“Ternyata mereka belum datang,” gumam Justin setelah berteriak seperti itu seraya menghampiri Vittoria dan menanyakan keberadaan teman-teman yang lain. Vittoria menjawab seadanya. Justin juga sempat terkejut karena di ruangan itu ada Callista juga.
“Kebetulan sekali ada Senior,” katanya seraya menoleh ke arah Callista.
“Bisakah kau hentikan memanggilku dengan sebutan Senior? Aku memiliki nama,” omel Callista. Justin hanya cengengesan mendengar omelan itu.
“Oh iya, kita memiliki misi gabungan lagi dengan Fritz dan Letizia, kali ini Zouch juga akan akan bergabung!” seru Justin dengan penuh semangat.
“Hah? Aku bergabung dengan misi kalian? Yang benar saja!” balas Callista tidak percaya.
“Bos memberiku perintah untuk mencarimu dan yang lainnya, kita akan menjalankan misi ini bersama-sama,” ucap pria itu seraya mengeluarkan handphone untuk menelepon orang-orang yang dia butuhkan dal
Callista, Vittoria, dan beberapa anggota dari kelompok Darrel berkumpul di suatu titik. Kini mereka sedang membicarakan sesuatu. Sudah satu jam mereka berada di sana, tidak ada hal yang mereka lakukan. Namun tiba-tiba saja, sebuah mobil van berhenti di depan orang-orang ini. Beberapa di antara mereka melarikan diri, sementara Callista dan yang lainnya dibawa oleh orang yang turun dari mobil van. Dalam hitungan menit, mereka membawanya pergi entah ke mana.Callista dan tiga orang dari kelompok Darrel memberontak, meminta untuk diturunkan. Namun mereka langsung dipukul hingga tidak sadarkan diri. Sayangnya, Callista tidak pingsan, dia hanya pura-pura pingsan saja di depan para penculik. Ya, inilah rencana yang tadi dia bicarakan dengan kelompok Darrel.Callista sengaja meminta teman-teman Darrel untuk berkumpul di tempat tadi yang katanya adalah tempat biasa orang-orang dari mobil van ini menculik anggota Forezsther. Callista sengaja ingin ditangkap bersama dengan tiga o
Callista mengernyitkan dahinya mendengar jawaban pria itu. Pantas saja bukan hanya anggota Forezsther yang ada di dalam ruangan ini. Kemungkinan mereka akan melakukan sesuatu kepada para korban. Entah apa yang akan mereka lakukan, Callista tidak tahu pasti. Dirinya harus mendapatkan informasi dari mereka.“Sebenarnya apa tujuan kalian membawa orang-orang ini ke sini? Kenapa kalian membunuh mereka?” tanya Callista lagi.Pria itu tertawa pelan lalu menjawab, “Kelompok kami miskin, apalagi kami harus membaginya menjadi beberapa orang. Kami … kami tidak bisa makan enak seperti yang kalian lakukan, makanya kami membawa orang lain untuk dijual, tentu saja bukan mereka, tapi organ mereka. Ya, tidak begitu berharga, tapi setidaknya kami bisa mendapatkan uang dari itu!”Bos orang-orang ini tampak menangis, lebih tepatnya pura-pura menangis. Callista begitu muak dengan kelakuan anehnya itu. Terkadang tertawa, marah-marah, dan kali ini berpur
Misi selesai dengan mudah tanpa luka serius. Hanya beberapa luka ringan saja yang dialami Callista karena dia harus melawan para pria. Seusai berpamitan dengan para junior, tim Chasseurs pun kembali ke mobil. Kini mereka sedang dalam perjalanan menuju ke markas utama.“Ah … aku merasa tidak berguna,” keluh Lionello seraya menatap langit-langit mobil.“Kau benar. Bahkan aku tak melakukan apapun selain mencari keberadaan musuh dengan cctv jalanan yang sama sekali tidak ada hasilnya,” sahut Federico. Mendengar keluhan tersebut, membuat Justin dan yang lain menatap mereka.“Jangan begitu! Kalian sudah berusaha semampu kalian,” kata Justin mencoba untuk menenangkan mereka.“Daripada kalian terus mengeluh, lebih baik berikan informasi yang kalian dapatkan!” pinta Callista.“Ah iya! Aku sempat bertemu dengan beberapa anggota Forezsther yang lain. Aku mempertanyakan kejadian penculikan itu kepada
