Tanpa dosa pria itu menoleh ke sana kemari, seperti sedang mencari seseorang. Ketika menemukannya, dia menghampiri. Siapa lagi kalau bukan Callista yang dicarinya? Wanita tersebut hanya menatap sang suami dengan tajam.
“Kenapa kau datang ke sini, Bos Mafia?” tanya Callista dengan nada penuh penekanan. Tentu saja dia juga terkejut ditambah dia tak menyangka kalau Richard akan tahu keberadaannya.
“Apakah aku tak boleh datang kemari?” tanya balik pria itu tanpa menjawab pertanyaan dari Callista.
“Tentu saja, Bodoh! Siapapun tidak sudi melihat kau hadir di sini!” jawab Callista. Richard mendesis mendengar jawaban itu.
“Oh ya? Tapi aku datang karena kau ada di sini,” balasnya. Callista berdecak kesal. Dia begitu membenci Richard. Entah kenapa pria tersebut menjadi semakin sering menghubungi Callista melalui telepon ketika tidak saling bertemu. Kali ini Callista sengaja mematikan benda itu, kemungkinan inilah alas
“Bagaimana bisa kau tahu tentang Leif?” tanya Callista. Kini dan Richard sedang berada di mobil. Kendaraan tersebut membawa mereka berkeliling Kota Napoli.Setelah beberapa menit keduanya masuk ke dalam mobil, Callista sama sekali tidak berbicara, bahkan ketika suaminya mengajak dia bicara, responnya hanya sedikit. Menoleh pun tidak, apalagi mendengarkan. Jelas saja sikapnya begitu setelah apa yang terjadi sebelumnya. Dengan tanpa dosa, Richard datang menemui Callista dengan alasan yang begitu naif. Wajar kalau Callista kini marah akibat keegoisan Richard. Tentunya membuat dia malu juga karena harus berdebat di hadapan para junior serta teman.Mendengar pertanyaan Callista, Richard pun menjawab, “Aku tahu semua kriminal yang berkeliaran di penjuru kota, termasuk anak remaja pengedar narkoba itu. Dia selalu beraksi di dekat kawasan ValHolitz, terkadang ketahuan oleh anak buahku ketika sedang menyebarkan narkoba kepada salah satu pembelinya.”
Callista menghentikan langkahnya di depan sebuah bar, tanpa pikir panjang dirinya masuk ke dalam bar tersebut dan memesan alkohol. Diteguknya minuman itu berulang kali. Tampaknya dia tidak peduli kalau dirinya akan mabuk, dia hanya ingin melupakan apa yang terjadi sebelumnya. Dalam beberapa menit dan tegukan, Callista langsung membenamkan wajahnya di atas lengan yang dia letakkan di meja. Wajah Callista juga sudah memerah. Sesekali dia meracau tidak jelas dan mengomeli tentang Richard.“Ayo kita pulang!” ajak Richard yang tiba-tiba saja ada di samping Callista. Mencoba untuk memapah sang istri. Namun Callista segera menolak dan mendorong pria itu. Ya, sedari Callista keluar mobil, Richard tidak bisa meninggalkannya. Diam-diam dirinya mengikuti ke mana Callista pergi. Richard tidak menyangka kalau istrinya ini malah pergi ke bar.“Kita pulang,” kata Richard lagi.“Siapa kau? Oh … kau si pecundang itu ya? Kau pria jahat! Memanf
