Kapal pengangkut barang sudah kembali, Callista tampak melihat ke sana kemari dan mencari keberadaan Gero. Ke mana pria itu pergi? Jika Callista mempertanyakan tentang Gero kepada salah satu pekerja, apakah mereka akan mencurigainya? Callista tidak bisa bertindak sembarangan, apalagi yang bekerja di sana adalah anak buah ValHolitz. Dia tidak mau terlibat dengan mereka.
Kini dirinya berdiri di salah satu bangunan seraya memperhatikan orang yang berlalu lalang. Cukup banyak insan yang beraktivitas, wanita ini terus bergumam dan mengeluhkan tentang keberadaan orang-orang di pelabuhan. Kenapa sampai sebanyak ini? Pikirnya.
Di sisi lain, dirinya habis dari rumah Leif untuk mempertanyakan tentang kelompok mana saja yang menerima Fernando untuk bergabung. Ternyata cukup banyak, dan Callista tidak mengetahui beberapa nama kelompok itu. Namun dia pernah mendengar beberapa nama yang tidak asing baginya. Setidaknya Callista pernah berteman dengan salah satu orang dari mereka. Ren
“Kesepakatan? Apakah maksudmu Fernando terbebas begitu saja dengan mudah karena sebuah kesepakatan?” tanya Gero memastikan. Callista melihat ke arah pantai lagi untuk kesekian kalinya.“Entahlah. Aku hanya menebak, tapi bisa saja hal itu terjadi mengingat Fernando mudah untuk membuat orang lain percaya dengannya. Entah kesepakatan seperti apa yang dia lontarkan, pasti dia mengatakan sesuatu. Tidak mungkin membayar mereka agar membebaskan dia, kan?” jawab Callista. Gero membuang napasnya. Dia mengira kalau Callista tahu sesuatu, ternyata hanya sebuah tebakan semata.“Ya, Fern membutuhkan uang untuk hidupnya, dia tidak akan membuang uang hanya untuk menutup mulut mereka. Lagi pula bos mafia mana yang membutuhkan uang anak buahnya sendiri? Namun kalau tebakanmu benar, apakah dia akan membuat kesepakatan dengan bos-bosnya itu? Bos Fern bukan hanya satu,” balas Gero. Callista berdecak kesal, dia memikirkan kembali kemungkinan seperti apa yang bisa dilakukan Fernando untuk terbebas dengan k
Perkataan pria tersebut mengejutkan Richard, bahkan Oscar sampai menolehkan kepala. Mereka menatap orang itu. Apakah benar pelaku penembakan sudah ditangkap? Richard pun bertanya, “Pelaku penembakan yang mana?”“Yang mana lagi kalau bukan yang sudah membunuh Maxton? Aku tidak terima apa yang dilakukan pelaku kepada rekan kerjaku, makanya diam-diam aku mencari tahu tentangnya. Kebetulan sekali dia sedang berada di Battipaglia. Mudah untukku menemukan si pelaku,” jawabnya.“Benarkah? Sejak kapan kau tahu bahwa pelaku berada di Battipaglia?” tanya Oscar.“Minggu lalu. Aku mendapatkan informasi dari seseorang yang aku kenal. Memang tidak mudah untuk menangkapnya dan aku harus melalui kesulitan karena bekerja seorang diri, tapi aku berhasil membuatnya mengakui perbuatan dia.” Jawaban pria itu membuat Richard berdiri dari duduknya. Pria ini menghampiri sebuah koper yang dibawa oleh si pria. Merasa sang bos sudah menyadari sesuatu yang ada di dalam koper, pria tersebut pun menghampiri.“Kau