Beberapa hari kemudian, Callista sudah berhasil mendapatkan informasi yang dibutuhkannya tentang pria penutup wajah. Menurut informasi yang dia dapatkan, pria tersebut memang selalu membuat masalah dengan orang-orang yang ada di sekitar ValHolitz. Bahkan melakukan penyerangan dadakan yang memakan korban cukup banyak.Terakhir kali orang tersebut melancarkan aksinya adalah dua hari lalu di kawasan ValHolitz. Salah satu markas kecil dari kelompok penjagaan ValHolitz rusak begitu saja akibat bom yang ditaruh di bangunan itu. Semua anggota tidak ada yang selamat, mereka terbakar hidup-hidup dan ditemukan dengan luka bakar di sekujur tubuh. Kejadian sangat mengerikan sehingga membuat kelompok mafia itu menjadi ketar-ketir.Awalnya Callista mendengar kabar kalau bukan hanya ValHolitz saja yang mendapatkan penyerangan, beberapa kelompok mafia dan kelompok kriminal lainnya pun diserang. Satu persatu semuanya dihancurkan dan hanya meninggalkan nama kelompok mereka. Satu hal yan
“Bukankah kau sendiri tahu kalau Antonio sudah tiada? Tidak mungkin dia me-““Jangan pura-pura bodoh, Alberto! Seseorang pasti menggunakan namanya agar bisa menyerang ValHolitz. Jika itu memang dirimu, berhentilah! Aku tidak mau berperang dengan kelompok manapun lagi, termasuk ValHolitz. Kalau kau tetap melanjutkannya, Forezsther dalam bahaya. Kau mau kami dibantai oleh lagi mereka?” tukas Callista membuat Alberto menatapnya dengan tajam.“Sudah menyalahi, sekarang berani untuk menasihati. Kau kira kau siapa hah? Kau tidak lebih dari sekedar anak buah. INGAT ITU!” bentaknya. Suara Alberto mengejutkan dua orang di depannya itu. “Kau tidak memiliki bukti untuk mengatakan hal yang tidak aku lakukan, Zouch! Jangan sembarangan berbicara! Buktikan terlebih dulu apa yang kau ucapkan, baru kau berhak menasihati aku, atau mengatakan apapun yang kau suka. PERGILAH!”Tiba-tiba saja Fritz menarik tangan Callista, memintanya ag
Callista baru tahu kalau banyak ruangan di dalam markas ValHolitz. Jauh berbeda dengan markas Forezsther yang ruangannya terbatas. Di gedung ini juga ada beberapa ruangan khusus untuk para tim yang dibentuk oleh Richard. Mereka tidak perlu pergi ke suatu tempat untuk saling berkumpul. Selain itu, Callista sama sekali tidak melihat keberadaan seorang atau sekumpulan wanita. Mungkinkah ValHolitz melarang wanita menjadi anggotanya? Mungkinkah Richard tidak ingin memiliki seorang anggota wanita?Callista mempertanyakannya kepada si bodyguard, katanya sang bos tidak menginginkan seorang kriminal wanita di ValHolitz. Meski sekuat apapun wanita tersebut, Richard tetap tidak ingin. Tidak ada alasan pasti akan hal itu selain alasan yang disebutkan bodyguard tadi. Sebenarnya Callista tidak begitu peduli, dia hanya sekedar ingin tahu. Wajar saja kalau wanita tidak dibutuhkan di kelompok mafia ini. Karena setahunya, mereka hanya akan diperlukan untuk bersenang-senang untuk sang bos atau
