Bab 166Pov Bu Rini "Ya Allah, tolong berikan hidayah pada anakku ya Allah. Buka hatinya dan lembutkan hatinya!" Doaku setiap bangun tidur.Sebenarnya setiap saat aku terus saja mendoakan agar Allah membuka hati Nesya, dan memberikan hidayah. Tetapi nyatanya Allah tak mengabulkan doaku itu. Nesya semakin hari semakin menjadi saja."Hamba memang banyak melakukan kesalahan ya Allah. Tapi tolong jangan berikan hukuman seperti ini. Melihat Nesya seperti ini sungguh membuat hatiku terkoyak," ucapku lagi.Ya, aku melakukan semua ini dan hanya diam saat diperlakukan seperti budak oleh Nesya, karena aku merasa terus bersalah. Nesya pun terus aja mengungkit kesalahanku itu."Ingat ya, Bu. Jika kamu ingin terus bersamaku, maka kamu harus menuruti semua keinginanku! Karena apa? Karena kesalah yang kamu buat itu sungguh besar sekali dan hanya dengan cara ini saja kamu bisa menebusnya!" teriak Nesya beberapa kali.Aku kembali tak bisa berucap apa pun, mulut ini rasanya terkunci ketika Nesya seda
Bab 167Pov Bu DewiEntah kenapa aku rasanya masih terus merasa jika saat ini Bu Rini memang sedang tak baik-baik saja. Meski baru sebentar, tetapi aku yang lebih mengenal dia dibandingkan dengan Fika dan Nesya. Kami pernah berbincang dari hati ke hati sebagai sesama ibu yang memiliki seorang anak gadis. Dia mengatakan semua yang dia rencanakan dengan matang, dan itu sungguh jauh berbeda dengan ekspektasi saat ini.Pertemuan kemarin juga semakin membuatku curiga jika ada yang tidak beres atas hubungan Bu Rini dan Nesya. Keganjilan pun terlihat dari sikap Nesya yang berubah langsung seratus delapan puluh derajat ketika berada di rumah sakit itu. Pun dari tatapan matanya, aku malah melihatnya dia semakin jahat saja.Meski tak boleh berpikiran negatif thinking pada orang lain, tapi nyatanya selama ini aku memiliki feeling yang kuat. Dan, sebagian besar malah terjadi."Ma, kenapa melamun?" Tepukan tangan Fika sukses mengagetkan aku saat ini."Tidak ada apa-apa Sayang," jawabku spontan sam
Bab 168Pov Author Siang itu Nesya pergi mengunjungi salah seorang teman prianya. Lelaki itu bernama Dwi. Sudah seminggu terakhir saat mulai menempati rumah Bu Dewi itu lah Nesya mulai mengenal lelaki berusia tiga puluh lima tahun itu.Mereka berdua berkenalan melalui media sosial, sebenarnya Dwi adalah seorang petualang cinta, duda tanpa anak yang kesepian. Nesya yang kesepian pun tentu saja langsung terjerat dengan rayuan lelaki itu. Dia yang sudah pernah merasakan nikmat dunia hitam pun terjerat juga.Beberapa kali sebelum hari ini, Nesya memang kerap menuju ke tempat hiburan malam dan mabuk-mabukan. Setelah semua yang terjadi itu, memang saat ini dia makin berani saja. Tetapi memang belum ada satu orang lelaki pun yang bisa menyentuh hatinya seperti Dwi."Hey, ternyata kamu lebih cantik dari foto yang kamu kirimkan!" ucap Dwi saat pertama bertemu dengan Nesya, di sebuah cafe. Nesya datang ke cafe itu dengan menaiki taksi online, sedangkan Dwi dengan mengendarai sebuah mobil sed
