Bab 78Uang dari Mas Hasan sebesar dua ratus juta itu telah aku belikan sebuah mobil baru. Tak perlu keluar rumah, karena aku memiliki seorang teman yang bekerja di sebuah dealer mobil besar di kota ini. Tinggal telepon, semua dia yang urus, besok mobil baru itu pasti sudah bertengger di garasi rumahku.Kenapa aku meminta mobil baru? Banyak hal yang aku pikirkan dengan ini. Satu karena memang mulai saat ini aku ingin lebih leluasa keluar rumah, bukan untuk kelayapan tak jelas, tapi ada banyak hal yang ingin aku lakukan. Namun tentu yang paling utama adalah memindahkan banyak aset atas namaku nantinya.Seorang lelaki jika setengah jatuh cinta pada wanita lain pasti akan dengan suka rela mengeluarkan banyak orang demi wanita simpanan itu bukan? Nah, sebelum sebagian harta itu habis maka lebih baik aku mengamankannya dulu.Kebetulan sekali memang rumah yang aku tempati sudah atas namaku, namun masih ada beberapa aset lagi yang sedang aku incar saat ini. Bukan aku saja, tapi aku pun akan
Bab 79Pov Author Setelah menelepon Dewi, dan ternyata Dewi kembali mulai menaruh rasa curiga padanya, Hasan pun langsung menghubungi Nesya."Nes, kamu harus hati-hati dengan Fika ya. Karena sepertinya hubungan kita ini mulai tercium oleh mereka. Kamu bisa kan meyakinkan Fika, karena aku yakin jika nanti dia akan menanyakan hal ini pada kamu," ucap Hasan yang tak bisa menyembunyikan kelakalutan hatinya."Tenang saja Om. Pokoknya aku ini bisa dipercaya kok. Buktinya selama satu bulan ini kita menjalin hubungan, tak ada yang tahu bukan? Om sih kemarin terlalu menggebu padahal lagi di rumah loh. Akhirnya jadi seperti ini deh. Tapi nggak masalah sih. Aku bisa menghandle semuanya kok," jawab Nesya dengan entengnya.Hasan tersenyum kecut sendiri. Saat berada di rumah kemarin, dia memang tak bisa membendung hasrat dengan Nesya. Apa Lagi malam ikut Dewi pun tak mau melayaninya hanya karena sedikit perbedaan pendapat tentang Lio.Alhasil, Hasan pun datang ke sugar baby-nya yang saat itu selal
Bab 80Pov AuthorMeski telah mengetahui skandal terbaru sang suami dengan Nesya, gadis muda sahabat Fika itu, nyatanya malam ini pun Dewi bisa tidur dengan nyenyak. Sesaat di awal tentu dia merasa sangat syok karena sang suami kembali berkhianat. Kesempatan Kedua yang diberikan nyatanya tak digunakan dengan baik. Namun, kemudian Dewi bisa berpikir dengan jernih ketika mengingat Fika dan melihat Lio. Akal sehatnya pun mulai bisa diajak untuk berkompromi saat ini, dan demi masa depan dua buah hatinya, kini dia ingin bangkit."Bi, aku nitip Lio dulu ya. Jika nanti dia rewel atau ada apa gitu. Langsung saja telepon ya. Mungkin nanti aku agak lama sedikit di luar," ucap Dewi siang itu ketika akan berangkat keluar."Tentu Nyonya. Saya pastikan Den Lio tak akan rewel. Tapi Nyonya pun harus berhati-hati ya," jawab Bi Nur yang tahu apa yang sedang dirasakan oleh majikannya itu.Dewi pun hanya mengangguk dan tersenyum, setelah kembali menciumi Lio, wanita berpenampilan kalem itu pun segera be