Oscar membelalakkan mata mendengar perkataan sang bos. Meski tidak memiliki bukti nyata, Richard merasakan kalau pria yang disebutkan namanya tadi adalah pelaku utama yang sudah menyerang anggota ValHolitz. Sebelumnya dia memerintahkan anak buahnya untuk menangani hal ini, tapi nyatanya sama sekali tidak ada petunjuk. Kali ini bukan hanya sedikit orang yang dibunuh, melainkan lebih banyak dari sebelumnya. Richard tidak mungkin akan diam saja. Dia harus sesegera mungkin menangani masalah ini.“Apakah kau mendapatkan informasi lain, Oscar?” tanya Richard kepada sang asisten.“Dua hari lalu salah satu anggota kita mengalami penyerangan juga, beruntung dia berhasil menyelamatkan diri. Dia memberi tahu aku kalau dirinya melihat sekelompok pria bersenjata, dan bertubuh besar melakukan serangan. Seseorang di antara mereka menyebutkan nama Antonio Rassimov, dan namamu. Kemungkinan penyerangan dilakukan agar kau keluar dari markas untuk menemui mereka,”
Mendengar Callista berkata begitu, Oscar dan Richard langsung menatapnya. Mempertanyakan maksud dari ucapan yang dilontarkan dia. Callista pun mendengkus lalu menjawab, “Rassimov terkenal dengan kekejamannya kepada orang yang dia incar, dirinya akan terus memburu orang tersebut sampai dapat. Dia akan melakukan banyak cara untuk mendapatkannya, termasuk menggunakan orang lain. Kemungkinan kali ini adalah orang suruhan dia. Karena dendam masa lalu, mereka baru melancarkan aksi setelah beberapa tahun merancang rencana untuk balas dendam kepada kalian.”“Jadi, menurutmu mereka adalah orang suruhan Antonio Rassimov?” tanya Oscar.“Entahlah. Aku hanya menebak,” jawab Callista. Jawabannya seakan-akan dia sedang tidak serius. Meski begitu, hal tersebut menjadi informasi bagus untuk ValHolitz.“Kalau memang benar, berarti Forezsther terlibat, kan?” tanya Richard membuat Callista menoleh.“Kalau kau sentuh merek
“Ternyata mereka belum datang,” gumam Justin setelah berteriak seperti itu seraya menghampiri Vittoria dan menanyakan keberadaan teman-teman yang lain. Vittoria menjawab seadanya. Justin juga sempat terkejut karena di ruangan itu ada Callista juga.“Kebetulan sekali ada Senior,” katanya seraya menoleh ke arah Callista.“Bisakah kau hentikan memanggilku dengan sebutan Senior? Aku memiliki nama,” omel Callista. Justin hanya cengengesan mendengar omelan itu.“Oh iya, kita memiliki misi gabungan lagi dengan Fritz dan Letizia, kali ini Zouch juga akan akan bergabung!” seru Justin dengan penuh semangat.“Hah? Aku bergabung dengan misi kalian? Yang benar saja!” balas Callista tidak percaya.“Bos memberiku perintah untuk mencarimu dan yang lainnya, kita akan menjalankan misi ini bersama-sama,” ucap pria itu seraya mengeluarkan handphone untuk menelepon orang-orang yang dia butuhkan dal
Callista, Vittoria, dan beberapa anggota dari kelompok Darrel berkumpul di suatu titik. Kini mereka sedang membicarakan sesuatu. Sudah satu jam mereka berada di sana, tidak ada hal yang mereka lakukan. Namun tiba-tiba saja, sebuah mobil van berhenti di depan orang-orang ini. Beberapa di antara mereka melarikan diri, sementara Callista dan yang lainnya dibawa oleh orang yang turun dari mobil van. Dalam hitungan menit, mereka membawanya pergi entah ke mana.Callista dan tiga orang dari kelompok Darrel memberontak, meminta untuk diturunkan. Namun mereka langsung dipukul hingga tidak sadarkan diri. Sayangnya, Callista tidak pingsan, dia hanya pura-pura pingsan saja di depan para penculik. Ya, inilah rencana yang tadi dia bicarakan dengan kelompok Darrel.Callista sengaja meminta teman-teman Darrel untuk berkumpul di tempat tadi yang katanya adalah tempat biasa orang-orang dari mobil van ini menculik anggota Forezsther. Callista sengaja ingin ditangkap bersama dengan tiga o