Tim Chasseurs tampak sibuk mempersiapkan diri mereka untuk menjalankan misi selanjutnya. Misi ini cukup sulit hingga Fritz dan Letizia diikutsertakan untuk kesekian kali. Dua insan itu tidak bisa menolak karena sang bos yang meminta keduanya bergabung. Ditambah tidak ada misi yang harus dijalankan Fritz atau Letizia.Sebenarnya Fritz enggan menjalankan misi bersama Callista, karena terakhir kali mereka hendak melakukannya, mereka dihadang oleh ValHolitz. Fritz tidak mau berhadapan lagi dengan para mafia itu. Dirinya sempat menolak misi dari sang bos, tapi Alberto keras kepala membuat dia tidak bisa berbuat apapun.Alberto bilang kalau seseorang yang akan dihadapi tim Chasseurs cukup merepotkan, apalagi ada anak buah yang menjaga target mereka. Beruntungnya anak buah musuh tersebut tidaklah banyak, hanya ada beberapa. Namun tetap saja, mereka harus tetap berhati-hati karena musuh bersenjata.Fritz melihat Callista yang sedang melamun di dalam mobil. Pria ini pun menghampiri sang teman
Callista membuka matanya perlahan, seketika dia meringis kesakitan di area kepalanya. Callista mencoba untuk melihat di mana dirinya berada. Sebuah ruangan rumah sakit tampak jelas di mata dia, beberapa orang tampak sedang berbicara. Callista pun menolehkan kepala ke arah kanan ranjang, dia terkejut melihat ada Vittoria di ranjang sampingnya. Sementara di ranjang sebelah kanan ada Justin yang sedang terduduk di tepi ranjang. Kepala Justin di perban, dan terdapat luka-luka di lengannya.Callista tidak bisa melihat orang yang ada di ranjang depan, begitupun ranjang yang ada di sebelah ranjang depan itu. Di mana yang lainnya? Kenapa mereka tidak ada? Apa yang terjadi sebelum mereka ada di sini? Pertanyaan itulah yang diajukan Callista di dalam benak. Dirinya pun melihat lagi ke arah Justin.“Justin?!” serunya. Pria itu menoleh. Tampak terkejut seraya berdiri dari duduknya.“Syukurlah kau sudah sadar. Aku begitu panik ketika kau dan yang lainnya ti
“Kau jangan bercanda, Rico!” omel Vittoria. Federico menggelengkan kepalanya.Dengan wajah serius, dia berkata, “Tidak, Vitt! Beberapa menit lalu Letizia tersadar dari pingsannya, dia tidak ingat siapa aku, malah menanyakan seseorang yang dia panggil kakak. Ketika ku panggil dokter, katanya ada kemungkinan kalau Letizia mengalami gegar otak.”“Gegar otak?” tanya Callista. Federico menoleh dan mengangguk.“Letizia akan menjalankan pemeriksaan lebih lanjut, tapi kita harus memanggil keluarganya untuk menandatangani surat dari dokter,” jawabnya. Callista mendengkus pelan. Dia tidak menyangka kalau Letizia sampai hilang ingatan.“Setahuku kakak wanita itu sudah tiada,” ungkapnya membuat tiga orang itu menoleh.“Apakah kau tahu keluarganya?” tanya Federico.“Tidak,” jawab Callista. Mereka pun saling terdiam satu sama lain. Mereka kebingungan karena tidak tahu apap
Callista dan Vittoria sudah diperbolehkan untuk pulang. Sebebasnya mereka dari perawatan, keduanya langsung pergi dari ruang rawat. Vittoria menemui Lionello, sementara itu Callista menemui Letizia. Wanita tersebut masih hilang ingatan, menurut dokter Letizia mengalami gegar otak ringan dan amnesianya hanya sementara. Perlu waktu lama untuk membuatnya mengingat kembali. Dokter meminta agar Letizia tidak dipaksa untuk mengingat karena akan membuatnya memaksa mengingat dan hal tersebut cukup berbahaya untuk otaknya. Akan jauh lebih baik kalau Callista serta yang lain mengingatkan masa lalu Letizia secara perlahan.“Kapan aku akan pulang?” tanya Letizia.“Mungkin beberapa hari lagi, dokter bilang kalau kau akan menjalani beberapa pemeriksaan setelah itu kau boleh pulang,” jawab Callista. Letizia hanya manggut-manggut saja.Sejujurnya Callista enggan untuk menjenguknya karena dia tidak begitu mengenal Letizia, ditambah dia sibuk mengurusi hal
