Bab 153Pov Author Memang tak ada satu pun manusia yang bisa menebak dengan apa yang terjadi keesokan hari. Kadang apa yang kita harapkan sangat jauh beda dengan semua yang terjadi. Seperti kini yang dialami oleh Bu Rini."Bu! mana sih makanannya? Jam segini kok belum matang? Bisa kerja nggak sih? Rugi dong jadi babu diluar sana selama dua puluh tahun tapi masih lelet saja!" teriak Nesya yang sudah bersiap di meja makan rumah Bu Dewi siang itu."Sebentar Nak, ini masih kurang kering ikannya!" jawab Bu Rini dari arah dapur, yang letaknya lumayan jauh."Duh lelet banget sih. Ngapain saja sih dari tadi!" teriak Nesya sambil memukul meja makan dengan sendok.Gadis berkulit hitam manis itu pun kemudian bangkit dan menuju ke dapur. Tak beda seperti seorang majikan yang sedang memarahi pembantunya, dia pun berkacak pinggang saat ini pada ibunya."Ngapain saja sih sejak tadi? Apa memang kamu sengaja mau buat aku mati kelaparan? Biar aku mati seperti bayiku dan juga Mas Hasan?" tanya Nesya ta
Bab 154Pov AuthorFlash backKetika Bu Dewi dan Fika pulang dari rumah sakit saat itu, sebenarnya Bu Rini sudah merasakan ada yang berbeda pada Nesya. Tetapi dia tak ingin salah paham dulu pada putrinya, harapannya tetap Nesya akan benar-benar menjadi anak yang baik."Kamu sudah mau memaafkan ibu kan?" tanya Bu Rini hati-hati saat itu.Nesya tertawa kecil dulu saat itu, dan disaat itu pikiran negatif Bu Rini pun makin menjadi. Sebagai seorang ibu dan memang merasa bersalah, Dia pun tetap harus mengalah."Memang kesalahan yang ibu buat terlalu besar, tetapi sungguh ibu melakukan semua itu karena terpaksa. Meski berada di manapun, ibu selalu mendoakan kamu disetiap hembusan nafas ini." Bu Rini berucap dengan menahan air mata yang sebenarnya sudah ingin jatuh sejak tadi.Mengatakan tentang masa lalu, sontak memang selalu membuat wanita ini bersedih. Dan satu lagi, selalu sukses juga membuat dia teringat pada sosok almarhum Pak Hasan yang menyebabkan semua luka itu, yang pengecut dan tak
Bab 155Pov Author Flashabck Mendengar perkataan Nesya yang tanpa saringan itu sontak membuat Bu Rini merasa tak enak, mungkin memang apa yang baru saja dia katakan itu tadi adalah salah."Bukan begitu maksud ibu, Nak. Maksudnya jika memang bisa, tentu ibu akan melahirkan kamu dalam keluarga yang baik dan utuh, tidak dengan cara seperti ini." Bu Rini segera meralat ucapannya itu.Sebuah hal yang tak di duga kembali oleh Bu Rini adalah Nesya saat itu langsung memegang dagunya dan mencengkeram dengan erat. Entah dari mana gadis yang baru saja melakukan operasi caesar itu punya kekuatan lebih."Sekali lagi kamu menyalahkan Mas Hasan atas semua ini. Maka jangan salahkan aku jika aku berbuat lebih menyakitkan dari ini pada kamu!" ancam Nesya sambil menghempaskan wajah ibunya itu dengan kasar.Bu Rini merasakan sakit, tapi ancaman Nesya yang baru saja itu membuat dia semakin heran saja."Kenapa kamu begitu membela dia? Apa karena dia ayah kandung kamu?" Bu Rini masih bertanya dengan amat