Callista mengernyitkan dahinya mendengar jawaban pria itu. Pantas saja bukan hanya anggota Forezsther yang ada di dalam ruangan ini. Kemungkinan mereka akan melakukan sesuatu kepada para korban. Entah apa yang akan mereka lakukan, Callista tidak tahu pasti. Dirinya harus mendapatkan informasi dari mereka.“Sebenarnya apa tujuan kalian membawa orang-orang ini ke sini? Kenapa kalian membunuh mereka?” tanya Callista lagi.Pria itu tertawa pelan lalu menjawab, “Kelompok kami miskin, apalagi kami harus membaginya menjadi beberapa orang. Kami … kami tidak bisa makan enak seperti yang kalian lakukan, makanya kami membawa orang lain untuk dijual, tentu saja bukan mereka, tapi organ mereka. Ya, tidak begitu berharga, tapi setidaknya kami bisa mendapatkan uang dari itu!”Bos orang-orang ini tampak menangis, lebih tepatnya pura-pura menangis. Callista begitu muak dengan kelakuan anehnya itu. Terkadang tertawa, marah-marah, dan kali ini berpur
Misi selesai dengan mudah tanpa luka serius. Hanya beberapa luka ringan saja yang dialami Callista karena dia harus melawan para pria. Seusai berpamitan dengan para junior, tim Chasseurs pun kembali ke mobil. Kini mereka sedang dalam perjalanan menuju ke markas utama.“Ah … aku merasa tidak berguna,” keluh Lionello seraya menatap langit-langit mobil.“Kau benar. Bahkan aku tak melakukan apapun selain mencari keberadaan musuh dengan cctv jalanan yang sama sekali tidak ada hasilnya,” sahut Federico. Mendengar keluhan tersebut, membuat Justin dan yang lain menatap mereka.“Jangan begitu! Kalian sudah berusaha semampu kalian,” kata Justin mencoba untuk menenangkan mereka.“Daripada kalian terus mengeluh, lebih baik berikan informasi yang kalian dapatkan!” pinta Callista.“Ah iya! Aku sempat bertemu dengan beberapa anggota Forezsther yang lain. Aku mempertanyakan kejadian penculikan itu kepada
Hal tersebut mengejutkan Richard dan Callista. Alberto malah menodongkan benda itu kepada anak buahnya sendiri. Tentu saja Callista tidak terima. Dirinya langsung mengomel. “Apa-apaan kau ini? Kenapa kau menodongku?”“Ku bilang pilihlah! Kau berpihak kepada siapa? Aku atau orang itu hah?” tanya Alberto tanpa menjawab pertanyaan Callista.“Apa maksudmu aku harus memilih?” tanya Callista lagi.“Cih! Sadar dirilah, Wanita sialan! Belakangan ini kau terus membela pria itu. Bahkan kau menggagalkan misimu dan terus menentang aku. Aku curiga kalau kau memiliki perasaan khusus kepadanya sehingga kau bersikap begitu. Iya, kan?” geram Alberto membuat Callista menganga tak percaya. Sang bos malah mempertanyakan hal seperti itu kepadanya. Pertanyaan tersebut cukup sulit untuk dijawab Callista untuk saat ini.“Ja-jangan main-main denganku, Pak Tua! Mana mungkin aku memiliki perasaan seperti itu kepadanya. Bukankah
Sepertinya Richard tak begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Callista kepadanya. Alih-alih menghindar, Richard malah berjalan maju sehingga ujung pisau tepat berada di leher dia. Hal ini membuat Callista mendesis lalu menurunkan benda tersebut. Richard yang sudah tahu reaksi Callista hanya tersenyum lalu memeluk wanita itu. Anehnya, meski kesal, Callista tak menghindar bahkan membiarkan Richard memeluk dirinya.“Kenapa kau begitu berani meski senjata tepat di depan matamu? Aku bisa saja membunuhmu dalam jarak sedekat ini,” tanya Callista yang keheranan.“Karena aku yakin kalau kau tak akan berani melakukannya. Buktinya saja sekarang kau menurunkan senjatamu,” jawab Richard. Lagi-lagi Callista tak menyangkal, dia hanya memasang wajah sedih. Karena Richard sedang memeluknya, bos mafia itu tidak melihat bagaimana raut wajah Callista sekarang.“Kau tahu? Aku merasa kalau kau tak memiliki alasan untuk membenciku. Ku akui aku menyembu
