belum bisa mengontrol emosinya atau memang masih mendapat teror dari mertuanya sendiri.“Mah, sekarang Marchel mau jelasin dulu. Mama tenang dulu, duduk di sini
Tuduhan kesekian kalinya membuat Tania sedih. Rosa dan Anita selalu saja datang saat dirinya tak ingin mengharapkan itu.Terlebih lagi soal Marchel yang dituduh menginap di hotel dengan Karina. “Ini benar sesuatu yang tidak bisa aku terima. Apa benar Marchel itu melakukan hal itu?” pikir Tania di dalam hatinya.Pagi menuju siang itu membuat Ttania sedikit pening. Dia pun langsung menutup pintu rumah dan beristirahat sejenak.Kayla, yang sudah mengetahui semua masalah itu pun mengelak bahwa Kkarina tidak mungkin berbuat demikian.“Kak, kamu harus segera bilang ke mama. Aku tidak biasa mendengar tudahan seperti ini. Apalagi ini juga menyangkut kedua keluarga besar.Aku takut citra kakak pasti jelek di antar keluarga mereka,” ucap Kayla kepada Marchel saat berada di ruang tengah.“Sudah pasti, Kayla. Citra kakak sudah hancur saat itu juga. Aku tidak percaya Mama Rosa akan mengatakan hal ini kepadaku terlebih soal tuduhan itu.Ini sangat berbahya buat diriku sendiri dan semua mas
“Kamu gila Marchel! Ngapain wanita penggoda itu malah mau kau jadikan sebagai istrimu?” tanya Tania dengan membentak.“Aku sama sekali tidak pernah setuju mama bilang dia adalah wanita penggoda. Sekarang, tenangkan semua emosi mama.Aku akan menceritakan semuanya dengan jelas. Dengan bukti. Bukti siapa yang menyebarkan video itu dan siapa dibalik dalang semua ini,” tegas Marchel.“Mama tidak—”Tiba saja Marchel langsung keluar dari ruangan tersebut. Percakapan pun berakhir karena Marchel tau jika nantinya ucapan itu akan diteruskan, pasti tidak ada jalan temunya.Semua yang dijelaskan olehnya akan sia-sia saja karena Marchel tidak mau berdebat dengan Tania yang masih marah.Untuk menghindari hal itu, Marchel langsung keluar dari ruangan utama. Kembali ke rumahnya di pagi hari setelah menjalankan satu hari weekend di rumah.Tania memang belum menyentuh rumah Marchel dalam seminggu setelah kasus itu terjadi. Dia merasa sangat gagal mendidik Marchel dan masih terpengaruh oleh uca
“Jadi, dia membayar upah untukmu?” “Maaf, Pak Marchel … Say—”“Berhenti! Mulai sekarang, kamu saya berhentikan kerja di sini. Urus semua data ke HRD hari ini juga! Saya tidak mau tau!” Percakapan singkat itu membuat Marchel semakin geram kepada petugas cctv yang selama ini dia percayai. Bagaimana tidak, petugas tersebut menerima upah dari Daniel untuk meminta salah satu video yang sampai saat ini sudah tersebar.Kecewa yang sangat mendalam itu pun akhirnya membuat Marchel semakin murka. Dia berjalan dnegan langkah yang lebar denganw ajah yang kesal.Bukan kembali ke ruangan kerjanya melainkan ke ruangan HRD. Di dalam ruangan itu, Marchel benar-benar sudah bulat untuk menyampaikan apa yang dia inginkan.“Sekarang, atas nama Daniel. Buat suarat PHK untuknya. Urus semua adm dan segalanya hari ini juga. Saya tidak mau tau, sekarang surat itu harus turun ke Daniel!” gugat Marchel.HRD perusahaan pun kaget melihat emosi Marchel yang mendadak. Dia tidak tau apa yang sedang terjadi, sehingg
“Lo gapapa ngajak gue makan malam gini?” tanya Karina.Marchel hanya memandang dirinya tanpa mengatakan apa pun, lalu mengaduk minuman yang dia pesan sebelumnya.Dengan wajah yang cukup lesu, karena penuh dengan kerjaan yang harus segera dilaporkan, Marchel pun berdecak.“Tidak ada yang melarang aku buat ngajak kamu makan di sini. Biarkan saja orang lain tau hubungan kita, memang aku serius juga kok,” jawab Marchel dengan santai.Karina mencoba menancapkan garbu pada steak miliknya, lalu berhenti sejenak. Dia melihat ke arah Marchel dengan tatapan kosong saaat lelaki itu berhenti berkata.Ada salah satu ucapan yang membuat Karina sedikit bingung, bukan lain adalah kata serius. “Serius maksudnya?” tanyanya.Marchel mencoba menelan makanan yang sudah ada di mulutnya, lalu mengambil selembar tissu dan mengelapnya di ujung bibir.Saat itu, Marchel langsung menyesap minumannya sedikit. “Aku bilang benar dan jujur. Aku bilang ke kamu kalo hubungan ini akan dibawa serius, Karina.”K
“Gue sama sekali gak tau siapa orang itu,” ucap Karina dalam hatinya.Setelah mengetahui bahwa Marchel mengatakan dirinya menjadi tuduhan, kini Karina sama sekali dibuat pusing dengan beredarnya foto tersebut.Dia pun melihat ke arah cctv ruangan tersebut dan segera memukul ringan kepalanya berulang kali. “Gue juga gak sadar sih gila kali ngelakuin hal semacam itu bisa-bisanya ada cctv dan gue seenaknya gitu gak sadar!”Karina terus memarahi dirinya sendiri. Seolah ini adalah kesalahannya sendiri, terlebih ketika dia melihat foto yang dikirim oleh Marchel melalui teleponnya.“Gila lo Karina! Pantes aja mereka bilang nuduh gue ini itu karena gue juga gak sadar ada kamera cctv di sini. Belum lagi orang stress itu kok bisa sampai berani pasang video?” lanjut Karina.Hari ini Marchel datang terlambat. Izin kepada seluruh bawahannya untuk menunda meeting di sore hari. Karina, yang masih duduk di depan laptopnya pun masih tak bisa berpikir untuk bekerja saat itu juga.Energinya seol
"Apa kamu lupa dengan janjimu, Marchel!?" bantah Tania.Setelah melakukan banyak sekali perdebtan soal Kkarina, kini Marchel tertampar dengan kalimat Tania, ibu kandungnya sendiri.Dia ngat bahwa salah satu pesan dari mantan istrinya yang meninggal adalah bukan tentang wanita lain. Tetapi, soal anak mereka yang baru saja lahir ke dunia."Mah, Marchel bisa jelasin semuanya. Ini bukan tentang Karina, dan ini salah paham, Mah," jawab Marchel memohon.Lepas pulang dari kantor, Marchel kembali menghadap Tania yang terus seperti layaknya seorang wartawan. Tania bercerita maksud kedatangan Rosa ke rumahnya di siang hari itu.Saat itu juga Tania memberikan semua bukti foto yang sudha berhamburan di lantai dengan jelas kepada Marchel."Lihat apa yang kamu lakukan!" bantah Tania.Seperti sebuah ancaman, Tania pun seperti ingin menampar anaknya sendiri. Pengaruh ucapan dan bukti foto yang diterima dari Rosa membuatnya seketika kesal dengan Marchel sendiri.Dia tak bisa menjelaskan secar