Betapa terkejutnya Callista ketika melihat siapa yang datang. Richard beserta dengan Oscar berdiri tak jauh dari dia. Richard pun menghampiri sang istri dan bertanya, “Kau baik-baik saja?”
Alih-alih menjawab, Callista malah balik bertanya, “Kenapa kau tahu aku ada di sini?”
“Tingkahmu mencurigakan, makanya aku ikuti dirimu. Maafkan aku karena lancang! Tidak ku sangka kau bertemu dengan pelaku utamanya,” jawab Richard lalu menoleh ke depan di mana orang yang mereka anggap sebagai pelaku utama atas penyerangan yang terjadi kepada ValHolitz. Bersamaan dengan itu, anak buah Richard berdiri dengan senjata mereka di berbagai tempat sehingga mengelilingi tempat ini. Kini sang pelaku tidak bisa melarikan diri, apalagi dirinya dikerumuni oleh banyak orang. Senjata yang mereka pegang juga ditodongkan ke arahnya.
“Belum tentu. Aku belum bisa memastikan siapa orang di balik penutup wajah itu, tapi ciri-cirinya sangat mirip dengan in
Callista sangat yakin kalau Antonio tidak mungkin bekerja sendirian, buktinya bukan hanya Antonio saja yang melakukan penyerangan beberapa kelompok asing. Kelompok tersebutlah yang telah dipekerjakan oleh Antonio. Callista tahu kalau pria itu tidak mungkin bekerja seorang diri, apalagi melawan ValHolitz yang terkenal dengan anggotanya yang banyak.Pertemuan Antonio dengan orang sebelumnya menjadi bukti bahwa dirinya memerintahkan orang lain untuk melakukan apa yang diinginkannya. Entah berapa banyak orang yang disuruh oleh Antonio untuk menyerang ValHolitz. Richard memintanya untuk memberi tahu, sayang sekali, Antonio memilih bungkam.“Berapa banyak orang yang akan menyerang ValHolitz? Beri tahu kami!” pinta Oscar. Antonio tetap diam, bahkan memalingkan wajah ke arah lain.“Kalau dia terus seperti ini, kita akan membawanya ke markas,” kata Richard.“Tunggu dulu! Dia adalah bagian dari Forezsther, entah masih anggota atau buka
Callista membantu Richard untuk berjalan mencari keberadaan Oscar, sang asistennya. Tidak lama kemudian, mereka menemukan pria itu yang sedang terkapar di dekat bangunan. Mereka menghampiri Oscar. Tampaknya sang asisten juga terlempar.“Oscar, bangunlah!” suruh Richard. Oscar mengerang kesakitan lalu membuka matanya.“B-bos!” serunya seraya mencoba untuk duduk. Callista membantu pria tersebut mengubah posisinya. “B-bos, kau baik-baik saja? Maafkan aku! Aku tidak sempat melindungimu. Ledakan itu berlangsung sangat cepat dan seketika pandanganku gelap.”“Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?” tanya Richard.“Sepertinya kepalaku terbentur, tapi aku baik-baik saja,” jawabnya. Richard menganggukkan kepalanya. Dia sedang senang karena sang asisten hanya mengalami luka ringan.“Bagaimana denganmu, Nyonya? Kau baik-baik saja?” tanya Oscar kepada Callista.“Bosmu melindun
Sesampainya di markas ValHolitz, Richard dan Oscar langsung ditangani oleh dokter khusus yang selalu ada di markas itu. Setelah mereka ditangani dengan baik, dokter pun pergi dari ruang medis. Kini hanya ada bos, asisten dan Callista saja yang ada di ruangan itu.“Aku harus pergi, seseorang memintaku untuk ke markas Forezsther,” kata Callista kepada Richard. Pria itu menganggukkan kepalanya.“Tunggu dulu!” Richard menahan Callista agar tidak pergi dengan memegangi pergelangan tangannya. Dengan cepat Callista menepis lalu sedikit menjauh.“Ada apa?” tanyanya dengan nada ketus. Tampaknya Callista tidak suka dipegang oleh Richard.“Terima kasih sudah menemaniku, bahkan ketika dokter itu mengobati aku,” kata Richard.Callista mendesis mendengar perkataan itu. Kedua tangannya pun dilipat di dada. “Jangan terlalu percaya diri! Aku hanya ingin memastikan bahwa kau masih hidup, dengan begitu aku bisa me