Bab 81Pov FikaSebenarnya penyelewengan yang dilakukan lagi oleh Papa ini memang sudah aku duga sebelumnya. Hanya saja saat itu aku menghormati Mama sehingga berusaha membuka hati dan kembali memberikan kepercayaan. Padahal saat itu meski Papa terus merengek, tapi aku tak melihat ketulusan di wajahnya. Semua itu dulu kulakukan hanya demi Mama saja.Sekarang, setelah apa yang aku takutkan terjadi, tentu aku tak bisa menyalahkan Mama sepenuhnya. Karena jika aku seperti itu, itu sama artinya dengan aku yang sama jahatnya dengan Papa. Mamaku adalah seorang wanita tangguh yang baik hati. Sifatnya yang rendah hati dan gampang sekali untuk memandikan, kadang memang disalah gunakan oleh orang lain.Tapi kali ini, aku bisa melihat perubahan pada Mama, meski tak melihat wajah beliau secara langsung. Tapi dari nada bicaranya saja aku sudah bisa mengambil satu kesimpulan. Sebagai seorang anak, tentu adalah tugasku untuk selalu mendukung beliau. "Lagi repot nggak nih, Pa?"Pagi ini, setelah mem
Bab 82Pov Author "Fik. Belum siap juga dari tadi? Udah siang loh ini. Keburu nanti Pak Bambang marah loh!" Baru saja Fika membalas chat dari Pak Hasan yang menunjukkan bukti transfer, Nesya sudah berdiri di ambang pintu sambil berucap dengan suara cemprengnya.Hal seperti ini memang adalah rutinitas berhari-hari mereka berdua. Nesya memang yang kadang selalu aktif membangunkan atau menjemput Fika.Sebagai seorang gadis yang memang sejak bayi sudah tinggal di panti asuhan, akhirnya menjadikan Nesya pribadi yang mandiri dan cekatan. Berbeda dengan Fika yang terkadang masih bersifat manja."Sudah dong! Malah sudah siap dari tadi kok," jawab Fika yang sebenarnya berusaha sekuat tenaga untuk menekan emosinya.Sebuah hal yang tentunya tidak mudah, ketika harus berdamai dengan pengkhianat yang menusuk tanpa belas kasihan dari belakang."Ya sudah kalau begitu ayo dong." Nesya menarik tangan Fika dan membawa serta tas gadis berkulit putih itu.Hal seperti ini juga sudah biasa dilakukan oleh
Bab 83Pov Author Hari sudah menjelang magrib saat Fika dan Nesya selesai dari kampus. Hari ini tugas memang sedang banyak sekali, mengharuskan mereka belajar secara kelompok. Pun juga mereka ada kegiatan yang membuat mereka baru akan kembali ke kost ketika kumandang azan magrib mulia terdengar."Mampir masjid kampus dulu yuk, Nes. Setelah itu nanti kita makan, jadi nggak keburu deh soalnya sudah shalat magrib," ucap Fika pada Nesya saat itu.Hari ini, Fika sukses melakonkan perannya menjadi Fika si gadis bodoh yang tak mengerti jika Papanya saat ini menjadi sugar dady bagi temannya itu.Sebisa mungkin Fika bersikap biasa saja, padahal sebenarnya dia telah menyusun rencana yang akan dilakukan untuk terus mengintai pengkhianat itu. Fika bisa mencuri sedikit waktu dan mendapatkan apa yang dia mau. Sebuah kamera kecil yang nanti akan dipasang di kamar kost Nesya."Oke, tapi aku nganterin kamu aja ya. Lagi nggak salat soalnya," jawab Nesya dengan malas.Dalam hati Fika pun langsung terse
Bab 84Pov NesyaFika, bagiku dia selain sebagai seorang sahabat juga adalah sebagai tangga untuk menuju kesuksesan yang aku impikan selama ini. Mengapa bisa begitu? Karena aku sedang mengejar Papanya yang dua bulan terakhir ini sudah saya menjadi sugar daddy-ku. Jika dulu aku tak kenal dengan Fika dan membuat dia percaya jika aku ini adalah seorang gadis yatim piatu yang baik, tentu saja pasti sampai sekarang aku masih menjadi Nesya yang mengenaskan.Dulu aku selalu berpikiran jika Tuhan itu tak pernah adil padaku. Karena meski sejak kecil aku terus menjadi anak baik dan selalu menurut pada perintah-Nya, nyatanya hidupku tidak pernah bahagia, dan yang pasti tetap saja menderita.Oh iya, perkenalkan nama aku adalah Nesya Minawati dan saat ini aku genap berusia sembilan belas tahun. Usai yang terlalu menggebu untuk mendapatkan apa yang aku inginkan, begitu sih menurutku.Sejak bayi, aku sudah tinggal di sebuah panti asuhan. Ibu panti bilang dulu ibuku menitipkan saat usiaku baru dua h
