Bab 87Syukur aku panjatkan lebih banyak hari ini pada sang penguasa jagat raya ini, karena meski belum seberapa, aku sudah bisa menyelamatkan apa yang menjadi hakku dan juga Fika. Terserah saja jika ada orang yang bilang aku ini bukan istri yang baik dan juga wanita yang matre. Tak menjadi soal jika aku mendapatkan cap seperti itu, yang penting adalah ini untuk masa depanku bersama Fika dan Lio.Toh jika nanti misal aku kelaparan atau kemungkinan buruk aku diusir dari rumah ini, tak ada kan orang lain yang akan membantu? Yang ada mereka hanya akan menyoraki dan mencibirku saja. Jadi, aku sekarang tak begitu memikirkan ucapan orang lain. Yang penting bagiku benar ya sudah aku lakukan saja.Kemarin Fika bilang juga akan melancarkan aksinya pada Mas Hasan, tetapi hari ini dia belum memberikan kabar sama sekali. Mungkin saja dia memang masih repot, toh aku juga hari ini sangat sibuk sekali.Ketika menunggu telepon dari Fika, malah saat ini yang menghubungiku adalah Mas Hasan. Segera saja
Bab 88Pov Author Setelah meletakkan sebuah kamera di kamar kost Nesya, Fika pun langsung pamit. Tentu saja gadis itu sudah tak sabar lagi ingin melihat kelakuan sahabat bermuka duanya itu."Sepertinya aku akan mendapatkan banyak harta karun malam ini!" gumam Fika sambil tersenyum membaringkan tubuhnya di kasur.Dengan segera, Fika pun langsung mengkoneksikan ponselnya dengan kamera yang telah dia tempel di sembarang tempat yang menurutnya aman dan tak dicurigai oleh si pemilik kamar."Tak masalah jika hanya mendengarkan suara saja, yang pasti aku bisa dapat informasi lebih!" Fika tetap optimis saat ini.Ternyata dari kamera pengintai itu, Fika hanya bisa melihat dari sisi ranjang si Nesya saja. Karena memang posisinya pun tak berada di atas.Senyum kecut menghiasi wajah Fika ketika mendengarkan Nesya sedang bertelepon dengan si sugar daddy-nya, siapa lagi kalau bukan Pak Hasan."Dasar ulat bulu! Selama ini aku memang tertipu dengan topeng kamu, tapi setelah ini justru semua akan ber
Bab 89Pov FikaEntah mengapa rasanya hari ini dan enam bulan yang lalu sangat berbeda sekali. Sungguh sangat jauh berbeda. Dulu, ketika aku pertama mengetahui kenyataan jika Papa punya banyak selingkuhan dan bahkan tega menghabisi nyawa Adelia yang telah melahirkan anaknya. Rasanya aku langsung shock, dunia rasanya berbalik dalam waktu yang singkat!Namun, saat ini entah mengapa aku malah merasa ringan dan seakan tak terjadi apa-apa. Entah mungkin ini karena aku menjadi sudah terbiasa, atau mungkin karena aku ingin tetap waras yang pasti untuk kali ini aku dan Mama akan main cantik.Kejadian enam bulan yang lalu benar-benar menjadi guru yang berharga bagi kami. Ternyata memang kadang memang kita harus menggunakan cara yang licik ketika berhadapan dengan orang-orang yang licik. Karena hal itu justru terasa mengasyikkan.[Fik sebentar ya. Aku sudah siap sih sebenarnya, tetapi rasanya perut aku sakit banget! Jadi aku ke kamar mandi sebentar ya!]Nesya mengirimiku sebuah pesan pagi ini.