Callista begitu terkejut setelah melihat siapa orang yang ada di depannya. Seorang pria yang dia kenal terduduk di atas kursi, diikat dan wajah babak belur. Callista yakin Justin tidak mungkin diam saja ketika melakukan interogasi terhadap pria ini. Pasti pukulan demi pukulan dilakukan agar pria itu berbicara.“Hahaha … ternyata … ternyata kau anggota Forezsther. Untuk apa kau menanyakan tentang bosku? Apakah untuk mencuri informasi? Aku yakin bos sudah tahu SIAPA DIRIMU!” oceh orang itu. Callista hanya bisa mematung, dia tidak menyangka kalau orang inilah yang sudah menabrak mobil tim Chasseurs.“Kau mengenalnya, Zouch?” tanya Justin. Callista mengangguk pelan.“Dia adalah Gabriel, salah satu anggota ValHolitz. Beberapa waktu lalu aku bertemu dengannya untuk meminta informasi tentang bos dia,” jawab Callista. Terdengar Justin membuang napas dengan kasar. Sepertinya kecelakaan itu masih berhubungan dengan apa yan
“Kebetulan sekali kita bertemu, Richard. Baru saja aku ingin menghubungimu,” kata Callista membuat pria itu mengangkat kedua alisnya.“Menghubungiku? Memangnya ada apa?” tanya Richard.“Kau masih ingat kalau aku sedang mencari pelaku yang sudah membunuh suamiku, kan?” tanya balik Callista. Richard menganggukkan kepalanya. Callista melanjutkan, “Aku sudah memiliki petunjuk besar yang mengarahkannya kepada si pelaku.”Tampak Richard membelalakkan matanya. Tentu saja Callista menyadari kalau pria itu terkejut. Entah kenapa Callista merasa kalau Richard mengetahui sesuatu, buktinya saja dia sampai berekspresi seperti itu ketika Callista berkata begitu. Apakah Richard benar-benar terlibat dengan kejadian penembakan itu? Tanya Callista dalam hati.“Ke-kemajuan yang bagus kalau begitu,” kata Richard. Callista mengangguk.“Ya, mungkin petunjuk itu bisa membuatku tahu siapa pelaku penembakan.
Hal tersebut mengejutkan Richard dan Callista. Alberto malah menodongkan benda itu kepada anak buahnya sendiri. Tentu saja Callista tidak terima. Dirinya langsung mengomel. “Apa-apaan kau ini? Kenapa kau menodongku?”“Ku bilang pilihlah! Kau berpihak kepada siapa? Aku atau orang itu hah?” tanya Alberto tanpa menjawab pertanyaan Callista.“Apa maksudmu aku harus memilih?” tanya Callista lagi.“Cih! Sadar dirilah, Wanita sialan! Belakangan ini kau terus membela pria itu. Bahkan kau menggagalkan misimu dan terus menentang aku. Aku curiga kalau kau memiliki perasaan khusus kepadanya sehingga kau bersikap begitu. Iya, kan?” geram Alberto membuat Callista menganga tak percaya. Sang bos malah mempertanyakan hal seperti itu kepadanya. Pertanyaan tersebut cukup sulit untuk dijawab Callista untuk saat ini.“Ja-jangan main-main denganku, Pak Tua! Mana mungkin aku memiliki perasaan seperti itu kepadanya. Bukankah
Sepertinya Richard tak begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Callista kepadanya. Alih-alih menghindar, Richard malah berjalan maju sehingga ujung pisau tepat berada di leher dia. Hal ini membuat Callista mendesis lalu menurunkan benda tersebut. Richard yang sudah tahu reaksi Callista hanya tersenyum lalu memeluk wanita itu. Anehnya, meski kesal, Callista tak menghindar bahkan membiarkan Richard memeluk dirinya.“Kenapa kau begitu berani meski senjata tepat di depan matamu? Aku bisa saja membunuhmu dalam jarak sedekat ini,” tanya Callista yang keheranan.“Karena aku yakin kalau kau tak akan berani melakukannya. Buktinya saja sekarang kau menurunkan senjatamu,” jawab Richard. Lagi-lagi Callista tak menyangkal, dia hanya memasang wajah sedih. Karena Richard sedang memeluknya, bos mafia itu tidak melihat bagaimana raut wajah Callista sekarang.“Kau tahu? Aku merasa kalau kau tak memiliki alasan untuk membenciku. Ku akui aku menyembu