“Maaf! Kau benar kalau aku tidak tahu apapun tentangmu, tapi dari apa yang aku lihat, kau masih mengenang tentang mantan suamimu itu. Aku tak menyalahkan bahwa kau mengingat dia, dan tak berhak juga untuk memintamu melupakannya. Hanya saja, orang yang kau lihat bukanlah orang yang sama seperti yang kau inginkan kehadirannya meskipun mereka memiliki kemiripan.” Perkataan Richard membuat Callista tidak bisa berkata-kata. Sebenarnya dirinya tahu akan hal tersebut, hanya saja dia kebingungan, kenapa Kristian mirip dengan Fernando? Bahkan tidak ada perbedaan yang membuat Kristian berbeda dengannya.“Kau ingin membuktikannya? Baiklah. Akan ku pertemukan dirimu dengan anak buahku itu dan pastikan sendiri, apakah dia adalah orang yang sama seperti yang kau harapkan kehadirannya? Tunggu sebentar!” lanjut Richard dengan nada penuh penekanan. Richard pun keluar dari ruangan ini menuju ke ruangan di mana Kristian berada tadi. Dia meminta orang tersebut untuk menem
“Aku tidak bisa memberitahumu apa yang terjadi sebelum kalian datang ke sana karena berhubungan dengan misi yang harus ku selesaikan. Intinya mereka kami tangkap karena sudah membuat resah beberapa anggota Forezsther. Tidak ada kejadian menarik yang harus ku beritahukan kepadamu,” lanjut Callista membuat Richard manggut-manggut. Sebenarnya dia tahu kalau misi seperti itu tidak boleh diceritakan oleh siapapun, tapi Richard merasa kalau Callista menyembunyikan sesuatu, termasuk informasi yang didapatnya dari musuh yang sudah dikalahkan.“Informasi apa yang kau dapatkan dari mereka?” tanya Richard.“Bukankah kau sudah menginterogasi mereka? Aku yakin mereka memberitahumu tentang Antonio.” Callista tidak menjawab, dirinya malah berkata begitu.“Kami memang sempat menginterogasi mereka, tapi tak banyak yang kami ketahui. Mereka memilih untuk tutup mulut dan hanya beberapa informasi yang kami dapatkan. Ku dengar, salah satu da
Hal tersebut mengejutkan Richard dan Callista. Alberto malah menodongkan benda itu kepada anak buahnya sendiri. Tentu saja Callista tidak terima. Dirinya langsung mengomel. “Apa-apaan kau ini? Kenapa kau menodongku?”“Ku bilang pilihlah! Kau berpihak kepada siapa? Aku atau orang itu hah?” tanya Alberto tanpa menjawab pertanyaan Callista.“Apa maksudmu aku harus memilih?” tanya Callista lagi.“Cih! Sadar dirilah, Wanita sialan! Belakangan ini kau terus membela pria itu. Bahkan kau menggagalkan misimu dan terus menentang aku. Aku curiga kalau kau memiliki perasaan khusus kepadanya sehingga kau bersikap begitu. Iya, kan?” geram Alberto membuat Callista menganga tak percaya. Sang bos malah mempertanyakan hal seperti itu kepadanya. Pertanyaan tersebut cukup sulit untuk dijawab Callista untuk saat ini.“Ja-jangan main-main denganku, Pak Tua! Mana mungkin aku memiliki perasaan seperti itu kepadanya. Bukankah
Sepertinya Richard tak begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Callista kepadanya. Alih-alih menghindar, Richard malah berjalan maju sehingga ujung pisau tepat berada di leher dia. Hal ini membuat Callista mendesis lalu menurunkan benda tersebut. Richard yang sudah tahu reaksi Callista hanya tersenyum lalu memeluk wanita itu. Anehnya, meski kesal, Callista tak menghindar bahkan membiarkan Richard memeluk dirinya.“Kenapa kau begitu berani meski senjata tepat di depan matamu? Aku bisa saja membunuhmu dalam jarak sedekat ini,” tanya Callista yang keheranan.“Karena aku yakin kalau kau tak akan berani melakukannya. Buktinya saja sekarang kau menurunkan senjatamu,” jawab Richard. Lagi-lagi Callista tak menyangkal, dia hanya memasang wajah sedih. Karena Richard sedang memeluknya, bos mafia itu tidak melihat bagaimana raut wajah Callista sekarang.“Kau tahu? Aku merasa kalau kau tak memiliki alasan untuk membenciku. Ku akui aku menyembu