Callista terkejut ketika melihat Fernando membelalakkan matanya. Pria itu pun terjatuh begitu saja membuat Callista menjerit. Ternyata tembakan itu berasal dari belakang Fernando. Callista melihat ke arah pelaku yang sudah melepaskan pelurunya ke mantan suaminya itu. Ternyata Richard, Bos ValHolitz yang selama ini tidak terlihat. Callista terkejut karena Richard menembak Fernando.“Kenapa kau menembaknya?” tanya Callista.“Karena dia akan menembakmu,” jawab Richard seraya berjalan mendekati mereka. Callista melihat tubuh Fernando yang sudah dipenuhi darah. Pria tersebut mengerang kesakitan di area punggungnya.“Aku tidak mengenai titik vitalnya, dia akan baik-baik saja,” ucap Richard setelah berhasil mendekati mereka dan berdiri tak jauh dari keduanya.“B-bos?! Ke-kenapa kau ke sini?” tanya Fernando terbata-bata.“Karena aku melihat istriku akan dibunuh oleh anak buahku sendiri,” jawabnya.
Perang dimulai, lokasi yang ditentukan sudah dipenuhi oleh dua kelompok yang sedang bertarung. Sesuai dengan perjanjian bahwa tak ada pengeboman. Kini murni hanya pertarungan keduanya yang menggunakan senjata api dan senjata tajam. Suara tembak menembak terdengar di medan perang, tak sedikit yang sudah tumbang akibat terkena peluru musuh. Bahkan sniper tersembunyi juga melakukan aksinya dari suatu tempat yang tak diketahui oleh siapapun. Begitupula dengan para pemimpin.Demi menguatkan pasukan, Forezsther bergabung dengan anggota dari kelompok Fulgen Famiglia. Meski tak semua anggota dari kelompok tersebut turun tangan, tapi pasukan Forezsther menjadi bertambah. Tentu saja ValHolitz kewalahan karena tak ada kelompok pendukung, mereka berjuang sendiri. Jumlah mereka jauh lebih banyak dari Forezsther dan Fulgen Famiglia, sayangnya, kebanyakan orang yang terkapar di tanah dari kelompok mafia ternama di Kota Napoli itu. Untuk saat ini, Forezsther jauh lebih unggul ketimbang ValHo
“Secara langsung, aku melihat bagaimana Easter disiksa di depan mataku, bahkan tanpa hati mereka mempermainkannya. Aku yang sudah tidak sanggup mulai berbicara demi bisa menyelamatkan diriku serta temanku. Meski Easter terus memarahi, aku tetap mengatakan kepada mereka tentang Forezsther. Namun sialnya, mereka tidak menepati janji dan justru semakin mempermainkan Easter di depan mataku. Tubuhnya yang sudah dipenuhi darah, tanpa sehelai kain, dan terus menyiksanya tanpa henti meski dia tak lagi berteriak kesakitan. Aku … aku hanya bisa melihatnya, tanpa bisa melakukan apapun dan hanya bisa menangis dalam diam. Ba-bahkan ketika Easter disakiti, aku ….” Justin melihat Callista yang berusaha untuk menahan diri agar tidak menangis. Padahal sedari tadi Callista terus memegangi dadanya dengan tubuh yang bergemetar dan suara yang mulai bergetar. Namun wanita tersebut tetap melanjutkan. Justin mencoba untuk meminta Callista untuk berhenti, sayangnya, Callista terus berbicara.
