Richard terbatuk-batuk sampai mengeluarkan darah. Kini dirinya terduduk di lantai dengan tubuh yang sudah sangat lemas dan lelah. Namun dia tak ingin menyerah begitu saja, dia ingin memenangkan pertarungan ini hingga ayahnya menerima keputusan Richard. Meski dia tahu bahwa pria itu keras kepala, tapi dia tak akan berhenti.
“Kenapa kau keras kepala, Anakku?” tanya Vermont seraya melangkahkan kakinya mendekati Richard.
“Ka-kau tahu sendiri jawaban dari pertanyaan itu,” jawab Richard. Tampak dia berusaha untuk berdiri.
“Cih! Tubuhmu sudah tak bisa menerima pukulanku, kau sangat babak belur. Akan sangat memalukan kalau seorang Bos Mafia ValHolitz menyedihkan seperti ini. Menyerahlah! Sekeras apapun kau bertahan, aku tidak akan menyetujui keinginan naifmu itu!” balas Vermont.
Richard berhasil berdiri walau dia terpaksa menopang tubuhnya yang hampir tumbang kembali. Seluruh tubuhnya terasa sakit serta remuk, tapi dia tidak in
Callista sempat tersentak mendengar perkataan Richard yang tiba-tiba. Sebenarnya dia sudah tahu kalau hal itu akan diucapkan, tapi dia tak menyangka akan secepat ini. Meski dia setuju, dia belum siap untuk melakukannya dalam waktu dekat. Namun desakan dari Alberto membuat Callista tak bisa menolak.Callista menarik napas lalu membuangnya dengan pelan. Dia bertanya, “Kenapa harus bulan depan? Tidakkah kau pikir terlalu cepat?”“Akan jauh lebih baik disegerakan karena aku tak mau ayahku berubah pikiran,” jawabnya.“Lakukan sesukamu!” balas Callista seraya menyeruput minuman yang dia pesan. Tampak sekali kalau raut wajahnya menyembunyikan sesuatu. Ada hal yang ingin dia katakan, tapi enggan untuk mengungkapkannya. Callista berpikir kalau percuma saja dia menolak perkataan Richard, dalam waktu dekat atau nanti juga pernikahan tersebut akan tetap dilaksanakan. Wanita ini tak bisa berbuat apapun selain menerima hidupnya yang sekaran
Callista berdiri di sebuah ruangan lain yang sepi, dirinya tidak lagi berada di ruangan sebelumnya. Tampaknya wanita ini tengah menunggu seseorang datang. Tidak lama kemudian, orang yang ditunggu pun menghampiri Callista. Tanpa berkata apapun, dia menghajar perut orang itu hingga mengeluarkan darah.“KENAPA KAU MENGATAKAN HAL MENJIJIKAN ITU DI DEPAN SEMUA ORANG?” bentak Callista kepada orang yang ada di depannya. Siapa lagi kalau bukan Richard? Sebelumnya Richard melamar Callista di depan banyak orang, bahkan mengatakan beberapa hal dan memeluknya. Jelas saja Callista sangat tidak terima, dia harus berpura-pura menerima lamaran itu agar tidak mempermalukan dirinya sendiri.Saking tidak terimanya, dia sampai berusaha menahan emosinya agar tidak meledak selama beberapa menit. Saat inilah dia bisa meluapkannya kepada Richard yang sudah kesakitan akibat dihajar di bagian perut. Selain itu, Callista juga memukuli Richard sembari menanyakan ulang pertanyaan yang