Bentakan Alberto mengejutkan semua orang, bahkan pria itu menatap tajam ke arah anggota tim Chasseurs. Tampaknya Bos Forezsther ini tidak terima dengan mereka yang menolak perintahnya. Tentu saja hal tersebut membuat Alberto menjadi kesal. Pria ini terus mengomeli mereka lemah, tidak sehebat melakukan misi lain dan seorang penakut. Meski diomeli, penolakan tetap berlanjut karena mereka tidak seberani itu untuk melawan seseorang yang ditakuti satu kota. Bahkan untuk menyerang anggota ValHolitz saja butuh keberanian yang besar, apalagi membunuh Bos ValHolitz. Tidak mungkin bagi tim Chasseurs melakukan pekerjaan berisiko seperti itu.“Kau tampak terburu-buru, seperti seseorang yang ingin segera memusnahkan musuhnya karena suatu hal yang ditakuti. Apakah kau sedang ketakutan, Alberto?” tanya Callista yang mulai curiga dengan tingkah Alberto yang terus memaksa mereka untuk melaksanakan misi darinya.“Bukan seperti itu! Aku sudah muak dengan ValHolitz, maka
“Setelah itu, balas dendam pun terus berlanjut hingga sekarang,” lanjut Alberto.“Kenapa dia harus menggunakan namanya sendiri? Bukankah hal itu cukup berisiko untuk Forezsther? Seharusnya kau tahu akan hal itu, kan?”“Ya, aku sangat tahu, tapi aku sudah mempersiapkan semuanya,” jawab Alberto membuat Callista mengernyitkan dahi. Lagi-lagi pria itu bangkit dari duduknya, berjalan mendekati Callista. Wanita ini sempat memundurkan tubuh karena khawatir sang bos akan melakukan sesuatu. Namun Alberto hanya berdiri di sampingnya.“Termasuk meledakkan orang yang mengaku sebagai Antonio palsu,” bisik Alberto. Mata Callista langsung membelalak lebar mendengar pengakuan sang bos. Ketika dia hendak menoleh, Alberto langsung meninju perut Callista hingga wanita itu terpelanting dan menubruk lemari buku. Dirinya tampak terbatuk-batuk seraya menahan rasa sakit. Tentu saja dia mengeluarkan darah akibat pukulan itu.“
Callista teringat dengan seorang wanita yang mengaku sebagai bagian dari kelompok mafia yang disebutkannya tadi. Dia pernah bertemu dengannya, tapi dia sudah lupa bagaimana wajah wanita tersebut. Setelah berusaha mengingat-ingat, akhirnya dia terkejut.“Ah! Ornella Fulgen! Ya, wanita itu pernah dijodohkan oleh Fulgen Famiglia kepada Bos ValHolitz. Dengan kata lain, ada kerja sama antara dua kelompok mafia ini. Namun kenapa Bos Fulgen Famiglia bertemu dengan Alberto? Apa yang mereka rencanakan?” tanyanya kepada diri dia sendiri.Banyak misteri yang belum dia ketahui tentang bosnya. Meski penasaran, dia tidak ingin terlalu ikut campur. Namun tetap saja, dia khawatir kalau pertemuan Alberto dengan Bos Fulgen Famiglia ada kaitannya dengan penyerangan kepada ValHolitz. Dirinya berharap kalau pertemuan mereka tidak membuat kota menjadi medan perang. Bisa-bisa polisi akan turun tangan dan hal itu merepotkan dia yang notabenenya seorang kriminal.Tidak lama