Bab 169Pov Author Nesya menikmati sekali malam panjang itu bersama dengan Dwi. Dia menganggap ini sebagai sebuah pelampiasan setelah kematian Pak Hasan. Seperti orang yang kehausan, Dwi menghilangkan dahaga itu dan memberinya banyak semangat hidup.'Aku harus move on dari Mas Hasan. Meski memang aku sangat mencintai dia, tetapi dia kan sudah mati. Apa lagi yang harus aku harapkan?' gumam Nesya dalam hati saat masih dalam perjalanan menuju ke Malang.Dwi yang pintar sekali merayu, karena memang sudah berpengalaman. Pun akhir ya dapat dengan mudah mengambil hati Nesya.Sebenarnya tanpa Rini tahu, Nesya pun telah berusaha untuk melupakan Pak Hasan selama ini, karena sebuah kenyataan yang menyakitkan itu. Tetapi semakin gadis manis itu melupakan, maka semakin dia merasakan sakit.Awalnya Ketika dia terus saja mengamuk di rumah sakit, saat itu lah dia terus berusaha melupakan rasa cinta pada Pak Hasan. Nyatanya hal itu hanya membuat dia makin stress saja. Melihat Bu Rini yang saat itu p
Bab 170Pov Author Ketika mengetahui dari kamera pengintai jika Bu Rini melakukan bunuh diri, maka secepatnya Fika dan Bu Dewi pun bertindak dan menuju ke rumah itu. Tak lupa mereka pun mampir di kantor polisi untuk melaporkan hal itu, tentunya dengan membawa bukti video dari hasil intaian kamera tersembunyi tersebut."Astaghfirullah aladzim! Sungguh Mama tak pernah menyangka jika Bu Rini akan melakukan hal senekat ini!" Bu Dewi berucap dengan gemetar saat berada di dalam mobil.Sedikit pun dia tak pernah berpikir jika Bu Rini akan melakukan hal ini. Karena menurutnya Bu Rini adalah seorang wanita yang kuat. Buktinya dia bisa melewati masa sulit ketika hamil dan malah ditinggal pergi oleh Pak Hasan."Fika pun gak menyangka sama sekali Ma. Ya Allah semoga dosanya diampuni." Fika pun merasakan hal yang sama dengan sang ibu. Melihat sebuah kejadian penuh darah berlangsung di depan mata, tak semua orang bisa tahan melihat hal ini. Seperti yang saat ini terjadi pada Fika, bayangan ketika
Bab 171Pov Author Rumah baru milik Bu Dewi itu pun akhirnya harus diberi pita kuning alias garis polisi, karena memang sekarang telah berubah fungsi menjadi Tempat Kejadian Perkara.Tak ada Yang boleh melewati garis itu karena sebelum kasus ini selesai. Meski sudah ada bukti nyata yang menunjukan jika Bu Rini bunuh diri, tetapi saja harus dilakukan autopsi."Nesya memang keterlaluan! Kemarin Fika masih sedikit merasa kasihan sama dia Ma. Karena dia telah mengalami hal sedemikian rupa, apa lagi setelah kehilangan anaknya. Tetapi sekarang, rasanya Fika makin geram saja sama dia!" sungut Fika di depan rumah.Saat ini dia beserta dengan Bu Dewi dan beberapa warga memang masih belum beranjak dari depan rumah itu. Mereka masih berbincang tentang kejadian yang tak terduga ini."Mama pun sungguh sangat kecewa pada Nesya. Nyatanya dia memang tak bisa sekali pun dipercaya saat ini." Bu Dewi pun menimpali ucapkan putrinya.Tak hanya Bu Dewi dan Fika saja yang merasa geram pada gadis manis itu,
Bab 172Pov Author "Mungkin saja saat ponselnya masih kehabisan baterai dan di cek. Lagian dia kan masih dalam perjalanan," ucap Nesya menghibur dirinya sendiri.Gadis itu pun kemudian duduk di depan sebuah rumah yang letaknya hanya sekitar empat rumah saja dari tempatnya tinggal."Aku kirim pesan dulu deh sana Dwi, biar nanti dibuka kalau dia sudah sampai," ucap Nesya yang langsung mengetikkan pesan melalui aplikasi hijau.Dalam benaknya sebenarnya saat ini dia masih malas saja untuk pulang ke rumah. Karena dia malas bertemu dengan ibunya. Jika boleh memilih tentu dia akan memilih untuk tak pulang dulu dan tetap bersama dengan Dwi.Hanya saja kemarin memang pria itu berkata jika sedang ada pekerjaan, sehingga hari ini Nesya diantarkan pulang dulu."Ah, aku kirim lewat masaanger juga deh!" Sebuah ide terlintas juga di benak Nesya, karena memang tempat pertama kali mereka berinteraksi kan dari facebook."Wah, mengapa foto profil facebook Dwi jadi hilang?!" Seru Nesya seketika.Sebagai