Bab 85Pov NesyaKemarin itu, sungguh memang kami berdua tak lagi bisa menahan hasrat. Malam itu, Om Hasan mengirimkan sebuah chat jika sedang suntuk dengan Bu Dewi. Tentu saja aku mengerti jika seperti itu berarti sugar daddy-ku itu sedang butuh kehangatan.[Ya sudah, sini Om. Aku buat kamu kembali bersemangat lagi.] Sebuah pesan balasan aku kirimkan dengan emot berbunga-bunga.[Mau banget dong. Tapi sepertinya saat ini bukanlah waktu yang tepat. Duh, padahal saat ini aku butuh kehangatan dari kamu loh.] Dengan kilat Om Hasan pun menjawab.Senyum segera berkembang di bibirku, ah siapa sih yang bisa tahan dari godaan gadis cantik dan menggemaskan seperti aku ini?[Pasti ada waktu Om. Lima menit saja susah bisa kok Om. Cepetan masuk kamar, pintunya nggak aku kunci kok Om. Cepetan gih, udah nggak sabar nih!] Rayuan terus aku lancarkan saat ini.Sebenarnya aku bukan ngebet sekali sama lelaki tua itu, tetapi aku berbuat seperti ini karena aku butuh banyak uang. Karena setiap aku selesai m
Bab 180Pov Author Setelah kejadian meninggalnya Bu Rini secara bunuh diri di rumah itu, Bu Dewi pun memutuskan untuk menjual salah satu rumah miliknya itu. Karena menurutnya rumah itu sudah menyimpan banyak kenangan pahit."Ma ... lihat berita terbaru nggak?" Fika datang tanpa mengetuk pintu kamar By Dewi pagi ini, dia sepertinya sangat bersemangat sambil membawa ponselnya."Berita apa sih, Sayang?" Fika segera menunjukan latar ponselnya pada Bu Dewi. Ada rasa senang dan sedikit iba ketika dia membaca berita itu."Apa ini benar, Sayang?" tanya Bu Dewi sekedar memastikan."Tentu, Ma," jawab Fika singkat.Berita itu menunjukan jika semalam Nesya telah ditangkap di sebuah losmen di kecamatan sebelah. Dengan kondisi yang mengenaskan, seperti seorang yang mengalami depresi.Seminggu sudah pelarian Nesya setelah kematian Bu Rini itu, gadis hitam manis itu pun hanya satu kali saja menghubungi Bu Dewi, setelahnya dia seperti hilang ditelan bumi.Dalam pelariannya itu, Nesya terus berpinda
Bab 179Pov Bu Dewi Aku sungguh tak menyangka jika Nesya mengatakan hal seperti itu. Padahal dia sudah benar-benar nyata terlihat bersalah, tetapi masih menyangkal juga. Jika saja saat ini dia berada di depanku, pasti Aku pun langsung akan menampar dia."Astaghfirullah aladzim!" kata itu terus saja aku ucapkan dengan lirih.Nesya pun kemudian melanjutkan ucapannya, "begini ya Tan. Seharusnya orang-orang itu nggak hanya memikirkan perasaan dia saja, seharusnya mereka memikirkan aku juga dong! Bayangkan deh selama dua puluh tahun dia pergi dan lepas tanggung jawab, menyerahkan aku di Panti asuhan begitu saja. Apa itu yang dinamakan seorang ibu? Coba bayangkan jika kalian jadi aku!" ucap Nesya seakan masih merasa paling benar.Aku akan segera menimpali ucapan gadis tak tahu diri ini setelah mengucapkan istighfar, tetapi nyatanya dia kembali nyerocos."Apa yang kulakukan saat ini anggap saja hanya sebagai sebuah ungkapan kekesalan belaka! Toh sebenarnya apa yang aku lakukan pada ia itu t