Bab 90Pov FikaTernyata begitu mudah mendapatkan uang dari sertifikat tanah rumah Nesya ini. Karena memang didapatkan dengan cara yang tidak halal, maka tentu akan gampang sekali hilang dong. "Rasain kamu pasti nanti akan nangis-nangis deh, Nes!" ucapku saat menerima uang dari seorang rentenir.Sengaja saat ini aku memilih seorang rentenir yang bersalah dari luar jawa, yang terkenal dengan bunga tinggi dan juga jahat sekali.Jadi, nanti saat dua bulan lagi, sudah kupastikan rumah itu akan jatuh ke tangan sang rentenir."Aku nggak bisa bayangin deh. Bagaimana nanti wajah si Nesya jahat itu! Sebentar lagi kamu pasti akan mendapatkan gelar pelakor yang mengenaskan!" gumamku lirih sambil kembali tersenyum.Selanjutnya seperti instruksi dari Mama, aku pun akan menjual semua perhiasan milik Nesya yang juga hasil rampasan dari Papaku ini. Untuk tugas, tadi aku sudah mengumpulkan lebih dulu. Bisa diatur deh untuk masalah di kampus."Eh tapi, jika nanti Nesya tahu perhiasannya hilang, apa ngga
Bab 91Pov Fika"Akhirnya aku bisa bernafas lega hari ini!" teriakku dengan sedikit kencang sambil menjatuhkan bobot tubuh ke ranjang.Rasanya memang sangat bahagia ketika bisa mengambil hak kita yang telah dicuri oleh orang lain. Meski mungkin itu tak semuanya sih. Yang penting aku nanti bisa memberikan shock terapi pada pengkhianat itu.Hari masih sore sebenarnya, jam di dinding masih menunjukkan pukul empat sore, tapi rasanya mata ini sudah ngantuk sekali."Tapi kata Mama di jam seperti ini tak baik untuk tidur. Pamali!" ucapku sendiri yang kemudian langsung bangkit, untuk menghilangkan rasa kantuk yang terus menyerang."Aha! Aku punya cara yang bisa membuat mataku terbuka lebar!" ucapku sambil tersenyum.Gegas kubuka aplikasi di ponsel yang terhubung dengan kamera pengintai yang ada di kamar Nesya. Ya, kurasa untuk saat ini melihat aktivitas si pengkhianat itu adalah hal yang paling menyenangkan.Padahal dulu sih aku tak begitu mengurusi apa yang dilakukan oleh Nesya. Karena bagik
Bab 92Pov Fika Sebenarnya jika dipikir sampai saat ini aku belum percaya jika Nesya kini menjadi seorang sugar baby Papaku sendiri. Karena jika di depanku dia masih seperti Nesya yang dulu. Si gadis manis yang alim dan sederhana. Jika saja Mama dan Bi Nur tak melihat dengan mata kepala sendiri kemesraan mereka, mungkin sampai saat ini aku belum percaya .Tetapi, setelah aku memasang kamera pengintai ini, malah membuat aku makin yakin jika Nesya memang pintar sekali menyembunyikan topengnya."Duh, rasanya aku nggak sabar seperti apa rupa video si ulat bulu yang akan dikirim nanti ke Papa," ucapku sambil tersenyum sendiri.Tentu aku sudah bisa menebak sebenarnya tontonan vulgar apa yang nanti akan disajikan Nesya itu, tetapi rasanya akan lebih spesial jika hal itu dilakukan oleh si pembohong besar itu.Hanya satu saja harapanku. Semoga saja nanti malam si Nesya melakukan video itu di depan kamera pengintai itu. Karena hal itu sungguh sangat bisa menguntungkan aku."Sekarang aku mau m
Bab 93Pov AuthorPengkhianatan untuk kedua kali yang dilakukan oleh Pak Hasan, ternyata tak lagi membuat Bu Dewi menjadi down. Karena dia dan anaknya sudah belajar dari kejadian enam bulan yang lalu.Kesempatan yang ada sebelum nanti membuka semua kebusukan Pak Hasan dan Nesya, mereka telah memutuskan untuk mengamankan apa yang menjadi hak mereka.Meski memang dulu banyak harta telah mereka dapatkan dari Pak Hasan, karena memang lelaki ini kaya maka masih saja tersimpan banyak harta karun yang bisa dikeruk. Waktu enam bulan pun sudah bisa memberikan dia banyak uang lagi, karena memang dia seorang pebisnis dan kontraktor yang handal.Rumah yang mereka tempati saat ini adalah rumah kedua setelah rumah pertama dulu telah dikuasai oleh Bu Dewi. Meski tinggal sedikit tetapi mereka masih berniat untuk mengambil semua harta Pak Hasan yang tersisa."Tak akan ada lagi kesempatan ketiga untuk kamu Mas! Kali ini kamu akan menderita sesungguhnya!" ucap Bu Dewi yang memang sudah emosi.Malam ini