Callista terkejut ketika melihat Fernando membelalakkan matanya. Pria itu pun terjatuh begitu saja membuat Callista menjerit. Ternyata tembakan itu berasal dari belakang Fernando. Callista melihat ke arah pelaku yang sudah melepaskan pelurunya ke mantan suaminya itu. Ternyata Richard, Bos ValHolitz yang selama ini tidak terlihat. Callista terkejut karena Richard menembak Fernando.“Kenapa kau menembaknya?” tanya Callista.“Karena dia akan menembakmu,” jawab Richard seraya berjalan mendekati mereka. Callista melihat tubuh Fernando yang sudah dipenuhi darah. Pria tersebut mengerang kesakitan di area punggungnya.“Aku tidak mengenai titik vitalnya, dia akan baik-baik saja,” ucap Richard setelah berhasil mendekati mereka dan berdiri tak jauh dari keduanya.“B-bos?! Ke-kenapa kau ke sini?” tanya Fernando terbata-bata.“Karena aku melihat istriku akan dibunuh oleh anak buahku sendiri,” jawabnya.
Perang dimulai, lokasi yang ditentukan sudah dipenuhi oleh dua kelompok yang sedang bertarung. Sesuai dengan perjanjian bahwa tak ada pengeboman. Kini murni hanya pertarungan keduanya yang menggunakan senjata api dan senjata tajam. Suara tembak menembak terdengar di medan perang, tak sedikit yang sudah tumbang akibat terkena peluru musuh. Bahkan sniper tersembunyi juga melakukan aksinya dari suatu tempat yang tak diketahui oleh siapapun. Begitupula dengan para pemimpin.Demi menguatkan pasukan, Forezsther bergabung dengan anggota dari kelompok Fulgen Famiglia. Meski tak semua anggota dari kelompok tersebut turun tangan, tapi pasukan Forezsther menjadi bertambah. Tentu saja ValHolitz kewalahan karena tak ada kelompok pendukung, mereka berjuang sendiri. Jumlah mereka jauh lebih banyak dari Forezsther dan Fulgen Famiglia, sayangnya, kebanyakan orang yang terkapar di tanah dari kelompok mafia ternama di Kota Napoli itu. Untuk saat ini, Forezsther jauh lebih unggul ketimbang ValHo
“Secara langsung, aku melihat bagaimana Easter disiksa di depan mataku, bahkan tanpa hati mereka mempermainkannya. Aku yang sudah tidak sanggup mulai berbicara demi bisa menyelamatkan diriku serta temanku. Meski Easter terus memarahi, aku tetap mengatakan kepada mereka tentang Forezsther. Namun sialnya, mereka tidak menepati janji dan justru semakin mempermainkan Easter di depan mataku. Tubuhnya yang sudah dipenuhi darah, tanpa sehelai kain, dan terus menyiksanya tanpa henti meski dia tak lagi berteriak kesakitan. Aku … aku hanya bisa melihatnya, tanpa bisa melakukan apapun dan hanya bisa menangis dalam diam. Ba-bahkan ketika Easter disakiti, aku ….” Justin melihat Callista yang berusaha untuk menahan diri agar tidak menangis. Padahal sedari tadi Callista terus memegangi dadanya dengan tubuh yang bergemetar dan suara yang mulai bergetar. Namun wanita tersebut tetap melanjutkan. Justin mencoba untuk meminta Callista untuk berhenti, sayangnya, Callista terus berbicara.