Bab 173Pov Author Entah suara siapa yang seakan memberikan komando itu, alhasil mereka pun mulai menghajar Nesya."Aduh! Apa-apaan ini!?" teriak Nesya yang kesakitan. Dan, dia berusaha untuk menangkis dengan tangannya.Tak ada Yang menjawab, tetapi para ibu-ibu terus saja memukul dan mencubit tubuh Nesya disertai dengan umpatan-umpatan khas netizen plus 62."Dasar anak durhaka!""Tega kamu memperlakukan ibu kamu seperti itu!""Nggak bakal masuk surga kamu!""Hajar saja anak tak tahu diri ini!" Suara-suara itu membuat kepala Nesya semakin pening saja, karena dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pun, dia tak tahu telah berbuat kesalahan seperti apa hingga semua orang menghajarnya seperti ini."Ibu!" teriak Nesya dengan keras, karena dia sangat yakin jika hanya sang ibu saja yang mau menolongnya di saat seperti ini.Mendengar teriakan dari Nesya itu, justru malah membuat para ibu-ibu itu menjadi semakin kesal saja. Mereka terus memberikan pelajaran dari tangan dan juga mulut.Hi
Bab 180Pov Author Setelah kejadian meninggalnya Bu Rini secara bunuh diri di rumah itu, Bu Dewi pun memutuskan untuk menjual salah satu rumah miliknya itu. Karena menurutnya rumah itu sudah menyimpan banyak kenangan pahit."Ma ... lihat berita terbaru nggak?" Fika datang tanpa mengetuk pintu kamar By Dewi pagi ini, dia sepertinya sangat bersemangat sambil membawa ponselnya."Berita apa sih, Sayang?" Fika segera menunjukan latar ponselnya pada Bu Dewi. Ada rasa senang dan sedikit iba ketika dia membaca berita itu."Apa ini benar, Sayang?" tanya Bu Dewi sekedar memastikan."Tentu, Ma," jawab Fika singkat.Berita itu menunjukan jika semalam Nesya telah ditangkap di sebuah losmen di kecamatan sebelah. Dengan kondisi yang mengenaskan, seperti seorang yang mengalami depresi.Seminggu sudah pelarian Nesya setelah kematian Bu Rini itu, gadis hitam manis itu pun hanya satu kali saja menghubungi Bu Dewi, setelahnya dia seperti hilang ditelan bumi.Dalam pelariannya itu, Nesya terus berpinda
Bab 179Pov Bu Dewi Aku sungguh tak menyangka jika Nesya mengatakan hal seperti itu. Padahal dia sudah benar-benar nyata terlihat bersalah, tetapi masih menyangkal juga. Jika saja saat ini dia berada di depanku, pasti Aku pun langsung akan menampar dia."Astaghfirullah aladzim!" kata itu terus saja aku ucapkan dengan lirih.Nesya pun kemudian melanjutkan ucapannya, "begini ya Tan. Seharusnya orang-orang itu nggak hanya memikirkan perasaan dia saja, seharusnya mereka memikirkan aku juga dong! Bayangkan deh selama dua puluh tahun dia pergi dan lepas tanggung jawab, menyerahkan aku di Panti asuhan begitu saja. Apa itu yang dinamakan seorang ibu? Coba bayangkan jika kalian jadi aku!" ucap Nesya seakan masih merasa paling benar.Aku akan segera menimpali ucapan gadis tak tahu diri ini setelah mengucapkan istighfar, tetapi nyatanya dia kembali nyerocos."Apa yang kulakukan saat ini anggap saja hanya sebagai sebuah ungkapan kekesalan belaka! Toh sebenarnya apa yang aku lakukan pada ia itu t
