Callista sempat berterima kasih karena sudah membuat Alberto menerima penolakannya. Kalau saja Richard tidak mengancam, mungkin pembicaraan tadi akan terus berlanjut entah sampai kapan. Perdebatan antara dia dengan bosnya membuat dirinya menjadi sangat kesal. Apalagi Alberto tampak sangat keras kepala, padahal Callista sudah berusaha untuk menuruti perintahnya yang lain. Bahkan ketika dia merelakan masa depannya yang dia harapkan, Alberto tetap memintanya melakukan sesuatu yang tidak ingin dia lakukan. Hal tersebut menyebabkan hati Callista menjadi semakin membencinya.
Mendengar Callista berterima kasih, Richard hanya menganggukkan kepalanya. Sebagai balasan, dia ingin Callista menjelaskan tentang pembicaraan di markas Forezsther. Mau tak mau Callista menjelaskan semuanya walau tidak detail. Namun dia tidak memberi tahu tim mana yang dimaksud Alberto. Dia tidak ingin Richard tahu tentang tim rahasia yang dibentuk Forezsther. Bagaimanapun juga, dia adalah anggota Forezsther da
Richard terdiam, dia mencoba untuk mempertimbangkan ucapan Callista. Menceraikan? Kata itu terdengar menyakitkan. Meski dirinya yang mengatakannya duluan, tapi Richard tidak mengira akan mendengar kata cerai. Dia membenci kata tersebut, tapi karena wanita di depannya ini tidak memiliki perasaan kepadanya, hal itu wajar disebut oleh Callista. Richard pun menganggukkan kepala.“Baiklah. Kita akan bercerai, tapi aku tak mau kalau pernikahanku hanya berjalan selama dua atau tiga bulan. Aku ingin hubungan itu bertahan sampai satu tahun. Bagaimana?” ujarnya setelah beberapa menit terdiam.“Satu tahun? Cukup lama, tapi baiklah. Aku tak mau menolak lagi,” jawab Callista. Richard menganggukkan kepalanya menyetujui. Ada perasaan sedikit senang yang dirasakan pria ini, tapi di sisi lain dia juga merasa khawatir. Namun dirinya tidak mau memikirkan kekhawatiran itu, dia tidak ada waktu untuk memikirkannya dan memilih menikmati apa yang ada di depan dia.
Callista menutup mulutnya ketika dia melihat wajah pria yang ada di samping Gabriel. Wajahnya mirip dengan Fernando, sang mantan suami yang sudah tiada. Callista berusaha untuk menahan perasaannya. Dia pun menghampiri dua orang itu.“Ck! Kau lagi! Jangan seenaknya memanggil namaku!” omel Gabriel setelah Callista berhenti di depannya. Namun Callista tidak merespon, bahkan melihat ke arah Gabriel pun tidak. Dia hanya melihat ke arah teman Gabriel itu.“Fernando? Apakah kau Fernando?” tanya Callista kepada orang itu.“Aku bukan Fernando,” jawab pria itu. Callista semakin terkejut ketika mendengar suaranya yang juga mirip dengan Fernando.“Tidak mungkin. Kau sangat mirip dengannya, bahkan suara juga sama,” balas Callista. Terdengar nada bicaranya mulai bergetar. Tampaknya dia berusaha keras agar tidak mengeluarkan air mata.“Sudah ku bilang aku bukan orang yang kau sebutkan namanya itu!” omeln
“Meski aku bergabung, rasa bersalah kepada kalian tidak akan hilang. Justru membuatku kerepotan kalau bekerja dengan orang lain. Ya, meski kalian membantu, tapi tetap saja. Aku malas melindungi orang lain yang tidak ada hubungannya denganku. Lebih baik aku bekerja sendirian daripada bersama kalian,” lanjutnya. Perkataan Callista terdengar menyakitkan, tapi Callista terpaksa berkata begitu agar Justin tidak mengharapkan dirinya bergabung lagi dengan tim Chasseurs. Ditambah ada alasan lain yang membuatnya enggan kembali.“Sepertinya kau memang sudah benar-benar memutuskannya, ya? Baiklah. Tak apa. Aku tak akan memaksamu, tapi kalau kau ingin bergabung lagi, kami akan sangat senang, terutama aku.” Seusai berkata begitu, Justin langsung pergi meninggalkan Callista. Tampaknya pria tersebut begitu kecewa dengan jawaban wanita ini. Callista hanya memandangi Justin yang sudah masuk kembali ke dalam markas.Seraya berbalik dan berjalan meninggalkan marka