Dalam satu jam, Kristian pun datang menghadap ke bosnya. Sang bos langsung mengomeli Kristian yang sudah lengah. Tentu saja pria itu tak mengerti kenapa dirinya sampai dimarahi. Richard menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya. Hal ini mengejutkan Kristian. Dirinya tak menyangka kalau Callista akan mengikutinya, bahkan mendengarkan pembicaraan dia dengan Gabriel.“Kau sangat bodoh, Kristian! Bukankah aku sudah peringati agar tidak usah menceritakannya kepada siapapun? Kau tidak menepati janjimu bahkan secara sembarangan mengungkapkan hal ini ke orang lain. Karena kecerobohanmu, Callista mengetahui semuanya dan dia malah menanyakannya kepadaku. Dengan terpaksa aku memberi tahu dia,” omel Richard seusai memberi tahu Kristian tentang kehadiran Callista satu jam lalu.“Maafkan aku, Bos! Gabriel sangat memaksa sehingga aku harus menceritakan kepadanya. Ka-““Jangan menyalahi orang lain karena kesalahanmu sendiri!” tukas Richard memb
Seusai berkata begitu, Richard pun melepaskan Callista. Wanita tersebut segera menjauhi Richard dan menatapnya dengan tajam. Meski dia tahu kalau dirinya akan kalah, Callista tetap ingin menyerang Richard karena baginya ini adalah kesempatan. Sayang sekali, Richard jauh lebih kuat daripada dia.“Jika kau melakukan hal itu di kantorku, para anak buahku tidak akan tinggal diam. Kau akan diserang oleh mereka, Callista! Lebih baik tahan dirimu sebelum waktunya tiba, lagi pula ketika penyerangan nanti, aku akan turun tangan langsung untuk menyerang kalian bersama dengan para anak buahku. Aku tak akan melarikan diri,” kata Richard lagi.“Harusnya aku membunuhmu waktu itu,” geram Callista membuat Richard tertawa pelan.“Sekarang kau menyesal tidak membunuhku?” tanya Richard. Callista tidak menjawab pertanyaan itu, wanita tersebut hanya menatap Richard dengan tajam. “Entah apa alasanmu, tapi kau memberikan aku kesempatan. Dengan
Callista terdiam, berusaha untuk mengingat tentang pasangan yang sudah dibunuhnya. Melihat Callista yang kebingungan, Richard pun mengambil dokumen dari dalam laci mejanya lalu memberikannya kepada wanita itu. Callista melihat isi dari dokumen tersebut yang menampilkan informasi tentang dua pasangan yang mereka bicarakan.“Mereka adalah kedua orang tua Kristian yang bekerja sebagai agen rahasia untuk beberapa kelompok mafia. Mereka hanya tinggal berdua di apartemen itu. Kau pergi ke sana untuk membunuh keduanya. Kebetulan Fernando berada di tempat lain dan ketika melihat orang tuanya, mereka sudah tiada dengan luka tusukan di mana-mana. Sempat ada perlawanan, terbukti dari beberapa barang yang hancur. Sekarang kau sudah mengingatnya?” ungkap Richard seraya melihat ke arah Callista.Wanita menganggukkan kepalanya. “Ya, aku baru ingat dengan misi itu. Misi yang diberikan oleh bosku karena mereka pernah bekerja dengannya dan berkhianat. Karena pengkhiana
“Hah?! Apa maksudmu?” tanya Callista.“Aku hanya ingin tahu, siapa yang akan kau bela ketika peperangan itu terjadi,” jawabnya.“Cih! Kau masih saja memikirkan hal seperti ini, bukankah seharusnya kau mengkhawatirkan kelompokmu sendiri? Ditambah kau sudah menyatakan perang kepadaku yang notabenenya adalah anggota Forezsther. Mungkin kau juga sudah memberi tahu Alberto,” kata Callista.Richard mengernyitkan dahi keheranan. Kemarin sang istri tampak berbeda seperti biasanya, tapi sekarang malah bersikap sama. Perubahan Callista membuat Richard menjadi bingung. Pria itu pun membalas, “Aku lebih khawatir kau akan menjadi korban atas peperangan yang akan terjadi. Akan jauh lebih baik kalau kau tidak terlibat dan tak perlu ikut perang. Ka-““Jangan naif, Bos Mafia! Sekeras apapun aku menyangkal, aku tetaplah anggota Forezsther dan tak mungkin bagiku untuk bersembunyi. Berjuang bersama temanku akan jauh lebih