Bab 178Pov Bu Dewi Sampai tiba di rumah pun aku sebenarnya masih saja terus memikirkan almarhumah Bu Rini. Nasibnya yang tragis seakan tak bisa membuat aku move on. Pertemuan yang tak terduga, tapi akhirnya menjadi hubungan bis itu, kini hanya tinggal jejak duka saja.Yang aku tahu sebenarnya dia adalah seorang wanita yang tangguh, sehingga bisa memendam rasa sakit oleh pengkhianat seorang Mas Hasan selama puluhan tahun, nyatanya dia masih bisa berdiri dengan tegar. Meski memang dia meninggalkan Nesya selama dua puluh tahun, tetapi menurutku itu adalah sebuah tindakan yang benar. Orang lain bisa menyalahkan karena tak mengalaminya sendiri bukan?Namun, nyatanya Bu Rini tak berkutik dengan anak kandungnya sendiri. Bahkan dengan dalih demi kembali membuat anak durhaka itu bahagia. Ah entahlah, keputusan macam apa itu.Semua perbuatan memang akan selalu ada pertanggung jawaban nanti. Penyesalan memang selalu datang di akhir, tapi entah mengapa aku seperti tak melihat adanya hal itu di
Bab 177Pov AuthorDepresi! Itulah satu kata yang sangat tepat untuk menggambarkan apa yang saat ini tengah dirasakan oleh Nesya. Tentu saja dia sangat emosi saat mengetahui ATM berwarna hitam itu tak lagi ada di tempatnya."Sial! Kenapa sih si Dwi bisa tahu jika dalam ATM itu ada banyak uang!" Saking kesalnya Nesya pun sampai membanting dompetnya ke sembarang arah.Tentu saja gadis manis itu tak ingat, karena semalam dia sudah mabuk berat. Sebagai seorang penipu alias scammer cinta yang sudah sangat profesional, tentu saja Dwi telah menimbang semua itu dengan matang. Karena memang tujuan utamanya membawa Nesya bermalam adalah untuk menjarah uang itu. Untuk kenikmatan surga dunia yang dia dapat, itu hanya seperti sebuah bonus pelengkap saja bagi Dwi.Dengan sedikit belaian saja, Nesya yang sedang mabuk berat itu langsung mengatakan semuanya pada Dwi. Dan, saat malam itu juga lelaki itu langsung menghapus semua jejak dari ponsel Nesya dan mengamankan ATM berharga itu.Dan, ketika tadi
Bab 176Pov Author Nesya terus berlari tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Beruntung dia memang memiliki badan yang ramping dan atlet lari saat dulu masih SMA, jadi dia pun sangat diuntungkan kali ini.Ketika dirasa sudah jauh dari kompleks tempat tinggalnya itu, dia pun sirkit mengurangi kecepatan. Dan, mulai mencari sebuah tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi. Sebuah perumahan terbengkalai dengan beberapa rumah kosong jendela yang sudah rusak, menjadi pilihannya kini."Lumayan deh! Untuk tempat persembunyian sementara!" Nesya segera loncat memasuki jendela, dan duduk berselonjor kaki karena sangat lelah."Kurang ajar sekali memang ibu itu. Sudah mati saja masih membuat masalah untukku!" umpat Nesya saat itu.Ternyata tangisan dia saat berada di rumah Pak Rt itu memang hanyalah tangisan buaya saja. Saat itu sebenarnya dia ingin mencari simpati dari para warga, namun nyatanya mereka malah geram mendengarnya. Alhasil Nesya pun menghentikan tangisan itu dan lalu berpikir un
Bab 175Pov Author "Tangkap dia!""Tangkap anak durhaka itu!"Warga kembali saling berteriak, dan berusaha mengejar Nesya. Tetapi nyatanya Nesya berlari cukup kencang, seakan dia baru mendapatkan kekuatan super. Memang sih sebenarnya dia pernah menjadi juara 1 lomba lari se kecamatan saat masih duduk di bangku SMA. Ternyata skill itu sangat membantu dia sekarang."Sudah biarkan saja dia lari. Toh polisi juga sudah mengantongi identitas dia. Cepat atau lambat dia tentu akan segera ditangkap!" Pak Rt berusaha menenangkan warganya.Akhirnya warga pun membubarkan diri dan membenarkan kata Pak Rt. Satu yang pasti, mereka sama sekali tak ingin Nesya kembali ke kompleks itu.Polisi memang tentu saja akan mengejar Nesya, karena memang dari bukti semua hasil kamera pengintai itu. Menunjukkan dia adalah penyebab Bu Rini bunuh diri. Toh pasti nanti ketika polisi mengotopsi jenazah itu, maka pasti akan ditemukan banyak bekas luka. Hampir setiap waktu, Nesya menjatuhkan tangan pada sang ibu. Ba
