Bab 89Pov FikaEntah mengapa rasanya hari ini dan enam bulan yang lalu sangat berbeda sekali. Sungguh sangat jauh berbeda. Dulu, ketika aku pertama mengetahui kenyataan jika Papa punya banyak selingkuhan dan bahkan tega menghabisi nyawa Adelia yang telah melahirkan anaknya. Rasanya aku langsung shock, dunia rasanya berbalik dalam waktu yang singkat!Namun, saat ini entah mengapa aku malah merasa ringan dan seakan tak terjadi apa-apa. Entah mungkin ini karena aku menjadi sudah terbiasa, atau mungkin karena aku ingin tetap waras yang pasti untuk kali ini aku dan Mama akan main cantik.Kejadian enam bulan yang lalu benar-benar menjadi guru yang berharga bagi kami. Ternyata memang kadang memang kita harus menggunakan cara yang licik ketika berhadapan dengan orang-orang yang licik. Karena hal itu justru terasa mengasyikkan.[Fik sebentar ya. Aku sudah siap sih sebenarnya, tetapi rasanya perut aku sakit banget! Jadi aku ke kamar mandi sebentar ya!]Nesya mengirimiku sebuah pesan pagi ini.
Bab 90Pov FikaTernyata begitu mudah mendapatkan uang dari sertifikat tanah rumah Nesya ini. Karena memang didapatkan dengan cara yang tidak halal, maka tentu akan gampang sekali hilang dong. "Rasain kamu pasti nanti akan nangis-nangis deh, Nes!" ucapku saat menerima uang dari seorang rentenir.Sengaja saat ini aku memilih seorang rentenir yang bersalah dari luar jawa, yang terkenal dengan bunga tinggi dan juga jahat sekali.Jadi, nanti saat dua bulan lagi, sudah kupastikan rumah itu akan jatuh ke tangan sang rentenir."Aku nggak bisa bayangin deh. Bagaimana nanti wajah si Nesya jahat itu! Sebentar lagi kamu pasti akan mendapatkan gelar pelakor yang mengenaskan!" gumamku lirih sambil kembali tersenyum.Selanjutnya seperti instruksi dari Mama, aku pun akan menjual semua perhiasan milik Nesya yang juga hasil rampasan dari Papaku ini. Untuk tugas, tadi aku sudah mengumpulkan lebih dulu. Bisa diatur deh untuk masalah di kampus."Eh tapi, jika nanti Nesya tahu perhiasannya hilang, apa ngga
Bab 91Pov Fika"Akhirnya aku bisa bernafas lega hari ini!" teriakku dengan sedikit kencang sambil menjatuhkan bobot tubuh ke ranjang.Rasanya memang sangat bahagia ketika bisa mengambil hak kita yang telah dicuri oleh orang lain. Meski mungkin itu tak semuanya sih. Yang penting aku nanti bisa memberikan shock terapi pada pengkhianat itu.Hari masih sore sebenarnya, jam di dinding masih menunjukkan pukul empat sore, tapi rasanya mata ini sudah ngantuk sekali."Tapi kata Mama di jam seperti ini tak baik untuk tidur. Pamali!" ucapku sendiri yang kemudian langsung bangkit, untuk menghilangkan rasa kantuk yang terus menyerang."Aha! Aku punya cara yang bisa membuat mataku terbuka lebar!" ucapku sambil tersenyum.Gegas kubuka aplikasi di ponsel yang terhubung dengan kamera pengintai yang ada di kamar Nesya. Ya, kurasa untuk saat ini melihat aktivitas si pengkhianat itu adalah hal yang paling menyenangkan.Padahal dulu sih aku tak begitu mengurusi apa yang dilakukan oleh Nesya. Karena bagik
Bab 92Pov Fika Sebenarnya jika dipikir sampai saat ini aku belum percaya jika Nesya kini menjadi seorang sugar baby Papaku sendiri. Karena jika di depanku dia masih seperti Nesya yang dulu. Si gadis manis yang alim dan sederhana. Jika saja Mama dan Bi Nur tak melihat dengan mata kepala sendiri kemesraan mereka, mungkin sampai saat ini aku belum percaya .Tetapi, setelah aku memasang kamera pengintai ini, malah membuat aku makin yakin jika Nesya memang pintar sekali menyembunyikan topengnya."Duh, rasanya aku nggak sabar seperti apa rupa video si ulat bulu yang akan dikirim nanti ke Papa," ucapku sambil tersenyum sendiri.Tentu aku sudah bisa menebak sebenarnya tontonan vulgar apa yang nanti akan disajikan Nesya itu, tetapi rasanya akan lebih spesial jika hal itu dilakukan oleh si pembohong besar itu.Hanya satu saja harapanku. Semoga saja nanti malam si Nesya melakukan video itu di depan kamera pengintai itu. Karena hal itu sungguh sangat bisa menguntungkan aku."Sekarang aku mau m