Hari yang tak ingin tiba akhirnya tiba juga. Callista menatap dirinya di cermin, tampak sekali dia begitu cantik dengan gaun putih yang cukup mewah. Sedari tadi dia terus membuang napasnya dengan kasar, sesekali tak bisa fokus dengan beberapa hal yang dikerjakannya.Bagaimana dirinya bisa fokus kalau benaknya terus memikirkan banyak hal? Ditambah hatinya sama sekali tidak senang. Padahal hari ini adalah hari yang dinantikan semua orang, tapi tidak dengan dirinya. Sejak awal datang untuk dirias, dia sama sekali tak tersenyum.Ya, tepat hari ini, pernikahannya akan segera dilaksanakan. Kini dia ada di dalam sebuah gedung yang tak jauh dari lokasi pernikahan dan tengah seorang diri. Dirinya meminta semua orang yang ada di ruangan itu untuk memberinya waktu sebentar. Beberapa menit lagi dia harus keluar dari gedung. Menemui mempelai pria yang sudah menunggu di altar pernikahan.Sesungguhnya hati Callista begitu berat untuk melewati hari ini, dia tidak bisa memaksaka
Setelah beberapa jam lamanya, akhirnya acara pernikahan pun berakhir. Richard membawa sang istri barunya ke rumah keluarga Holtzman. Ini kali kedua Callista menginjakkan kaki di rumah asli keluarga mafia itu. Dia dan Richard akan tinggal beberapa hari di sana sebagai bentuk mendekatkan diri dengan keluarga sang suami. Richard juga berencana untuk memperkenalkan istrinya kepada beberapa orang yang tinggal di rumah itu. Sebenarnya Callista sempat menolak, tapi karena Vermont juga mengundang mereka untuk datang, mau tak mau dirinya harus memaksakan diri berakting di depan keluarga tersebut. Kalau dia bersikap tak baik, entah apa yang akan dikomentari mereka.Kini dia sedang berhadapan dengan keluarga Holtzman. Mereka baru saja datang beberapa menit lalu. Richard pun memperkenalkan istrinya kepada mereka, dan juga memperkenalkan keluarga dia kepada Callista.“Pria ini kakakku, dia bernama Lurch, dan kakakku yang lain bernama Teo,” kata Richard. Dua pria yang ad
Richard menyeringai seusai berkata begitu. Dia yakin sekali kalau Callista tak akan menyetujui perkataannya. Dirinya sengaja mengatakan hal tersebut hanya ingin memancing seberapa beranikah wanita di depannya ini melakukan sesuatu demi sebuah kebenaran? Bukan berarti dia sangat ingin tidur dengan Callista, dia hanya sekedar mengujinya. Richard tidak mau melakukan hal itu secara terpaksa.Mendengar perkataan Richard, tentu saja membuat Callista semakin naik pitam. Dengan cepat wanita itu melayangkan tinjuan, sayangnya, langsung ditahan oleh Richard. Pria tersebut berkata, “Kau kurang cepat, Callista.”“Mafia Sialan! Jangan mempermainkan aku!” geramnya.“Aku tidak mempermainkanmu, hanya ingin kau memilih,” balas Richard.“Kau tidak akan benar-benar mengatakannya kalau aku setuju dengan keinginan egoismu itu, kan? Pria licik sepertimu sama sekali tidak bisa dipercaya!”“Hahaha …,” tawa
Kedua pasangan baru ini berpamitan kepada Vermont, Lurch, dan Teo. Richard bilang mereka akan pulang ke rumah. Mendengar hal itu, Vermont tak bisa menolak. Apalagi pria tersebut tahu kalau anaknya yang satu ini sudah jarang tidur di rumahnya. Vermont tidak bisa memaksa mereka untuk tetap tinggal. Ditambah dirinya tahu bagaimana sifat Richard. Kalau dipaksa, Richard pasti akan memberikan banyak alasan agar tetap pergi, makanya Vermont memilih untuk membiarkannya.Seusai itu, Richard dan Callista pun meninggalkan rumah tersebut. Di tengah perjalanan, Callista melirik Richard yang duduk di sampingnya. Kali ini Richard tidak menyetir, sang asistennya yang mengantarkan mereka ke rumah baru.“Kita akan pergi ke mana?” tanya Callista membuat Richard menoleh.“Kita akan ke rumah baru kita dan tinggal di sana. Rumah tersebut ada di kawasan ValHolitz dan lokasinya dekat dengan markasku,” jawab Richard.“Rumah kita?”&ldquo