Bab 156Pov Author Flash backNesya kini kembali menjerit dan membuat Bu Rini menjadi panik. Dia langsung bangkit dan berusaha menenangkan putrinya yang kembali histeris saat ini."Istighfar, Nes. Istighfar!" ucap Bu Rini yang berusaha merengkuh putrinya. "Ibu akan segera memanggil dokter!" Namun saat itu Nesya dengan cepat memegang lengan ibunya. "Tetap disini! Aku tak perlu dokter. Aku tak gila! Tetap disini atau sampai kapan pun aku tak akan pernah menganggap kamu sebagai ibu!" ancam Nesya Dengan mata berapi-api.Mendengar ancaman seperti itu, tentu saja Bu Rini langsung mengangguk dan menghentikan langkahnya. Karena hal yang utama baginya saat ini adalah kembali bersatu dengan Nesya. Putri yang selama dua puluh tahun lebih ini menang telah dia tinggalkan."Ibu tidak akan memanggil dokter, tetapi kamu yang tenang ya, Nak. Ini minum dulu airnya," ucap Bu Rini sambil mengangsurkan air mineral pada Nesya.Nesya pun menyambar botol kecil air mineral itu dengan kasar dan segera mengha
Bab 157Pov Author FlashabckSeperti kerbau yang dicintai hidungnya, Bu Rini pun dengan segera mengambil tas dan memberikan SEMUA apa yang dia punya pada anaknya. Rasa bersalah dan rasa kangen pada sang putri telah membuat dia buta. Padahal seorang ibu seharusnya bisa membimbing anaknya untuk menjadi pribadi yang lebih baik, bukan malah dia yang manut pada anaknya yang salah itu."Apa ini sudah semua?" tanya Nesya setelah Bu Rini mengatakan pula PIN ATM miliknya."Sudah, Nak. Itu tabungan ibu selama dua puluh tahun," jawab Bu Rini lirih."Wah bagus dong! Dengan kata lain ini adalah mutlak uangku! Sebagai ganti dua puluh tahun yang hilang itu! Mulai sekarang kamu adalah pembantuku ya! Sekali saja kamu nggak menuruti permintaanku atau mengadu pada orang lain! Saat itu juga semua hancur!" Nesya terus saja mengancam sang ibu.Bu Rini sesungguhnya saat ini pun tahu jika semua ini salah, tetapi dia masih berharap jika Tuhan akan membukakan pintu hati Nesya untuknya. Dia terus akan mencoba
Bab 158Pov Bu Dewi Rasa lega pun terasa ketika selesai sudah acara kirim doa pada Mas Hasan. Dan, hari ini kami beserta Nesya dan Bu Rini berencana untuk berziarah ke makam Mas Hasan yang letaknya memang sengaja kami buat dekat dengan anak Nesya yang kemarin meninggal saat dalam kandungan itu. Tentunya tanpa Lio karena menurutku dia masih terlalu kecil.Siang ini aku dan Fika telah sampai di depan rumah Nesya, lebih tepatnya rumahku yang aku dipinjamkan pada Bu Rini dan Nesya. Saat kami sampai di teras, mereka berdua sudah siap dan langsung masuk ke mobil kami."Duh, Nesya kamu nampak cantik banget deh!" seru Fika spontan saat adiknya, karena mereka dari ayah yang sama, itu memasuki mobil.Sebenarnya jika tadi Fika tak berucap, maka aku pasti yang akan menanyakan hal itu terlebih dahulu."Masak sih? Kamu aja kali Fik, yang nggak pernah sadar dengan kecantikanku semenjak dulu!" jawab Nesya yang langsung membuat kami berempat tertawa.Menurutku dandanan yang digunakan oleh Nesya sedik
Bab 159Pov Bu DewiJadi itu ya yang membuat Bu Rini akhirnya seperti itu. Ah mungkin benar apa yang dikatakan oleh Nesya, dan karena saking khawatirnya aku malah berpikiran negatif terus. Padahal seharusnya aku gak sadar jika tak selamanya setiap hal yang terjadi pada mereka itu harus aku ketahui. Rasa kepo yang begitu besar pun sebenarnya tak begitu pantas sih."Ya Allah Bu Rini. Jangan terlalu larut dalam kesedihan masa lalu seperti itu. Bukankah sekarang apa yang Bu Rini mau sudah terlaksana? Nesya sudah berubah menjadi baik dan menerima ibu. Kurang apa lagi? Bisa kumpul dengan anak itu bukankah suatu kebahagiaan tersendiri, Bu?" tanyaku sambil menoleh ke belakang. Sedangkan Fika masih terus fokus mengemudi.Kali ini setelah berucap aku tak langsung kembali menghadap ke depan, tapi aku tetap menoleh ke belakang dan menatap wajah Bu Rini.Sepertinya saat itu dia salah tingkah. "I-iya, Bu. Saya sangat senang sekali karena sekarang Nesya sudah mau menerima saya. Tetapi memang sampai