Callista terkejut ketika melihat Fernando membelalakkan matanya. Pria itu pun terjatuh begitu saja membuat Callista menjerit. Ternyata tembakan itu berasal dari belakang Fernando. Callista melihat ke arah pelaku yang sudah melepaskan pelurunya ke mantan suaminya itu. Ternyata Richard, Bos ValHolitz yang selama ini tidak terlihat. Callista terkejut karena Richard menembak Fernando.“Kenapa kau menembaknya?” tanya Callista.“Karena dia akan menembakmu,” jawab Richard seraya berjalan mendekati mereka. Callista melihat tubuh Fernando yang sudah dipenuhi darah. Pria tersebut mengerang kesakitan di area punggungnya.“Aku tidak mengenai titik vitalnya, dia akan baik-baik saja,” ucap Richard setelah berhasil mendekati mereka dan berdiri tak jauh dari keduanya.“B-bos?! Ke-kenapa kau ke sini?” tanya Fernando terbata-bata.“Karena aku melihat istriku akan dibunuh oleh anak buahku sendiri,” jawabnya.
Perang dimulai, lokasi yang ditentukan sudah dipenuhi oleh dua kelompok yang sedang bertarung. Sesuai dengan perjanjian bahwa tak ada pengeboman. Kini murni hanya pertarungan keduanya yang menggunakan senjata api dan senjata tajam. Suara tembak menembak terdengar di medan perang, tak sedikit yang sudah tumbang akibat terkena peluru musuh. Bahkan sniper tersembunyi juga melakukan aksinya dari suatu tempat yang tak diketahui oleh siapapun. Begitupula dengan para pemimpin.Demi menguatkan pasukan, Forezsther bergabung dengan anggota dari kelompok Fulgen Famiglia. Meski tak semua anggota dari kelompok tersebut turun tangan, tapi pasukan Forezsther menjadi bertambah. Tentu saja ValHolitz kewalahan karena tak ada kelompok pendukung, mereka berjuang sendiri. Jumlah mereka jauh lebih banyak dari Forezsther dan Fulgen Famiglia, sayangnya, kebanyakan orang yang terkapar di tanah dari kelompok mafia ternama di Kota Napoli itu. Untuk saat ini, Forezsther jauh lebih unggul ketimbang ValHo
“Secara langsung, aku melihat bagaimana Easter disiksa di depan mataku, bahkan tanpa hati mereka mempermainkannya. Aku yang sudah tidak sanggup mulai berbicara demi bisa menyelamatkan diriku serta temanku. Meski Easter terus memarahi, aku tetap mengatakan kepada mereka tentang Forezsther. Namun sialnya, mereka tidak menepati janji dan justru semakin mempermainkan Easter di depan mataku. Tubuhnya yang sudah dipenuhi darah, tanpa sehelai kain, dan terus menyiksanya tanpa henti meski dia tak lagi berteriak kesakitan. Aku … aku hanya bisa melihatnya, tanpa bisa melakukan apapun dan hanya bisa menangis dalam diam. Ba-bahkan ketika Easter disakiti, aku ….” Justin melihat Callista yang berusaha untuk menahan diri agar tidak menangis. Padahal sedari tadi Callista terus memegangi dadanya dengan tubuh yang bergemetar dan suara yang mulai bergetar. Namun wanita tersebut tetap melanjutkan. Justin mencoba untuk meminta Callista untuk berhenti, sayangnya, Callista terus berbicara.