Richard tersenyum lalu membuka matanya. Melihat reaksi bos mafia itu membuat Callista berdecak. Namun dia tidak mengumpat lagi setelah melihat kondisi tubuh pria tersebut. Tubuh bagian bahu sampai dengan pinggang dipenuhi perban, begitupun dengan tangan kanannya. Callista dapat melihat dengan jelas karena Richard tidak mengenakan pakaian atas.“Kenapa kau tidak memakai baju?” tanya Callista.“Aku sulit mengangkat tanganku, rasanya menyakitkan,” jawabnya.“Pakailah, Bodoh! Penyakitmu akan bertambah kalau kau tidak memakai pakaian hangat,” suruh Callista.“Ambilkan untukku dan pakaikan!” suruh Richard membuat Callista menganga tak percaya. Pria tersebut malah menyuruhnya.“Aku tidak mau! Kakimu baik-baik saja, ambil sendiri!” omelnya seraya melipat kedua tangan di dada.“Oh begitu reaksimu? Sepertinya seseorang yang sudah ku selamatkan memang tidak memiliki niatan untuk balas bu
Dua hari semenjak ledakan di pelabuhan, Callista semakin gelisah karena dia tidak memiliki bukti untuk membuat kecurigaan ValHolitz kepada Forezsther menghilang. Tepat hari ini dirinya harus memberikan bukti tersebut di hadapan Richard. Namun dia tidak memilikinya, bahkan dia sendiri sudah tahu siapa dalang di balik penyerangan itu. Callista tidak tahu apa yang harus dilakukannya agar peperangan bisa dicegah.Kini dia sedang berada di markas tim Chasseurs, duduk seorang diri pojok ruangan seraya memandangi pemandangan luar. Kepalanya terus berputar, mencoba mencari cara. Sayang sekali, perasaan gelisah yang dirasakannya begitu mengganggu, mengakibatkan dia tidak bisa memikirkan sesuatu dengan baik. Berulang kali dia terus membuang napas kasar.Tiba-tiba saja, anggota tim Chasseurs masuk ke dalam markas. Mereka duduk di salah satu kursi. Tampaknya keempat orang itu tidak menyadari keberadaan Callista. Wanita ini pun berdiri dari duduknya dan menghampiri mereka.&
Hal tersebut mengejutkan Richard dan Callista. Alberto malah menodongkan benda itu kepada anak buahnya sendiri. Tentu saja Callista tidak terima. Dirinya langsung mengomel. “Apa-apaan kau ini? Kenapa kau menodongku?”“Ku bilang pilihlah! Kau berpihak kepada siapa? Aku atau orang itu hah?” tanya Alberto tanpa menjawab pertanyaan Callista.“Apa maksudmu aku harus memilih?” tanya Callista lagi.“Cih! Sadar dirilah, Wanita sialan! Belakangan ini kau terus membela pria itu. Bahkan kau menggagalkan misimu dan terus menentang aku. Aku curiga kalau kau memiliki perasaan khusus kepadanya sehingga kau bersikap begitu. Iya, kan?” geram Alberto membuat Callista menganga tak percaya. Sang bos malah mempertanyakan hal seperti itu kepadanya. Pertanyaan tersebut cukup sulit untuk dijawab Callista untuk saat ini.“Ja-jangan main-main denganku, Pak Tua! Mana mungkin aku memiliki perasaan seperti itu kepadanya. Bukankah
Sepertinya Richard tak begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Callista kepadanya. Alih-alih menghindar, Richard malah berjalan maju sehingga ujung pisau tepat berada di leher dia. Hal ini membuat Callista mendesis lalu menurunkan benda tersebut. Richard yang sudah tahu reaksi Callista hanya tersenyum lalu memeluk wanita itu. Anehnya, meski kesal, Callista tak menghindar bahkan membiarkan Richard memeluk dirinya.“Kenapa kau begitu berani meski senjata tepat di depan matamu? Aku bisa saja membunuhmu dalam jarak sedekat ini,” tanya Callista yang keheranan.“Karena aku yakin kalau kau tak akan berani melakukannya. Buktinya saja sekarang kau menurunkan senjatamu,” jawab Richard. Lagi-lagi Callista tak menyangkal, dia hanya memasang wajah sedih. Karena Richard sedang memeluknya, bos mafia itu tidak melihat bagaimana raut wajah Callista sekarang.“Kau tahu? Aku merasa kalau kau tak memiliki alasan untuk membenciku. Ku akui aku menyembu