Bab 93Pov AuthorPengkhianatan untuk kedua kali yang dilakukan oleh Pak Hasan, ternyata tak lagi membuat Bu Dewi menjadi down. Karena dia dan anaknya sudah belajar dari kejadian enam bulan yang lalu.Kesempatan yang ada sebelum nanti membuka semua kebusukan Pak Hasan dan Nesya, mereka telah memutuskan untuk mengamankan apa yang menjadi hak mereka.Meski memang dulu banyak harta telah mereka dapatkan dari Pak Hasan, karena memang lelaki ini kaya maka masih saja tersimpan banyak harta karun yang bisa dikeruk. Waktu enam bulan pun sudah bisa memberikan dia banyak uang lagi, karena memang dia seorang pebisnis dan kontraktor yang handal.Rumah yang mereka tempati saat ini adalah rumah kedua setelah rumah pertama dulu telah dikuasai oleh Bu Dewi. Meski tinggal sedikit tetapi mereka masih berniat untuk mengambil semua harta Pak Hasan yang tersisa."Tak akan ada lagi kesempatan ketiga untuk kamu Mas! Kali ini kamu akan menderita sesungguhnya!" ucap Bu Dewi yang memang sudah emosi.Malam ini
Bab 94Tepat pukul delapan pagi, Mas Hasan sudah sampai di rumah kost Fika. Ibu kost memperbolehkan kami para orang tua untuk masuk ke kamar anak-anak. Kamar kost yang disewa oleh Fika beda dengan yang ditempati oleh Nesya, meski letaknya berdampingan. Istilahnya kamar Fika Vip, sedangkan yang ditinggali oleh Nesya yang regular saja.Wajah Mas Hasan terlihat sangat sumringah, wangi dan cara berdandannya pun sudah sedikit beda."Maaf ya Sayang, sudah lama nungguin ya? Agak macet nih tadi, karena kan memang weekend," ucap Mas Hasan sambil menyalami kami. Malas sih sebenarnya aku mencium punggung tangannya saat ini, tetapi demi sandiwara yang akan segera usai ini, aku tentu harus melakukannya.Aku hanya diam sambil tersenyum saja, sembari melihat penampilan Mas Hasan yang sedikit banyak berubah. Rambutnya dan kumis sudah dipotong dipadu dengan dandanan yang membuatnya terlihat lebih muda."Papa kelihatan seger banget sih. Sepertinya bahagia banget gitu deh hari ini!" tukas Fika sembari
Bab 95Akhirnya kami pun sampai di sebuah rumah makan yang dituju. Selama di dalam mobil tadi, aku sering kali bisa melihat dari kaca sein jika Mas Hasan sering kali mencuri pandang pada Nesya. Sepertinya dia kagum sekali pada gadis muda yang tak cantik itu, atau mungkin karena nafsu hewani yang sudah memuncak."Kita duduk di lesehan sebelah sana saja ya Mas, biar lebih lapang!" ucapku sambil menunjuk ke sebuah balai-balai berpikiran besar yang biasanya digunakan atau disewa oleh orang untuk acara pertemuan atau seminar."Boleh," jawab Mas Hasan dengan wajah yang sumringah.Segera kugandeng tangan Mas Hasan menuju ke sana, ke balai yang ternyata juga sudah ada beberapa pembeli yang duduk disana. Kebetulan memang ada satu meja lesehan saja yang tersisa."Hey! Ngapain kok tiba-tiba wajah kamu cemberut gitu sih?" Fika tiba-tiba bergumam saat kami masih berjalan bersama."Eh nggak kok, Fika!" Jawab Nesya dengan diselingi tawa lirih.Saat ini aku dan Mas Hasan bergandengan tangan dan berja
Bab 96Mau tak mau tentu saja akhirnya Mas Hasan pun tetap berada di tempatnya duduk, sembari beberapa kali melirik pada Nesya."Kalian berdua jangan terlalu terlihat gelisah gitu deh, nikmati saja sajian ini. Lakuin seperti biasa, anggap saja ini bagian dari sandiwara busuk kalian berdua!" ucapku penuh emosi."Tapi Tan---" Enak saja si Nesya mau berbicara, segera saja kuraruh tangan di depan mulut dan mengisyaratkan agar si pengkhianat itu diam. Lalu, aku pun meminta pada sang pembawa acara untuk melanjutkan pertunjukan ini. Tentu saja kami berempat sekarang langsung menjadi pusat perhatian, karena memang pasti ini suasana rumah makan sedang sangat ramai dan memang suasana seperti ini lah yang aku harapkan."Baiklah, anggap saja ini sebuah hiburan yang akan menemani santap pagi Anda semua. Mari saya perkenalkan secara langsung dengan artis kita hari ini. Nesya, si gadis yang tak begitu cantik tapi bisa mengumpulkan banyak uang dengan cara menjual dirinya pada Pak Hasan, yang tak lai