Bab 178Pov Bu Dewi Sampai tiba di rumah pun aku sebenarnya masih saja terus memikirkan almarhumah Bu Rini. Nasibnya yang tragis seakan tak bisa membuat aku move on. Pertemuan yang tak terduga, tapi akhirnya menjadi hubungan bis itu, kini hanya tinggal jejak duka saja.Yang aku tahu sebenarnya dia adalah seorang wanita yang tangguh, sehingga bisa memendam rasa sakit oleh pengkhianat seorang Mas Hasan selama puluhan tahun, nyatanya dia masih bisa berdiri dengan tegar. Meski memang dia meninggalkan Nesya selama dua puluh tahun, tetapi menurutku itu adalah sebuah tindakan yang benar. Orang lain bisa menyalahkan karena tak mengalaminya sendiri bukan?Namun, nyatanya Bu Rini tak berkutik dengan anak kandungnya sendiri. Bahkan dengan dalih demi kembali membuat anak durhaka itu bahagia. Ah entahlah, keputusan macam apa itu.Semua perbuatan memang akan selalu ada pertanggung jawaban nanti. Penyesalan memang selalu datang di akhir, tapi entah mengapa aku seperti tak melihat adanya hal itu di
Bab 177Pov AuthorDepresi! Itulah satu kata yang sangat tepat untuk menggambarkan apa yang saat ini tengah dirasakan oleh Nesya. Tentu saja dia sangat emosi saat mengetahui ATM berwarna hitam itu tak lagi ada di tempatnya."Sial! Kenapa sih si Dwi bisa tahu jika dalam ATM itu ada banyak uang!" Saking kesalnya Nesya pun sampai membanting dompetnya ke sembarang arah.Tentu saja gadis manis itu tak ingat, karena semalam dia sudah mabuk berat. Sebagai seorang penipu alias scammer cinta yang sudah sangat profesional, tentu saja Dwi telah menimbang semua itu dengan matang. Karena memang tujuan utamanya membawa Nesya bermalam adalah untuk menjarah uang itu. Untuk kenikmatan surga dunia yang dia dapat, itu hanya seperti sebuah bonus pelengkap saja bagi Dwi.Dengan sedikit belaian saja, Nesya yang sedang mabuk berat itu langsung mengatakan semuanya pada Dwi. Dan, saat malam itu juga lelaki itu langsung menghapus semua jejak dari ponsel Nesya dan mengamankan ATM berharga itu.Dan, ketika tadi
Bab 176Pov Author Nesya terus berlari tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Beruntung dia memang memiliki badan yang ramping dan atlet lari saat dulu masih SMA, jadi dia pun sangat diuntungkan kali ini.Ketika dirasa sudah jauh dari kompleks tempat tinggalnya itu, dia pun sirkit mengurangi kecepatan. Dan, mulai mencari sebuah tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi. Sebuah perumahan terbengkalai dengan beberapa rumah kosong jendela yang sudah rusak, menjadi pilihannya kini."Lumayan deh! Untuk tempat persembunyian sementara!" Nesya segera loncat memasuki jendela, dan duduk berselonjor kaki karena sangat lelah."Kurang ajar sekali memang ibu itu. Sudah mati saja masih membuat masalah untukku!" umpat Nesya saat itu.Ternyata tangisan dia saat berada di rumah Pak Rt itu memang hanyalah tangisan buaya saja. Saat itu sebenarnya dia ingin mencari simpati dari para warga, namun nyatanya mereka malah geram mendengarnya. Alhasil Nesya pun menghentikan tangisan itu dan lalu berpikir un
Bab 175Pov Author "Tangkap dia!""Tangkap anak durhaka itu!"Warga kembali saling berteriak, dan berusaha mengejar Nesya. Tetapi nyatanya Nesya berlari cukup kencang, seakan dia baru mendapatkan kekuatan super. Memang sih sebenarnya dia pernah menjadi juara 1 lomba lari se kecamatan saat masih duduk di bangku SMA. Ternyata skill itu sangat membantu dia sekarang."Sudah biarkan saja dia lari. Toh polisi juga sudah mengantongi identitas dia. Cepat atau lambat dia tentu akan segera ditangkap!" Pak Rt berusaha menenangkan warganya.Akhirnya warga pun membubarkan diri dan membenarkan kata Pak Rt. Satu yang pasti, mereka sama sekali tak ingin Nesya kembali ke kompleks itu.Polisi memang tentu saja akan mengejar Nesya, karena memang dari bukti semua hasil kamera pengintai itu. Menunjukkan dia adalah penyebab Bu Rini bunuh diri. Toh pasti nanti ketika polisi mengotopsi jenazah itu, maka pasti akan ditemukan banyak bekas luka. Hampir setiap waktu, Nesya menjatuhkan tangan pada sang ibu. Ba