Bab 174Pov AuthorNesya saat itu juga pingsan dan tak sadarkan diri. Warga yang takut karena rumah itu sudah dipasangi harus polisi, pun langsung membawa gadis manis itu menuju ke rumah Pak Rt. Meski masih sebal, Bu Dewi dan Fika pun ikut menuju ke rumah Pak Rt. Warga sebagian yang masih penasaran pun mengikuti ke rumah Pak Rt.Beberapa menit kemudian setelah diberi minyak kayu putih, Nesya pun kembali siuman."Aku ada dimana? Dimana ibuku?" ucapnya seketika saat sudah membuka mata sambil berusaha bangun. Saat ini dia berada di ruang tamu Pak Rt.Beberapa warga yang masih ada langsung bersorak mendengar ucapan Neysa itu. Mungkin mereka kesal karena Nesya sejak tadi terus mencari ibunya, padahal semasa hidup Bu Rini dia terus menyakiti."Aku akan pergi dari sini dan mencari ibu! Kalian ini memang orang yang tak berperasaan!" sungut Nesya sambil akan beranjak pergi dari tempat itu. Namun Fika danBu Rt pun mencegahnya."Kamu itu mau kemana sih? Sudah di sini saja dulu! Bukankah kamu ta
Bab 173Pov Author Entah suara siapa yang seakan memberikan komando itu, alhasil mereka pun mulai menghajar Nesya."Aduh! Apa-apaan ini!?" teriak Nesya yang kesakitan. Dan, dia berusaha untuk menangkis dengan tangannya.Tak ada Yang menjawab, tetapi para ibu-ibu terus saja memukul dan mencubit tubuh Nesya disertai dengan umpatan-umpatan khas netizen plus 62."Dasar anak durhaka!""Tega kamu memperlakukan ibu kamu seperti itu!""Nggak bakal masuk surga kamu!""Hajar saja anak tak tahu diri ini!" Suara-suara itu membuat kepala Nesya semakin pening saja, karena dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pun, dia tak tahu telah berbuat kesalahan seperti apa hingga semua orang menghajarnya seperti ini."Ibu!" teriak Nesya dengan keras, karena dia sangat yakin jika hanya sang ibu saja yang mau menolongnya di saat seperti ini.Mendengar teriakan dari Nesya itu, justru malah membuat para ibu-ibu itu menjadi semakin kesal saja. Mereka terus memberikan pelajaran dari tangan dan juga mulut.Hi
Bab 172Pov Author "Mungkin saja saat ponselnya masih kehabisan baterai dan di cek. Lagian dia kan masih dalam perjalanan," ucap Nesya menghibur dirinya sendiri.Gadis itu pun kemudian duduk di depan sebuah rumah yang letaknya hanya sekitar empat rumah saja dari tempatnya tinggal."Aku kirim pesan dulu deh sana Dwi, biar nanti dibuka kalau dia sudah sampai," ucap Nesya yang langsung mengetikkan pesan melalui aplikasi hijau.Dalam benaknya sebenarnya saat ini dia masih malas saja untuk pulang ke rumah. Karena dia malas bertemu dengan ibunya. Jika boleh memilih tentu dia akan memilih untuk tak pulang dulu dan tetap bersama dengan Dwi.Hanya saja kemarin memang pria itu berkata jika sedang ada pekerjaan, sehingga hari ini Nesya diantarkan pulang dulu."Ah, aku kirim lewat masaanger juga deh!" Sebuah ide terlintas juga di benak Nesya, karena memang tempat pertama kali mereka berinteraksi kan dari facebook."Wah, mengapa foto profil facebook Dwi jadi hilang?!" Seru Nesya seketika.Sebagai