Bab 160Pov Bu DewiAkhirnya kami pun sampai di makam. Ada rasa sedih juga dalam hati meski itu hanya sedikit. Fika dan Nesya berjalan lebih dulu dari kami, sedangkan aku menyeimbangi Bu Rini yang berjalan dengan pelan di belakang. Dari parkir mobil ke lokasi, memang jalannya sedikit jauh."Bu Rini baik-baik saja?" tanyaku lirih, atau mungkin bisa dibilang berbisik. Agar anak-anak yang di depan tak mendengarkan ucapanku.Bu Rini diam dan kemudian menarik nafas dalam-dalam. "Doakan agar semua berjalan seperti yang terlihat ya, Bu." Hanya ucapan singkat itu saja yang dia katakan. Tentu saja hal itu tak membuat hatiku merasa puas, malah sekarang aku makin merasa jika semua tak baik-baik saja."Insyaallah saya aku selalu mendoakan yang terbaik untuk kita semua, Bu. Tetapi jika memang ada sesuatu yang menurut Bu Rini tak benar, insyaallah saya bisa dipercaya orangnya," ucapku lagi, mencoba untuk membuka sedikit keanehan ini.Bukannya menjawab pertanyaanku, Bu Rini malah saat ini menatap p
Bab 180Pov Author Setelah kejadian meninggalnya Bu Rini secara bunuh diri di rumah itu, Bu Dewi pun memutuskan untuk menjual salah satu rumah miliknya itu. Karena menurutnya rumah itu sudah menyimpan banyak kenangan pahit."Ma ... lihat berita terbaru nggak?" Fika datang tanpa mengetuk pintu kamar By Dewi pagi ini, dia sepertinya sangat bersemangat sambil membawa ponselnya."Berita apa sih, Sayang?" Fika segera menunjukan latar ponselnya pada Bu Dewi. Ada rasa senang dan sedikit iba ketika dia membaca berita itu."Apa ini benar, Sayang?" tanya Bu Dewi sekedar memastikan."Tentu, Ma," jawab Fika singkat.Berita itu menunjukan jika semalam Nesya telah ditangkap di sebuah losmen di kecamatan sebelah. Dengan kondisi yang mengenaskan, seperti seorang yang mengalami depresi.Seminggu sudah pelarian Nesya setelah kematian Bu Rini itu, gadis hitam manis itu pun hanya satu kali saja menghubungi Bu Dewi, setelahnya dia seperti hilang ditelan bumi.Dalam pelariannya itu, Nesya terus berpinda
Bab 179Pov Bu Dewi Aku sungguh tak menyangka jika Nesya mengatakan hal seperti itu. Padahal dia sudah benar-benar nyata terlihat bersalah, tetapi masih menyangkal juga. Jika saja saat ini dia berada di depanku, pasti Aku pun langsung akan menampar dia."Astaghfirullah aladzim!" kata itu terus saja aku ucapkan dengan lirih.Nesya pun kemudian melanjutkan ucapannya, "begini ya Tan. Seharusnya orang-orang itu nggak hanya memikirkan perasaan dia saja, seharusnya mereka memikirkan aku juga dong! Bayangkan deh selama dua puluh tahun dia pergi dan lepas tanggung jawab, menyerahkan aku di Panti asuhan begitu saja. Apa itu yang dinamakan seorang ibu? Coba bayangkan jika kalian jadi aku!" ucap Nesya seakan masih merasa paling benar.Aku akan segera menimpali ucapan gadis tak tahu diri ini setelah mengucapkan istighfar, tetapi nyatanya dia kembali nyerocos."Apa yang kulakukan saat ini anggap saja hanya sebagai sebuah ungkapan kekesalan belaka! Toh sebenarnya apa yang aku lakukan pada ia itu t