Bab 94Tepat pukul delapan pagi, Mas Hasan sudah sampai di rumah kost Fika. Ibu kost memperbolehkan kami para orang tua untuk masuk ke kamar anak-anak. Kamar kost yang disewa oleh Fika beda dengan yang ditempati oleh Nesya, meski letaknya berdampingan. Istilahnya kamar Fika Vip, sedangkan yang ditinggali oleh Nesya yang regular saja.Wajah Mas Hasan terlihat sangat sumringah, wangi dan cara berdandannya pun sudah sedikit beda."Maaf ya Sayang, sudah lama nungguin ya? Agak macet nih tadi, karena kan memang weekend," ucap Mas Hasan sambil menyalami kami. Malas sih sebenarnya aku mencium punggung tangannya saat ini, tetapi demi sandiwara yang akan segera usai ini, aku tentu harus melakukannya.Aku hanya diam sambil tersenyum saja, sembari melihat penampilan Mas Hasan yang sedikit banyak berubah. Rambutnya dan kumis sudah dipotong dipadu dengan dandanan yang membuatnya terlihat lebih muda."Papa kelihatan seger banget sih. Sepertinya bahagia banget gitu deh hari ini!" tukas Fika sembari
Bab 180Pov Author Setelah kejadian meninggalnya Bu Rini secara bunuh diri di rumah itu, Bu Dewi pun memutuskan untuk menjual salah satu rumah miliknya itu. Karena menurutnya rumah itu sudah menyimpan banyak kenangan pahit."Ma ... lihat berita terbaru nggak?" Fika datang tanpa mengetuk pintu kamar By Dewi pagi ini, dia sepertinya sangat bersemangat sambil membawa ponselnya."Berita apa sih, Sayang?" Fika segera menunjukan latar ponselnya pada Bu Dewi. Ada rasa senang dan sedikit iba ketika dia membaca berita itu."Apa ini benar, Sayang?" tanya Bu Dewi sekedar memastikan."Tentu, Ma," jawab Fika singkat.Berita itu menunjukan jika semalam Nesya telah ditangkap di sebuah losmen di kecamatan sebelah. Dengan kondisi yang mengenaskan, seperti seorang yang mengalami depresi.Seminggu sudah pelarian Nesya setelah kematian Bu Rini itu, gadis hitam manis itu pun hanya satu kali saja menghubungi Bu Dewi, setelahnya dia seperti hilang ditelan bumi.Dalam pelariannya itu, Nesya terus berpinda
Bab 179Pov Bu Dewi Aku sungguh tak menyangka jika Nesya mengatakan hal seperti itu. Padahal dia sudah benar-benar nyata terlihat bersalah, tetapi masih menyangkal juga. Jika saja saat ini dia berada di depanku, pasti Aku pun langsung akan menampar dia."Astaghfirullah aladzim!" kata itu terus saja aku ucapkan dengan lirih.Nesya pun kemudian melanjutkan ucapannya, "begini ya Tan. Seharusnya orang-orang itu nggak hanya memikirkan perasaan dia saja, seharusnya mereka memikirkan aku juga dong! Bayangkan deh selama dua puluh tahun dia pergi dan lepas tanggung jawab, menyerahkan aku di Panti asuhan begitu saja. Apa itu yang dinamakan seorang ibu? Coba bayangkan jika kalian jadi aku!" ucap Nesya seakan masih merasa paling benar.Aku akan segera menimpali ucapan gadis tak tahu diri ini setelah mengucapkan istighfar, tetapi nyatanya dia kembali nyerocos."Apa yang kulakukan saat ini anggap saja hanya sebagai sebuah ungkapan kekesalan belaka! Toh sebenarnya apa yang aku lakukan pada ia itu t