Beberapa hari setelah pernikahan, Callista mulai bekerja kembali. Dia sempat disambut oleh anggota Forezsther dengan cara yang tidak biasa yaitu ditatap tajam seakan-akan dianggap musuh. Bagaimana tidak? Berita tentang menikahnya anggota Forezsther dengan Bos ValHolitz tersebar di kalangan para pelaku kriminal. Semua orang sudah mengetahui hal itu, termasuk anak-anak buah Alberto itu.Karena Callista menikah dengan bos dari musuh mereka, jelas saja kalau banyak yang membencinya. Mereka tidak suka dengan keberadaan Callista yang mereka anggap sebagai musuh juga. Kekhawatiran akan pengkhianatan semakin besar tatkala Callista lebih sering berada di luar markas. Hal ini menjadi perbincangan mereka. Tentu saja banyak berita simpang siur tentangnya yang bersifat negatif. Berita tersebutlah yang membuat reputasi Callista sebagai anak buah terbaik dari Forezsther menjadi buruk. Meski begitu, Callista tidak mempedulikan hal tersebut. Karena dia tahu, mereka tidak tahu apapun yang terj
Tanpa dosa pria itu menoleh ke sana kemari, seperti sedang mencari seseorang. Ketika menemukannya, dia menghampiri. Siapa lagi kalau bukan Callista yang dicarinya? Wanita tersebut hanya menatap sang suami dengan tajam.“Kenapa kau datang ke sini, Bos Mafia?” tanya Callista dengan nada penuh penekanan. Tentu saja dia juga terkejut ditambah dia tak menyangka kalau Richard akan tahu keberadaannya.“Apakah aku tak boleh datang kemari?” tanya balik pria itu tanpa menjawab pertanyaan dari Callista.“Tentu saja, Bodoh! Siapapun tidak sudi melihat kau hadir di sini!” jawab Callista. Richard mendesis mendengar jawaban itu.“Oh ya? Tapi aku datang karena kau ada di sini,” balasnya. Callista berdecak kesal. Dia begitu membenci Richard. Entah kenapa pria tersebut menjadi semakin sering menghubungi Callista melalui telepon ketika tidak saling bertemu. Kali ini Callista sengaja mematikan benda itu, kemungkinan inilah alas
Hal tersebut mengejutkan Richard dan Callista. Alberto malah menodongkan benda itu kepada anak buahnya sendiri. Tentu saja Callista tidak terima. Dirinya langsung mengomel. “Apa-apaan kau ini? Kenapa kau menodongku?”“Ku bilang pilihlah! Kau berpihak kepada siapa? Aku atau orang itu hah?” tanya Alberto tanpa menjawab pertanyaan Callista.“Apa maksudmu aku harus memilih?” tanya Callista lagi.“Cih! Sadar dirilah, Wanita sialan! Belakangan ini kau terus membela pria itu. Bahkan kau menggagalkan misimu dan terus menentang aku. Aku curiga kalau kau memiliki perasaan khusus kepadanya sehingga kau bersikap begitu. Iya, kan?” geram Alberto membuat Callista menganga tak percaya. Sang bos malah mempertanyakan hal seperti itu kepadanya. Pertanyaan tersebut cukup sulit untuk dijawab Callista untuk saat ini.“Ja-jangan main-main denganku, Pak Tua! Mana mungkin aku memiliki perasaan seperti itu kepadanya. Bukankah
Sepertinya Richard tak begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Callista kepadanya. Alih-alih menghindar, Richard malah berjalan maju sehingga ujung pisau tepat berada di leher dia. Hal ini membuat Callista mendesis lalu menurunkan benda tersebut. Richard yang sudah tahu reaksi Callista hanya tersenyum lalu memeluk wanita itu. Anehnya, meski kesal, Callista tak menghindar bahkan membiarkan Richard memeluk dirinya.“Kenapa kau begitu berani meski senjata tepat di depan matamu? Aku bisa saja membunuhmu dalam jarak sedekat ini,” tanya Callista yang keheranan.“Karena aku yakin kalau kau tak akan berani melakukannya. Buktinya saja sekarang kau menurunkan senjatamu,” jawab Richard. Lagi-lagi Callista tak menyangkal, dia hanya memasang wajah sedih. Karena Richard sedang memeluknya, bos mafia itu tidak melihat bagaimana raut wajah Callista sekarang.“Kau tahu? Aku merasa kalau kau tak memiliki alasan untuk membenciku. Ku akui aku menyembu