Bab 174Pov AuthorNesya saat itu juga pingsan dan tak sadarkan diri. Warga yang takut karena rumah itu sudah dipasangi harus polisi, pun langsung membawa gadis manis itu menuju ke rumah Pak Rt. Meski masih sebal, Bu Dewi dan Fika pun ikut menuju ke rumah Pak Rt. Warga sebagian yang masih penasaran pun mengikuti ke rumah Pak Rt.Beberapa menit kemudian setelah diberi minyak kayu putih, Nesya pun kembali siuman."Aku ada dimana? Dimana ibuku?" ucapnya seketika saat sudah membuka mata sambil berusaha bangun. Saat ini dia berada di ruang tamu Pak Rt.Beberapa warga yang masih ada langsung bersorak mendengar ucapan Neysa itu. Mungkin mereka kesal karena Nesya sejak tadi terus mencari ibunya, padahal semasa hidup Bu Rini dia terus menyakiti."Aku akan pergi dari sini dan mencari ibu! Kalian ini memang orang yang tak berperasaan!" sungut Nesya sambil akan beranjak pergi dari tempat itu. Namun Fika danBu Rt pun mencegahnya."Kamu itu mau kemana sih? Sudah di sini saja dulu! Bukankah kamu ta
Bab 173Pov Author Entah suara siapa yang seakan memberikan komando itu, alhasil mereka pun mulai menghajar Nesya."Aduh! Apa-apaan ini!?" teriak Nesya yang kesakitan. Dan, dia berusaha untuk menangkis dengan tangannya.Tak ada Yang menjawab, tetapi para ibu-ibu terus saja memukul dan mencubit tubuh Nesya disertai dengan umpatan-umpatan khas netizen plus 62."Dasar anak durhaka!""Tega kamu memperlakukan ibu kamu seperti itu!""Nggak bakal masuk surga kamu!""Hajar saja anak tak tahu diri ini!" Suara-suara itu membuat kepala Nesya semakin pening saja, karena dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pun, dia tak tahu telah berbuat kesalahan seperti apa hingga semua orang menghajarnya seperti ini."Ibu!" teriak Nesya dengan keras, karena dia sangat yakin jika hanya sang ibu saja yang mau menolongnya di saat seperti ini.Mendengar teriakan dari Nesya itu, justru malah membuat para ibu-ibu itu menjadi semakin kesal saja. Mereka terus memberikan pelajaran dari tangan dan juga mulut.Hi
Bab 172Pov Author "Mungkin saja saat ponselnya masih kehabisan baterai dan di cek. Lagian dia kan masih dalam perjalanan," ucap Nesya menghibur dirinya sendiri.Gadis itu pun kemudian duduk di depan sebuah rumah yang letaknya hanya sekitar empat rumah saja dari tempatnya tinggal."Aku kirim pesan dulu deh sana Dwi, biar nanti dibuka kalau dia sudah sampai," ucap Nesya yang langsung mengetikkan pesan melalui aplikasi hijau.Dalam benaknya sebenarnya saat ini dia masih malas saja untuk pulang ke rumah. Karena dia malas bertemu dengan ibunya. Jika boleh memilih tentu dia akan memilih untuk tak pulang dulu dan tetap bersama dengan Dwi.Hanya saja kemarin memang pria itu berkata jika sedang ada pekerjaan, sehingga hari ini Nesya diantarkan pulang dulu."Ah, aku kirim lewat masaanger juga deh!" Sebuah ide terlintas juga di benak Nesya, karena memang tempat pertama kali mereka berinteraksi kan dari facebook."Wah, mengapa foto profil facebook Dwi jadi hilang?!" Seru Nesya seketika.Sebagai