Bab 178Pov Bu Dewi Sampai tiba di rumah pun aku sebenarnya masih saja terus memikirkan almarhumah Bu Rini. Nasibnya yang tragis seakan tak bisa membuat aku move on. Pertemuan yang tak terduga, tapi akhirnya menjadi hubungan bis itu, kini hanya tinggal jejak duka saja.Yang aku tahu sebenarnya dia adalah seorang wanita yang tangguh, sehingga bisa memendam rasa sakit oleh pengkhianat seorang Mas Hasan selama puluhan tahun, nyatanya dia masih bisa berdiri dengan tegar. Meski memang dia meninggalkan Nesya selama dua puluh tahun, tetapi menurutku itu adalah sebuah tindakan yang benar. Orang lain bisa menyalahkan karena tak mengalaminya sendiri bukan?Namun, nyatanya Bu Rini tak berkutik dengan anak kandungnya sendiri. Bahkan dengan dalih demi kembali membuat anak durhaka itu bahagia. Ah entahlah, keputusan macam apa itu.Semua perbuatan memang akan selalu ada pertanggung jawaban nanti. Penyesalan memang selalu datang di akhir, tapi entah mengapa aku seperti tak melihat adanya hal itu di
Bab 177Pov AuthorDepresi! Itulah satu kata yang sangat tepat untuk menggambarkan apa yang saat ini tengah dirasakan oleh Nesya. Tentu saja dia sangat emosi saat mengetahui ATM berwarna hitam itu tak lagi ada di tempatnya."Sial! Kenapa sih si Dwi bisa tahu jika dalam ATM itu ada banyak uang!" Saking kesalnya Nesya pun sampai membanting dompetnya ke sembarang arah.Tentu saja gadis manis itu tak ingat, karena semalam dia sudah mabuk berat. Sebagai seorang penipu alias scammer cinta yang sudah sangat profesional, tentu saja Dwi telah menimbang semua itu dengan matang. Karena memang tujuan utamanya membawa Nesya bermalam adalah untuk menjarah uang itu. Untuk kenikmatan surga dunia yang dia dapat, itu hanya seperti sebuah bonus pelengkap saja bagi Dwi.Dengan sedikit belaian saja, Nesya yang sedang mabuk berat itu langsung mengatakan semuanya pada Dwi. Dan, saat malam itu juga lelaki itu langsung menghapus semua jejak dari ponsel Nesya dan mengamankan ATM berharga itu.Dan, ketika tadi
Bab 176Pov Author Nesya terus berlari tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Beruntung dia memang memiliki badan yang ramping dan atlet lari saat dulu masih SMA, jadi dia pun sangat diuntungkan kali ini.Ketika dirasa sudah jauh dari kompleks tempat tinggalnya itu, dia pun sirkit mengurangi kecepatan. Dan, mulai mencari sebuah tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi. Sebuah perumahan terbengkalai dengan beberapa rumah kosong jendela yang sudah rusak, menjadi pilihannya kini."Lumayan deh! Untuk tempat persembunyian sementara!" Nesya segera loncat memasuki jendela, dan duduk berselonjor kaki karena sangat lelah."Kurang ajar sekali memang ibu itu. Sudah mati saja masih membuat masalah untukku!" umpat Nesya saat itu.Ternyata tangisan dia saat berada di rumah Pak Rt itu memang hanyalah tangisan buaya saja. Saat itu sebenarnya dia ingin mencari simpati dari para warga, namun nyatanya mereka malah geram mendengarnya. Alhasil Nesya pun menghentikan tangisan itu dan lalu berpikir un
Bab 175Pov Author "Tangkap dia!""Tangkap anak durhaka itu!"Warga kembali saling berteriak, dan berusaha mengejar Nesya. Tetapi nyatanya Nesya berlari cukup kencang, seakan dia baru mendapatkan kekuatan super. Memang sih sebenarnya dia pernah menjadi juara 1 lomba lari se kecamatan saat masih duduk di bangku SMA. Ternyata skill itu sangat membantu dia sekarang."Sudah biarkan saja dia lari. Toh polisi juga sudah mengantongi identitas dia. Cepat atau lambat dia tentu akan segera ditangkap!" Pak Rt berusaha menenangkan warganya.Akhirnya warga pun membubarkan diri dan membenarkan kata Pak Rt. Satu yang pasti, mereka sama sekali tak ingin Nesya kembali ke kompleks itu.Polisi memang tentu saja akan mengejar Nesya, karena memang dari bukti semua hasil kamera pengintai itu. Menunjukkan dia adalah penyebab Bu Rini bunuh diri. Toh pasti nanti ketika polisi mengotopsi jenazah itu, maka pasti akan ditemukan banyak bekas luka. Hampir setiap waktu, Nesya menjatuhkan tangan pada sang ibu. Ba