Callista terkejut ketika melihat Fernando membelalakkan matanya. Pria itu pun terjatuh begitu saja membuat Callista menjerit. Ternyata tembakan itu berasal dari belakang Fernando. Callista melihat ke arah pelaku yang sudah melepaskan pelurunya ke mantan suaminya itu. Ternyata Richard, Bos ValHolitz yang selama ini tidak terlihat. Callista terkejut karena Richard menembak Fernando.“Kenapa kau menembaknya?” tanya Callista.“Karena dia akan menembakmu,” jawab Richard seraya berjalan mendekati mereka. Callista melihat tubuh Fernando yang sudah dipenuhi darah. Pria tersebut mengerang kesakitan di area punggungnya.“Aku tidak mengenai titik vitalnya, dia akan baik-baik saja,” ucap Richard setelah berhasil mendekati mereka dan berdiri tak jauh dari keduanya.“B-bos?! Ke-kenapa kau ke sini?” tanya Fernando terbata-bata.“Karena aku melihat istriku akan dibunuh oleh anak buahku sendiri,” jawabnya.
Perang dimulai, lokasi yang ditentukan sudah dipenuhi oleh dua kelompok yang sedang bertarung. Sesuai dengan perjanjian bahwa tak ada pengeboman. Kini murni hanya pertarungan keduanya yang menggunakan senjata api dan senjata tajam. Suara tembak menembak terdengar di medan perang, tak sedikit yang sudah tumbang akibat terkena peluru musuh. Bahkan sniper tersembunyi juga melakukan aksinya dari suatu tempat yang tak diketahui oleh siapapun. Begitupula dengan para pemimpin.Demi menguatkan pasukan, Forezsther bergabung dengan anggota dari kelompok Fulgen Famiglia. Meski tak semua anggota dari kelompok tersebut turun tangan, tapi pasukan Forezsther menjadi bertambah. Tentu saja ValHolitz kewalahan karena tak ada kelompok pendukung, mereka berjuang sendiri. Jumlah mereka jauh lebih banyak dari Forezsther dan Fulgen Famiglia, sayangnya, kebanyakan orang yang terkapar di tanah dari kelompok mafia ternama di Kota Napoli itu. Untuk saat ini, Forezsther jauh lebih unggul ketimbang ValHo
“Secara langsung, aku melihat bagaimana Easter disiksa di depan mataku, bahkan tanpa hati mereka mempermainkannya. Aku yang sudah tidak sanggup mulai berbicara demi bisa menyelamatkan diriku serta temanku. Meski Easter terus memarahi, aku tetap mengatakan kepada mereka tentang Forezsther. Namun sialnya, mereka tidak menepati janji dan justru semakin mempermainkan Easter di depan mataku. Tubuhnya yang sudah dipenuhi darah, tanpa sehelai kain, dan terus menyiksanya tanpa henti meski dia tak lagi berteriak kesakitan. Aku … aku hanya bisa melihatnya, tanpa bisa melakukan apapun dan hanya bisa menangis dalam diam. Ba-bahkan ketika Easter disakiti, aku ….” Justin melihat Callista yang berusaha untuk menahan diri agar tidak menangis. Padahal sedari tadi Callista terus memegangi dadanya dengan tubuh yang bergemetar dan suara yang mulai bergetar. Namun wanita tersebut tetap melanjutkan. Justin mencoba untuk meminta Callista untuk berhenti, sayangnya, Callista terus berbicara.