Callista terkejut ketika melihat Fernando membelalakkan matanya. Pria itu pun terjatuh begitu saja membuat Callista menjerit. Ternyata tembakan itu berasal dari belakang Fernando. Callista melihat ke arah pelaku yang sudah melepaskan pelurunya ke mantan suaminya itu. Ternyata Richard, Bos ValHolitz yang selama ini tidak terlihat. Callista terkejut karena Richard menembak Fernando.“Kenapa kau menembaknya?” tanya Callista.“Karena dia akan menembakmu,” jawab Richard seraya berjalan mendekati mereka. Callista melihat tubuh Fernando yang sudah dipenuhi darah. Pria tersebut mengerang kesakitan di area punggungnya.“Aku tidak mengenai titik vitalnya, dia akan baik-baik saja,” ucap Richard setelah berhasil mendekati mereka dan berdiri tak jauh dari keduanya.“B-bos?! Ke-kenapa kau ke sini?” tanya Fernando terbata-bata.“Karena aku melihat istriku akan dibunuh oleh anak buahku sendiri,” jawabnya.
Perang dimulai, lokasi yang ditentukan sudah dipenuhi oleh dua kelompok yang sedang bertarung. Sesuai dengan perjanjian bahwa tak ada pengeboman. Kini murni hanya pertarungan keduanya yang menggunakan senjata api dan senjata tajam. Suara tembak menembak terdengar di medan perang, tak sedikit yang sudah tumbang akibat terkena peluru musuh. Bahkan sniper tersembunyi juga melakukan aksinya dari suatu tempat yang tak diketahui oleh siapapun. Begitupula dengan para pemimpin.Demi menguatkan pasukan, Forezsther bergabung dengan anggota dari kelompok Fulgen Famiglia. Meski tak semua anggota dari kelompok tersebut turun tangan, tapi pasukan Forezsther menjadi bertambah. Tentu saja ValHolitz kewalahan karena tak ada kelompok pendukung, mereka berjuang sendiri. Jumlah mereka jauh lebih banyak dari Forezsther dan Fulgen Famiglia, sayangnya, kebanyakan orang yang terkapar di tanah dari kelompok mafia ternama di Kota Napoli itu. Untuk saat ini, Forezsther jauh lebih unggul ketimbang ValHo
“Secara langsung, aku melihat bagaimana Easter disiksa di depan mataku, bahkan tanpa hati mereka mempermainkannya. Aku yang sudah tidak sanggup mulai berbicara demi bisa menyelamatkan diriku serta temanku. Meski Easter terus memarahi, aku tetap mengatakan kepada mereka tentang Forezsther. Namun sialnya, mereka tidak menepati janji dan justru semakin mempermainkan Easter di depan mataku. Tubuhnya yang sudah dipenuhi darah, tanpa sehelai kain, dan terus menyiksanya tanpa henti meski dia tak lagi berteriak kesakitan. Aku … aku hanya bisa melihatnya, tanpa bisa melakukan apapun dan hanya bisa menangis dalam diam. Ba-bahkan ketika Easter disakiti, aku ….” Justin melihat Callista yang berusaha untuk menahan diri agar tidak menangis. Padahal sedari tadi Callista terus memegangi dadanya dengan tubuh yang bergemetar dan suara yang mulai bergetar. Namun wanita tersebut tetap melanjutkan. Justin mencoba untuk meminta Callista untuk berhenti, sayangnya, Callista terus berbicara.