Bab 174Pov AuthorNesya saat itu juga pingsan dan tak sadarkan diri. Warga yang takut karena rumah itu sudah dipasangi harus polisi, pun langsung membawa gadis manis itu menuju ke rumah Pak Rt. Meski masih sebal, Bu Dewi dan Fika pun ikut menuju ke rumah Pak Rt. Warga sebagian yang masih penasaran pun mengikuti ke rumah Pak Rt.Beberapa menit kemudian setelah diberi minyak kayu putih, Nesya pun kembali siuman."Aku ada dimana? Dimana ibuku?" ucapnya seketika saat sudah membuka mata sambil berusaha bangun. Saat ini dia berada di ruang tamu Pak Rt.Beberapa warga yang masih ada langsung bersorak mendengar ucapan Neysa itu. Mungkin mereka kesal karena Nesya sejak tadi terus mencari ibunya, padahal semasa hidup Bu Rini dia terus menyakiti."Aku akan pergi dari sini dan mencari ibu! Kalian ini memang orang yang tak berperasaan!" sungut Nesya sambil akan beranjak pergi dari tempat itu. Namun Fika danBu Rt pun mencegahnya."Kamu itu mau kemana sih? Sudah di sini saja dulu! Bukankah kamu ta
Bab 173Pov Author Entah suara siapa yang seakan memberikan komando itu, alhasil mereka pun mulai menghajar Nesya."Aduh! Apa-apaan ini!?" teriak Nesya yang kesakitan. Dan, dia berusaha untuk menangkis dengan tangannya.Tak ada Yang menjawab, tetapi para ibu-ibu terus saja memukul dan mencubit tubuh Nesya disertai dengan umpatan-umpatan khas netizen plus 62."Dasar anak durhaka!""Tega kamu memperlakukan ibu kamu seperti itu!""Nggak bakal masuk surga kamu!""Hajar saja anak tak tahu diri ini!" Suara-suara itu membuat kepala Nesya semakin pening saja, karena dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pun, dia tak tahu telah berbuat kesalahan seperti apa hingga semua orang menghajarnya seperti ini."Ibu!" teriak Nesya dengan keras, karena dia sangat yakin jika hanya sang ibu saja yang mau menolongnya di saat seperti ini.Mendengar teriakan dari Nesya itu, justru malah membuat para ibu-ibu itu menjadi semakin kesal saja. Mereka terus memberikan pelajaran dari tangan dan juga mulut.Hi
Bab 172Pov Author "Mungkin saja saat ponselnya masih kehabisan baterai dan di cek. Lagian dia kan masih dalam perjalanan," ucap Nesya menghibur dirinya sendiri.Gadis itu pun kemudian duduk di depan sebuah rumah yang letaknya hanya sekitar empat rumah saja dari tempatnya tinggal."Aku kirim pesan dulu deh sana Dwi, biar nanti dibuka kalau dia sudah sampai," ucap Nesya yang langsung mengetikkan pesan melalui aplikasi hijau.Dalam benaknya sebenarnya saat ini dia masih malas saja untuk pulang ke rumah. Karena dia malas bertemu dengan ibunya. Jika boleh memilih tentu dia akan memilih untuk tak pulang dulu dan tetap bersama dengan Dwi.Hanya saja kemarin memang pria itu berkata jika sedang ada pekerjaan, sehingga hari ini Nesya diantarkan pulang dulu."Ah, aku kirim lewat masaanger juga deh!" Sebuah ide terlintas juga di benak Nesya, karena memang tempat pertama kali mereka berinteraksi kan dari facebook."Wah, mengapa foto profil facebook Dwi jadi hilang?!" Seru Nesya seketika.Sebagai