Bab 178Pov Bu Dewi Sampai tiba di rumah pun aku sebenarnya masih saja terus memikirkan almarhumah Bu Rini. Nasibnya yang tragis seakan tak bisa membuat aku move on. Pertemuan yang tak terduga, tapi akhirnya menjadi hubungan bis itu, kini hanya tinggal jejak duka saja.Yang aku tahu sebenarnya dia adalah seorang wanita yang tangguh, sehingga bisa memendam rasa sakit oleh pengkhianat seorang Mas Hasan selama puluhan tahun, nyatanya dia masih bisa berdiri dengan tegar. Meski memang dia meninggalkan Nesya selama dua puluh tahun, tetapi menurutku itu adalah sebuah tindakan yang benar. Orang lain bisa menyalahkan karena tak mengalaminya sendiri bukan?Namun, nyatanya Bu Rini tak berkutik dengan anak kandungnya sendiri. Bahkan dengan dalih demi kembali membuat anak durhaka itu bahagia. Ah entahlah, keputusan macam apa itu.Semua perbuatan memang akan selalu ada pertanggung jawaban nanti. Penyesalan memang selalu datang di akhir, tapi entah mengapa aku seperti tak melihat adanya hal itu di
Bab 177Pov AuthorDepresi! Itulah satu kata yang sangat tepat untuk menggambarkan apa yang saat ini tengah dirasakan oleh Nesya. Tentu saja dia sangat emosi saat mengetahui ATM berwarna hitam itu tak lagi ada di tempatnya."Sial! Kenapa sih si Dwi bisa tahu jika dalam ATM itu ada banyak uang!" Saking kesalnya Nesya pun sampai membanting dompetnya ke sembarang arah.Tentu saja gadis manis itu tak ingat, karena semalam dia sudah mabuk berat. Sebagai seorang penipu alias scammer cinta yang sudah sangat profesional, tentu saja Dwi telah menimbang semua itu dengan matang. Karena memang tujuan utamanya membawa Nesya bermalam adalah untuk menjarah uang itu. Untuk kenikmatan surga dunia yang dia dapat, itu hanya seperti sebuah bonus pelengkap saja bagi Dwi.Dengan sedikit belaian saja, Nesya yang sedang mabuk berat itu langsung mengatakan semuanya pada Dwi. Dan, saat malam itu juga lelaki itu langsung menghapus semua jejak dari ponsel Nesya dan mengamankan ATM berharga itu.Dan, ketika tadi
Bab 176Pov Author Nesya terus berlari tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Beruntung dia memang memiliki badan yang ramping dan atlet lari saat dulu masih SMA, jadi dia pun sangat diuntungkan kali ini.Ketika dirasa sudah jauh dari kompleks tempat tinggalnya itu, dia pun sirkit mengurangi kecepatan. Dan, mulai mencari sebuah tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi. Sebuah perumahan terbengkalai dengan beberapa rumah kosong jendela yang sudah rusak, menjadi pilihannya kini."Lumayan deh! Untuk tempat persembunyian sementara!" Nesya segera loncat memasuki jendela, dan duduk berselonjor kaki karena sangat lelah."Kurang ajar sekali memang ibu itu. Sudah mati saja masih membuat masalah untukku!" umpat Nesya saat itu.Ternyata tangisan dia saat berada di rumah Pak Rt itu memang hanyalah tangisan buaya saja. Saat itu sebenarnya dia ingin mencari simpati dari para warga, namun nyatanya mereka malah geram mendengarnya. Alhasil Nesya pun menghentikan tangisan itu dan lalu berpikir un