Pertanyaan tersebut membuat semuanya menoleh ke arah Callista, meminta agar wanita itu menjawab pertanyaan dari Vittoria. Tampaknya Callista enggan membalas, bahkan reaksinya menunjukkan ketidaksukaan atas kalimat yang dilontarkan. Callista menyandarkan dirinya di sandaran kursi seraya menundukkan kepala.“Tentu saja tidak. Mana mungkin aku memiliki perasaan kepada mafia sialan itu,” jawabnya tanpa menatap mereka.“Apakah kau yakin kau tak akan jatuh cinta kepadanya nanti?” tanya Vittoria lagi membuat Callista meliriknya.“Jatuh cinta? Jangan bergurau! Pria sepertinya tidak cocok denganku, ditambah dia seorang bos mafia. Aku tak akan jatuh cinta kepadanya, apalagi dia orang yang dikenali satu kota bahkan mungkin saja semua orang di negara ini mengenalnya. Akan sangat merepotkan kalau aku memiliki perasaan kepada orang seperti dia,” jawab dia lagi. Vittoria tidak lagi bertanya, wanita tersebut hanya membulatkan mulutnya saja. C
“Bulan depan, aku akan menikah dengan wanita yang aku cintai,” ungkap Richard kepada Vermont yang sedang menikmati makan malamnya. Vermont menghentikan tangan yang sempat memotong daging panggang lalu melirik sang anak dengan tatapan tajam.Vermont bertanya, “Menikah? Dengan wanita pembunuh itu?”Richard menganggukkan kepala. Dirinya menjelaskan, “Kami saling mencintai, dan aku ingin menjadikannya istriku. Kami sudah membahas hal ini sejak lama, sudah saling menyetujui satu sama lain serta aku sedang mempersiapkan penikahan kami. Kau tidak bisa mengganggu apa yang sedang aku kerjakan. Jadi, aku mohon kepadamu! Batalkan perjodohan tak penting itu karena aku sudah memilih pasangan hidupku sendiri.”BRAK!Dalam hitungan detik, semua makanan enak yang ada di atas meja berhamburan di atas lantai. Setelah menggebrak meja, Vermont melempar semua makanan itu tanpa sisa sedikitpun. Bahkan sampai berdiri dari duduknya akibat penj
Richard terbatuk-batuk sampai mengeluarkan darah. Kini dirinya terduduk di lantai dengan tubuh yang sudah sangat lemas dan lelah. Namun dia tak ingin menyerah begitu saja, dia ingin memenangkan pertarungan ini hingga ayahnya menerima keputusan Richard. Meski dia tahu bahwa pria itu keras kepala, tapi dia tak akan berhenti.“Kenapa kau keras kepala, Anakku?” tanya Vermont seraya melangkahkan kakinya mendekati Richard.“Ka-kau tahu sendiri jawaban dari pertanyaan itu,” jawab Richard. Tampak dia berusaha untuk berdiri.“Cih! Tubuhmu sudah tak bisa menerima pukulanku, kau sangat babak belur. Akan sangat memalukan kalau seorang Bos Mafia ValHolitz menyedihkan seperti ini. Menyerahlah! Sekeras apapun kau bertahan, aku tidak akan menyetujui keinginan naifmu itu!” balas Vermont.Richard berhasil berdiri walau dia terpaksa menopang tubuhnya yang hampir tumbang kembali. Seluruh tubuhnya terasa sakit serta remuk, tapi dia tidak in
Callista sempat tersentak mendengar perkataan Richard yang tiba-tiba. Sebenarnya dia sudah tahu kalau hal itu akan diucapkan, tapi dia tak menyangka akan secepat ini. Meski dia setuju, dia belum siap untuk melakukannya dalam waktu dekat. Namun desakan dari Alberto membuat Callista tak bisa menolak.Callista menarik napas lalu membuangnya dengan pelan. Dia bertanya, “Kenapa harus bulan depan? Tidakkah kau pikir terlalu cepat?”“Akan jauh lebih baik disegerakan karena aku tak mau ayahku berubah pikiran,” jawabnya.“Lakukan sesukamu!” balas Callista seraya menyeruput minuman yang dia pesan. Tampak sekali kalau raut wajahnya menyembunyikan sesuatu. Ada hal yang ingin dia katakan, tapi enggan untuk mengungkapkannya. Callista berpikir kalau percuma saja dia menolak perkataan Richard, dalam waktu dekat atau nanti juga pernikahan tersebut akan tetap dilaksanakan. Wanita ini tak bisa berbuat apapun selain menerima hidupnya yang sekaran
Callista berdiri di sebuah ruangan lain yang sepi, dirinya tidak lagi berada di ruangan sebelumnya. Tampaknya wanita ini tengah menunggu seseorang datang. Tidak lama kemudian, orang yang ditunggu pun menghampiri Callista. Tanpa berkata apapun, dia menghajar perut orang itu hingga mengeluarkan darah.“KENAPA KAU MENGATAKAN HAL MENJIJIKAN ITU DI DEPAN SEMUA ORANG?” bentak Callista kepada orang yang ada di depannya. Siapa lagi kalau bukan Richard? Sebelumnya Richard melamar Callista di depan banyak orang, bahkan mengatakan beberapa hal dan memeluknya. Jelas saja Callista sangat tidak terima, dia harus berpura-pura menerima lamaran itu agar tidak mempermalukan dirinya sendiri.Saking tidak terimanya, dia sampai berusaha menahan emosinya agar tidak meledak selama beberapa menit. Saat inilah dia bisa meluapkannya kepada Richard yang sudah kesakitan akibat dihajar di bagian perut. Selain itu, Callista juga memukuli Richard sembari menanyakan ulang pertanyaan yang