Dalam satu jam, Kristian pun datang menghadap ke bosnya. Sang bos langsung mengomeli Kristian yang sudah lengah. Tentu saja pria itu tak mengerti kenapa dirinya sampai dimarahi. Richard menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya. Hal ini mengejutkan Kristian. Dirinya tak menyangka kalau Callista akan mengikutinya, bahkan mendengarkan pembicaraan dia dengan Gabriel.“Kau sangat bodoh, Kristian! Bukankah aku sudah peringati agar tidak usah menceritakannya kepada siapapun? Kau tidak menepati janjimu bahkan secara sembarangan mengungkapkan hal ini ke orang lain. Karena kecerobohanmu, Callista mengetahui semuanya dan dia malah menanyakannya kepadaku. Dengan terpaksa aku memberi tahu dia,” omel Richard seusai memberi tahu Kristian tentang kehadiran Callista satu jam lalu.“Maafkan aku, Bos! Gabriel sangat memaksa sehingga aku harus menceritakan kepadanya. Ka-““Jangan menyalahi orang lain karena kesalahanmu sendiri!” tukas Richard memb
Seusai berkata begitu, Richard pun melepaskan Callista. Wanita tersebut segera menjauhi Richard dan menatapnya dengan tajam. Meski dia tahu kalau dirinya akan kalah, Callista tetap ingin menyerang Richard karena baginya ini adalah kesempatan. Sayang sekali, Richard jauh lebih kuat daripada dia.“Jika kau melakukan hal itu di kantorku, para anak buahku tidak akan tinggal diam. Kau akan diserang oleh mereka, Callista! Lebih baik tahan dirimu sebelum waktunya tiba, lagi pula ketika penyerangan nanti, aku akan turun tangan langsung untuk menyerang kalian bersama dengan para anak buahku. Aku tak akan melarikan diri,” kata Richard lagi.“Harusnya aku membunuhmu waktu itu,” geram Callista membuat Richard tertawa pelan.“Sekarang kau menyesal tidak membunuhku?” tanya Richard. Callista tidak menjawab pertanyaan itu, wanita tersebut hanya menatap Richard dengan tajam. “Entah apa alasanmu, tapi kau memberikan aku kesempatan. Dengan
Callista terdiam, berusaha untuk mengingat tentang pasangan yang sudah dibunuhnya. Melihat Callista yang kebingungan, Richard pun mengambil dokumen dari dalam laci mejanya lalu memberikannya kepada wanita itu. Callista melihat isi dari dokumen tersebut yang menampilkan informasi tentang dua pasangan yang mereka bicarakan.“Mereka adalah kedua orang tua Kristian yang bekerja sebagai agen rahasia untuk beberapa kelompok mafia. Mereka hanya tinggal berdua di apartemen itu. Kau pergi ke sana untuk membunuh keduanya. Kebetulan Fernando berada di tempat lain dan ketika melihat orang tuanya, mereka sudah tiada dengan luka tusukan di mana-mana. Sempat ada perlawanan, terbukti dari beberapa barang yang hancur. Sekarang kau sudah mengingatnya?” ungkap Richard seraya melihat ke arah Callista.Wanita menganggukkan kepalanya. “Ya, aku baru ingat dengan misi itu. Misi yang diberikan oleh bosku karena mereka pernah bekerja dengannya dan berkhianat. Karena pengkhiana
“Hah?! Apa maksudmu?” tanya Callista.“Aku hanya ingin tahu, siapa yang akan kau bela ketika peperangan itu terjadi,” jawabnya.“Cih! Kau masih saja memikirkan hal seperti ini, bukankah seharusnya kau mengkhawatirkan kelompokmu sendiri? Ditambah kau sudah menyatakan perang kepadaku yang notabenenya adalah anggota Forezsther. Mungkin kau juga sudah memberi tahu Alberto,” kata Callista.Richard mengernyitkan dahi keheranan. Kemarin sang istri tampak berbeda seperti biasanya, tapi sekarang malah bersikap sama. Perubahan Callista membuat Richard menjadi bingung. Pria itu pun membalas, “Aku lebih khawatir kau akan menjadi korban atas peperangan yang akan terjadi. Akan jauh lebih baik kalau kau tidak terlibat dan tak perlu ikut perang. Ka-““Jangan naif, Bos Mafia! Sekeras apapun aku menyangkal, aku tetaplah anggota Forezsther dan tak mungkin bagiku untuk bersembunyi. Berjuang bersama temanku akan jauh lebih