Bab 175Pov Author "Tangkap dia!""Tangkap anak durhaka itu!"Warga kembali saling berteriak, dan berusaha mengejar Nesya. Tetapi nyatanya Nesya berlari cukup kencang, seakan dia baru mendapatkan kekuatan super. Memang sih sebenarnya dia pernah menjadi juara 1 lomba lari se kecamatan saat masih duduk di bangku SMA. Ternyata skill itu sangat membantu dia sekarang."Sudah biarkan saja dia lari. Toh polisi juga sudah mengantongi identitas dia. Cepat atau lambat dia tentu akan segera ditangkap!" Pak Rt berusaha menenangkan warganya.Akhirnya warga pun membubarkan diri dan membenarkan kata Pak Rt. Satu yang pasti, mereka sama sekali tak ingin Nesya kembali ke kompleks itu.Polisi memang tentu saja akan mengejar Nesya, karena memang dari bukti semua hasil kamera pengintai itu. Menunjukkan dia adalah penyebab Bu Rini bunuh diri. Toh pasti nanti ketika polisi mengotopsi jenazah itu, maka pasti akan ditemukan banyak bekas luka. Hampir setiap waktu, Nesya menjatuhkan tangan pada sang ibu. Ba
Bab 174Pov AuthorNesya saat itu juga pingsan dan tak sadarkan diri. Warga yang takut karena rumah itu sudah dipasangi harus polisi, pun langsung membawa gadis manis itu menuju ke rumah Pak Rt. Meski masih sebal, Bu Dewi dan Fika pun ikut menuju ke rumah Pak Rt. Warga sebagian yang masih penasaran pun mengikuti ke rumah Pak Rt.Beberapa menit kemudian setelah diberi minyak kayu putih, Nesya pun kembali siuman."Aku ada dimana? Dimana ibuku?" ucapnya seketika saat sudah membuka mata sambil berusaha bangun. Saat ini dia berada di ruang tamu Pak Rt.Beberapa warga yang masih ada langsung bersorak mendengar ucapan Neysa itu. Mungkin mereka kesal karena Nesya sejak tadi terus mencari ibunya, padahal semasa hidup Bu Rini dia terus menyakiti."Aku akan pergi dari sini dan mencari ibu! Kalian ini memang orang yang tak berperasaan!" sungut Nesya sambil akan beranjak pergi dari tempat itu. Namun Fika danBu Rt pun mencegahnya."Kamu itu mau kemana sih? Sudah di sini saja dulu! Bukankah kamu ta
Bab 173Pov Author Entah suara siapa yang seakan memberikan komando itu, alhasil mereka pun mulai menghajar Nesya."Aduh! Apa-apaan ini!?" teriak Nesya yang kesakitan. Dan, dia berusaha untuk menangkis dengan tangannya.Tak ada Yang menjawab, tetapi para ibu-ibu terus saja memukul dan mencubit tubuh Nesya disertai dengan umpatan-umpatan khas netizen plus 62."Dasar anak durhaka!""Tega kamu memperlakukan ibu kamu seperti itu!""Nggak bakal masuk surga kamu!""Hajar saja anak tak tahu diri ini!" Suara-suara itu membuat kepala Nesya semakin pening saja, karena dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pun, dia tak tahu telah berbuat kesalahan seperti apa hingga semua orang menghajarnya seperti ini."Ibu!" teriak Nesya dengan keras, karena dia sangat yakin jika hanya sang ibu saja yang mau menolongnya di saat seperti ini.Mendengar teriakan dari Nesya itu, justru malah membuat para ibu-ibu itu menjadi semakin kesal saja. Mereka terus memberikan pelajaran dari tangan dan juga mulut.Hi
Bab 172Pov Author "Mungkin saja saat ponselnya masih kehabisan baterai dan di cek. Lagian dia kan masih dalam perjalanan," ucap Nesya menghibur dirinya sendiri.Gadis itu pun kemudian duduk di depan sebuah rumah yang letaknya hanya sekitar empat rumah saja dari tempatnya tinggal."Aku kirim pesan dulu deh sana Dwi, biar nanti dibuka kalau dia sudah sampai," ucap Nesya yang langsung mengetikkan pesan melalui aplikasi hijau.Dalam benaknya sebenarnya saat ini dia masih malas saja untuk pulang ke rumah. Karena dia malas bertemu dengan ibunya. Jika boleh memilih tentu dia akan memilih untuk tak pulang dulu dan tetap bersama dengan Dwi.Hanya saja kemarin memang pria itu berkata jika sedang ada pekerjaan, sehingga hari ini Nesya diantarkan pulang dulu."Ah, aku kirim lewat masaanger juga deh!" Sebuah ide terlintas juga di benak Nesya, karena memang tempat pertama kali mereka berinteraksi kan dari facebook."Wah, mengapa foto profil facebook Dwi jadi hilang?!" Seru Nesya seketika.Sebagai