Dalam satu jam, Kristian pun datang menghadap ke bosnya. Sang bos langsung mengomeli Kristian yang sudah lengah. Tentu saja pria itu tak mengerti kenapa dirinya sampai dimarahi. Richard menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya. Hal ini mengejutkan Kristian. Dirinya tak menyangka kalau Callista akan mengikutinya, bahkan mendengarkan pembicaraan dia dengan Gabriel.“Kau sangat bodoh, Kristian! Bukankah aku sudah peringati agar tidak usah menceritakannya kepada siapapun? Kau tidak menepati janjimu bahkan secara sembarangan mengungkapkan hal ini ke orang lain. Karena kecerobohanmu, Callista mengetahui semuanya dan dia malah menanyakannya kepadaku. Dengan terpaksa aku memberi tahu dia,” omel Richard seusai memberi tahu Kristian tentang kehadiran Callista satu jam lalu.“Maafkan aku, Bos! Gabriel sangat memaksa sehingga aku harus menceritakan kepadanya. Ka-““Jangan menyalahi orang lain karena kesalahanmu sendiri!” tukas Richard memb
Seusai berkata begitu, Richard pun melepaskan Callista. Wanita tersebut segera menjauhi Richard dan menatapnya dengan tajam. Meski dia tahu kalau dirinya akan kalah, Callista tetap ingin menyerang Richard karena baginya ini adalah kesempatan. Sayang sekali, Richard jauh lebih kuat daripada dia.“Jika kau melakukan hal itu di kantorku, para anak buahku tidak akan tinggal diam. Kau akan diserang oleh mereka, Callista! Lebih baik tahan dirimu sebelum waktunya tiba, lagi pula ketika penyerangan nanti, aku akan turun tangan langsung untuk menyerang kalian bersama dengan para anak buahku. Aku tak akan melarikan diri,” kata Richard lagi.“Harusnya aku membunuhmu waktu itu,” geram Callista membuat Richard tertawa pelan.“Sekarang kau menyesal tidak membunuhku?” tanya Richard. Callista tidak menjawab pertanyaan itu, wanita tersebut hanya menatap Richard dengan tajam. “Entah apa alasanmu, tapi kau memberikan aku kesempatan. Dengan
Callista terdiam, berusaha untuk mengingat tentang pasangan yang sudah dibunuhnya. Melihat Callista yang kebingungan, Richard pun mengambil dokumen dari dalam laci mejanya lalu memberikannya kepada wanita itu. Callista melihat isi dari dokumen tersebut yang menampilkan informasi tentang dua pasangan yang mereka bicarakan.“Mereka adalah kedua orang tua Kristian yang bekerja sebagai agen rahasia untuk beberapa kelompok mafia. Mereka hanya tinggal berdua di apartemen itu. Kau pergi ke sana untuk membunuh keduanya. Kebetulan Fernando berada di tempat lain dan ketika melihat orang tuanya, mereka sudah tiada dengan luka tusukan di mana-mana. Sempat ada perlawanan, terbukti dari beberapa barang yang hancur. Sekarang kau sudah mengingatnya?” ungkap Richard seraya melihat ke arah Callista.Wanita menganggukkan kepalanya. “Ya, aku baru ingat dengan misi itu. Misi yang diberikan oleh bosku karena mereka pernah bekerja dengannya dan berkhianat. Karena pengkhiana
“Hah?! Apa maksudmu?” tanya Callista.“Aku hanya ingin tahu, siapa yang akan kau bela ketika peperangan itu terjadi,” jawabnya.“Cih! Kau masih saja memikirkan hal seperti ini, bukankah seharusnya kau mengkhawatirkan kelompokmu sendiri? Ditambah kau sudah menyatakan perang kepadaku yang notabenenya adalah anggota Forezsther. Mungkin kau juga sudah memberi tahu Alberto,” kata Callista.Richard mengernyitkan dahi keheranan. Kemarin sang istri tampak berbeda seperti biasanya, tapi sekarang malah bersikap sama. Perubahan Callista membuat Richard menjadi bingung. Pria itu pun membalas, “Aku lebih khawatir kau akan menjadi korban atas peperangan yang akan terjadi. Akan jauh lebih baik kalau kau tidak terlibat dan tak perlu ikut perang. Ka-““Jangan naif, Bos Mafia! Sekeras apapun aku menyangkal, aku tetaplah anggota Forezsther dan tak mungkin bagiku untuk bersembunyi. Berjuang bersama temanku akan jauh lebih