Dalam satu jam, Kristian pun datang menghadap ke bosnya. Sang bos langsung mengomeli Kristian yang sudah lengah. Tentu saja pria itu tak mengerti kenapa dirinya sampai dimarahi. Richard menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya. Hal ini mengejutkan Kristian. Dirinya tak menyangka kalau Callista akan mengikutinya, bahkan mendengarkan pembicaraan dia dengan Gabriel.“Kau sangat bodoh, Kristian! Bukankah aku sudah peringati agar tidak usah menceritakannya kepada siapapun? Kau tidak menepati janjimu bahkan secara sembarangan mengungkapkan hal ini ke orang lain. Karena kecerobohanmu, Callista mengetahui semuanya dan dia malah menanyakannya kepadaku. Dengan terpaksa aku memberi tahu dia,” omel Richard seusai memberi tahu Kristian tentang kehadiran Callista satu jam lalu.“Maafkan aku, Bos! Gabriel sangat memaksa sehingga aku harus menceritakan kepadanya. Ka-““Jangan menyalahi orang lain karena kesalahanmu sendiri!” tukas Richard memb
Seusai berkata begitu, Richard pun melepaskan Callista. Wanita tersebut segera menjauhi Richard dan menatapnya dengan tajam. Meski dia tahu kalau dirinya akan kalah, Callista tetap ingin menyerang Richard karena baginya ini adalah kesempatan. Sayang sekali, Richard jauh lebih kuat daripada dia.“Jika kau melakukan hal itu di kantorku, para anak buahku tidak akan tinggal diam. Kau akan diserang oleh mereka, Callista! Lebih baik tahan dirimu sebelum waktunya tiba, lagi pula ketika penyerangan nanti, aku akan turun tangan langsung untuk menyerang kalian bersama dengan para anak buahku. Aku tak akan melarikan diri,” kata Richard lagi.“Harusnya aku membunuhmu waktu itu,” geram Callista membuat Richard tertawa pelan.“Sekarang kau menyesal tidak membunuhku?” tanya Richard. Callista tidak menjawab pertanyaan itu, wanita tersebut hanya menatap Richard dengan tajam. “Entah apa alasanmu, tapi kau memberikan aku kesempatan. Dengan
Callista terdiam, berusaha untuk mengingat tentang pasangan yang sudah dibunuhnya. Melihat Callista yang kebingungan, Richard pun mengambil dokumen dari dalam laci mejanya lalu memberikannya kepada wanita itu. Callista melihat isi dari dokumen tersebut yang menampilkan informasi tentang dua pasangan yang mereka bicarakan.“Mereka adalah kedua orang tua Kristian yang bekerja sebagai agen rahasia untuk beberapa kelompok mafia. Mereka hanya tinggal berdua di apartemen itu. Kau pergi ke sana untuk membunuh keduanya. Kebetulan Fernando berada di tempat lain dan ketika melihat orang tuanya, mereka sudah tiada dengan luka tusukan di mana-mana. Sempat ada perlawanan, terbukti dari beberapa barang yang hancur. Sekarang kau sudah mengingatnya?” ungkap Richard seraya melihat ke arah Callista.Wanita menganggukkan kepalanya. “Ya, aku baru ingat dengan misi itu. Misi yang diberikan oleh bosku karena mereka pernah bekerja dengannya dan berkhianat. Karena pengkhiana
“Hah?! Apa maksudmu?” tanya Callista.“Aku hanya ingin tahu, siapa yang akan kau bela ketika peperangan itu terjadi,” jawabnya.“Cih! Kau masih saja memikirkan hal seperti ini, bukankah seharusnya kau mengkhawatirkan kelompokmu sendiri? Ditambah kau sudah menyatakan perang kepadaku yang notabenenya adalah anggota Forezsther. Mungkin kau juga sudah memberi tahu Alberto,” kata Callista.Richard mengernyitkan dahi keheranan. Kemarin sang istri tampak berbeda seperti biasanya, tapi sekarang malah bersikap sama. Perubahan Callista membuat Richard menjadi bingung. Pria itu pun membalas, “Aku lebih khawatir kau akan menjadi korban atas peperangan yang akan terjadi. Akan jauh lebih baik kalau kau tidak terlibat dan tak perlu ikut perang. Ka-““Jangan naif, Bos Mafia! Sekeras apapun aku menyangkal, aku tetaplah anggota Forezsther dan tak mungkin bagiku untuk bersembunyi. Berjuang bersama temanku akan jauh lebih