Dalam satu jam, Kristian pun datang menghadap ke bosnya. Sang bos langsung mengomeli Kristian yang sudah lengah. Tentu saja pria itu tak mengerti kenapa dirinya sampai dimarahi. Richard menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya. Hal ini mengejutkan Kristian. Dirinya tak menyangka kalau Callista akan mengikutinya, bahkan mendengarkan pembicaraan dia dengan Gabriel.“Kau sangat bodoh, Kristian! Bukankah aku sudah peringati agar tidak usah menceritakannya kepada siapapun? Kau tidak menepati janjimu bahkan secara sembarangan mengungkapkan hal ini ke orang lain. Karena kecerobohanmu, Callista mengetahui semuanya dan dia malah menanyakannya kepadaku. Dengan terpaksa aku memberi tahu dia,” omel Richard seusai memberi tahu Kristian tentang kehadiran Callista satu jam lalu.“Maafkan aku, Bos! Gabriel sangat memaksa sehingga aku harus menceritakan kepadanya. Ka-““Jangan menyalahi orang lain karena kesalahanmu sendiri!” tukas Richard memb
Seusai berkata begitu, Richard pun melepaskan Callista. Wanita tersebut segera menjauhi Richard dan menatapnya dengan tajam. Meski dia tahu kalau dirinya akan kalah, Callista tetap ingin menyerang Richard karena baginya ini adalah kesempatan. Sayang sekali, Richard jauh lebih kuat daripada dia.“Jika kau melakukan hal itu di kantorku, para anak buahku tidak akan tinggal diam. Kau akan diserang oleh mereka, Callista! Lebih baik tahan dirimu sebelum waktunya tiba, lagi pula ketika penyerangan nanti, aku akan turun tangan langsung untuk menyerang kalian bersama dengan para anak buahku. Aku tak akan melarikan diri,” kata Richard lagi.“Harusnya aku membunuhmu waktu itu,” geram Callista membuat Richard tertawa pelan.“Sekarang kau menyesal tidak membunuhku?” tanya Richard. Callista tidak menjawab pertanyaan itu, wanita tersebut hanya menatap Richard dengan tajam. “Entah apa alasanmu, tapi kau memberikan aku kesempatan. Dengan
Callista terdiam, berusaha untuk mengingat tentang pasangan yang sudah dibunuhnya. Melihat Callista yang kebingungan, Richard pun mengambil dokumen dari dalam laci mejanya lalu memberikannya kepada wanita itu. Callista melihat isi dari dokumen tersebut yang menampilkan informasi tentang dua pasangan yang mereka bicarakan.“Mereka adalah kedua orang tua Kristian yang bekerja sebagai agen rahasia untuk beberapa kelompok mafia. Mereka hanya tinggal berdua di apartemen itu. Kau pergi ke sana untuk membunuh keduanya. Kebetulan Fernando berada di tempat lain dan ketika melihat orang tuanya, mereka sudah tiada dengan luka tusukan di mana-mana. Sempat ada perlawanan, terbukti dari beberapa barang yang hancur. Sekarang kau sudah mengingatnya?” ungkap Richard seraya melihat ke arah Callista.Wanita menganggukkan kepalanya. “Ya, aku baru ingat dengan misi itu. Misi yang diberikan oleh bosku karena mereka pernah bekerja dengannya dan berkhianat. Karena pengkhiana
“Hah?! Apa maksudmu?” tanya Callista.“Aku hanya ingin tahu, siapa yang akan kau bela ketika peperangan itu terjadi,” jawabnya.“Cih! Kau masih saja memikirkan hal seperti ini, bukankah seharusnya kau mengkhawatirkan kelompokmu sendiri? Ditambah kau sudah menyatakan perang kepadaku yang notabenenya adalah anggota Forezsther. Mungkin kau juga sudah memberi tahu Alberto,” kata Callista.Richard mengernyitkan dahi keheranan. Kemarin sang istri tampak berbeda seperti biasanya, tapi sekarang malah bersikap sama. Perubahan Callista membuat Richard menjadi bingung. Pria itu pun membalas, “Aku lebih khawatir kau akan menjadi korban atas peperangan yang akan terjadi. Akan jauh lebih baik kalau kau tidak terlibat dan tak perlu ikut perang. Ka-““Jangan naif, Bos Mafia! Sekeras apapun aku menyangkal, aku tetaplah anggota Forezsther dan tak mungkin bagiku untuk bersembunyi. Berjuang bersama temanku akan jauh lebih